Minggu, 18 September 2016
Pagi ini aku terbangun pukul 4.35, lalu segera memeras lemon dan menyiapkan sarapan untuk suami dan putri tercinta jika mereka bangun. Tadinya mau ke toilet umum, tapi ternyata masih dikunci. Mungkin semalam saat kami tidur ada petugas yang datang untuk menguncinya. Jadi lagi-lagi mandi di campervan deh...Entah kenapa, hari ini suami dan putriku bermalas-malasan bangun pagi walaupun alarm yang mereka pasang sudah menjerit-jerit, jadi kubiarkan saja mereka bernyaman ria di dalam selimut.
Daripada menganggur, aku beranjak keluar dari campervan dan terpana dengan tebalnya kabut yang menyelimuti sekelilingku. Jalanan, pepohonan, semuanya hanya tampak dalam radius dekat saja, sisanya benar-benar putih. Herannya aku tidak merasa kedinginan di dalam cuaca seperti itu walaupun hanya mengenakan celana pendek dan kaus oblong. Aku berjalan kaki dan memotret di sekitar taman. Sampai sekitar pukul 6.45 pagi, aku kembali ke campervan dan membangunkan suami. Setelah minum lemon, kopi, dan makan roti isi selai hazelnut, kami jalan-jalan dan foto di taman dan sekitarnya.
Sekitar jam 7 pagi, tampak ada sebuah mobil yang berhenti di belakang campervan kami. Seorang pria setengah baya turun dan sepertinya mengambil peralatan dari belakang mobilnya. Rupanya beliau adalah petugas yang datang untuk membersihkan toilet. Putriku baru saja terbangun dari bobo cantiknya saat sang petugas selesai membersihkan toilet tersebut. Jadi mereka berdua bisa sikat gigi dan cuci muka di toilet yang masih wangi dan super bersih.
Setelah itu kami sempat foto-foto dan jalan-jalan sejenak, lalu sekitar jam 8 pagi, kami menuju The Square, yang hanya berjarak sekitar 1 KM saja. The Square ini semacam alun-alun kalau di Indonesia, namun dengan area yang jauh lebih luas, dengan taman-taman bunga dan kolam di dalamnya. i-SITE Visitors Centre juga bisa ditemukan di sini. The Square merupakan tempat yang iconic banget di Palmy.
Yang agak sulit adalah mencari tempat parkir mobil yang gratis, karena di sekeliling The Square, semua tempat parkir sepertinya berbayar. Bukan masalah nggak mau bayarnya sih, tapi lebih karena nggak tahu cara bayarnya, kayaknya malu-maluin banget kalau ketahuan udiknya hahahaha... udah gitu karena masih pagi, belum ada orang yang ditanya juga. Masih relatif sepi banget deh...
Update 2017: biasanya di kota-kota yang cukup ramai, untuk daerah pusat kota atau pusat bisnis memang diberlakukan parkir berbayar. Besarnya biaya bisa dilihat pada rambu yang tersedia. Selain itu tidak jarang yang sudah berbayar, ada waktu maksimalnya. Ada yang 1 jam (biasanya untuk wilayah yang sibuk dan ramai), 2 jam, dan seterusnya.
Nah, setelah mengenal benar kehidupan di sana baru tahu bahwa parkir berbayar tidak berlaku pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari besar lainnya (tanggalan merah di kalendernya NZ, contohnya ANZAC Day). Jadi sebetulnya seandainya waktu itu kami parkir di sekitar The Square pun harusnya gratis, karena jatuh pada hari Minggu hehehehe....
Setelah memutari beberapa jalan di sekitar The Square, akhirnya kami parkir di Andrew Young Street, di mana ada rambu bertuliskan 2 hours free parking. Dari situ kami berjalan kaki ke The Square. Di sekeliling The Square sendiri banyak tempat-tempat publik. Mulai dari gedung Palmerston North City Council, City Library, The Plaza (yang merupakan mall terbesar di Palmy), dan tak terhitung banyaknya cafe, resto dan bar yang berjajar di jalan-jalan sekitarnya. Cuma saat itu semuanya masih belum buka, jadi tampak sunyi senyap, hanya tampak beberapa mobil yang lewat.
Kami berjalan masuk ke dalam tamannya, tempatnya luas, bersih, rapi dan terstruktur. Sungguh indah dan menyenangkan berjalan-jalan di dalamnya. Ada The Clock, menara dengan jam di puncaknya, yang merupakan salah satu must do juga di Palmy. Banyak tanaman bunga yang bermekaran dan berwarna-warni. Banyak patung dan pahatan bebatuan juga. Ada jembatan kecil namun indah yang membentang di tengah kolam yang memiliki beberapa air mancur kecil di tengahnya. Ada pula kran air untuk minum di dekatnya. Menyenangkan sekali berada di sana. Kami berfoto-foto, jalan-jalan dan melihat suasana sekitar sampai puas. Sempat pula hendak ke toilet, yang berada di dekat i-SITE. Ternyata untuk ke toiletnya, harus masuk ke dalam i-SITE dulu (yang berada di luar masih dikunci). Setelah puas berada di sana, kami berjalan kembali menuju ke campervan.
Tujuan kami berikutnya adalah ke rumah seorang kawan di dekat sana, hanya sekitar 5 menit naik campervan dari The Square. Namanya Dian. Beliau orang Indonesia yang menikah dengan seorang Kiwi dan sudah lama tinggal di Palmy. Percaya tidak, kami belum pernah bertemu dengannya, aku mengenalnya hanya dari sebuah group di Facebook. Waktu beliau tahu kami akan melewati Palmerston North, beliau mengundang kami untuk sarapan di rumahnya. Sebetulnya kami sungkan, tapi juga ingin kenalan hehehehe.... Jadilah kami janjian untuk datang ke rumahnya.
Catatan tambahan: "Kiwi" selain merupakan nama buah, juga merupakan sebutan bagi warga kulit putih penduduk NZ (dulunya pendatang). Sedangkan suku asli sebelum adanya pendatang dari Inggris adalah suku Maori.
Sesampai di alamat yang dituju, sambutan yang kami terima sangat ramah, dan rupanya beliau sedang membuatkan sarapan untuk kami, full Kiwi breakfast. Suami Dian, Barry, adalah seorang Kiwi. Hidangan yang disajikan berupa bacon, sosis, hash brown, lengkap dengan tomat dan saus tomat yang ada kacangnya. Enak sekali lho ternyata, sampai nambah makannya ^_^
Kami sarapan sembari mengobrol, hingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Kami juga kedatangan tamu lain, Octina, perempuan berkewarganegaraan Indonesia yang suaminya sedang menempuh pendidikan di kota ini. Ngobrolnya jadi semakin ramai, maklum emak-emak hehehehe.... Suami dan putriku pun sempat menumpang mandi, karena beberapa hari terakhir mereka mandi dengan kurang layak hehehehe....
Sekitar jam 12.30 siang, kami pamit hendak melanjutkan perjalanan. Sebelum pulang pun, Dian membawakan kami lemon, yang kami petik sendiri dari pohon di kebunnya. Waaaah senang banget, karena persediaan lemon untuk diminum tiap pagi jadi banyak. Sekali lagi terima kasih ya Dian.... hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikanmu... Hope we meet again one day... ^_^
Kami berangkat dengan perut penuh dan badan segar dari Palmy langsung menuju ke Te Mata Peak yang jaraknya sekitar 170 KM. Sekitar jam 1 siang, hujan mulai turun lagi. Aku duduk di sebelah pak sopir untuk membantu navigasi, lalu sampai di Waipukurau, kami berhenti di Tukituki Scenic Reserve di tepi Tukituki River. Aku membuatkan Indomie goreng untuk makan kami bertiga sembari beristirahat di tepi sungai. Nikmat sekali rasanya makan indomie di tengah hujan di dalam campervan di tepi sungai hehehehe...
Setelah perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan. Sampai di daerah Otane, ganti putriku yang duduk di depan, dan aku bersibuk ria menyiapkan bahan baku untuk makan malam di belakang. Jalan menuju Te Mata Peak cukup menanjak dan berkelak-kelok. Kami sampai di tempat parkir Te Mata Peak sekitar jam 3 siang. Masih ada tempat parkir yang sampai puncak, tapi suami tidak berani karena memang jalannya tampak terjal dan agak menyeramkan. Kami pilih berjalan kaki saja untuk menuju ke puncak sana.
Te Mata Peak merupakan perbukitan yang menjulang di daerah selatan Hastings, dan merupakan salah satu titik puncak tertinggi di sana. Dari lokasinya, Te Mata Peak masuk wilayah Hawkes Bay, dengan puncak ketinggian mencapai 399 meter. Jalan aspal dibuat sampai di puncak agar pengunjung dapat melihat puncaknya dari tempat yang disediakan. Di sini terdapat banyak jalur untuk para hikers dan pesepeda gunung. Pemukiman warga Havelock North juga berada di kaki bukit tersebut. Pada puncak tertingginya, dari tempat ini kita bisa melihat Heretaunga Plains dan Hawke's Bay, termasuk Napier. Bahkan di saat cerah, jangkauan pandangannya bisa mencapai Mt. Ruapehu dan Mahia Peninsula. Keren banget yah?
Kami berjalan kaki mendaki perbukitan yang hijau kekuningan ini, dan apa yang kami lihat semakin ke atas semakin indah. Sesampai di puncak, pemandangannya benar-benar luar biasa memukau. Sejauh mata memandang, tampak hamparan perbukitan yang megah tiada tara.... Perasaanku meluap-luap dan mengharu biru menyaksikan betapa indah alam ciptaanNya ini. Lebay ya... mungkin karena asli orang desa, jadi yang hanya begini saja tampak luar biasa hehehehe...
Tak terhitung banyaknya foto dan video yang kami ambil selama di sana. Kebetulan matahari pun sempat bersinar dengan ceria, menambah sempurna suasana. Rasanya betah berlama-lama di sana, tiada puasnya mata memandang indahnya perbukitan ini. Sekitar jam 6 petang baru kami beranjak turun dari tempat ini. Suasana masih terang saat kami meninggalkan Te Mata Peak.
Dari Te Mata Peak, kami langsung turun dan menuju ke Farmhouse Lodge, penginapan ala backpackers milik Novia Bliss, teman yang kukenal dari group FB juga gara-gara tahun lalu ke South Island. Dengan segala kebaikannya, beliau menawari kami untuk menginap di lodge nya, padahal beliau justru sedang berada di luar kota. Jadilah kami ke Farmhouse Lodge di pinggiran kota Hastings.
Kami sampai di Farmhouse Lodge sekitar jam 7 malam, dan disambut dengan sangat baik oleh Terry, manager di tempat ini. Beliau menunjukkan tempat dapur, kamar mandi, dan ruang laundry yang bisa kami gunakan.
Setelah itu kami menyiapkan makan malam sambil diajak ngobrol oleh Terry, Andre, dan Beaudene, putra Mr. Dawson, suami Novia. Mereka baik, ramah, dan lucu sekali, lho.... Andre bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit, dan mendengarkannya bercerita kocak sekali, ditambah lagi perawakannya yang bulat. Saat suami saya bercerita bahwa saya suka pedas dan bisa makan dengan 40 buah cabe, Andre bilang, wah kalau aku makan cabe 40, aku bisa mati... hahahaha...
Kami juga sempat mencuci dan mengeringkan pakaian kami yang sudah mulai menumpuk selama beberapa hari kemarin. Mesin laundry dioperasikan dengan 2 koin NZ$ 2, dan mesin pengering menggunakan 1 koin NZ$ 2. Waktu mau mengoperasikannya pun bingung, padahal sudah diajari. Tapi lumayan banget ada mesin laundry ini, daripada harus cuci baju sendiri. Apalagi memeras coat atau celana panjang, bisa-bisa seminggu nggak kering kalau aku yang memeras hehehehe...
Terry juga sempat menunjukkan foto-fotonya saat berburu rusa. Cara berceritanya lucu sekali, sampai kami terbahak-bahak dibuatnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir jam 9 malam, dan kami pun berpamitan untuk tidur. Lelah dan kedinginan, aku tertidur lebih dulu setelah minum sedikit whisky untuk penghangat.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment