PROLOGUE
Perjalanan ke Yogyakarta ini sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Dulu aku bertemu pertama kali dengan suamiku semasa SMA di kota gudeg sekaligus kota pelajar ini. Karenanya, ada saatnya kami kangen dengan kota Yogya, walaupun keadaan dan terutama situasi lalu lintas sudah sangat jauh berubah saat ini.
Terakhir kami ke Yogyakarta adalah bulan Februari 2016, saat aku menjalani operasi kista di rahimku. Saat itu kami tidak banyak menjelajah kota dan sekitarnya, karena kondisiku masih dalam masa pemulihan pasca operasi.
Kali ini kami akan mengunjungi kota Yogyakarta dan ingin menjelajah daerah sekitarnya, yang sebelumnya tidak pernah kami datangi.
Kami pergi naik kereta api, di mana tiketnya sudah dipesankan beberapa minggu sebelumnya oleh teman suamiku. Demikian pula untuk penginapan, tadinya kami berencana tinggal di rumah salah satu teman suamiku di daerah pedesaan pinggir kota, di mana aku tinggal pasca operasi tahun lalu. Namun tiba-tiba aku mendapat email bookingan hotel selama di Yogyakarta. Yang memesankan lagi-lagi teman suamiku tadi. Namanya Andi, dia dulu adalah teman kuliah suamiku. Jadi untuk tiket dan akomodasi, kami mendapatkan semuanya dengan cuma-cuma. Baik sekali ya Andi ini... Kami sangat bersyukur memiliki teman seperti dia ^_^
Minggu, 20 Agustus 2017
Barang bawaan sudah kusiapkan sejak beberapa hari sebelumnya, jadi saat hari keberangkatan tiba, aku hanya tinggal menyiapkan bekal makanan dan minuman saja. Ternyata barang bawaanku cukup berat juga, backpack yang lebih besar beratnya 11.2 kg, dan yang lebih kecil untuk dibawa pergi sehari-hari, beratnya mencapai lebih dari 6 kg. Backpack yang besar kubawa di punggung, dan yang daypack aku letakkan di sebelah depan. Backpack suamiku beratnya sekitar 10 kg, ditambah sebuah tas plastik yang isinya oleh-oleh hasil dari dapurku untuk teman-teman di sana. Kami memang hanya membawa backpack saja karena ingin belajar menjadi backpackers hahahaha.... Inginnya ke depannya kalau kemana-mana hanya bawa backpack, nggak perlu lagi tas koper yang besar-besar itu. Aku belajar dari berbagai sumber untuk bisa packing sesedikit dan seringan mungkin. Sebetulnya untuk pakaian hanya sedikit, yang membuat berat adalah laptop dan bahan makanan. Kami memang berencana tetap masak walaupun tinggal di hotel (tadinya kalau tinggal di rumah teman bisa masak di dapurnya). Jadi selain bisa lebih hemat, pastinya lebih sehat pula. Untuk menjaga kondisiku pasca divonis kanker tahun lalu, aku dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah (dan daging pada umumnya), gula/garam yang putih bersih, vetsin, terigu, susu, dan segala macam makanan yang berasal dari pabrik. Untuk makanan sehari-hari di rumah, biasanya aku hanya makan sayur dan buah-buahan saja. Yang aku belum bisa lepas adalah susu, karena kalau membuat kopi biasanya aku menggunakan sedikit susu untuk campuran kopinya, dan sehari bisa 2-3 kali aku minum kopi.
Kalau bepergian, sebetulnya aku diijinkan bebas makan apa saja oleh suamiku, karenanya untuk meminimalisasi makanan yang tidak sehat, sebisa mungkin aku masak jika keadaan memungkinkan. Kami sampai bela-belain beli kompor camping lho untuk dibawa ke Yogya ini hehehehe...
Malam keberangkatan, dua orang karyawan kami datang untuk mengantar kami ke stasiun Karangasem, stasiun terdekat dari rumah. Jam 21.55 kami sudah sampai di stasiun, lalu kami segera check-in dan menunggu kereta datang. Waktu menimbang backpack, rasanya tidak terlalu berat, tapi sewaktu membonceng di sepeda motor dengan beban tersebut dan berdiam diri menunggu kereta datang, ternyata terasa berat juga yah... hehehehe...
Tepat jam 22.13 kereta api Mutiara Timur malam tujuan Surabaya datang, dan kami pun segera masuk dan duduk di kursi yang sesuai dengan tiket.
AC kereta cukup dingin, tapi untungnya tidak sampai menggigil kedinginan. Walaupun mata terasa berat, namun susah rasanya untuk tidur.
Makin lama, AC kereta terasa makin dingin, membuatku harus menutupi seluruh tubuh termasuk wajah, dengan selimut. Sesekali bisa tidur sejenak, sampai akhirnya subuh menjelang.
Senin, 21 Agustus 2017
Kereta sampai di stasiun Gubeng Surabaya jam 4.20 pagi, dan kami keluar untuk mencari udara segar (yang ternyata tidak segar kalau di kota besar). Aku banyak berjalan-jalan untuk melihat suasana di dalam stasiun ini sembari menghilangkan penat.
Kalau kita tidak membawa bekal makanan atau minuman, ada mini market yang tampaknya selalu buka. Selain itu ada vending machine untuk kopi panas dan minuman-minuman dingin. Kalau setelah jam 6 pagi, mulai banyak franchise makanan yang buka, seperti Holland Bakery, Roti-O, Dunkin Donuts, dan lain-lain.
Ada juga mesin e-ticket di mana kita bisa membeli tiket kereta mulai 90 hari sampai 1 jam sebelum keberangkatan. Fasilitas toilet juga cukup bersih walaupun hanya ada 2 toilet. Selalu ada petugas yang bersiap siaga untuk membersihkan setelah selesai digunakan. Ini toilet yang di luar ya, bukan yang di dalam ruang tunggu khusus penumpang.
Jam 5.30 pagi, sinar matahari sudah mulai tampak, dan menjelang jam 6 sudah benar-benar terang.
Jam 6.25, kami masuk ke area ruang tunggu yang di sebelah dalam. Di tempat ini juga ada vending machine untuk minuman dingin dan panas, toilet, dan ATM. Selain itu, ada cafe, free hp charger, live music berupa band yang akan menghibur kita sembari menunggu.
Baik di sisi luar stasiun maupun di ruang tunggu dalam ini, ada designated smoking area.
Stasiun ini sepertinya tak pernah sepi pengunjung, baik penumpang yang akan berangkat maupun baru tiba. Apabila baru saja ada kereta yang datang, biasanya para sopir taxi dan ojek akan segera berburu penumpang. Ada 3 orang ibu-ibu yang sepertinya baru saja sampai dari Yogyakarta, bawaannya banyaaaak sekali. Aku sampai terheran-heran melihat mereka. Kalau dilihat lebih seksama, sepertinya model ibu-ibu sosialita gitu deh... hehehehe...
Tepat jam 7 pagi, kereta Sancaka yang akan kami naiki sudah tiba di stasiun. Kami mendatangi tempat check-in, dan ternyata antriannya sudah panjang sekali. Untungnya pemeriksaan tiket berjalan cepat. Jam 7.10 terdengar pengumuman penumpang Sancaka agar mulai naik ke kereta. Jadilah kami berbondong-bondong dengan penumpang lainnya berjalan memasuki kereta.
Untuk yang Mutiara Timur malam sebelumnya, kami dapat kursi nomor 1A dan 1B, yang duduknya paling depan di dalam gerbong. Jadi kami pun langsung menuju ke paling depan. Setelah memasukkan backpack ke tempat bagasi di atas kepala, baru kami sadar kalau kami salah kursi, ternyata yang paling depan adalah nomor 13. Jadi kami kembali mengambil backpack di atas, dan menuju kursi paling belakang.
Tepat jam 7.30, kereta mulai berangkat meninggalkan stasiun Gubeng Surabaya menuju Yogyakarta.
Gerbong kereta Sancaka ini lebih nyaman daripada yang Mutiara Selatan, walaupun kelasnya sama-sama eksekutif. Bangkunya lebih enak, sandarannya lebih empuk, jaraknya juga agak lebih lebar-lebar.
Sekitar jam 7.50 kami makan bekal yang kami bawa dari rumah, dan setelah kenyang kami mencoba untuk tidur. Sampai jam 10-an saat kereta tiba di Madiun, aku tidur-tidur ayam sembari mendengarkan musik lewat earphone.
Kereta berhenti di Madiun cukup lama, hampir 30 menit, karenanya kupakai untuk meregangkan otot sekalian dengan berdiri dan berjalan-jalan di dalam kereta.
Semakin mendekat ke kota tujuan akhir, penumpang sedikit demi sedikit berkurang, terutama saat di stasiun Balapan Solo Baru, banyak penumpang yang turun.
Kereta tiba di stasiun Tugu Yogyakarta tepat jam 12.45 siang. Kami langsung berjalan keluar stasiun.
Salah seorang teman suami, namanya Andre, datang khusus untuk menjemput kami. Bukan hanya menjemput, kami pun ditraktir makan siang olehnya. Kami makan siang di Gudeg Yu Djum di jalan AM Sangaji. Gudegnya termasuk gudeg kering dan rasanya enak menurut lidahku. Tapi tipe yang di mana setelah makan, beberapa jam kemudian aku jadi kehausan :(
Selesai makan siang sudah jam 2 siang, kami mengunjungi kediaman Andre di jalan Palagan. Dia memiliki sebuah toko mebel di sana. Sembari mengobrol dan melepas kangen, tak terasa waktu berlalu. Sekitar jam 3, ada lagi 2 orang teman suamiku yang datang dan menjemput kami, hendak mengantar kami ke tempat kami menginap.
Kami check-in di Midtown Xpress Hotel di Demangan. Hotel ini termasuk hotel budget dengan ruangan yang minimalis namun cukup memadai. Dari hasil browsing, tarif di kamar yang kutempati ini IDR 285,000/malam. Fasilitas kamar ada lcd tv, air mineral, electric jug beserta kopi, teh dan gula, serta ac tentunya. Closetnya hanya berupa semacam rak dengan beberapa gantungan baju. Di dalam kamar mandi sudah disediakan sabun, shampoo, sikat gigi, dan handuk yang biarpun agak usang namun tampak bersih.
Theo dan Untung, kedua teman suamiku yang mengantar, masih mengobrol sampai jam 4 sore, baru mereka berpamitan. Setelah cuci muka, kami pun tidur karena lelah.
Terbangun jam 6 sore, kami segera mandi, dan tidak lama kemudian Andre beserta istri dan anaknya datang mengunjungi kami, bahkan membawakan makan malam soto sulung. Kami pun makan dengan meminjam peralatan makan dari pihak hotel.
Sekitar jam 8 malam, kami diantar oleh Andre ke salah satu teman suamiku yang lain di daerah Condong Catur. Namanya Inung, dan dia membuka usaha homestay. Andre dan keluarganya berpamitan pulang setelah mengantar kami, karena Inung akan meminjamkan sepeda motornya untuk kami selama kami berada di Yogya. Benar-benar gratisan semua deh hari ini hahahaha...
Kami pun mengobrol dengan Inung mengenai suka duka membuka homestay dan menjalankan bisnis yang berhubungan dengan turisme di Yogya. Tak terasa waktu berlalu, dan jam 10.15 malam kami harus berpamitan karena esok paginya harus bangun pagi sekali. Theo akan mengajak kami melihat sunrise pagi-pagi sekali.
Hari ini sungguh luar biasa, walaupun secara fisik rasanya lelah, namun begitu banyak kebaikan yang kami terima dari teman-teman yang sudah lama tidak bersua. Inilah seharusnya teman dalam arti yang sesungguhnya, selalu membantu dalam segala situasi..... ^_^
What a day!
What a day!
No comments:
Post a Comment