Jumat, 7 Oktober 2016
Hari ini kami ada appointment dengan BNZ, karenanya suami dan putriku bangun lebih pagi dari biasanya. Arina juga sudah pergi dijemput oleh temannya sebelum jam 8 pagi. Setelah suami dan putriku selesai sarapan dan mandi, sekitar jam 8.45 pagi kami dijemput oleh Charles dan naik mobilnya, kami menuju ke BNZ di Esk Street.
Appointmentnya adalah jam 9, dan tepat jam 9 pagi, seorang perempuan Kiwi berusia 40-an menemui kami. Charles pun menjelaskan bahwa putriku akan membuka tabungan, karena akan mulai masuk English Course di SIT. Dijawabnya ada beberapa tabungan yang bla bla bla, tapi semua ada potongannya, bahkan ada yang mengambil uang tunai di ATM pun kena potong biaya. Wah berat juga yah... akhirnya kami tidak jadi buka tabungan di BNZ.
Oleh Charles, kami kemudian diantar ke ANZ yang lokasinya juga dekat sekali, hanya beda blok saja. Dan seperti sebelumnya, kami harus membuat appointment lagi. Ugh... sebal juga ya, ribet banget rasanya. Tapi sudah peraturan di sana seperti itu, jadi mau tidak mau ya harus nurut. Kami dapat waktu hari Senin tanggal 10 Oktober, jam 3.30 sore, setelah English Course berakhir.
Dari ANZ, kami kembali ke kampus SIT. Charles dan Debby akan mengajak kami bertiga keliling kampus dan memperkenalkan SIT kepada kami. Sebelumnya Debby tidak bisa ikut karena masih ada kelas. Debby sendiri kuliah di SIT jurusan IT.
Pertama-tama kami diajak ke bangunan International Student yang ada di seberang gedung kampus utama. Charles menanyakan apakah putriku perlu registrasi dulu dan sebagainya untuk memulai English Course. Kata resepsionisnya, langsung datang saja hari Senin, nanti akan ada test dan penjelasan-penjelasan lain, baru akan dibagi ke kelas-kelas sesuai levelnya.
Di gedung ini, kami melihat ada ruang-ruang kelas untuk English Course, dan ada satu ruang makan di sebuah sudut. Di ruang makan inilah biasanya para pelajar internasional (yang bukan berasal dari New Zealand) biasanya makan. Di ruang ini ada kulkas, beberapa wastafel, dan beberapa microwave untuk menghangatkan makanan. Di kulkasnya disediakan susu. Di laci disediakan kopi, cokelat bubuk, dan gula. Semuanya bebas digunakan semaunya lho... Ada sedikit cerita lucu soal ini, katanya ada pelajar yang dengan sengaja setiap hari mengambil susu satu jerigen (susu yang disediakan memang ukuran 2 liter per jerigen), lalu dibawa pulang. Segitunya banget hahahaha... Tapi memang persediaan susu di sini banyak banget, dan sebetulnya mungkin memang sepadan, karena mahasiswa internasional membayar biaya kuliah yang jauh lebih mahal daripada mahasiswa lokal.
Di ruangan ini pun, para pelajar bisa melihat atau memasang iklan apa saja, seperti cari flat mate, jual sepeda, dan sebagainya. Sedangkan di lorong utama juga disediakan papan pengumuman. Waktu itu kami sempat melihat ada selebaran "Student Meal", yaitu makan hanya dengan membayar $5 saja. Tapi kalau pelajar internasional biasanya cari yang gratisan sih hahahaha... Memang ada juga sih sebulan sekali makan gratis bebas di Cornerstone ^_^
Dari gedung internasional ini, kami berjalan keluar dan diajak melihat kelas-kelas yang dipakai untuk jurusan cookery. Lokasinya terpisah di gedung lain dan agak jauh dari gedung utama. Wah keren lho, dapurnya besar-besar dengan peralatan yang lengkap dan tampak mewah. Tampak profesional sekali. Yang kami kunjungi ini adalah kelas untuk level 5. Para pelajarnya tampak sedang sibuk di meja mereka masing-masing. Saat tutornya diberi tahu bahwa putriku ini calon siswa untuk intake berikutnya, beliau malah mempersilakan kami masuk, melihat-lihat, dan berfoto di dalam dapur hehehehe...
Kami juga lewat sebuah bangunan yang seperti restoran, yang katanya digunakan kalau ada acara di mana para pelajar jurusan cookery yang akan masak, sedangkan yang makan hasil karya mereka adalah tamu-tamu undangan dari luar. Keren juga ya...
Dari situ kami berjalan ke bagian depan kampus, sempat duduk-duduk dan berfoto juga dengan background kampus utama. Kemudian kami masih berkeliling ke gedung arsitektur dan perpustakaan. Gedung perpustakaannya juga luas dan ada 2 lantai, sementara koleksi bukunya banyak sekali. Di perpustakaan ini ada tempat fotokopi dan banyak PC yang disediakan untuk dipakai oleh para pelajarnya.
Untuk warga negara, PR dan residen New Zealand, serta warga negara Australia yang menetap di New Zealand, SIT memberikan pendidikan gratis, namun dengan syarat-syarat tertentu (seperti tingkat kehadiran dan nilai minimal yang harus diperoleh). Pilihan jurusan yang ada pun banyak sekali. Kalau ada yang berminat sekolah di sini juga, silakan lihat langsung di website resminya ya: https://www.sit.ac.nz
Sebenarnya, bagi mahasiswa/i internasional yang menempuh pendidikan di SIT, pihak kampus menyediakan akomodasi/flat untuk tiap pelajar selama 2 minggu, gratis. Putriku pun sebenarnya mendapatkan fasilitas itu, tapi kalau aku dan suamiku masih di Invers sedangkan putriku ngeflat sendiri kan gimana... masih ingin bersama dulu lah selama hari-hari terakhir itu, akhirnya free accomodation dari kampus ini pun tidak kami gunakan. Agak sayang memang, apalagi baru beberapa bulan kemudian tahu, kalau masuk SIT Apartments pasti dapat bantal dan selimut tebal yang hangat hehehehe...
Setelah itu, Charles dan Debby mengajak kami pergi ke toko yang menjual kulit pastry dengan sangat murah, tapi sayang tokonya sedang tidak buka. Lalu kami pergi lagi ke toko yang menjual kue-kue dengan harga pabrik. Nama tempatnya Kaye's Bakery, lokasinya di Onslow Street. Aslinya mereka adalah pabrik produk bermacam-macam kue, namun membuka toko kecil sendiri untuk display. Produknya macam-macam sekali, dari kue-kue, cake, sampai madu, bahkan hash brown, banyak yang kelihatannya menarik, sayang waktu itu tidak kufoto. Dari berbagai produknya, ada juga yang seperti cacat produk, jadi dijual dengan harga lebih murah. Misalnya biskuit yang patah-patah (istilahnya second biscuit). Kami pun membeli sebungkus second biscuit ini dengan harga $4 dan $6 (beratnya mungkin sekitar 1/2 kg, pilihan rasanya pun macam-macam), cream cake seharga $1.8, madu seharga $20.3, dan hash brown ukuran 2 kg seharga $12.6.
Setelah selesai berbelanja, Charles dan Debby mengantar kami pulang ke rumah. Oya, ada paket datang, ternyata electric blanketnya sudah sampai! Langsung kami pasang di kasur dan dicoba dulu, siapa tahu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ternyata kondisinya masih bagus sekali, dan saat dicoba pun cukup cepat panas. Wahhh malam ini bisa tidur lebih hangat dan nyaman dibandingkan kemarin-kemarin nih!
Sore hari, kami menyempatkan pergi ke PakN'Save untuk belanja beberapa bahan makanan dan barang lain.Chips, Doritos, Telur 2 kotak (@ isi 30), kembang kol, sayur kale, butter, wortel, lemon, ikan belut (lelenya orang NZ), hati sapi, daging ayam, dan perasan lemon untuk kutinggal di sini. Total habisnya $64.16.
Setelah mandi dan makan sore, sekitar jam 6 petang kami pergi ke Elles Road untuk mengunjungi South City Street Party yang diselenggarakan oleh South Alive Community.
Saat kami baru mau memasuki Elles Road, jalanan tampak sudah penuh dengan mobil-mobil yang diparkir. Kami sampai harus masuk ke jalan kecil dan parkir agak jauh dari lokasi utama acara.
Acaranya campur-campur, ada panggung musik pastinya, sebagai pertunjukan utama. Karena lokasi yang dipakai adalah jalan utama, toko-toko di sekitarnya masih ada yang buka juga. Ada Subway, Pizza Hut, dairy store, takeaways, dan ada Salvation Army opshop juga. Tapi yang bukan toko makanan biasanya sudah tutup.
Tampak ramai sekali orang-orang berjalan di sana-sini. Jalannya sendiri memang ditutup untuk kendaraan, jadi pejalan kaki bebas berkeliaran di tengah jalan sekalipun. Panggung musiknya juga didirikan di tengah jalan, sehingga banyak orang berkerumun di depannya. Di salah satu sudut jalan, ada serombongan orang dengan pakaian khas Skotlandia yang membawa bagpipe, sepertinya sedang mempersiapkan diri untuk tampil.
Wah, suasananya benar-benar menyenangkan sekali. Orang dewasa, tua dan muda, dan anak-anak segala usia, tampak memenuhi jalan ini.
Ada sebuah box berwarna kuning di tepi jalan, dan banyak anak-anak maupun orang dewasa yang menggambar bentuk tangannya dengan spidol di sini, jadi putriku pun ikut-ikut melakukannya. Sementara suara speaker yang cukup keras mengalunkan musik dari band yang sedang bermain di panggung. Aku juga sempat menonton satu lagu penuh di depan panggung, saat itu yang dimainkan adalah jenis musik country.
Kemudian kami berjalan-jalan lagi di sekeliling tempat ini, lalu tampak cukup banyak penjual street food, seperti cupcake, burger, cotton candy, macam-macam sih... Kami juga diberi tahu bahwa akan ada orang Indonesia yang berjualan sate di acara ini, maka kami pun mendatangi tempatnya. Tampak berkumpul beberapa orang Indonesia, kebanyakan kami belum kenal. Setelah itu kami jadi lama nongkrong di tempat ini, walaupun nggak beli satenya juga hehehehe...
Kami jadi kenalan dengan banyak orang Indonesia lainnya, ada Matthew dan istrinya, Petrick dan istrinya juga, Ivan, Dito, Pak Gede dan keluarganya, dan ABG-ABG Indonesia seperti Kevin, Jeffry, Yulia, Ester (yang kemudian malah jadi teman seflat putriku sampai sekarang), dan masih ada beberapa lagi yang aku lupa namanya.
Kami banyak sharing dan ngobrol, terutama dengan yang sudah agak lama tinggal di Invers. Rata-rata mereka orangnya baik. Pasti ada saja yang tampak jual mahal sih, tapi aku yakin mereka semua baik-baik kok, cuma belum kenal saja, jadi belum bisa akrab. Edy, Bram, Charles, Debby, Thierry dan Tante juga datang dan ikut meramaikan suasana malam itu.
Kami nongkrong di pesta rakyat ini sampai jam 9 malam lebih, baru kemudian pulang ke rumah. Malam yang menyenangkan, dan lebih menyenangkan lagi karena kami sudah bisa tidur beralaskan electric blanket ^_^
To be continued........
No comments:
Post a Comment