DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Tuesday, October 10, 2017

MY COUCHSURFING EXPERIENCE (1) - THE THREE GIRLS FROM FRANCE

MY FIRST UNOFFICIAL COUCHSURFING EXPERIENCE



COUCHSURFING itu apaan sih?

Couchsurfing International Inc. adalah sebuah perusahaan yang didirikan pada tanggal 2 April 2003, dan pertama kali meluncurkan websitenya pada tanggal 12 Juni 2004. Slogannya adalah: Stay with Locals and Meet Travelers.
Couchsurfing International Inc. mengoperasikan Couchsurfing.com, layanan situs jaringan sosial yang sekaligus bersedia menerima tamu. Situs ini menyediakan platform bagi para membernya agar bisa tinggal di rumah seseorang (seperti layanan homestay), menjadi tuan rumah bagi para traveller, bertemu member lain, atau bergabung dalam suatu acara.
Tidak seperti layanan lainnya, Couchsurfing merupakan contoh berbagi secara ekonomi kepada orang lain. Tidak ada pertukaran uang di antara para membernya, dan tuan rumah tidak mengharapkan apa pun sebagai balas jasa dari tamu-tamunya.
Dengan kata lain, Couchsurfing adalah jaringan sosial yang dimanfaatkan para traveller supaya bisa melakukan perjalanan dengan biaya yang murah a.k.a gratisan ^_^
Supaya mudah, kusebutkan tuan rumah sebagai host, dan tamu yang menginap sebagai surfer ya...

Untuk mendaftar sebagai anggotanya, nggak dipungut biaya, namun bagi anggota yang membayar diberikan fasilitas bebas mengirim pesan permintaan tanpa batas (bagi yang tidak membayar, maksimum mengirim 10 permintaan per minggu).
Sedangkan bagi host yang menyediakan tempat, diberi "hadiah" (reward) 3 bulan gratis keanggotaan (seolah-olah membayar untuk 3 bulan).
Bedanya bayar dan nggak bayar, kalau bayar (US$ 20/tahun) maka akan tertulis "verified member", kalau nggak bayar ya keluarnya "not verified".
Saat mendaftar, anggota diminta mengisi data diri dan informasi mengenai dirinya, mulai dari usia, gender (jenis kelamin), bahasa yang dikuasai, hal-hal yang disukai, hobi, kemampuan unik yang dimiliki, musik favorit, buku favorit, dan foto-foto diri maupun tempat yang ditawarkan. Jadi yang mencari host, bisa saja mencari berdasarkan kesamaan hobi, atau bahasa.

Kalau ingin tahu platformnya seperti apa, install saja aplikasinya dari Google Play ke dalam smartphone. Namanya "Couchsurfing" di Google Play.

Buat travellers, tentu saja hal ini menguntungkan secara material, dan kalau dapat host yang baik akan lebih menyenangkan lagi, karena bisa menghabiskan waktu atau nongkrong bareng, ngobrol, atau melakukan hobi yang sama. Kadang host juga bisa mengantar surfernya jalan-jalan atau ke tempat-tempat yang dibutuhkan.

Bagi host sendiri, menurutku Couchsurfing ini seperti "travelling without travelling". Kita bisa mendapatkan pengalaman, ilmu, dan tentunya teman baru, tanpa kita harus bepergian kemana-mana, cukup menyediakan tempat untuk mereka bermalam.
Sebagai host, nggak ada keharusan untuk menyediakan kamar, apalagi kamar privat. Suka-suka aja, kalau adanya cuma sofa di ruang tamu juga bisa kok. Namanya juga "couchsurfing" alias mencari sofa. Ada juga host yang menyediakan kamar, tapi tidurnya ya sekamar sama hostnya (kadang yang begini yang masih ngekost atau tinggal di apartemen).
Soal makanan apa lagi, nggak ada kewajiban kasih makan atau apa pun. Kalau sampai host memberi lebih daripada sofa kepada surfernya, sudah OK lah. Kalau lebih dari itu,  misalnya sampai mau meluangkan waktu khusus buat surfernya, apalagi memberi sesuatu yang berbentuk materi (makanan, minuman, minjemin handuk, selimut, atau kasih ijin pakai mesin cuci misalnya), berarti hostnya udah baik banget lah.
Tapi kadang ada juga surfer yang mandiri, dan hanya butuh "tempat kosong", seperti halaman rumah atau teras, dan dia akan memasang tenda dan sleeping bagnya sendiri untuk tidur.

Setelah surfer check-out dari rumah hostnya, keduanya diberikan kesempatan untuk saling memberi referensi, entah itu positif atau negatif, sesuai dengan pengalaman yang dirasakan.

Bagi surfer maupun host, ada resiko dan bahayanya masing-masing.
Ada (banyak) surfer yang nakal, memanfaatkan platform ini benar-benar untuk sekedar cari tempat menginap gratis, tanpa mempedulikan aturan, budaya, maupun perasaan hostnya. Ada juga yang modelnya ingin dapat pelayanan hotel bintang lima tapi gratis.
Ada juga cerita surfer yang ternyata suka mencuri barang hostnya atau barang milik surfer lain yang kebetulan berada di rumah yang sama.

Di lain pihak, ada (banyak) juga host yang perlu diwaspadai. Mereka memanfaatkan fasilitas ini untuk hal-hal yang nggak bener. Misalnya nih, host cowok, maunya dapat surfer cewek, lalu mencoba merayu atau melecehkan surfernya. Bisa juga terjadi sebaliknya. Pernah beberapa kali terjadi pemerkosaan (kadang surfernya dibuat mabuk atau diberi obat yang bersifat bius/tidur), bahkan penyiksaan atau pembunuhan!
Ada juga host yang memanfaatkan platform ini untuk cari duit. Nggak salah-salah amat sih, cuma menurutku nggak pantes aja. Jadi biasanya mereka menuliskan kalau pekerjaannya guide ke gunung X, misalnya. Terus ditulis nih, kalau mau dianter sampai gunung X, naik motor biayanya xxx rupiah. Kalau bayar kurang dari itu, nggak usah tidur tempatku deh.
Nah lho, komersil banget kan? Dari nginepnya kasih gratis, tapi nggak mau rugi, gimana caranya biar surfernya tetap menghasilkan uang buat dia. Dan kadang tarifnya juga mahal lho untuk jasa tambahan ini. Aku baca sendiri profil yang seperti itu (orang Indonesia nih).
Biasanya orang-orang begini (baik host maupun surfer) memang hanya mau memanfaatkan orang lain saja demi kepentingan pribadi.

Katanya untuk menghindari hal-hal negatif yang seperti itu, biasakanlah membaca referensi terlebih dahulu sebelum menyetujui tawaran atau permintaan, karena dari situlah kita akan mengetahui pandangan orang lain terhadap orang tersebut.
Tadinya aku dan suamiku juga begitu, referensi dari orang-orang lain dibaca bener-bener, ada lho yang jumlah referensi positifnya sampai lebih dari 100. Hebat kan? Tapi kenyataan dan waktu membuktikan bahwa referensi juga nggak bisa dijadikan patokan sama sekali. Kalau aku sendiri, sekarang lebih percaya pada "gut" (mungkin terjemahan bebasnya insting kali yah). Kalau nggak sreg, biarpun referensi positifnya sampai lebih dari 100 juga nggak akan diterima. Namun ada beberapa orang yang cuma punya referensi sedikit, atau belum punya referensi  sama sekali (baru pertama kali mau jadi surfer), bisa saja aku terima.
Tergantung dari apanya?
Satu, cara dia menulis request (permintaan). Akan tampak kalau dia nulisnya sungguh-sungguh atau iseng-iseng dari caranya menulis. Ada lho, yang udah mau numpang tidur, nyebutin nama hostnya aja nggak, jadi kelihatan banget kalau copy paste dan mungkin dia kirimnya ke banyak orang.
Kedua, dari profilnya. Bagaimana cara orang tersebut menulis isi profilnya, ternyata juga cukup menentukan lho. Profil yang ditulis dengan sungguh-sungguh, atau hanya asal tulis doang biar kelihatan ada isinya.
Ketiga barulah referensi. Kalau ada satu saja referensi negatif, kita sudah harus waspada. Bahkan tanpa referensi negatif pun tetap harus waspada. Kadang orang ternyata masih sungkan atau takut menuliskan referensi negatif, karena orang yang dimaksud masih bisa membalas referensi yang ditulis untuknya. Kalau orang yang dasarnya negatif, menyebalkan, atau memanfaatkan, lalu ditulis sesuai apa adanya, lalu dia membalas dan justru memfitnah balik, itulah yang berabe.
Aku sendiri belum pernah menulis referensi negatif untuk orang lain, karena faktor barusan di atas tadi. Semua referensi atau komentar terhadap referensi, nggak bisa diedit atau dihapus sama sekali, kecuali account yang digunakan dihapus/didelete. Makanya agak repot juga kan kalau mau selalu jujur. Lebih baik nggak nulis referensi kalau begini.
Jadi memang alangkah baiknya kalau kita bisa memilih betul surfer atau host kita. Belajar dari pengalaman adalah cara terbaik.

Aku sendiri ikut Couchsurfing lebih karena ingin menjadi host ketimbang menjadi surfernya. Ya memang bisa saja kalau pas ke luar kota atau ke luar negeri, cari-cari penginapan gratisan semacam ini. Tapi ya itu tadi, apakah kita pasti akan nyaman dengan orang yang menjadi host kita? Apakah kita sudah mengetahui budaya dan kebiasaan sebagai tamu di negara yang akan dikunjungi tersebut? Banyak faktor sih, tapi sejauh ini aku dan suamiku mendingan nginap di penginapan yang murah-murah saja. Mungkin suatu saat nanti kalau ada host yang bener-bener cocok dan sreg baru deh dicoba jadi surfer. Pastinya, beberapa "mantan" surferku orang-orangnya memang sangat baik, open minded, dan menyenangkan. Tapi hampir semuanya orang Eropa, dan entah kapan aku bisa keliling ke Eropa nih... hahahaha....

Couchsurfing itu cocok-cocokan menurutku, sifatnya lebih ke person to person, bukan seperti di media sosial. Host dan surfer yang sama-sama baik, belum tentu bisa cocok dan "connect" saat bertemu.
Nah di atas cerita soal platformnya yah, terus bagaimana ceritanya pertama kali aku bisa gabung di Couchsurfing ini?

Waktu itu, tanggal 25 November 2016 siang, aku dan suamiku sedang berada di atas kapal feri dari pelabuhan Gilimanuk, Bali, menuju ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Kami baru selesai berlibur di Bali, dan sedang dalam perjalanan pulang.
Sewaktu di atas feri ini, ada 3 cewek bule, dan mungkin mulai dari setengah perjalanan, kami mulai mengajak ngobrol. Mereka bertiga berasal dari Perancis, dan sedang dalam perjalanan ke Banyuwangi untuk mendaki Ijen. Mereka bertiga naik 2 sepeda motor. Kemudian si cewek yang paling besar badannya ini tanya, kalau cari penginapan di Banyuwangi susah nggak? Lalu suamiku bilang kepadaku, kalau mau suruh nginep di rumah saja.
Jadi kubilang begitu kepada si cewek ini, kalau kamu mau, kamu boleh tidur di rumahku. Gratis. Sepertinya dia agak kaget, terus dia laporan dan berunding dulu sama temannya yang 2 orang. Akhirnya mereka setuju.

Sebelum turun dari feri, kami memasukkan backpack mereka yang jumbo-jumbo ke dalam mobil kami, supaya mereka tidak kesulitan membawanya, lalu mereka mengikuti di belakang kami naik sepeda motor saat feri sudah bersandar.
Sesampai di rumah, sepertinya mereka senang sekali. Dari siang sampai sore itu, kami banyak mengobrol. Mereka bertiga orangnya asyik dan seru. Yang berbadan paling besar namanya Segolette, yang lebih kecil tapi rambutnya coklat namanya Morgaine, dan yang paling kecil dan berambut hitam namanya Laetitia.
Segolette sedang memulai perjalanannya karena dia baru saja mengambil sabbatical holidaynya (di sana ada istilah cuti panjang untuk beberapa pekerjaan tertentu, dengan syarat tertentu, yang lamanya bisa 6-12 bulan). Morgaine sendiri bekerja sebagai volunteer/sukarelawan di mana saja ada pekerjaan. Sedangkan Laetitia hanya mengambil liburan jangka pendek sebelum memulai lagi pekerjaannya mengajar.
Siang itu aku memasakkan nasi goreng untuk mereka, karena mereka belum makan siang. Dan mereka mau mencoba makan dengan tangan lho, lucu sekali melihatnya.


Selanjutnya, mereka memaksa akan memasakkan makan malam buat kami karena sudah ditumpangi tempat, bahkan rencananya kami berdua yang akan mengantar mereka sampai ke Paltuding, basecamp sebelum mendaki Gunung Ijen.
Jadilah sore hari kami mengantar mereka ke pasar untuk belanja bahan makanan yang mereka butuhkan untuk masak. Mereka yang bayar sendiri lho...
Malam itu pun rumah kami ramai dengan 3 cewek yang sibuk di dapur kami, sedangkan kami menonton. Mereka memasakkan makanan khas Perancis, katanya, entah apa namanya aku sudah lupa, karena susah banget diinget... Ada kentang yang diiris-iris agak tipis, ayam, lalu dioven menggunakan loyang, ditambah beberapa macam bumbu, susu cair, dan tomat serta bawang bombay.


Buat aku yang pemakan segala, rasanya enak juga lho ^_^
Suamiku nggak begitu demen, tapi doyan kok. Kami berlima makan malam bersama dalam suasana yang menyenangkan. Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat dan waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, maka kami pun tidur.


Menjelang jam 1 pagi, kami bangun, dan setelah bersiap-siap, kami mengantarkan mereka bertiga ke Paltuding. Kami sudah mengaturkan seorang guide untuk mereka, supaya mereka nggak bingung di sana nantinya. Setelah bertemu dengan guidenya (Mas Eko, yang ceritanya juga ada di salah satu postinganku tentang Ijen), kami pun pulang ke rumah dan berusaha untuk tidur lagi. Baru bangun lagi jam 7 pagi, dan menjelang jam 8 pagi kami sudah berangkat menjemput mereka di Paltuding.

Tampaknya mereka kelelahan sekali, di mobil pun tertidur hehehehe... Sampai di rumah, mereka juga langsung tidur sampai siang hari. Setelah bangun, barulah mereka mandi, dan sekitar jam 1.20 siang, kami makan lagi bersama-sama. Aku sudah menyiapkan bakmi goreng, ikan goreng tepung, orak-arik sayuran, tempe goreng tepung, dan puding santan sebagai hidangan penutup. Kayaknya sih mereka suka dengan apa yang aku masakkan, makannya lahap semua. Kata mereka, wah rasanya seperti makan hidangan di pesta saja ^_^


Nggak lama setelah makan siang, mereka pun berpamitan hendak kembali ke Bali lagi. Dari ketiga orang ini, masing-masing mempunyai rencana yang berbeda-beda. Segolette dan Morgaine akan kembali ke Bali, dan melanjutkan perjalanan ke Australia. Sedangkan Laetitia harus sampai di Surabaya keesokan harinya, karena dia akan pulang ke negerinya dengan pesawat dari Surabaya.

Jadilah Segolette dan Morgaine berangkat pergi mengendari sepeda motor mereka masing-masing sekitar jam 3 sore, sedangkan Laetitia ikut mengantar mereka ke Ketapang, dan baru kembali ke rumah sore harinya dengan naik ojek (bukan ojek sih, tapi anak perempuan di Ketapang yang mau nganterin dan lalu dibayar dengan sejumlah uang, itu pun pakai acara nyasar kemana-mana hahahaha).

Walaupun Laetitia nggak terlalu mengerti bahasa Inggris, tapi kami masih bisa sedikit ngobrol menggunakan Google Translate. Lucu juga jadinya. Laetitia juga menyerahkan secarik kertas dari Segolette dan Morgaine, yang isinya berterima kasih kepada kami, dan meninggalkan uang sebesar 150 ribu rupiah. Tentunya kami nggak mau menerima uang tersebut, dan akhirnya kami pakai untuk membayar transportasi Laetitia malam itu. Laetitia juga memberikan sebotol kecil (seperti botol untuk sampel) parfum, yang baunya wangi sekali. Asli buatan Perancis lho hehehehe....


Sekitar jam 8 malam, Laetitia dijemput oleh travel yang akan mengantarnya ke Surabaya, langsung ke bandara. Uang yang tadi kami serahkan kepada Pak Sopirnya, dan memberi tahu Laetitia bahwa transportnya sudah dibayar. Entah ngerti atau nggak tuh hahahaha....

Senang sekali menerima tamu di rumah kami, apalagi putri kecil kami sudah tidak lagi di rumah. Suasana jadi ramai dan hidup kembali saat mereka di rumah.
Pada saat mengobrol di siang hari itulah, Segolette dan Morgaine memberi tahu kami akan adanya Couchsurfing ini, dan katanya kalau kami suka menerima tamu, ikut Couchsurfing saja.... ^_^

Begitulah awal ceritanya pertama kali aku mendengar istilah Couchsurfing (walaupun belum langsung mendaftar jadi anggota saat itu). Ketiga gadis dari Perancis ini telah menjadi surfer nggak resmi kami untuk pertama kalinya.
Dari sini pulalah aku mulai lebih percaya diri untuk memulai lebih dulu percakapan dengan turis asing (kalau ketemu di jalan) dan berusaha membantu apabila mereka menemukan kesulitan.

Dari Couchsurfing pertamaku ini, aku jadi memperoleh sebuah pengalaman yang baru, unik, menyenangkan, dan tentunya menambah teman baru pula. Mereka mengatakan kalau kami ke Perancis, kami memiliki 3 rumah untuk tempat tinggal di kota yang berbeda-beda.
Well, I hope I can see you again, girls!

Au revoir et à bientôt !!

No comments:

Post a Comment