DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Monday, October 23, 2017

BALI - A FEW TIPS FOR TRAVELLERS



Seperti yang kita tahu, Bali adalah provinsi dan sekaligus pulau tujuan wisata paling populer di Indonesia, tentunya dengan banyak alasan. Provinsi Bali sendiri bukan hanya Pulau Bali, melainkan juga termasuk beberapa pulau kecil di dekatnya, yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Pada umumnya turis asing maupun domestik datang ke Bali untuk menikmati keindahan pantai-pantainya. Namun sesungguhnya kita bisa menikmati kombinasi pantai-pantai berpasir putih, pengalaman surfing di dalam ombak yang bergulung-gulung, snorkeling, diving, budaya dan tradisi Bali yang terkenal dengan keramahannya, serta banyaknya pura dan istana dari masa lalu yang dilatarbelakangi alam yang menakjubkan. Jika masuk lebih dalam, kita bisa menjumpai gunung-gunung berapi, hutan-hutan belantara, air terjun, dan banyak lagi tempat-tempat indah yang bisa dijelajahi.




Makanan di Bali juga sangat bervariasi, mulai dari hidangan khas lokal hingga berbagai macam menu manca negara. Dari nasi jinggo, nasi babi guling, iga babi bakar, lawar, nasi campur khas Bali, pizza, pasta, Chinese Food, Thai Food, dan segala macam western food, ada di Bali. Dari kelas warung kaki lima, "warung" yang harga makanan per porsinya mencapai ratusan ribu rupiah, cafe, bar, resto dengan tempat makan di tepi pantai, hingga  club yang lantainya dipenuhi orang berdansa pun ada. Dari harga lima ribu rupiah hingga jutaan rupiah, tinggal pilih sesuai selera dan kantong kita.




Berbagai macam akomodasi pun tersedia. Budget terbatas? Bisa pilih homestay, guesthouse, budget hotel, hingga rumah kost, dengan kisaran harga 50-300 ribuan rupiah saja. Budget tak terbatas? Banyak hotel, villa, dan resort mulai harga ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah tersebar di seluruh Bali. Untuk booking terlebih dulu, banyak aplikasi yang bisa kita pakai sekarang ini, seperti booking.com, traveloka, airBnB, airy rooms, dan masih banyak lagi. Baca baik-baik review para pengunjung sebelumnya supaya kita tidak sampai terjerumus untuk booking penginapan dengan harga yang tidak sesuai, atau kondisi kamarnya tidak sesuai dengan foto-foto yang dipajang.

Beberapa area pantai yang populer bagi turis antara lain: Kuta, Seminyak, Legian, Sanur,  dan Nusa Dua, di mana hotel dan villa berjejer-jejer di sepanjang tepi pantai. Daerah non pantai yang sangat populer (utamanya untuk turis Eropa yang lebih suka ketenangan) adalah Ubud, dengan daerahnya yang masih asri, banyak sawah, hutan, lembah, sungai, ditambah suasana budaya tradisional Bali yang masih kental. Banyak sekali toko yang menjual benda-benda seni dan kerajinan tangan di area ini. Jadi, selain untuk para pecinta petualangan, Ubud juga tempat yang cocok bagi para penggemar seni.


Bali, dengan populasinya yang mencapai lebih dari 4 juta jiwa, merupakan pulau di mana mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Pulau ini mulai memikat hati dunia semenjak tahun 1980-an, dan hingga saat ini 80% mata pencaharian penduduknya berasal dari bidang pariwisata. Bali dikenal sebagai pusat seni, mulai dari tarian tradisional dan modern, pahatan/patung, lukisan, kerajinan dari bahan logam dan kulit, serta seni musik. Budaya di Bali sendiri dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan tentunya adat Hindu, yang ada sejak sekitar abad pertama.


Bali juga memperoleh banyak penghargaan tingkat dunia karena keindahannya. Pada tahun 2010, Bali dinobatkan sebagai Pulau Terbaik versi Travel and Leisure. Sedangkan menurut BBC Travel edisi tahun 2011, Bali menempati urutan kedua setelah Santorini (Yunani) sebagai pulau terbaik di dunia. TripAdvisor menobatkan Bali sebagai tujuan wisata nomor satu di dunia bulan Maret 2017 lalu.



Pulau Bali dikelilingi oleh bebatuan karang. Pantai-pantai di bagian selatan cenderung berpasir putih, sedangkan di bagian utara dan barat cenderung berpasir hitam. Di daerah Bali bagian tengah banyak pegunungan yang beberapa puncaknya mencapai ketinggian 2.000 meter,dan salah satu gunung yang masih aktif adalah Gunung Batur. Gunung tertinggi tetaplah Gunung Agung, dengan puncaknya mencapai 3.031 meter, dan diduga bisa meletus dahsyat dalam 100 tahun ke depan.
Banyaknya wilayah pegunungan sepanjang Bali bagian tengah sampai ke timur inilah yang menyebabkan tanahnya subur. Sungai terpanjang di Bali, Ayung, mengalir sepanjang 75 KM. Karena letaknya yang dekat dengan garis katulistiwa, cuacanya sepanjang tahun tidak terlalu banyak berubah, dengan suhu rata-rata sekitar 30 derajat Celcius dan kelembaban 80%. Musim ramai di Bali biasanya terjadi di bulan Juli - Agustus serta saat libur Paskah, Natal, dan tahun baru.

Anak Agung Bagus Suteja menjadi gubernur pertama di Bali setelah Indonesia merdeka, dan dilantik oleh mantan Presiden Soekarno pada tahun 1958. Pada tahun 1963, Gunung Agung di Bali meletus dengan dahsyat, mengakibatkan ribuan korban jiwa dan malapetaka di bidang ekonomi. Setelah itu banyak korban yang kehilangan tempat hilang ditransmigrasikan ke pulau-pulau lain di Indonesia. Setelah era G30S/PKI, Bali dihidupkan kembali secara modern oleh mantan Presiden Soeharto, yang menyebabkan pertumbuhan pariwisatanya berkembang sangat pesat, sehingga kemudian Bali menjadi salah satu penghasil devisa yang besar untuk negeri ini. Pada tahun 2002, terjadi pengeboman oleh milisi Islam di daerah Kuta yang menyebabkan tewasnya 202 turis, yang sebagian besar adalah turis asing. Menyusul kemudian serangan serupa pada tahun 2005, mengakibatkan jatuhnya sektor pariwisata di Bali. Namun seiring berjalannya waktu, lambat laun turis mulai berdatangan lagi ke pulau dewata ini.

Pulau Bali dan Jawa dipisahkan oleh Selat Bali sepanjang 3,2 KM. Pulau Bali sendiri jaraknya 153 KM dari ujung barat ke timur, dan 112 KM dari ujung utara ke selatan. Luas pulaunya mencakup 5.780 kilometer persegi, atau 5,577 kilometer persegi tanpa ketiga pulau kecil di dekatnya. Untuk ke Bali, kita bisa menempuh jalur darat + laut, atau jalur udara.


Lewat darat, kita bisa berkendara sampai ke Banyuwangi di Jawa Timur, dan menuju ke pelabuhan Ketapang yang letaknya sekitar 10 KM di utara kota Banyuwangi. Di pelabuhan penyeberangan inilah kapal ferry beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu (kecuali di hari raya Nyepi, pelabuhan akan tutup seharian). Tarif menyeberang dengan ferry ini relatif tidak terlalu mahal.

Berikut tarif untuk naik kapal ferry di penyeberangan Ketapang - Gilimanuk per 15 Mei 2017.

Penumpang :

Dewasa: Rp 6.500
Anak-anak : Rp 4.500

Kendaraan

Sepeda : Rp 7.500
Sepeda Motor : Rp 24.000
Motor >500 cc : Rp 37.000

Golongan IV ---> mobil pribadi pada umumnya masuk golongan ini

Kendaraan Penumpang : Rp 159.000
Kendaraan Barang : Rp 141.000

Golongan V

Kendaraan Penumpang : Rp 302.000
Kendaraan Barang : Rp Rp 242.00

Golongan VI

Kendaraan Penumpang : Rp 495.000

Kendaraan Barang: Rp 395.000

Lama penyeberangannya sendiri hanya sekitar 20-30 menit, namun akibat keterbatasan jumlah dermaga yang ada, biasanya terjadi antrian, hingga total waktu menyeberang menjadi sekitar 1 jam. Dulu, kapal ferry yang beroperasi jumlahnya lebih sedikit, sehingga sering terjadi antrian panjang di dalam pelabuhan, terutama di musim liburan. Ada saatnya (terutama libur Natal, tahun baru, dan long weekend) antrian mengular keluar pelabuhan sampai berpuluh kilometer panjangnya, mengakibatkan kemacetan juga bagi kendaraan yang hendak keluar dan masuk kota Banyuwangi. Walaupun sebetulnya ada jalan alternatif, namun tetap saja kemacetan ini sangat mengganggu rutinitas warga. Antrian ini bisa berlangsung sampai beberapa hari, hingga truk-truk yang mengangkut sayur mayur dan bahan pangan lain, muatannya membusuk. Hampir tiap tahun kejadian seperti ini berulang. Namun dengan ditambahnya armada kapal ferry yang beroperasi, sehari-harinya hampir tidak pernah ada antrian sama sekali di dalam pelabuhan. Kalau sampai harus antri pun tidak akan lama, kecuali memang sedang musim liburan atau long weekend, di mana jumlah kendaraan yang akan menyeberang meningkat drastis jumlahnya. Saranku, kalau memungkinkan, datanglah ke Bali saat tidak sedang musim libur nasional. 





Untuk masuk lewat udara, Bali memiliki Ngurah Rai International Airport (IATA: DPS), yang berlokasi di area Tuban, di antara Kuta dan Jimbaran. Bandara ini merupakan bandara ketiga tersibuk di Indonesia setelah bandara di Jakarta dan Surabaya.
Sejumlah maskapai penerbangan domestik yang beroperasi di sini antara lain: Wings Air, Citilink, Garuda Indonesia, Indonesia Air Asia, Lion Air, Tiger Air, dan Sriwijaya Air.
Sedangkan untuk penerbangan internasional, beberapa maskapai yang beroperasi antara lain: Air Asia, Cathay Pacific, Cebu Pacific Air, China Airlines, Emirates, Garuda Indonesia, Jetstar, Malaysia Airlines, Qantas, KLM, Qatar Airlines, Singapore Airlines, dan masih banyak lagi.

Ngurah Rai International Airport mengalami perombakan besar-besaran pada tahun 2013 untuk mengakomodasi jumlah penumpang pesawat yang terus bertambah. Di bandara ini disediakan free wifi bagi para pengunjungnya. Selain itu disediakan pula beberapa mesin ATM bagi yang membutuhkan uang tunai, walaupun untuk transaksi di dalam bandara, pada umumnya bisa menggunakan kartu kredit. Apabila membutuhkan informasi, sewa mobil dan layanan lainnya, semuanya ada di jalur keluar terminal kedatangan, baik domestik maupun internasional. Money changer yang dioperasikan secara resmi oleh beberapa bank nasional juga ada di sini. Protokol keamanan di bandara ini pada umumnya juga sama dengan bandara-bandara lainnya.

Menurut pendapatku pribadi, saat aku pertama memasuki bandara ini tahun 2015, Ngurah Rai merupakan bandara yang besar namun rapi, bersih, dan menyenangkan. Maklum belum pernah masuk bandara lain juga saat itu. Tapi tetap saja sampai sekarang, walaupun sudah pernah mengunjungi beberapa bandara internasional, Ngurah Rai merupakan salah satu yang terbaik bagiku. Petugas securitynya tegas tapi tidak sok galak, kebanyakan justru ramah, yang penting kita juga sopan dan ramah kepada mereka.

Untuk mobilisasi selama di Bali, paling nyaman apabila kita mengendarai kendaraan sendiri. Aku dan suamiku biasanya membawa mobil ke Bali, karena jaraknya memang relatif dekat. Namun demikian, untuk mobilisasi selama di area Kuta-Legian-Seminyak dan sekitarnya, lebih baik naik sepeda motor. Mobil hanya kugunakan untuk berpindah lokasi kota atau wilayah (pindah penginapan). Kita bisa menyewa sepeda motor dengan tarif mulai IDR 50.000 untuk 24 jam. Pada umumnya rental sepeda motor akan menawarkan sepeda motornya dengan harga IDR 60.000 atau lebih, tapi semakin lama durasi kita menyewa, harganya bisa dinegosiasi. Biaya sewa sudah termasuk 2 buah helm dan jas hujan apabila diperlukan.

Kalau yang tidak mau repot, bisa juga ikut tour atau sewa mobil beserta drivernya. Biasanya driver juga tahu rute-rute atau tempat-tempat wisata yang sering dikunjungi turis.
Untuk transportasi satu kali jalan, selama tidak menjemput di dalam bandara, kita bisa menggunakan transportasi online seperti Go-Jek, Grab, atau Uber (install dulu aplikasinya di smartphone ya). Tarif driver online ini jauh lebih murah daripada taxi konvensional. Kalau kita baru datang naik pesawat, sebaiknya keluar dulu dari bandara, baru memesan driver online ini. Di beberapa wilayah, driver online juga dilarang beroperasi, jadi kita harus berhati-hati ya kalau mau menggunakannya. Biasanya akan ada plang/tanda yang menunjukkan kalau di area tersebut tidak boleh ada driver online. Ini berlaku untuk penjemputan saja, kalau mengantar biasanya boleh.

Aku pertama kali mengunjungi Pulau Bali pada tahun 2001. Saat itu aku, suami dan putriku, bersama dengan sopir almarhum mertuaku, naik mobil dari Banyuwangi, dan menghabiskan waktu 5 hari di Bali. Tipikal turis banget dan nggak tahu apa-apa, jadi driver yang sudah cukup berpengalaman inilah yang mengantar kami kesana-kemari. Seingatku, yang dikunjungi adalah tempat-tempat yang sangat umum, seperti Pura Besakih, Tanah Lot, Pura Ulun Danu Beratan, pantai Kuta, Goa Kelelawar, dan sejenisnya.


Kunjungan keduaku adalah tahun 2010, 9 tahun setelah kunjungan pertama. Mengapa? Karena sebelum itu kami masih belum ada tabungan lebih untuk pesiar, kendaraan juga belum punya, dan saat itu penginapan belum menjamur seperti sekarang. Menginap per malam rata-rata 300-400 ribu rupiah, yang bagi kami sangat mahal sekali. Biaya terbesar selalu untuk menginap. Kunjungan kedua ini juga sama saja dengan yang pertama, mendatangi area-area yang touristy dan banyak dikenal orang.


Setelah kunjungan kedua ini, hampir setiap 1-2 tahun sekali, aku dan keluargaku berkunjung ke Bali, beberapa kali pula bersama kedua orang tuaku. Daerah favorit kami untuk menginap adalah di Legian. Biasanya kami hanya stay di satu penginapan dan pergi dengan mobil untuk mencapai tempat-tempat wisata lainnya.


Setelah pertama kali ke New Zealand tahun 2015, aku jadi gagal move on dari negeri dongeng ini, dan suamiku jadi sering mengajakku ke Bali untuk menghiburku (soalnya itu yang terdekat dan termudah dicapai dari Banyuwangi). Bisa tiap 2-3 bulan sekali kami ke Bali, bahkan pernah satu kali naik sepeda motor Yamaha R-15, yang membuat kapok suamiku hahahaha... Dia akan mencarikan tempat-tempat baru yang sebelumnya tidak pernah kami kunjungi. Dan sembari berjalannya waktu, aku pun mulai makin senang mencari petualangan baru dan sebisa mungkin mencari tempat-tempat indah yang alami dan tidak banyak turisnya. Dari situlah aku menyadari bahwa Bali tidak hanya sekedar apa yang diketahui orang pada umumnya. Begitu banyak tempat-tempat indah yang bisa dibilang tersembunyi, terutama pantai-pantai dan air terjun. Mungkin sudah pernah kusebutkan bahwa aku lebih suka gunung daripada pantai, tapi beberapa pantai di Bali tetap sangat layak dikunjungi karena keindahannya.




Dulunya kami selalu menjadikan satu penginapan sebagai "base camp", tapi kini kami lebih banyak berpindah-pindah kota dan penginapan untuk menjelajah area di sekitarnya. Misalnya, dua hari pertama di Seminyak, tiga hari berikutnya di Ubud, dan hari terakhir di Bedugul. Atau tiga hari pertama di Jimbaran,  tiga hari berikutnya di Ubud, dan hari terakhir di Munduk.

Untuk penginapan, dulunya kami biasa sewa kamar hotel atau bungalow yang harganya masih cukup terjangkau. Sekarang ini aku lebih memilih tinggal di homestay atau guesthouse yang harganya miring tapi tetap bersih dan nyaman. Akan lebih baik lagi jika ada dapur yang bisa dipakai hahahaha... Kalaupun tidak ada, sekarang aku bawa kompor camping beserta alat masak sederhana kemana-mana, jadi tetap bisa masak di mana pun dan kapan pun.



Untuk bahan makanan mentah, biasanya aku mencari pasar tradisional di sekitar tempat menginap. Kalau tidak ada, setidaknya masih bisa membeli sayuran dan bahan lain di supermarket lokal yang terdekat. Dengan menginap di homestay juga kadang kita bisa lebih berkomunikasi dan kenal lebih dekat dengan penduduk dan budaya lokal.



Sejujurnya, seperti sudah kuceritakan sedikit di postingan perjalanan ke Yogyakarta, kami memiliki sahabat keluarga yang bagaikan malaikat. Dia adalah teman kuliah suamiku dulu sewaktu di Surabaya, namanya Andi, dan sudah semenjak belasan tahun lalu kami sering sekali dikirimi hadiah-hadiah yang sesuai dengan kebutuhan kami, mulai dari perlengkapan rumah tangga, HP, kamera, baju-baju, perlengkapan travelling, voucher hotel di kota-kota yang akan kami kunjungi, bahkan pernah juga tiket pesawat hehehehe... 

Yang membuatku heran, Andi sepertinya selalu tahu kami akan ke mana, tanpa kami memberi tahunya. Bahkan pernah beberapa kali saat kami merencanakan untuk travelling dan tanggal pastinya belum kami tentukan, tiba-tiba kami mendapatkan email berisi voucher hotel, bahkan tiket kereta. Kadang kami sampai tidak habis pikir, bagaimana mungkin dia bisa tahu kami akan mengunjungi suatu tempat secara spesifik.

Komunikasi dengan Andi hanya lewat email. Andi sendiri jarang berada di Indonesia. Kadang dia juga memberikan ide-ide, nasihat, pemikiran, atau masukan yang sangat baik dan berguna untuk kehidupan kami, yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh kami berdua. Aku bahkan belum pernah bertemu dengan yang namanya Andi ini, dan suamiku terakhir bertemu dengannya tahun 2004 lalu, di Surabaya. Aku hanya tahu wajahnya dari sebuah foto yang dikirimkannya bertahun-tahun lalu. Hidup kami banyak berubah karena semua bantuan dari Andi.

Aku tahu, Andi pernah berhutang kebaikan kepada suamiku di masa kuliah dulu. Namun apa yang Andi lakukan untuk keluarga kami sangat luar biasa. Kalau boleh dibilang, apa yang sudah dia berikan untuk keluarga kami susah untuk dipikir secara logika dan akan sehat.
Mungkin beberapa orang tidak akan percaya (termasuk orang tuaku sendiri dulu), bahkan kadang ada yang berkomentar miring. Katanya, mana mungkin ada orang sebaik itu. Mana mungkin ada orang yang mau memberi tanpa pamrih di jaman sekarang. Tapi begitulah kenyataannya. Andi hanya berpesan agar kami juga berbuat baik dan tidak pelit terhadap orang lain, terutama mereka-mereka yang memang membutuhkan bantuan. Berkat Andi, kami pernah merasakan tidur di hotel berbintang yang tarifnya mencapai jutaan rupiah per malamnya. Dulu kami sering dibookingkan hotel-hotel berkelas yang nyaman. Namun seiring berjalannya waktu dan aku mulai lebih menikmati travelling dengan gaya backpacker (terutama semenjak operasi tahun 2016 lalu), Andi pun memilihkan hotel-hotel budget namun nyaman, seringkali dengan dapur di dalamnya, karena dia tahu aku akan lebih memilih masak sendiri saat travelling, dan waktu kami akan lebih banyak dihabiskan untuk mengeksplorasi daerah sekitar.

Berkat Andi, hidup kami banyak berubah, tentunya ke arah yang lebih baik. Dan tanpa Andi, kami mungkin tidak akan bisa seperti sekarang ini. God bless you abundantly wherever you are, Ndi... and may happiness be with you always... ^_^

Lanjut cerita soal Bali yah...
Pulau Bali ini sebetulnya sangat aman untuk traveller dan backpacker, biarpun female solo traveller. Aku jarang sekali mendengar kasus-kasus turis kecopetan atau ditodong atau semacamnya. Pernah sih, cuma kalau menurutku mungkin turis tersebut juga lebay kali ya dandanannya, sehingga mengundang orang untuk berbuat kriminal. Yang pasti kita harus tetap waspada dan mawas diri walaupun Bali sendiri aman.
Kemudian, pada umumnya penduduk Bali akan berusaha mendapatkan uang kita, maksudnya serba komersil gitu lho... hampir tidak ada yang gratis. Walaupun aku yakin masih banyak sekali penduduk Bali yang akan dengan tulus hati membantu turis yang datang, namun sebagian besar orientasi mereka adalah uang.

Kalau kita akan membeli barang, usahakan menawar terlebih dahulu. Lebih baik lagi kalau kita sudah tahu kisaran harga yang sepantasnya untuk barang tersebut. Barang-barang yang tidak bisa ditawar pastinya yang sudah berbandrol atau memiliki daftar harga tetap seperti di minimarket/supermarket dan makanan (lebih baik tanya harga dulu kalau tidak ada daftar harganya).
Selain itu, usahakan menawar, namun jangan keterlaluan ya... Untuk membeli souvenir, kerajinan tangan, jasa yang ditawarkan tanpa daftar harga (contohnya kepang rambut atau temporary tattoo), sewa kendaraan, bahkan paket tour pun masih bisa ditawar. Kalaupun kita tidak jadi membeli produk atau jasa mereka, usahakan juga menolak dengan baik dan halus, jangan sok punya duit atau marah-marah. Siapa pun juga akan tersinggung kalau dikata-katai kurang baik ya...

Kalau untuk makanan, aku cenderung memilih warung-warung lokal. Dulu, awal-awal ke Bali kami lebih sering cari makan di restoran (yang nggak kelihatan terlalu mewah juga sih), karena ingin mencicipi menu-menu atau jenis makanan baru. Biasanya western food. Namun belakangan aku lebih suka makanan lokal seperti nasi babi guling. Dan dari puluhan kali membeli nasi babi guling (suckling pig) ini, yang lebih enak menurutku justru yang warungnya tidak terkenal, tidak banyak turis, dan pastinya biasanya lebih murah.
Ada beberapa warung nasi babi guling yang sudah menetapkan harga minimum per porsinya, seperti 25 ribu atau 40 ribu rupiah, padahal sejatinya nasi babi guling ini seharusnya bukan makanan mewah. Kalau aku beli, biasanya aku akan minta dibungkus seharga 15 ribu rupiah saja. Saat ini harga standarnya segitu, jadi kalau tidak boleh, biasanya warungnya tipe yang komersil. Pada umumnya dengan harga 15 ribu rupiah, kita sudah mendapatkan nasi yang cukup banyak dengan semua lauk-pauknya komplit (seperti nasi rames).



Oya, bagi yang tidak bisa makan pedas, pada umumnya masakan tradisional Bali mengandung banyak rempah, seperti jahe, laos, kunyit, cabe, dan semacamnya. Ada juga masakan tradisional khas Bali yang namanya lawar, di mana memasaknya dicampur dengan darah mentah hewannya sendiri. Tapi sama sekali tidak terasa atau bau amis kok.

Untuk yang suka daging babi, selain babi guling, favoritku adalah iga babi bakar. Kebanyakan tempat yang menjual iga bakar ini merupakan restoran yang cukup fancy/mewah, namun belakangan mulai muncul tempat-tempat makan iga bakar yang harganya jauh lebih terjangkau. Harga yang mahal juga tidak selalu enak kok, buktinya aku pernah dua kali makan di Wahaha Pork Ribs di Sunset Road, yang katanya paling enak se-Bali. Pertama kali makan, sampai eneg banget karena bumbunya terlalu manis. Kedua kali makan mencoba menu lain dan tetap tidak puas, ditambah harganya yang buat kami sih mencekik leher. Yang agak lumayan buatku adalah di Warung Ole Pork Ribs di Jalan Mahendradatta. Harganya lumayan mahal, tapi rasanya enak dan porsinya juga masih termasuk besar sekali buatku.



Tapi belakangan aku lebih suka makan di Iga Babi Bakar Permana di Jalan Teuku Umar Barat. Harga per porsinya yang termahal hanya 40 ribu rupiah, dan dagingnya lembut sekali. Untuk ukuran tentunya lebih kecil dari yang harganya ratusan ribu, tapi untuk yang porsi makannya standar sudah cukup banget kok.



Bagi yang muslim atau tidak suka makan daging babi, masih banyak sekali masakan tradisional Bali yang bisa kita cicipi, seperti:
- Bebek betutu
- Lawar (ada ayam dan kambing selain babi)
- Sate lilit ikan
- Ayam panggang sambal matah
- Ayam panggang bumbu merah
- Ayam betutu
- Tum ayam/ketopot
- Ikan kakap bakar bumbu terasi
- Sudang lepet
- Pepes ikan laut



Banyak sekali kan? Itu masih belum termasuk snack produksi lokal seperti kacang disco dan aneka kacang-kacangan lain, pia Bali, pie susu, pokoknya banyak deh...

Untuk kegiatan, di Bali juga banyak tour agent yang mengadakan aktivitas rafting. Yang paling berkesan buatku adalah waktu rafting di Sungai Telaga Waja. Aku yang biasanya takut air, saat itu sangat menikmati aktivitas ini. Kalau bisa gunakan agen yang terpercaya dan profesional ya, supaya keamanan dan keselamatan kita terjamin. Biasanya biaya per paket sudah termasuk antar jemput dari hotel (di mana pun kita berada) dan makan siang prasmanan yang cukup mewah.



Bagi yang suka budaya dan tari-tarian, banyak sekali pura di Bali yang menampilkan tarian tradisional Bali, seperti Barong, Calonarang, Kecak, dan Legong. Yang aku tahu pasti ada di Pura Uluwatu dan di Ubud. Tinggal tanya kepada orang sekitar, mereka pasti tahu deh...

Untuk yang suka binatang, bisa ke Bali Zoo di Singapadu (dekat Ubud), Bali Bird Park, Bali Marine and Safari Park (dekat Gianyar), dan Taman Safari. Tapi aku pribadi tidak terlalu menganjurkan aktivitas seperti ini sementara alam Bali masih terlalu banyak yang lebih indah untuk didatangi.

Untuk yang suka atraksi yang menantang, di Nusa Dua ada aktivitas paragliding, di perbukitan Ubud ada sepeda gunung, lalu ada pula beberapa area trekking di Taman Nasional Bali Barat, Butterfly Park (Taman Kupu Kupu) di Wanasari, atau di Bali Botanical Gardens di Bedugul. Aku suka sekali ke botanical garden di Ubud ini, sudah 3-4 kali kami ke sana. Suasananya menyenangkan dan tempatnya luaaaaas sekali. Lebih baik naik mobil kalau ke sini ya, kalau naik sepeda motor, kendaraan harus diparkir di halaman parkir, sedangkan kalau naik mobil justru boleh dikendarai sampai di dalam.



Hmmm... apa lagi ya soal Bali... sementara ini masih belum terpikirkan yang lain. Kalau ada pertanyaan, silakan komen saja di bawah ya, siapa tahu aku bisa bantu jawab. Kalau ada update juga akan aku tambahkan editan di postingan ini. Berikutnya aku akan coba menuliskan beberapa pantai indah di Bali yang pernah aku kunjungi.

Semoga bermanfaat ya ^_^

3 comments:

  1. Kalau tempat kemping di bali? Masih adakah? Trus bayar sewa lahan kah atau boleh pasang gitu aja?😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setahu saya, selama tempatnya bukan yang terlalu turistik atau masuk ke area tempat berbayar, bebas camping di alam di Bali. Pernah ada teman yang camping di tepi pantai yang tidak terlalu turistik.
      Pesan saya hanya satu, jangan meninggalkan sampah apa pun ya ^_^

      Delete
    2. Siaapp.. tenang, tidak akan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki. Dan todak akan mengambil apapun selain foto dan video. I love Indonesia! 😂

      Delete