Senin, 10 Oktober 2016
Sebetulnya ada beberapa hal yang belum kuceritakan di hari-hari terdahulu, karena bisa merusak suasana. Sekitar 2-3 hari setelah kami tinggal di rumah Pomona, datanglah sebuah keluarga, seorang ibu dengan 2 anaknya, yang laki-laki sudah tampak dewasa, dan yang perempuan masih tampak berusia 20-an. Ternyata anak perempuan inilah yang kemudian menjadi house mate di rumah ini. Namanya Lajcee (baca: lési), dan ternyata usianya baru 18 tahun. Mereka ini aslinya adalah orang Australia, tapi sudah lama tinggal di New Zealand. Sang ibunda sendiri tinggal di Christchurch,dan dengar-dengar dia keturunan Maori.
Waktu datang, mereka membawa banyak sekali barang-barang, termasuk kasur beserta ranjangnya, lemari, pokoknya rempong banget deh. Bahkan mereka juga membawa sofa panjang, yang akhirnya kemudian diletakkan di teras belakang (mungkin mau ditaruh di kamar sudah tidak cukup lagi). Sang ibunda sempat mengobrol sebentar di dapur, waktu itu Eldar datang juga, dipanggil oleh Arina.
Katanya Lajcee sudah dewasa, jadi harus keluar dari rumah untuk bisa hidup mandiri. Kalau di rumah katanya suka party, karenanya diharapkan dengan bekerja dan tinggal sendiri, dia bisa mengatur keuangan sendiri dan bersikap lebih dewasa. Si ibu sendiri mempunyai 6 orang anak, dan semua anak-anaknya keluar dari rumah di usia dewasa.
Saat itu si Lajcee sendiri tidak banyak omong, dan malam itu dia pergi lagi, masih belum tidur di rumah.
Keesokan harinya, Lajcee datang sore-sore sepulang dari kerja. Ingin memberikan kesan welcome, aku sempat mengajaknya bicara. Saat itu dia sedang melinting rokok di teras belakang. Dandanan dan pakaiannya agak menor menurutku. Dari percakapan inilah aku tahu bahwa usianya baru 18 tahun, seumuran dengan putriku. Dia juga baru lulus high school, dan saat ini dia mulai bekerja di sebuah peternakan. Saat ini sedang musim bulu biri-biri dicukur, dan tugasnya adalah memunguti bulu-bulu tersebut. Katanya sih, gajinya besar, sekitaran $1.000 per minggunya. Dia ingin menabung untuk kuliah, begitu katanya. Dari berbincang-bincang inilah aku pun agak bersimpati padanya, di usianya yang masih sangat muda, sudah harus cari uang sendiri untuk bisa kuliah. Apalagi jam kerjanya dimulai jam 4.30 pagi, jadi sekitar jam 4 pagi dia sudah akan berangkat kerja dijemput oleh temannya, karena lokasi tempat kerjanya agak jauh. Kalau pulang kerja sekitar jam 5-6 sore.
Nah, yang kemudian menjadi masalah adalah karena ternyata Lajcee ini orangnya ternyata jorok, serampangan, dan bisa dibilang tidak tahu diri. Dia menjadi sumber kekesalanku di hari-hari berikutnya selama tinggal di Pomona Street.
Lemari penyimpanan bahan makanan di dapur terbagi menjadi beberapa rak, dan waktu kami datang aku melihat Arina menyimpan barang-barangnya di rak paling bawah dan rak lain di tengah. Jadi aku paham bahwa tiap orang harusnya memiliki areanya sendiri-sendiri supaya tidak saling tertukar. Makanya aku pun menata barang-barang kami di satu rak saja. Demikian juga dengan laci-laci perabotan dapur dan perlengkapan makan, Arina menyimpan barang-barang miliknya dengan rapi di dalam sebuah laci dorong dan sebuah laci berpintu. Ada juga laci-laci yang kata Arina "milik bersama". Isinya ada pisau, potato masher, suthil, cangkir, wajan, dan beberapa perabotan lainnya yang cukup umum dipakai.
Untuk kulkas pun berlaku hal yang sama, Arina menata bahan makanan di dalam kulkas di satu area saja, sehingga aku pun mengikuti caranya. Baik fridge maupun freezernya kan besar banget tuh, karena kulkasnya 2 pintu yang kanan kiri, jadi nggak perlu kuatir kekurangan tempat.
Semenjak Lajcee datang, dia meletakkan perabotannya di sembarang tempat, dan hari pertama dia pulang bekerja, dia belanja banyak sekali di PakN'Save, mungkin ada deh kalau 5-6 tas plastik. Bahan-bahan makanannya ini kemudian dia masukkan sembarangan di rak dan di dalam kulkas. Terus terang hal ini cukup menggangguku. Lalu putriku yang kemudian memindahkan barang-barang Lajcee dari "area" kami ke tempat lain yang masih kosong. Eh malah hari-hari ke depannya kemudian, ada saja peralatan makan yang hilang (yang ternyata dibawa masuk ke kamarnya dan malas mengembalikan), panci yang dipakai dan tidak dicuci (dibiarkan kotor dan diletakkan di kitchen sink), dan pernah juga menyalakan kompor dan ditinggal masuk ke kamarnya sampai berjam-jam, entah apa pula yang dimasaknya. Yang pasti membuat listrik jadi lebih boros kan, apalagi ternyata waktu itu dia lupa sedang menyalakan kompor, lalu ketiduran. Lha kalau tidak ada orang di rumah sampai air di panci habis, lalu terjadi kebakaran bagaimana dong?
Saat Arina pergi selama 3 hari ke Stewart Island pun, dia masih melakukan hal yang sama. Sudah pernah kutegur satu kali, mengenai penempatan bahan makanan dan perabotan. Lalu kedua soal jangan membawa barang orang lain masuk ke kamarnya. Gara-gara dialah, akhirnya perabotan masak dan perlengkapan makan putriku diberi label nama semuanya, dengan harapan dia tidak berani lagi meminjam atau mengambilnya. (Kenyataannya, pada saat putriku mau pindah flat beberapa bulan kemudian, ada barangnya di dapur yang benar-benar hilang.)
Sebetulnya bukannya barang-barang ini tidak boleh dipinjam ya, tapi alangkah baiknya kalau ngomong dulu sebelum pinjam, atau kalau pinjam ya dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Ada kalanya kalau kepepet, aku juga meminjam mangkuk atau panci milik Arina, tapi selesai dipakai langsung kucuci dan kukembalikan ke laci, dan kalau orangnya pulang pun aku masih laporan bahwa tadi barangnya kupinjam. Orang-orang seperti Lajcee inilah yang menurutku tidak punya aturan, tidak ada toleransi terhadap orang lain, dan biasanya semau gue, mau menangnya sendiri dan merasa paling bener.
Aku jadi ingat waktu malam Minggu kemarin, kami sudah mau tidur tuh sekitar jam 9.30 malam, kemudian aku mendengar suara-suara berisik dari kamarnya. Habis itu malah terdengar juga suara cowok. Aku tidak terlalu ambil pusing siapa cowok itu (yang jelas bukan kakaknya), dan aku pun tidak peduli mereka mau ngapain, tapi kegaduhan yang mereka timbulkan membuatku jadi susah tidur malam itu. Sekat antar ruang hanya berupa kayu, karenanya kalau suasana sudah sepi, orang ngobrol di kamar saja bisa terdengar suaranya dari kamar sebelahnya.
Pernah juga Lajcee memasukkan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci dan dibiarkan bergitu saja, tidak dinyalakan mesinnya. Pada saat kami mau memakai mesin tersebut, otomatis harus mengeluarkan isi di dalamnya dulu.
Sewaktu Arina sedang ke Stewart Islang pernah juga terjadi, handuk Arina yang digantung di dalam kamar mandi, dipakai oleh Lajcee. Kentara sekali handuknya basah setelah Lajcee mandi. Entah nggak mau modal atau memang jorok banget, sampai handuk orang lain saja dipakai.
Waktu Arina sudah pulang tadi malam, aku menceritakan semua kelakuan Lajcee kepada Arina, dan kata Arina, memang seharusnya ditegur saja kalau Lajcee bikin perkara, nggak perlu sungkan atau takut. Arina sendiri kelihatan sebal waktu menyadari beberapa barangnya juga dipakai tidak pada tempatnya oleh Lajcee.
Aku sendiri juga baru menyadari bahwa ada bahan makanan milik kami yang dipakai oleh Lajcee (soalnya berkurangnya pada saat Arina sedang pergi selama 3 hari itu). Padahal kelihatannya bahan makanan yang dia beli sudah banyak sekali, bisa buat makan lebih dari seminggu kayaknya.
Beberapa hari terakhir selama di rumah, kalau ada Lajcee, aku sudah tidak lagi mengajaknya bicara kalau tidak ada perlunya, dan kalau kelihatan dia melakukan hal yang tidak menyenangkan, aku akan langsung menegurnya. Tapi ya gitu deh, pada umumnya dia tidak akan minta maaf, biasanya cuma mengelak dan cari-cari alasan saja. Menyebalkan banget pokoknya.
Jadi di dalam rumah Pomona ini hampir selalu ada peristiwa yang membuat jengkel kalau Lajcee di rumah, di luar itu, semuanya sangat menyenangkan. Untung sehari-harinya dia bekerja dari pagi sampai sore, kalau tidak, bisa-bisa aku jadi darah tinggi deh...
Arina sendiri orangnya tipe yang humoris dan tahu diri, malah lebih mirip orang kita. Waktu awal tinggal di rumah ini, aku beberapa kali berbagi makanan dengan Arina, dan kemudian dia malah membalasnya dengan membelikan makanan untuk dimakan bersama. Kemudian pernah juga waktu itu putriku ingin memberikan sesuatu untuk Arina, jadi kami membelikan pavlova, kue khas New Zealand, untuk Arina. Keesokan harinya malah Arina gantian masak untuk kami bertiga lho...
Update 2017: Saat aku menuliskan kisah ini (8 Oktober 2017), aku baru mengerti bahwa kebanyakan orang Rusia menyebalkan dan suka memanfaatkan orang lain. Aku sendiri pernah mengalami peristiwa yang sangat tidak menyenangkan dengan tamu/surferku dari Rusia (Ke depannya aku juga akan menuliskan pengalamanku dan suamiku dalam Couchsurfing). Mereka banyak tidak disukai oleh orang-orang Eropa dari negara lainnya. Tapi Arina lain daripada yang lain. Yah, setidaknya masih ada satu orang yang baik, menyenangkan dan bertanggung jawab di rumah ini, sehingga aku bisa sedikit berlega hati untuk meninggalkan putriku.
Hari ini aku bangun lebih pagi daripada biasanya, karena putriku akan mulai masuk kelas English Coursenya. Dia pun bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah sarapan dan bersiap-siap, aku dan suamiku mengantarnya ke International Student Building, tempatnya belajar hari ini. Aku senang dan bangga saat melihatnya bersiap-siap, tapi sekaligus sedih juga... aneh ya... :)
Dari mengantar putriku, kami berdua pergi ke PakN'Save. Hari ini aku akan memasakkan beberapa macam makanan, utamanya lauk pauk, untuk kutinggalkan di sini.
Aku belanja terigu, daging ayam, lamb, chips, dan lemon, total senilai $35.22, lalu ke Asian Store di dekatnya untuk membeli bumbu-bumbu lain di sana.
Sepulang belanja, kami ke bandara Invercargill dulu untuk mengecek lokasi tempat mengembalikan mobil besok. Kalau dari rumah Pomona, jaraknya sekitar 5 KM saja. Setelah mengetahui lokasi kira-kira dan jalan masuk dan keluar bandara, kami pun pulang.
Sesampai di rumah, aku langsung masak semua daging yang tersisa. Ada yang dibuat kare (kesukaan putriku), gulai, dan masak saus tiram. Setelah dingin, baru kemudian dipacking seukuran 1 porsi ke dalam kantong-kantong plastik, dan dibekukan di dalam freezer, jadi kalau tidak sempat masak, dia tinggal memanaskan salah satu lauk beku tersebut. Selain itu, sayur mayur selain daun-daunan yang bisa diolah atau dipotongi dulu juga kuolah sekalian, supaya kalau mau masak tinggal cemplang-cemplung saja.
Tanpa terasa, sembari menyibukkan diri di dapur, air mataku jatuh begitu saja. Sediiiih rasanya akan segera berpisah dengan malaikat kecilku ini... :((((((
Suamiku berusaha menghiburku, tapi tetap saja hati ini merasa sangat berat.
Ketika sudah jamnya selesai English Class jam 3 sore, kami berdua menjemputnya di kampus dan mengantarnya ke ANZ untuk membuka rekening baru. Untungnya di ANZ ini ada jenis tabungan yang tidak kena potongan walaupun bunganya amat sangat kecil pake banget, dan nggak bisa punya kartu kredit, cuma kartu debit saja (kalau di NZ istilahnya EFTPOS). Maka kami pun mengikuti prosedur yang ada untuk membuka tabungan, dan begitu tabungan selesai diisi, kami ke PakN'Save lagi, kali ini belanja terakhir buat keperluan putriku, mumpung masih ada yang bayarin katanya hahahaha....
Yang dibelinya hanyalah kebutuhan sehari-hari seperti toilet paper, pewangi badan, mie cup instan, jamur untuk masak, dan chips. Aku sendiri membeli 3 macam snack cokelat untuk kubawa pulang, dan total belanjaannya senilai $58.73.
Dari PakN'Save, kami ke Liquorland untuk membeli sebotol minuman alkohol, untuk dibawa ke Wellington besok.
Malam hari, kami makan bersama dan ngobrol bersama Arina di dapur. Sebelum tidur, aku sempat memberikan sedikit uang cash untuk putriku buat berjaga-jaga kalau dibutuhkan, beserta semua uang koin yang aku punya. Kan setelah ini aku sudah tidak perlu pakai uang NZ$ lagi.
Hmmmm.... tinggal semalam waktuku di rumah ini..... :(((
To be continued........
No comments:
Post a Comment