26-28 Agustus 2017
Pagi hari terbangun jam 6 pagi, badan terasa segar dan penuh energi setelah tidur selama 8 jam :)
Hari Sabtu ini acara juga relatif santai. Keluar dari hotel hanya untuk pergi membeli oleh-oleh bakpia Kurnia Sari untuk dibawa mudik ke Cilacap, kota kelahiranku, dan mengunjungi 2 orang teman. Bakpia Kurnia Sari ini ternyata memang enak beneran lho, lain dengan bakpia-bakpia pathuk yang pernah aku makan. Aku beli rasa keju, cokelat, dan kacang hijau yang besar (isi 20), harganya masing-masing 48 ribu rupiah per box. Aku membelinya di cabang Jalan Ringroad Utara no. 6. Lokasinya mudah dicari kok, dan tempat parkirnya juga lumayan luas. Selain bakpia, tersedia juga macam-macam camilan dan aneka snack yang menurutku sih harganya mahal-mahal hahahaha... Mungkin karena touristy banget ya...
Siang hari jam 12 sudah kembali ke hotel. Setelah masak nasi dan makan siang, kami tidur siang lagi. Baru terbangun jam 16 sore, lalu aku mulai packing barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi. Besoknya kami berdua akan berangkat ke Cilacap naik kereta api. Backpack yang isinya sudah jauh berkurang, jadi penuh lagi terisi oleh-oleh deh...
Malam hari kami mengembalikan sepeda motor ke kediaman Inung, sembari mengobrol. Lalu sekitar jam 20.30 malam, kami naik Grab dan menuju ke tempat Andre. Malam ini kami ada janji dengan salah seorang teman suamiku, yang banyak membantu juga sewaktu pasca operasi tahun lalu. Kami berangkat bersama dengan Andre ke rumah teman yang satunya lagi ini, namanya Yudi. Di rumah Yudi yang nun jauh di pelosok desa ini, acaranya seperti biasa, mengobrol, nostalgila, ditambah acara minum whisky. Dan sepertinya aku terlalu bersemangat dan terlalu banyak minum, entah habis berapa kali menenggak sampai akhirnya muntah-muntah dan pusing. Setelah itu KO deh, tidur di sofa :v
Dan ternyata bukan hanya aku saja, tapi korban-korban lain juga berjatuhan termasuk suamiku, gara-gara 3 botol minuman yang disediakan ini hahahaha...
Aku baru dibangunkan jam 4 pagi harinya, diantar pulang ke hotel, dan langsung tidur lagi. Jam 7 pagi sudah harus bangun dan bersiap-siap ke stasiun kereta api nih, nggak boleh sampai kesiangan.
Hari Sabtu ini acara juga relatif santai. Keluar dari hotel hanya untuk pergi membeli oleh-oleh bakpia Kurnia Sari untuk dibawa mudik ke Cilacap, kota kelahiranku, dan mengunjungi 2 orang teman. Bakpia Kurnia Sari ini ternyata memang enak beneran lho, lain dengan bakpia-bakpia pathuk yang pernah aku makan. Aku beli rasa keju, cokelat, dan kacang hijau yang besar (isi 20), harganya masing-masing 48 ribu rupiah per box. Aku membelinya di cabang Jalan Ringroad Utara no. 6. Lokasinya mudah dicari kok, dan tempat parkirnya juga lumayan luas. Selain bakpia, tersedia juga macam-macam camilan dan aneka snack yang menurutku sih harganya mahal-mahal hahahaha... Mungkin karena touristy banget ya...
Siang hari jam 12 sudah kembali ke hotel. Setelah masak nasi dan makan siang, kami tidur siang lagi. Baru terbangun jam 16 sore, lalu aku mulai packing barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi. Besoknya kami berdua akan berangkat ke Cilacap naik kereta api. Backpack yang isinya sudah jauh berkurang, jadi penuh lagi terisi oleh-oleh deh...
Malam hari kami mengembalikan sepeda motor ke kediaman Inung, sembari mengobrol. Lalu sekitar jam 20.30 malam, kami naik Grab dan menuju ke tempat Andre. Malam ini kami ada janji dengan salah seorang teman suamiku, yang banyak membantu juga sewaktu pasca operasi tahun lalu. Kami berangkat bersama dengan Andre ke rumah teman yang satunya lagi ini, namanya Yudi. Di rumah Yudi yang nun jauh di pelosok desa ini, acaranya seperti biasa, mengobrol, nostalgila, ditambah acara minum whisky. Dan sepertinya aku terlalu bersemangat dan terlalu banyak minum, entah habis berapa kali menenggak sampai akhirnya muntah-muntah dan pusing. Setelah itu KO deh, tidur di sofa :v
Dan ternyata bukan hanya aku saja, tapi korban-korban lain juga berjatuhan termasuk suamiku, gara-gara 3 botol minuman yang disediakan ini hahahaha...
Aku baru dibangunkan jam 4 pagi harinya, diantar pulang ke hotel, dan langsung tidur lagi. Jam 7 pagi sudah harus bangun dan bersiap-siap ke stasiun kereta api nih, nggak boleh sampai kesiangan.
Kami memakai jasa grab car untuk berangkat ke stasiun. Tadinya kami pikir jalanan bakal macet, ternyata malah lancar jaya, jadi sampai di stasiun masih terlalu pagi. Setelah menunggu sekitar 1 jam, barulah kereta Bogowonto yang akan kami naiki, datang. Kali ini kami hanya kebagian kursi di gerbong ekonomi, di mana tempat duduknya tidak bisa direbahkan dan cukup keras. Sebetulnya cukup tidak nyaman dan melelahkan, untungnya perjalanan hanya sekitar 2,5 jam saja.
Kami sampai di Kroya, kota tujuan kami di dekat Cilacap, tepat jam 11.35 siang, dan saat melangkahkan kaki keluar pintu exit, kulihat papiku sudah menunggu kedatangan kami di sana.
Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 30 menit, sampailah kami di rumah orang tuaku di Cilacap kota.
Siang hari kami menghabiskan waktu dengan bersantai, mengobrol bersama kedua orang tuaku, dan makan. Akhirnya keturutan juga aku makan dages dan tempe mendoan kesukaanku ^_^
Sore harinya kami banyak berada di belakang rumah. Di luar pagar belakang rumah masa kecilku ini dilewati oleh kereta api. Sewaktu masih kecil aku hampir setiap hari bermain di rel kereta api dengan anak-anak tetangga yang sebaya. Kelihatan sekali betapa anak desanya diriku ini ya... hehehehe...
Persis di depan rumah orang tuaku, ada seorang penjual sate yang sudah beberapa tahun terakhir berjualan di tempat ini. Waktu penjualnya tahu kami mau mudik, beliau berpesan untuk menyuruh kami mampir. Suamiku ini penggemar sate, jadi dia senang dong disuruh beli sate. Eh, nggak tahunya penjualnya malah nggak mau dibayar lho... kami sampai tidak enak hati sebetulnya, tapi ya sudahlah, semoga amal dan kebaikannya dibalas oleh Yang Di Atas Sana ya.... Dan malam itu pun kami tidur lebih awal karena merasa lelah sekali....
Sore harinya kami banyak berada di belakang rumah. Di luar pagar belakang rumah masa kecilku ini dilewati oleh kereta api. Sewaktu masih kecil aku hampir setiap hari bermain di rel kereta api dengan anak-anak tetangga yang sebaya. Kelihatan sekali betapa anak desanya diriku ini ya... hehehehe...
Persis di depan rumah orang tuaku, ada seorang penjual sate yang sudah beberapa tahun terakhir berjualan di tempat ini. Waktu penjualnya tahu kami mau mudik, beliau berpesan untuk menyuruh kami mampir. Suamiku ini penggemar sate, jadi dia senang dong disuruh beli sate. Eh, nggak tahunya penjualnya malah nggak mau dibayar lho... kami sampai tidak enak hati sebetulnya, tapi ya sudahlah, semoga amal dan kebaikannya dibalas oleh Yang Di Atas Sana ya.... Dan malam itu pun kami tidur lebih awal karena merasa lelah sekali....
Karena tidur malam yang nyenyak dan cukup, aku sudah bangun jam 3.45 pagi harinya. Bersama kedua orang tuaku, kami berencana akan pergi ke pantai Teluk Penyu untuk melihat sunrise.
Jam 5 pagi, kami sudah berangkat menuju ke pantai. Suasana masih agak gelap, dan di pantai anginnya sangat kencang. Perlahan-lahan, suasana mulai meremang dan matahari mulai terbit dengan indahnya. Kami berjalan-jalan di sepanjang garis pantai ini sampai ke ujung yang terdekat dengan Pulau Nusakambangan.
Di pantai Teluk Penyu ini, pemecah ombaknya berbentuk seperti jembatan yang mengarah ke tengah laut, dan di bagian paling ujung berupa semacam jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Kami berjalan sampai ke ujung jalan ini, di mana ombaknya cukup besar saat itu. Walhasil, aku jadi basah kuyup karena terciprat deburan ombak yang besar ini deh...
Sudah 5 tahun semenjak aku menginjakkan kaki di pantai dan di kota ini. Saat itu suasana kota sudah jauh berubah dibandingkan dulu, namun kini pun sudah lebih banyak lagi perubahan yang terjadi, sampai banyak jalan yang tidak kukenali lagi. Banyak sekali bangunan baru, hotel, dan toko-toko maupun tempat makan baru yang sebelumnya tidak ada.
Di pantai Teluk Penyu ini, pemecah ombaknya berbentuk seperti jembatan yang mengarah ke tengah laut, dan di bagian paling ujung berupa semacam jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Kami berjalan sampai ke ujung jalan ini, di mana ombaknya cukup besar saat itu. Walhasil, aku jadi basah kuyup karena terciprat deburan ombak yang besar ini deh...
Sudah 5 tahun semenjak aku menginjakkan kaki di pantai dan di kota ini. Saat itu suasana kota sudah jauh berubah dibandingkan dulu, namun kini pun sudah lebih banyak lagi perubahan yang terjadi, sampai banyak jalan yang tidak kukenali lagi. Banyak sekali bangunan baru, hotel, dan toko-toko maupun tempat makan baru yang sebelumnya tidak ada.
Jam 6.30 pagi, kami beranjak pergi dari pantai, dan menuju ke pasar di dekat rumah. Aku didaulat untuk masak soto Surabaya, jadi kami harus belanja bahan-bahan untuk membuatnya. Aku selalu senang belanja ke pasar, melihat aneka macam sayuran dan bahan makanan lain yang dijajakan. Semuanya tampak menarik dan menggoda hehehehe... Apalagi pasar yang berlokasi di dekat terminal bus ini, tempatnya bersih dan relatif rapi. Para pedagang kebanyakan dikelompokkan sesuai jenis barang dagangannya. Jenis barang yang dijual di pasar tradisional ini pun sangat bervariasi, dari segala macam bahan makanan mentah, aneka snack, perabotan dapur, macam-macam deh pokoknya.
Sepulang dari pasar, aku sibuk mempersiapkan segalanya untuk masak. Baru jam 10 pagi aku selesai masak. Bagian terlama adalah membuat bumbu kuning untuk kuah sotonya, karena aku membuatnya sekaligus dalam jumlah banyak, supaya dapat disimpan dan digunakan lagi di kemudian hari oleh mamiku.
Sepulang dari pasar, aku sibuk mempersiapkan segalanya untuk masak. Baru jam 10 pagi aku selesai masak. Bagian terlama adalah membuat bumbu kuning untuk kuah sotonya, karena aku membuatnya sekaligus dalam jumlah banyak, supaya dapat disimpan dan digunakan lagi di kemudian hari oleh mamiku.
Setelah makan siang dan mandi, kami berempat pergi untuk mengunjungi saudara yang tinggal di Maos. Maos adalah sebuah desa, bagian dari kabupaten Cilacap, jaraknya sekitar 20 KM dari kota. Beberapa adik papiku masih tinggal di sana, jadi kami bertemu dengan beberapa anggota keluarga sekaligus kalau berkunjung ke sini. Tanteku, salah satu adik papiku, membuka warung makan di tempat ini, dan menyenangkan memperhatikan kesibukan di dapurnya. Waktu berlalu tanpa terasa, dan jam 15 sore pun kami semua berpamitan untuk pulang.
Baru saja sampai di rumah, teman lamaku dan suamiku dari masa kuliah datang berkunjung bersama istri dan anak-anaknya. Namanya Yayan. Sudah lebih dari 22 tahun kami tidak berjumpa. Banyak cerita, suka dan duka perjalanan hidup yang kami dengar dari dirinya. Demikian pula cerita-cerita dari teman-teman yang lain. Saat ini Yayan baru saja merintis berjualan cilok crispy di rumahnya, dan kami juga mendapat buah tangan 2 bungkus cilok crispy beku yang tinggal digoreng saja. Rejeki tiap hari ada saja ya... hehehehe...
Betapa cobaan hidup memang bisa mengubah seseorang. Teman yang dulunya tidak menyenangkan, bisa berubah jadi baik dan menyenangkan. Dan beberapa teman yang dulu sepertinya baik dan hidup tanpa masalah, justru sekarang berubah menjadi orang yang penuh dengan masalah. Aku sendiri pernah mengalami masa-masa yang kuanggap terburuk dalam hidupku bertahun-tahun silam. Tinggal bagaimana kita menyikapi cobaan hidup tersebut. Apakah kita akan tetap bertahan di jalan yang benar namun sangat sulit untuk dilalui, ataukah memilih untuk menempuh jalan yang tampaknya lebih mudah namun justru menjerumuskan kita ke dalam masalah yang lebih pelik lagi.
Baru saja sampai di rumah, teman lamaku dan suamiku dari masa kuliah datang berkunjung bersama istri dan anak-anaknya. Namanya Yayan. Sudah lebih dari 22 tahun kami tidak berjumpa. Banyak cerita, suka dan duka perjalanan hidup yang kami dengar dari dirinya. Demikian pula cerita-cerita dari teman-teman yang lain. Saat ini Yayan baru saja merintis berjualan cilok crispy di rumahnya, dan kami juga mendapat buah tangan 2 bungkus cilok crispy beku yang tinggal digoreng saja. Rejeki tiap hari ada saja ya... hehehehe...
Betapa cobaan hidup memang bisa mengubah seseorang. Teman yang dulunya tidak menyenangkan, bisa berubah jadi baik dan menyenangkan. Dan beberapa teman yang dulu sepertinya baik dan hidup tanpa masalah, justru sekarang berubah menjadi orang yang penuh dengan masalah. Aku sendiri pernah mengalami masa-masa yang kuanggap terburuk dalam hidupku bertahun-tahun silam. Tinggal bagaimana kita menyikapi cobaan hidup tersebut. Apakah kita akan tetap bertahan di jalan yang benar namun sangat sulit untuk dilalui, ataukah memilih untuk menempuh jalan yang tampaknya lebih mudah namun justru menjerumuskan kita ke dalam masalah yang lebih pelik lagi.
Aku bukan tipe orang yang religius, namun aku sangat yakin bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah datang terlambat apabila kita kita mengandalkanNya. Mungkin mepet, bahkan sangat mepet sampai kita terdesak dan menjumpai jalan buntu, namun tidak pernah terlambat. Dan aku sudah beberapa kali mengalami mujizat dalam hidupku berkenaan dengan hal-hal dan orang-orang terpenting dalam hidupku, yang rasanya secara manusiawi, tidak masuk akal. But that's just me ^_^
Setelah teman kami ini pulang jam 18 petang, kami makan malam dan mandi, lalu mengunjungi saudara yang lain, kali ini adik mamiku, oomku. Sewaktu kecil, aku tidak begitu akrab dengannya, namun setelah dewasa dan berumah tangga justru jadi lebih dekat walaupun jarang bersua. Oomku ini sayang sekali kepadaku, tiap kali aku mudik ke Cilacap, selalu disediakannya masakan kesukaanku, padahal hidupnya sendiri belum lagi mapan, dan anak-anaknya pun masih kecil-kecil karena terlambat menikah.
Berjam-jam kami mengobrol sampai lupa waktu, hingga akhirnya jam 22.30 malam kami harus berpamitan untuk pulang karena sudah lelah sekali.
Hari yang melelahkan dan padat acara, namun menyenangkan sekali ^_^
29-31 Agustus 2017
Hari Selasa, 29 Agustus, setengah hari kuhabiskan waktu di dapur untuk masak beberapa macam makanan bagi beberapa teman masa sekolahku yang akan datang berkunjung untuk makan siang bersama. Walaupun kunjungan mereka tidak sampai terlalu lama, namun cukup membuat ramai suasana di rumah. Beberapa dari mereka adalah kawan yang dulu sangat akrab denganku semasa SMP.
Karena lelah setengah harian memasak, setelah tamu-tamuku pulang, aku pun tertidur. Terbangun di sore hari, aku dan suamiku berdua naik motor dan keliling kota. Kami mengunjungi lagi Pantai Teluk Penyu dan sepanjang pesisirnya. Kebetulan cuaca sedang bagus dan langitnya luar biasa indah. Kami juga berkeliling kota sampai senja menjelang.
Malam hari, bersama kedua orang tuaku, kami mengunjungi lagi si Oom yang kemarin. Malam ini beliau memasakkan seafood buatku. Aku sampai kekenyangan makan di sana hahahaha... Malam itu kami pun pulang sekitar jam 22 malam. Walaupun rumah peninggalan nenekku ini sangat sederhana, namun aku selalu betah berada di sana. Dulu sewaktu almarhum nenekku masih hidup pun, rasanya aku jadi salah satu cucu kesayangannya, karena selalu rajin membantu di dapur dan di warung milik nenekku. Beliau sudah meninggal dunia hampir 10 tahun lalu.
Hari Rabu, 30 Agustus, aku mengajak suamiku untuk berjalan-jalan pagi seperti di rumah. Kami bangun jam 5 pagi, dan berjalan kaki lewat rumah-rumah penduduk di perkampungan di belakang rel kereta api. Kalau menurut papiku, harusnya di tempat ini ada jalan tembus yang menuju ke perumahan Semen Nusantara, dan dari situ bisa ke jalan besar.
Ternyata kami nyasar. Eh bukan nyasar juga kali ya, sebetulnya jalan yang disebutkan itu kami lewati, tapi ternyata ada pintu gerbangnya, dan baru dibuka jam 6 pagi, makanya kami lewat jalan lain yang lebih mblusuk ke perkampungan. Sempat beberapa kali kami ditanya oleh warga, hendak ke mana? Mungkin dengan penampilan rambutku yang berbeda, mereka pikir kami ini turis dari mana kali ya... hehehehe...
Akhirnya dengan bantuan Google Map, kami bisa mencari jalan keluar ke jalan besar di dekat terminal, lalu menyusuri rel kereta api lagi sampai ke rumah. Akhirnya.... ^_^
Sekitar jam 7 pagi, kami pergi lagi ke pasar untuk belanja bahan makanan yang akan dimasak hari itu. Kebetulan aku melihat ada penjual ikan gurami segar, dan aku tahu suamiku doyan banget makan gurami, karenanya aku membeli seekor untuk digoreng di rumah. Aku sendiri membeli dua buah kue lopis, kue kesukaanku sejak dahulu. Hmmm... enak banget deh... nyam nyam... Sementara itu, mamiku juga minta tolong dimasakkan rendang, untuk dimakan dan sisanya dibekukan, untuk persediaan lauk kalau aku sudah pergi hehehehe...
Maka seperti biasanya, aku menghabiskan setengah hariku di dapur lagi. Kegiatan masak-memasak ini sebetulnya cukup melelahkan, tapi karena aku memang hobi masak, jadi semuanya kulakukan dengan senang hati.
Siang hari, aku dan suamiku jalan-jalan ke kota lagi, dan kali ini sempat mengunjungi dua orang teman SD/SMP-ku. Lama tak berjumpa, selalu ada saja yang dibicarakan. Pulangnya juga masih diberi oleh-oleh masakan kepiting, bener-bener rejeki deh...
Sementara itu, beberapa teman yang kemarin datang juga hendak mengadakan acara reuni kecil-kecilan malam harinya, tapi masih belum pasti jadi atau tidaknya. Karenanya kupastikan dulu bahwa kami tidak akan makan di luar, kalau sekedar nongkrong dan makan ringan okelah... Suamiku juga ternyata lebih memilih makan gurami goreng tepung di rumah, katanya enak banget lho hehehehe...
Menjelang malam hari barulah ada kepastian bahwa kami akan berkumpul di sebuah cafe. Aku dan suamiku dijemput oleh Katrin, teman baikku semasa SMP. Di tempat ini sudah berkumpul beberapa orang temanku yang lain. Ada surprise, salah seorang teman yang sekarang sudah berdomisili di Swedia ternyata juga pas lagi mudik, dan aku sudah 26 tahun lebih tidak bertemu dengannya. Ada juga teman yang sudah sampai 29 tahun tidak pernah bertemu karena sejak SMP sudah berpisah sekolah.
Wah menyenangkan sekali malam itu, obrolan dan senda gurau tak putus-putusnya silih berganti. Puncak acara pun dipanaskan dengan adanya sebotol minuman alkohol, tapi kali ini aku hanya minum secukupnya lho, nggak sampai mabuk seperti beberapa hari sebelumnya ^_^
Setelah acara foto bersama, tibalah saatnya untuk berpisah. Kami pulang sekitar jam 23 malam ke rumah masing-masing. Malam ini sungguh berkesan buatku, karena bisa bertemu dengan teman-teman di masa kecil, dan keakraban masih terasa kental di antara kami, tanpa membedakan pekerjaan, suku, maupun agama. Semoga ke depannya juga bisa selalu demikian.... ^_^
Karena lelah setengah harian memasak, setelah tamu-tamuku pulang, aku pun tertidur. Terbangun di sore hari, aku dan suamiku berdua naik motor dan keliling kota. Kami mengunjungi lagi Pantai Teluk Penyu dan sepanjang pesisirnya. Kebetulan cuaca sedang bagus dan langitnya luar biasa indah. Kami juga berkeliling kota sampai senja menjelang.
Malam hari, bersama kedua orang tuaku, kami mengunjungi lagi si Oom yang kemarin. Malam ini beliau memasakkan seafood buatku. Aku sampai kekenyangan makan di sana hahahaha... Malam itu kami pun pulang sekitar jam 22 malam. Walaupun rumah peninggalan nenekku ini sangat sederhana, namun aku selalu betah berada di sana. Dulu sewaktu almarhum nenekku masih hidup pun, rasanya aku jadi salah satu cucu kesayangannya, karena selalu rajin membantu di dapur dan di warung milik nenekku. Beliau sudah meninggal dunia hampir 10 tahun lalu.
Hari Rabu, 30 Agustus, aku mengajak suamiku untuk berjalan-jalan pagi seperti di rumah. Kami bangun jam 5 pagi, dan berjalan kaki lewat rumah-rumah penduduk di perkampungan di belakang rel kereta api. Kalau menurut papiku, harusnya di tempat ini ada jalan tembus yang menuju ke perumahan Semen Nusantara, dan dari situ bisa ke jalan besar.
Ternyata kami nyasar. Eh bukan nyasar juga kali ya, sebetulnya jalan yang disebutkan itu kami lewati, tapi ternyata ada pintu gerbangnya, dan baru dibuka jam 6 pagi, makanya kami lewat jalan lain yang lebih mblusuk ke perkampungan. Sempat beberapa kali kami ditanya oleh warga, hendak ke mana? Mungkin dengan penampilan rambutku yang berbeda, mereka pikir kami ini turis dari mana kali ya... hehehehe...
Akhirnya dengan bantuan Google Map, kami bisa mencari jalan keluar ke jalan besar di dekat terminal, lalu menyusuri rel kereta api lagi sampai ke rumah. Akhirnya.... ^_^
Sekitar jam 7 pagi, kami pergi lagi ke pasar untuk belanja bahan makanan yang akan dimasak hari itu. Kebetulan aku melihat ada penjual ikan gurami segar, dan aku tahu suamiku doyan banget makan gurami, karenanya aku membeli seekor untuk digoreng di rumah. Aku sendiri membeli dua buah kue lopis, kue kesukaanku sejak dahulu. Hmmm... enak banget deh... nyam nyam... Sementara itu, mamiku juga minta tolong dimasakkan rendang, untuk dimakan dan sisanya dibekukan, untuk persediaan lauk kalau aku sudah pergi hehehehe...
Maka seperti biasanya, aku menghabiskan setengah hariku di dapur lagi. Kegiatan masak-memasak ini sebetulnya cukup melelahkan, tapi karena aku memang hobi masak, jadi semuanya kulakukan dengan senang hati.
Siang hari, aku dan suamiku jalan-jalan ke kota lagi, dan kali ini sempat mengunjungi dua orang teman SD/SMP-ku. Lama tak berjumpa, selalu ada saja yang dibicarakan. Pulangnya juga masih diberi oleh-oleh masakan kepiting, bener-bener rejeki deh...
Sementara itu, beberapa teman yang kemarin datang juga hendak mengadakan acara reuni kecil-kecilan malam harinya, tapi masih belum pasti jadi atau tidaknya. Karenanya kupastikan dulu bahwa kami tidak akan makan di luar, kalau sekedar nongkrong dan makan ringan okelah... Suamiku juga ternyata lebih memilih makan gurami goreng tepung di rumah, katanya enak banget lho hehehehe...
Menjelang malam hari barulah ada kepastian bahwa kami akan berkumpul di sebuah cafe. Aku dan suamiku dijemput oleh Katrin, teman baikku semasa SMP. Di tempat ini sudah berkumpul beberapa orang temanku yang lain. Ada surprise, salah seorang teman yang sekarang sudah berdomisili di Swedia ternyata juga pas lagi mudik, dan aku sudah 26 tahun lebih tidak bertemu dengannya. Ada juga teman yang sudah sampai 29 tahun tidak pernah bertemu karena sejak SMP sudah berpisah sekolah.
Wah menyenangkan sekali malam itu, obrolan dan senda gurau tak putus-putusnya silih berganti. Puncak acara pun dipanaskan dengan adanya sebotol minuman alkohol, tapi kali ini aku hanya minum secukupnya lho, nggak sampai mabuk seperti beberapa hari sebelumnya ^_^
Setelah acara foto bersama, tibalah saatnya untuk berpisah. Kami pulang sekitar jam 23 malam ke rumah masing-masing. Malam ini sungguh berkesan buatku, karena bisa bertemu dengan teman-teman di masa kecil, dan keakraban masih terasa kental di antara kami, tanpa membedakan pekerjaan, suku, maupun agama. Semoga ke depannya juga bisa selalu demikian.... ^_^
Hari Kamis, 31 Agustus, sepagian kuhabiskan waktu di dapur, masak untuk terakhir kalinya bagi orang tuaku, dan sekalian masak bekal makan siang untuk suamiku dengan sisa sedikit ikan gurami yang kemarin. Hari ini kami akan meninggalkan Cilacap, dan kembali ke Yogyakarta.
Kereta dijadwalkan berangkat jam 12 siang, karenanya sebelum jam 11 siang kami harus sudah berangkat menuju stasiun Kroya. Kedua orang tuaku mengantar kami berdua. Backpack yang seharusnya makin hari makin berkurang isinya, lagi-lagi kembali terisi penuh karena membawa oleh-oleh berupa kerupuk ikan dan rempeyek kacang khas Cilacap. Yang di foto itu cuma contoh lho, aslinya kerupuknya ada 10 pak hahahaha...
Kami tiba di stasiun Kroya sekitar jam 11.35 siang, dan setelah berfoto bersama kedua orang tuaku di depan stasiun (sampai dilihatin orang lain), mereka pun pulang kembali ke rumah. Sementara itu kami check-in terlebih dahulu untuk bisa memasuki ruang tunggu di dalam stasiun.
Suasana relatif sepi, dan untuk jurusan Yogyakarta ini, ternyata hanya kami berdua yang naik dari stasiun ini. Aku bahkan sempat terpisah tempat duduk dengan suami, karena dapat tiketnya seperti itu. Tapi karena ternyata lama-kelamaan banyak tempat yang kosong, kami akhirnya bisa duduk bersama lagi.
Kereta dijadwalkan berangkat jam 12 siang, karenanya sebelum jam 11 siang kami harus sudah berangkat menuju stasiun Kroya. Kedua orang tuaku mengantar kami berdua. Backpack yang seharusnya makin hari makin berkurang isinya, lagi-lagi kembali terisi penuh karena membawa oleh-oleh berupa kerupuk ikan dan rempeyek kacang khas Cilacap. Yang di foto itu cuma contoh lho, aslinya kerupuknya ada 10 pak hahahaha...
Kami tiba di stasiun Kroya sekitar jam 11.35 siang, dan setelah berfoto bersama kedua orang tuaku di depan stasiun (sampai dilihatin orang lain), mereka pun pulang kembali ke rumah. Sementara itu kami check-in terlebih dahulu untuk bisa memasuki ruang tunggu di dalam stasiun.
Suasana relatif sepi, dan untuk jurusan Yogyakarta ini, ternyata hanya kami berdua yang naik dari stasiun ini. Aku bahkan sempat terpisah tempat duduk dengan suami, karena dapat tiketnya seperti itu. Tapi karena ternyata lama-kelamaan banyak tempat yang kosong, kami akhirnya bisa duduk bersama lagi.
Kereta berangkat tepat jam 12 siang, dan tiba di stasiun Tugu Yogyakarta jam 14.30 siang. Sebetulnya Andre mau menjemput kami lagi, tapi kami menolak karena sungkan selalu merepotkan, lagipula penginapan kami kali ini tidak terlalu jauh lokasinya dari stasiun. Kalau melihat di Google Map sih hanya 1 KM lebih. Ternyata arah jalan keluar yang diberikan oleh Google Map salah, jadi kami harus memutar dulu untuk mencapai arah yang benar.
Kami berjalan kaki sejauh sekitar 2 KM ke Best City Hotel di jalan Tentara Pelajar, Bumijo. Lumayan melelahkan ternyata, berjalan kaki di bawah teriknya matahari dengan membawa dua buah backpack yang beratnya mungkin sekitar 14-15 kg. Langkah kaki terasa berat akibat beban backpack yang sebelah depan. Karenanya begitu sampai di tujuan rasanya lega sekali hehehehe....
Kami berjalan kaki sejauh sekitar 2 KM ke Best City Hotel di jalan Tentara Pelajar, Bumijo. Lumayan melelahkan ternyata, berjalan kaki di bawah teriknya matahari dengan membawa dua buah backpack yang beratnya mungkin sekitar 14-15 kg. Langkah kaki terasa berat akibat beban backpack yang sebelah depan. Karenanya begitu sampai di tujuan rasanya lega sekali hehehehe....
Resepsionis di Best City Hotel ini tidak seramah yang di Midtown Xpress. Untuk kamarnya, kali ini ukuran kamarnya sedikit lebih besar daripada yang di Midtown Xpress Demangan, kasurnya pun king size. Tatanan sama, minimalis. Namun untuk kebersihan dan kenyamanan, rasanya lebih bersih dan menyenangkan yang di Midtown. Kamar mandinya terasa agak bau waktu pertama masuk ke dalam kamar (yang ternyata adalah bau dari airnya). Toilet showernya pun sempat bocor sampai banjir semua lantai kamar mandi. Ah ada-ada saja. Untungnya semuanya bisa diselesaikan dengan baik pada akhirnya, walaupun aku sudah hampir emosi saat itu.
Kami lebih banyak beristirahat dan bersantai sore harinya, Aku sendiri masih harus mengerjakan pembukuan yang sempat tidak terurus beberapa hari. Sempat juga menyaksikan dan memotret sunset dari jendela kamar yang bisa dibuka lebar.
Kami lebih banyak beristirahat dan bersantai sore harinya, Aku sendiri masih harus mengerjakan pembukuan yang sempat tidak terurus beberapa hari. Sempat juga menyaksikan dan memotret sunset dari jendela kamar yang bisa dibuka lebar.
No comments:
Post a Comment