Tanggal 3 Januari 2017, akhirnya aku resmi bergabung dengan komunitas Couchsurfing dengan mendaftar menjadi anggota, dan membayar sebesar US$ 20 (per tahun). Tujuannya kalau kami berdua suatu saat mungkin berlibur ke luar negeri, ngarep bisa pakai fasilitas ini biar agak hemat pengeluaran buat nginep hahahaha, jadi US$ 20 untuk 1 tahun bisa dianggap sepadan deh... (tapi belakangannya malah nggak terlalu minat lagi untuk jadi surfer, lebih suka jadi host saja hehehehe)
Pengalaman keduaku menjadi host terjadi secara kebetulan. Saat itu aku dan suamiku sedang liburan (lagi) ke Bali. Tanggal 14 Januari tepatnya, kami berdua sedang mengunjungi Munduk Waterfall, dan selain kami berdua, hanya ada beberapa turis asing. Kami mengambil foto seperlunya saja, dan lebih banyak mengagumi air terjunnya yang tinggi dan deras sekali airnya. Kemudian seorang perempuan Asia mengambil tempat di depan air terjun dan berfoto lama sekali di sana dengan berbagai macam gaya dan kostum. Setelah selesai, gantian seorang perempuan muda dari Eropa yang melakukan hal yang sama, bergaya bagaikan model yang sedang memperagakan bikini yang dia kenakan. Saat itulah sepasang turis asing lainnya yang tampak sudah separuh baya, berkomentar agak miring mengenai para foto model dadakan ini, yang lalu kutanggapi dengan nada setuju.
Dari situlah kemudian terjadi percakapan di antara kami, dan setelah mereka tahu kami berasal dari Banyuwangi, mereka bertanya apakah di Banyuwangi tidak susah mencari akomodasi, karena mereka berencana akan ke Banyuwangi dalam beberapa hari ke depan untuk naik ke Ijen.
Dari pembicaraan sebelumnya, aku merasa cocok dengan mereka berdua, sepertinya kami memiliki prinsip yang sama mengenai travelling dan alam. Karenanya sekalian kami undang mereka untuk menginap di rumah saja kalau mau. Sepertinya mereka masih agak ragu-ragu, jadi aku memberikan nomor HP-ku kepada mereka, kalau-kalau mereka mau ke Banyuwangi dan jadi ingin ke rumah. Ternyata mereka berdua berasal dari USA, namanya Danny dan Dorit. Setelah itu kami berpisah, dan keesokan harinya kami berdua pulang ke Banyuwangi.
Tiga hari berlalu setelah pertemuan di air terjun tersebut, dan aku sedang berada di tempat kerja ketika mendapat WhatsApp dari Danny, katanya mereka akan datang hari itu ke Banyuwangi, dan bertanya apakah tawaranku masih berlaku untuk menginap di rumah. Tentu saja aku mengiyakan dan memberikan alamat rumah.
Siang menjelang sore hari, Danny dan Dorit datang ke rumah naik taxi. Kami menyambut kedatangan mereka berdua dengan semangat. Kamar tidur pun sudah disiapkan. Kami mengobrol ngalor ngidul mengenai hal-hal yang umum. Oya, untuk ke Ijen, saat itu aku baru saja diberi nomor sebuah agen tour ke Ijen oleh salah seorang teman Couchsurfing juga. Jadi aku menyarankan Danny dan Dorit menggunakan jasa tour tersebut, dan mereka setuju. Biayanya IDR 300K per orang, sudah termasuk tiket masuk (IDR 100K), transport antar jemput sampai tujuan, masker gas, dan guide selama pendakian ke Ijen. Mereka akan langsung berangkat malam harinya.
Sore harinya, aku memasakkan makan malam sederhana untuk mereka berdua. Hanya mie goreng tanpa daging. Dorit adalah seorang vegetarian. Danny sendiri bisa makan ikan, tapi tidak makan daging yang lain. Karenanya yang aman ya dibuatkan mie goreng telur saja hehehehe...
Malam harinya kami sempat mengajak Danny dan Dorit untuk mengunjungi tempat kami bekerja, lalu jalan-jalan sebentar ke taman Sritanjung, taman di pusat kota Banyuwangi, yang kebetulan letaknya sangat dekat dengan toko kami. Lalu kami ajak berkeliling kota naik mobil juga, untuk melihat-lihat suasana di Banyuwangi pada malam hari.
Sesampai di rumah, kami masih mengobrol sebentar, sampai sekitar jam 9 malam, Danny dan Dorit berpamitan untuk tidur supaya ada kesempatan untuk beristirahat sebelum berangkat ke Ijen.
Lewat tengah malam, aku sempat terbangun karena Tyson, anjing peliharaanku, menggonggong cukup ramai. Ternyata saat itulah Danny dan Dorit dijemput oleh mobil tour. Kami sudah mempersilakan mereka keluar lewat pintu depan dan tidak perlu membangunkan kami.
Keesokan paginya, mereka berdua kembali ke rumah diantar oleh mobil yang sama sekitar jam 8 pagi. Setelah mandi, mereka berdua istirahat, sementara aku sendiri sibuk di dapur.
Sekitar jam 10.30 pagi, saat aku sedang beristirahat, aku mendengar Dorit bangun dan keluar dari kamar. Katanya sudah merasa cukup segar dan susah untuk tidur lagi, jadi dia bangun. Kami pun mengobrol di dapur sambil minum kopi. Sesaat kemudian, Danny juga keluar dari kamar dan ikut mengobrol.
Untuk makan siang, aku masak nasi goreng untuk mereka berdua. Setahuku, kebanyakan turis asing memang suka sekali makan nasi goreng dan mie goreng kalau berkunjung ke Indonesia, karenanya aku berusaha menyajikan makanan yang walaupun sederhana, tapi disukai orang pada umumnya.
Dari banyak mengobrol ini, aku jadi tahu lebih banyak mengenai mereka berdua. Danny sudah berusia 62 tahun, dan Dorit 57 tahun, tapi mereka berdua tampak sangat fit di usianya. Mendaki Ijen bagi mereka bukan hal yang berat. Mereka berdua sudah menikah selama 32 tahun.
Keduanya berpenampilan sangat sederhana, bahkan kaos yang mereka kenakan tampak butut, tapi dari cerita-cerita dan sikap mereka, aku tahu bahwa mereka termasuk yang sangat mapan dari segi keuangan.
Mereka sendiri berasal dari Israel, lahir, tinggal dan dibesarkan di negara tersebut, namun kemudian bermigrasi dan sampai saat ini sudah belasan tahun menetap di USA. Mereka mempunyai 3 orang anak yang semuanya sudah dewasa,
Danny sendiri dulunya adalah praktisi IT (sepertinya programmer), yang kemudian pensiun dini di usia 50-an, lalu mempelajari pengobatan tradisional ala Asia, sedangkan Dorit sampai sekarang masih bekerja di bidang IT sebagai programmer, di sebuah perusahaan kelas dunia.
Banyak hal baru dan menarik yang aku pelajari dari mereka berdua. Mulai dari tips untuk travelling dan hiking, gaya hidup sehat dan pengobatan secara alami, tradisi orang Yahudi, sampai kisah asal muasal pertikaian Israel vs Palestina hingga keadaan sesungguhnya saat ini (media memang selalu membesar-besarkan keadaan supaya tampak dramatis), dan masih banyak lagi. Mereka juga banyak bercerita mengenai anak-anak dan keluarga mereka. Sangat-sangat menyenangkan, mengobrol dengan pasangan ini. Serasa tiada habisnya bahan obrolan yang dibicarakan.
Semenjak siang hari, Dorit sudah bersikeras mengatakan bahwa mereka ingin membelikan sesuatu untuk kami sebagai balas jasa telah memberikan tumpangan selama di sini. Tentu saja aku bilang tidak perlu. Dorit sampai setengah memaksa, katanya aku boleh minta apa saja yang aku inginkan, entah baju, perhiasan, apa saja deh! Wah aku benar-benar sampai berusaha mati-matian menolak dengan halus lho... Pada akhirnya Dorit memberikan sebuah buku berjudul "Requiem" untukku ^_^
Secara khusus mereka juga mengundang kami untuk singgah di rumah mereka kalau kami berkunjung ke negara Paman Sam. Mereka ingin menunjukkan suasana dan alam di daerah tempat tinggal mereka.
Sore harinya, karena mereka berdua suka minum kopi, kami ajak ke Conato Cafe milik teman kami. Aku tahu di tempat ini makanan dan minuman yang disajikan sepadan dengan harganya, beda dengan tempat lain yang kadang cuma menang mahal doang.
Kebetulan teman kami yang menjadi manager di sini, Asmin, sedang berada di tempat, dan pada akhirnya malah kami disuruh makan dan minum apa saja, semuanya on the house, alias gratis. Wah baik banget ya... Danny dan Dorit juga sangat menikmati kopi dan roti yang mereka pesan di sini. Suasana di tempat ini cukup menyenangkan dan saat itu ramai dengan pengunjung, yang kebanyakan adalah anak-anak muda.
Setelah menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk mengobrol dan makan, kami mengajak mereka berdua ke kelenteng, kuil Kong Hu Cu yang ada di kota. Kami sendiri baru pertama kali berkunjung ke tempat ini hahahaha... jadi sekalian mengajak tamu, sekalian melihat-lihat juga. Kelentengnya sendiri baru saja selesai dibangun, karena bangunan yang lama sempat terbakar habis beberapa waktu sebelumnya. Bangunan yang sekarang tampak megah dan indah, dengan banyak patung dewa di dalamnya, yang rata-rata merupakan sumbangan dari para jemaatnya.
Dari kelenteng, kami mengajak Danny dan Dorit ke Pantai Boom, pantai di dalam kota Banyuwangi. Pantainya biasa saja sih, dan saat itu kebetulan hujan turun juga, jadi pemandangannya flat banget. Tapi aku tahu mereka sangat menghargai kami mengajak mereka kesana kemari, dan mereka tampak senang.
Malam harinya, kami makan di rumah dengan hidangan sederhana. Aku membuatkan beberapa macam rebusan sayuran beserta tahu goreng dan tempe goreng tepung. Walaupun katanya tidak terlalu lapar akibat dijamu oleh Asmin sore harinya, tapi mereka makan dengan lahap, dan suka sekali dengan tempe gorengnya. Katanya di USA sana, susah sekali mencari tempe yang enak. Kalaupun ada yang jual, kebanyakan sudah dalam keadaan beku, jadi rasanya pun sudah berbeda.
Kami pun melewatkan malam dengan mengobrol lagi, dan saat mereka sudah tampak lelah, mereka berpamitan untuk tidur.
Pagi harinya, kami sempat mengajak Dorit jalan-jalan di dalam kompleks perumahan kami. Katanya, kalau di USA rumah-rumah yang berada di kompleks seperti ini biasanya mahal. Beberapa desain bangunan mengingatkannya akan rumah-rumah di daerahnya juga. Danny dan Dorit sendiri tinggal di sebuah kota kecil, yang cuacanya tidak terlalu ekstrem.
Setelah berjalan pagi, kami di rumah saja sembari mereka berdua menyiapkan barang-barang mereka.
Sedianya, hari itu mereka berangkat kembali ke Bali naik travel. Hanya saja, travel yang kami tahu hanya berangkat pada malam hari, sedangkan mereka ingin berangkat pagi atau siang hari. Kami mendapat info dari teman untuk menggunakan jasa travel yang satu ini, dan seharusnya mereka dijemput jam 9 pagi.
Sekitar jam 8 pagi, aku menyiapkan sarapan sederhana, hanya pisang goreng dan kopi, dan ternyata mereka juga suka sekali makan pisang goreng. Saat sedang sarapan itulah, teman kami Asmin datang. Danny memesan kopi asli Banyuwangi dari Asmin sehari sebelumnya, dan pagi ini Asmin datang mengantarkan kopi tersebut. Kata Danny untuk oleh-oleh buat keluarganya dan untuk mereka sendiri juga ^_^
Asmin hanya singgah sebentar di rumah karena masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. Sementara itu, sembari mengobrol, tunggu punya tunggu, baru sekitar jam 12 siang travel yang ditunggu-tunggu datang. Itu pun, koper yang dibawa nyaris tidak cukup untuk masuk ke dalam bagasi mobil. Tempat duduknya pun berdesakan, sepertinya kelebihan penumpang. Aduh, aku malu banget sebetulnya, kualitas pelayanan travelnya buruk banget. Untungnya Danny dan Dorit bisa bertahan selama di perjalanan dan sampai dengan selamat di Denpasar sore hari menjelang malam. Mereka bilang, perjalanan dengan travel ini merupakan salah satu pengalaman buruk mereka, namun berjumpa dengan kami dan singgah di rumah kami adalah pengalaman paling menyenangkan selama mereka berlibur ke Indonesia. Wah, sampai tersanjung aku membaca pujian mereka hehehehehe...
Pengalaman keduaku bersama tamu asing di rumah ini sangat menyenangkan. Ternyata begitu banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang bisa kudapat dengan menerima tamu di rumah. Karenanya aku jadi ingin lebih sering lagi menerima tamu dari berbagai negara, berharap mendapatkan informasi atau pengalaman dari mereka.
Terima kasih Danny dan Dorit, walaupun saat ini aku belum berniat untuk mengunjungi USA, tapi mudah-mudahan suatu saat bisa bertemu kembali dengan kalian berdua, pasangan yang telah sangat menginspirasiku untuk lebih sering dan lebih lama lagi travelling ^_^
Dari situlah kemudian terjadi percakapan di antara kami, dan setelah mereka tahu kami berasal dari Banyuwangi, mereka bertanya apakah di Banyuwangi tidak susah mencari akomodasi, karena mereka berencana akan ke Banyuwangi dalam beberapa hari ke depan untuk naik ke Ijen.
Dari pembicaraan sebelumnya, aku merasa cocok dengan mereka berdua, sepertinya kami memiliki prinsip yang sama mengenai travelling dan alam. Karenanya sekalian kami undang mereka untuk menginap di rumah saja kalau mau. Sepertinya mereka masih agak ragu-ragu, jadi aku memberikan nomor HP-ku kepada mereka, kalau-kalau mereka mau ke Banyuwangi dan jadi ingin ke rumah. Ternyata mereka berdua berasal dari USA, namanya Danny dan Dorit. Setelah itu kami berpisah, dan keesokan harinya kami berdua pulang ke Banyuwangi.
Tiga hari berlalu setelah pertemuan di air terjun tersebut, dan aku sedang berada di tempat kerja ketika mendapat WhatsApp dari Danny, katanya mereka akan datang hari itu ke Banyuwangi, dan bertanya apakah tawaranku masih berlaku untuk menginap di rumah. Tentu saja aku mengiyakan dan memberikan alamat rumah.
Siang menjelang sore hari, Danny dan Dorit datang ke rumah naik taxi. Kami menyambut kedatangan mereka berdua dengan semangat. Kamar tidur pun sudah disiapkan. Kami mengobrol ngalor ngidul mengenai hal-hal yang umum. Oya, untuk ke Ijen, saat itu aku baru saja diberi nomor sebuah agen tour ke Ijen oleh salah seorang teman Couchsurfing juga. Jadi aku menyarankan Danny dan Dorit menggunakan jasa tour tersebut, dan mereka setuju. Biayanya IDR 300K per orang, sudah termasuk tiket masuk (IDR 100K), transport antar jemput sampai tujuan, masker gas, dan guide selama pendakian ke Ijen. Mereka akan langsung berangkat malam harinya.
Sore harinya, aku memasakkan makan malam sederhana untuk mereka berdua. Hanya mie goreng tanpa daging. Dorit adalah seorang vegetarian. Danny sendiri bisa makan ikan, tapi tidak makan daging yang lain. Karenanya yang aman ya dibuatkan mie goreng telur saja hehehehe...
Malam harinya kami sempat mengajak Danny dan Dorit untuk mengunjungi tempat kami bekerja, lalu jalan-jalan sebentar ke taman Sritanjung, taman di pusat kota Banyuwangi, yang kebetulan letaknya sangat dekat dengan toko kami. Lalu kami ajak berkeliling kota naik mobil juga, untuk melihat-lihat suasana di Banyuwangi pada malam hari.
Sesampai di rumah, kami masih mengobrol sebentar, sampai sekitar jam 9 malam, Danny dan Dorit berpamitan untuk tidur supaya ada kesempatan untuk beristirahat sebelum berangkat ke Ijen.
Lewat tengah malam, aku sempat terbangun karena Tyson, anjing peliharaanku, menggonggong cukup ramai. Ternyata saat itulah Danny dan Dorit dijemput oleh mobil tour. Kami sudah mempersilakan mereka keluar lewat pintu depan dan tidak perlu membangunkan kami.
Keesokan paginya, mereka berdua kembali ke rumah diantar oleh mobil yang sama sekitar jam 8 pagi. Setelah mandi, mereka berdua istirahat, sementara aku sendiri sibuk di dapur.
Sekitar jam 10.30 pagi, saat aku sedang beristirahat, aku mendengar Dorit bangun dan keluar dari kamar. Katanya sudah merasa cukup segar dan susah untuk tidur lagi, jadi dia bangun. Kami pun mengobrol di dapur sambil minum kopi. Sesaat kemudian, Danny juga keluar dari kamar dan ikut mengobrol.
Untuk makan siang, aku masak nasi goreng untuk mereka berdua. Setahuku, kebanyakan turis asing memang suka sekali makan nasi goreng dan mie goreng kalau berkunjung ke Indonesia, karenanya aku berusaha menyajikan makanan yang walaupun sederhana, tapi disukai orang pada umumnya.
Dari banyak mengobrol ini, aku jadi tahu lebih banyak mengenai mereka berdua. Danny sudah berusia 62 tahun, dan Dorit 57 tahun, tapi mereka berdua tampak sangat fit di usianya. Mendaki Ijen bagi mereka bukan hal yang berat. Mereka berdua sudah menikah selama 32 tahun.
Keduanya berpenampilan sangat sederhana, bahkan kaos yang mereka kenakan tampak butut, tapi dari cerita-cerita dan sikap mereka, aku tahu bahwa mereka termasuk yang sangat mapan dari segi keuangan.
Mereka sendiri berasal dari Israel, lahir, tinggal dan dibesarkan di negara tersebut, namun kemudian bermigrasi dan sampai saat ini sudah belasan tahun menetap di USA. Mereka mempunyai 3 orang anak yang semuanya sudah dewasa,
Danny sendiri dulunya adalah praktisi IT (sepertinya programmer), yang kemudian pensiun dini di usia 50-an, lalu mempelajari pengobatan tradisional ala Asia, sedangkan Dorit sampai sekarang masih bekerja di bidang IT sebagai programmer, di sebuah perusahaan kelas dunia.
Banyak hal baru dan menarik yang aku pelajari dari mereka berdua. Mulai dari tips untuk travelling dan hiking, gaya hidup sehat dan pengobatan secara alami, tradisi orang Yahudi, sampai kisah asal muasal pertikaian Israel vs Palestina hingga keadaan sesungguhnya saat ini (media memang selalu membesar-besarkan keadaan supaya tampak dramatis), dan masih banyak lagi. Mereka juga banyak bercerita mengenai anak-anak dan keluarga mereka. Sangat-sangat menyenangkan, mengobrol dengan pasangan ini. Serasa tiada habisnya bahan obrolan yang dibicarakan.
Semenjak siang hari, Dorit sudah bersikeras mengatakan bahwa mereka ingin membelikan sesuatu untuk kami sebagai balas jasa telah memberikan tumpangan selama di sini. Tentu saja aku bilang tidak perlu. Dorit sampai setengah memaksa, katanya aku boleh minta apa saja yang aku inginkan, entah baju, perhiasan, apa saja deh! Wah aku benar-benar sampai berusaha mati-matian menolak dengan halus lho... Pada akhirnya Dorit memberikan sebuah buku berjudul "Requiem" untukku ^_^
Secara khusus mereka juga mengundang kami untuk singgah di rumah mereka kalau kami berkunjung ke negara Paman Sam. Mereka ingin menunjukkan suasana dan alam di daerah tempat tinggal mereka.
Sore harinya, karena mereka berdua suka minum kopi, kami ajak ke Conato Cafe milik teman kami. Aku tahu di tempat ini makanan dan minuman yang disajikan sepadan dengan harganya, beda dengan tempat lain yang kadang cuma menang mahal doang.
Kebetulan teman kami yang menjadi manager di sini, Asmin, sedang berada di tempat, dan pada akhirnya malah kami disuruh makan dan minum apa saja, semuanya on the house, alias gratis. Wah baik banget ya... Danny dan Dorit juga sangat menikmati kopi dan roti yang mereka pesan di sini. Suasana di tempat ini cukup menyenangkan dan saat itu ramai dengan pengunjung, yang kebanyakan adalah anak-anak muda.
Setelah menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk mengobrol dan makan, kami mengajak mereka berdua ke kelenteng, kuil Kong Hu Cu yang ada di kota. Kami sendiri baru pertama kali berkunjung ke tempat ini hahahaha... jadi sekalian mengajak tamu, sekalian melihat-lihat juga. Kelentengnya sendiri baru saja selesai dibangun, karena bangunan yang lama sempat terbakar habis beberapa waktu sebelumnya. Bangunan yang sekarang tampak megah dan indah, dengan banyak patung dewa di dalamnya, yang rata-rata merupakan sumbangan dari para jemaatnya.
Dari kelenteng, kami mengajak Danny dan Dorit ke Pantai Boom, pantai di dalam kota Banyuwangi. Pantainya biasa saja sih, dan saat itu kebetulan hujan turun juga, jadi pemandangannya flat banget. Tapi aku tahu mereka sangat menghargai kami mengajak mereka kesana kemari, dan mereka tampak senang.
Malam harinya, kami makan di rumah dengan hidangan sederhana. Aku membuatkan beberapa macam rebusan sayuran beserta tahu goreng dan tempe goreng tepung. Walaupun katanya tidak terlalu lapar akibat dijamu oleh Asmin sore harinya, tapi mereka makan dengan lahap, dan suka sekali dengan tempe gorengnya. Katanya di USA sana, susah sekali mencari tempe yang enak. Kalaupun ada yang jual, kebanyakan sudah dalam keadaan beku, jadi rasanya pun sudah berbeda.
Kami pun melewatkan malam dengan mengobrol lagi, dan saat mereka sudah tampak lelah, mereka berpamitan untuk tidur.
Pagi harinya, kami sempat mengajak Dorit jalan-jalan di dalam kompleks perumahan kami. Katanya, kalau di USA rumah-rumah yang berada di kompleks seperti ini biasanya mahal. Beberapa desain bangunan mengingatkannya akan rumah-rumah di daerahnya juga. Danny dan Dorit sendiri tinggal di sebuah kota kecil, yang cuacanya tidak terlalu ekstrem.
Setelah berjalan pagi, kami di rumah saja sembari mereka berdua menyiapkan barang-barang mereka.
Sedianya, hari itu mereka berangkat kembali ke Bali naik travel. Hanya saja, travel yang kami tahu hanya berangkat pada malam hari, sedangkan mereka ingin berangkat pagi atau siang hari. Kami mendapat info dari teman untuk menggunakan jasa travel yang satu ini, dan seharusnya mereka dijemput jam 9 pagi.
Sekitar jam 8 pagi, aku menyiapkan sarapan sederhana, hanya pisang goreng dan kopi, dan ternyata mereka juga suka sekali makan pisang goreng. Saat sedang sarapan itulah, teman kami Asmin datang. Danny memesan kopi asli Banyuwangi dari Asmin sehari sebelumnya, dan pagi ini Asmin datang mengantarkan kopi tersebut. Kata Danny untuk oleh-oleh buat keluarganya dan untuk mereka sendiri juga ^_^
Asmin hanya singgah sebentar di rumah karena masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. Sementara itu, sembari mengobrol, tunggu punya tunggu, baru sekitar jam 12 siang travel yang ditunggu-tunggu datang. Itu pun, koper yang dibawa nyaris tidak cukup untuk masuk ke dalam bagasi mobil. Tempat duduknya pun berdesakan, sepertinya kelebihan penumpang. Aduh, aku malu banget sebetulnya, kualitas pelayanan travelnya buruk banget. Untungnya Danny dan Dorit bisa bertahan selama di perjalanan dan sampai dengan selamat di Denpasar sore hari menjelang malam. Mereka bilang, perjalanan dengan travel ini merupakan salah satu pengalaman buruk mereka, namun berjumpa dengan kami dan singgah di rumah kami adalah pengalaman paling menyenangkan selama mereka berlibur ke Indonesia. Wah, sampai tersanjung aku membaca pujian mereka hehehehehe...
Pengalaman keduaku bersama tamu asing di rumah ini sangat menyenangkan. Ternyata begitu banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang bisa kudapat dengan menerima tamu di rumah. Karenanya aku jadi ingin lebih sering lagi menerima tamu dari berbagai negara, berharap mendapatkan informasi atau pengalaman dari mereka.
Terima kasih Danny dan Dorit, walaupun saat ini aku belum berniat untuk mengunjungi USA, tapi mudah-mudahan suatu saat bisa bertemu kembali dengan kalian berdua, pasangan yang telah sangat menginspirasiku untuk lebih sering dan lebih lama lagi travelling ^_^
No comments:
Post a Comment