DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Wednesday, July 3, 2019

VIETNAM & LAOS BACKPACKING 2018 (57) - HOA LO PRISON MEMORIAL


16 Mei 2018



Beruntung semalam tidak ada lagi suara-suara berisik seperti malam sebelumnya, sehingga kami bisa tidur cukup nyenyak. Aku bangun jam 5 pagi karena hendak masak dan belanja dulu ke pasar basah di belakang Dong Xuan Market. Rencananya hari ini kami akan mengunjungi Prison Museum dan membawa bekal makan siang sendiri.
Aku melakukan rutinitas pagi, masak nasi, dan berbenah hingga suami bangun jam 7 pagi. Setelah itu kami turun untuk sarapan terlebih dahulu. Menunya sama dengan kemarin, omelette dengan roti. Kali ini kami minta mentega atau margarin untuk olesan roti, jadi suami makan roti yang dioles mentega dan ditaburi gula pasir, sementara aku makan separuh omelette-ku. Sisa roti dan telur yang tidak termakan kumasukkan ke dalam kotak makanan kami, untuk dimakan nanti. Karena menteganya berupa kemasan kecil-kecil, sisanya juga kubawa, karena bisa dipakai untuk masak nanti.

Usai sarapan, aku berpamitan pada suami untuk ke pasar. Walaupun masih jam 8 pagi, tapi matahari sudah mulai bersinar dengan terik, jadi aku berjalan cepat-cepat. Pagi ini ada sesuatu yang agak berbeda di Jalan Hang Ma yang biasa kulewati ini. Ada tenda yang berdiri di depan sebuah toko hingga keluar trotoar. Kalau dilihat dari dekorasinya, sepertinya akan ada acara pernikahan di tempat ini. Setelah melewati tenda, tampak ada beberapa orang yang berpakaian indah-indah dan berdandan dengan cantik, mungkin mereka keluarga atau relasi pihak pengantinnya.

Karena belum tahu akan masak apa hari ini, aku mengelilingi pasar basah terlebih dahulu untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang dijual. Ternyata kalau pagi hari pasar ini lengkap juga, mulai dari berbagai macam sayur-mayur, buah-buahan, ikan dan berbagai macam seafood lain, hingga berbagai macam daging. Para penjualnya tidak hanya berada di dalam area pasar tapi juga sampai di trotoar dan pinggir jalan.




Setelah memutari seisi pasar, aku memutuskan untuk membeli tauge. Penjualnya seorang nenek yang sudah tua namun berwajah ramah, dan sebetulnya aku membeli lebih karena kasihan kepadanya. Hanya dengan membayar VND 5K, aku diberi tauge satu kantong plastik kecil penuh. Setelah itu aku hendak membeli jagung manis di deretan yang sama dengan penjual tauge. Satu buah jagung dengan ukuran agak besar dihargai VND 20K, mahal sekali ya... Waktu aku berusaha menawar harganya, si ibu terlihat seperti orang marah-marah, jadi kutinggalkan saja setelah mengucapkan terima kasih.
Kemudian aku mendatangi lagi deretan para penjual daging, dan perhatianku langsung tersita oleh seorang pedagang yang menjual daging babi sekaligus menggilingkannya. Aku mendatanginya dan langsung memberikan uang VND 20K sembari menunjuk mesin penggiling daging di belakangnya. Ibu muda ini juga kelihatannya jujur, daging yang ditimbang dipilihkannya yang bagus dan beratnya mungkin berkisar 300 gram atau lebih. Setelah itu daging yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam mesin, dan voila! Jadilah minced pork yang pastinya akan lebih mudah diolah 😋

Keluar dari lorong daging, aku langsung melihat seorang laki-laki berusia 30 tahunan yang sepertinya baru saja membuka kiosnya, dan sedang memindahkan jagung manis dari sepeda motor. Aku menghampirinya dan menanyakan harga sebuah jagung manis berukuran besar. Karena sepertinya tidak bisa berbahasa Inggris, dia menunjukkan dengan tangannya, 8 jari, yang artinya VND 8K. Beda sekali harganya dengan yang tadi ya... Aku membeli satu buah jagung dan membayarnya. Sudah mulai terbayang di benakku, aku akan membuat tumis tauge, jagung dan daging dengan sedikit mentega yang tersisa tadi.

Selesai belanja, aku mencoba keluar dari pasar lewat jalan yang sedikit berbeda dengan sebelumnya, yaitu lewat gang kecil di samping bangunan pasar. Ternyata sepanjang gang ini penuh dengan pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman, hanya saja waktu kami lewat di sini malam pertama tiba di Hanoi, semuanya sudah tutup. Dari situ aku kembali ke jalan biasanya dan langsung pulang ke penginapan. Aku menyempatkan merekam sebentar saat lewat lagi di tenda pernikahan yang kulewati tadi hehehehe...



Sesampai di kamar, aku langsung masak dengan bahan-bahan dan bumbu yang ada. Walaupun sederhana tapi sepertinya enak, apalagi ditambah omelette sisa sarapan tadi. 😃 Setelah menyiapkan bekal makan siang dan menyimpan sisanya untuk makan malam, aku mandi, dan jam 10 pagi kami sudah siap berangkat.



Berbekal Google Map, kami berjalan kaki ke Prison Museum atau nama resminya Hoa Lo Prison Memorial, beralamatkan di 1 Hoả Lò Street yang berjarak sekitar 1,5 KM dari penginapan. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, namun terik matahari cukup menyengat di kulit dan walaupun baru saja mandi, kami sudah langsung berkeringat lagi. Lalu lintas menjelang siang ini cukup padat dan bunyi klakson seringkali terdengar di beberapa ruas jalan. Kami berjalan dengan agak cepat agar cepat sampai di tujuan.



Kami sampai di Hoa Lo Prison Memorial jam 10.20 siang. Jalan Hoa Lo sendiri tidak begitu ramai, namun salah satu sisi jalannya penuh mobil yang terparkir, sepertinya sebagian besar adalah turis asing yang datang dengan tour agent. Kami membeli tiket masuk seharga VND 30K/orang, lalu masuk ke dalam area bekas penjara ini. Bagi yang ingin berkunjung, museum ini dibuka setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, termasuk di hari-hari libur nasional.



Hoa Lo Prison Memorial memiliki beberapa nama, antara lain Maison Centrale, Prison Museum, dan Hanoi Hilton. Hoa Lo sendiri berarti tungku api atau lubang neraka. Terletak di jantung ibukota Hanoi, Hoa Lo Prison dikenal sebagai salah satu penjara paling tidak berperikemanusiaan di Vietnam dengan peralatan paling modern pada saat itu untuk hukuman terberat. Tempat ini merupakan gambaran masa perjuangan revolusi Vietnam melawan penjajahan Perancis.


Penjara Hoa Lo dibangun oleh Perancis antara tahun 1886 hingga 1901, dengan renovasi tambahan pada tahun 1913. Para administrator kolonial Prancis ingin memberi contoh bagi para pejuang kemerdekaan Vietnam, dan cara apa yang lebih baik untuk melakukan itu selain mendirikan sebuah penjara di tengah kota?

Tinggal di Hanoi Hilton tidak seperti piknik. Sejak hari pertama, Hoa Lo sudah dipadati oleh tahanan. Penjara yang awalnya didesain untuk menampung sekitar 450 tahanan ini diindikasikan mengurung hampir 2.000 tahanan pada tahun 1930-an. Selama bertahun-tahun, ratusan tahanan kabur dari dalam penjara, dan banyak di antara mereka yang kabur melalui selokan.

Para tahanan di Hoa Lo dibelenggu ke lantai dan sering dipukuli oleh para penjaga. Benteng "E" menampung para tahanan politik, yang diborgol dalam posisi duduk dan diatur dalam dua baris. Sebuah kakus dibuat di salah satu ujung ruangan, di mana para tahanan lain bisa melihat dengan jelas.
Hukuman mati dilakukan di Penjara Hoa Lo dengan menggunakan guillotine (alat pemenggal kepala) yang bisa dipindah-pindahkan, yang sampai sekarang masih ada di dekat lorong sel hukuman mati.



Tanpa disadari, Prancis sebenarnya membangun membangun inkubator untuk revolusi. Para tahanan Hoa Lo mempelajari komunisme dari mulut ke mulut, dan catatan-catatan dibagikan dan ditulis dengan tinta tak kasat mata yang dibuat dari bahan medis. Setidaknya lima calon Sekjen untuk Partai Komunis Vietnam di masa mendatang menghabiskan tahun-tahun formatif mereka di Penjara Hoa Lo.

Ketika kebijakan luar negeri USA beralih ke Indochina, perang yang terjadi antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan mengubah Penjara Hoa Lo. Pemerintah Komunis Vietnam Utara yang berbasis di Hanoi sesungguhnya berniat menjadikan Penjara Hoa Lo sebagai pengingat kebrutalan Prancis, namun semakin banyaknya POW (Prisoner Of War/tawanan perang) dari USA mengubah segalanya.

Penjara Hoa Lo yang sekarang menampilkan pengalaman tawanan perang USA (kebanyakan adalah pilot tempur) dalam dua bagian, namun semuanya sudah "diputihkan" hingga tampak lebih nyaman. Dulunya ruangan yang sekarang berwarna putih ini lebih dikenal sebagai "ruangan biru" yang sangat ditakuti, karena merupakan ruangan yang digunakan untuk menginterogasi dan menyiksa tawanan yang baru datang.

Sejak tahun 1969, perlakuan terhadap para tahanan di Hoa Lo secara umum menjadi lebih baik dan tidak terlalu kejam. Penjara ini dihancurkan pada tahun 1990-an namun bagian depannya tetap dibiarkan berdiri dan dijadikan museum.

Beberapa kisah yang terjadi di dalam Hoa Lo Prison di masa itu, yang tidak banyak diberitakan:
1. Kehidupan di dalam penjara.
   - 25 - 30 tahanan tinggal bersama dan dibelenggu dalam satu ruangan penjara, dan mereka harus berbagi toilet.
   - Tergantung sikap para tahanan, ada yang dibelenggu di salah satu atau kedua kakinya.
   - Hanya disediakan waktu 15 menit dalam sehari bagi para tahanan untuk berjalan dan mandi.
   - Untuk mandi, para tahanan harus berdiri telanjang di sekeliling tangki yang dibangun di tengah halaman dan menyiramkan air ke badan mereka secepat mungkin dengan pengawasan ketat para penjaga.
   - Setiap hari para tahanan diberi makan dua kali sehari: nasi basi yang sudah belatungan, sayuran yang sudah rusak, ikan kering busuk, dan yang jarang sekali diberi, daging kerbau keras yang seperti karet atau daging babi tua.
   - Buang air kecil dan buang air besar dilakukan di dalam sel, dan ember-ember berisi kotoran dibiarkan selama berhari-hari atau berminggu-minggu, mengakibatkan polusi yang parah dan ketidaknyamanan yang tak tertahankan bagi para tahanan.



2. Siksaan di dalam penjara.
Pada saat dilakukan restorasi, banyak staf yang berjumpa dengan para veteran Vietnam dan menyuruh mereka menuliskan pengalaman hidup mereka selama di penjara Hoa Lo, yang mereka sebut sebagai neraka di bumi akibat adanya ratusan cara menyiksa yang kejam, di antaranya:
   - Tahanan digantung atau digantung terbalik dan dipukuli dengan alat kejut listrik di bagian kepala atau jantung mereka.
   - Tahanan dijejali dengan kain yang dibasahi dengan bensin dan kemudian dibakar.
   - Tahanan dimasukkan ke dalam tangki air, untuk kemudian dipukul dari luar, sehingga menyebabkan rusaknya pendengaran dan sistem saraf mereka.

3. Perlawanan di dalam penjara.
   - Selama dipenjara, banyak patriot Vietnam yang harus memperjuangkan kondisi lebih baik agar mereka tidak sampai mati.
   - Para pejuang Vietnam membentuk gerakan komunis secara diam-diam untuk memimpin arah politik dan bersatu.
   - Para tahanan politik banyak yang melakukan aksi mogok makan untuk memperjuangkan keinginan mereka agar diperlakukan dengan layak sebagai tahanan politik.



4. Beberapa peristiwa kaburnya tahanan dari penjara.
   - Pada tahun 1932, tujuh orang tahanan berpura-pura sakit parah dan akhirnya sukses diterbangkan keluar untuk ditransfer ke klinik dengan bantuan beberapa teman.
   - Pada tahun 1945 terjadi peristiwa menakjubkan dengan kaburnya 100 orang tahanan politik dari Camp J lewat saluran got. Pada akhirnya mereka menjadi pemimpin-pemimpin partai dan pemerintahan dari gerakan kebangkitan Vietnam bulan Agustus 1945.
   - Pada tanggal 24 Desember 1951, ada 16 orang dari sel hukuman mati yang kabur dari saluran got. Lima orang di antaranya berhasil lolos dan melanjutkan perjuangan mereka.



5. Kehidupan para tahanan USA.
   - Walaupun masih diperdebatkan, namun ada seorang penulis Vietnam, To Hoai, yang mengatakan bahwa para tawanan perang USA diberi "Christmas Treat". Karena sudah tradisi di USA bahwa hari raya Thanksgiving atau Natal dirayakan dengan makan daging kalkun, pada libur Natal para tawanan akan diberi makan hidangan kalkun walaupun daging ini tidak biasa dikonsumsi oleh masyarakat Vietnam. Dikatakan, belasan truk didatangkan untuk menyediakan stok daging kalkun ke penjara Hoa Lo.

Hmmm cukup menyeramkan ya ceritanya.
Waktu kami menjelajahi isi museum ini, pada umumnya suasana di dalam bekas penjara ini sengaja dibuat suram dan mencekam. Ada beberapa ruangan yang difasilitasi dengan TV yang memutar suasana perang dan kehidupan di dalam penjara saat itu.

Selain bekas-bekas sel penjara, kebanyakan ruangan (ada juga yang di luar ruangan) menampilkan barang-barang yang dipakai dan digunakan oleh para tahanan di masa perang dulu, mulai dari peralatan makan dan minum, peralatan kebersihan (sikat gigi, alat cukur jenggot), sisir, arloji, seragam tahanan, belenggu tahanan, hingga ranjang beralaskan tikar tempat mereka dulu tidur. Ada juga seragam pilot USA, alat-alat musik, segel, hingga surat-surat dari masa lalu.



Di halaman penjara terdapat sebuah pohon almond, yang kulit pohon dan daun-daun mudanya dulu digunakan oleh para tahanan untuk menyembuhkan disentri dan diare, menyembuhkan luka, sementara buahnya dimakan untuk meningkatkan kesehatan, dan batangnya digunakan untuk membuat pipa rokok, seruling, dan lain sebagainya. Di samping pohon almond ini pula para tahanan politik dulu sering mendiskusikan perlawanan mereka terhadap musuh mereka yang kejam.



Di salah satu sudut area ada toko souvenir di mana pengunjung bisa membeli cindera mata, namun bukan souvenir ala penjara ya, melainkan souvenir seperti pada umumnya. Nah di toko souvenir inilah kami berdua melihat beberapa tiruan cover komik Tintin, yang judulnya "Tintin di Vietnam" hehehehe...



Khusus di bagian death row atau sel hukuman mati, pengunjung diwajibkan mengenakan semacam jubah berwarna coklat, dengan keterangan untuk menghormati mereka yang sudah tiada. Suasana di dalamnya juga gelap, sehingga hasil foto maupun video kurang jelas. Guillotine (alat pemenggal kepala) yang tadi kuceritakan di atas, ada di bagian ini. Hanya dipajang satu dari dua alat yang dulu pernah ada. Yang mengerikan, dipajang juga beberapa foto yang menggambarkan kepala-kepala para pejuang yang dulu dipenggal kepalanya dan kemudian dipajang di dalam keranjang-keranjang. 😨



Tidak terasa, kami menghabiskan hampir 1 jam di tempat ini, dan baru keluar jam 11.15 siang. Setelah sebelumnya terasa adem, begitu keluar langsung terasa panas sekali.
Dari museum, kami berjalan kaki melewati Hanoi Tower Shopping Center, bekas sisa bangunan penjara yang sudah dijadikan pusat perbelanjaan modern, hendak mencari tempat makan siang yang nyaman. Ternyata jalanan yang kami lewati merupakan jalan-jalan besar dan tidak ada tempat berteduh, jadi kami memutuskan akan ke Lenin Park yang sebelumnya pernah kami kunjungi, yang merupakan ruang hijau terbuka yang terdekat dengan lokasi kami.



Kami melewati lagi Hanoi Street Train, jalur rel kereta api yang di kanan kirinya sangat berdekatan dengan rumah-rumah penduduk, dan jam 11.40 siang kami sudah sampai di Lenin Park. Kami mencari tempat teduh, dan duduk di salah satu bangku taman yang terlindungi oleh pepohonan. Makan siang yang dibawa terasa nikmat sekali karena kami sudah kelaparan.



Usai makan dan merasa sudah cukup beristirahat, jam 12 siang kami beranjak dari Lenin Park untuk menuju ke Ho Chi Minh Mausoleum di Hùng Vương Street, yang merupakan makam pemimpin revolusi Vietnam, Ho Chi Minh. Di jalan raya Dien Bien Phu yang kami lewati ini, ada satu area di mana banyak pepohonan besar-besar di kanan kiri jalan, dan kami mendengar suara tonggeret, serangga yang biasanya banyak di hutan-hutan. Suaranya ramai sekali, sangat kontras dengan kondisi sekitarnya yang dipenuhi bangunan.



Kami berjalan kaki berpanas-panas ria, peluh bercucuran di bawah matahari yang berada tepat di atas kepala kami, dan ketika sudah sampai di tempat parkir mausoleum, ternyata makam ini touristy juga. Banyak bus dan mobil tour yang terparkir di sini. Selain itu kami tidak tahu apakah kuat menahan panasnya matahari selama berada di area makam yang terbuka ini. Setelah berunding sesaat, akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi masuk ke dalam makam.

Hanya sebagai penambah wawasan saja, Makam Ho Chi Minh ini mulai dibangun pada tanggal 2 September 1973, dan diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1975. Sebenarnya makam ini terinspirasi oleh makam Lenin di Moskow, namun dipadukan dengan elemen arsitektur Vietnam, contohnya atap miring. Bagian luarnya terbuat dari granit abu-abu, sedangkan bagian dalamnya berwarna abu-abu, batu hitam dan merah. Pada serambi makam tertulis "Chủ tịch Hồ Chí Minh" (Presiden Ho Chi Minh), sementara spanduk di sebelahnya bertuliskan "Nước Cộng Hòa Xã Hội Chủ Nghĩa Việt Nam Muôn Năm" ("Hidup Republik Sosialis Vietnam").

Bangunannya memiliki tinggi 21,6 meter dan lebar 41,2 meter. Dua platform dengan 7 anak tangga mengapit makam, digunakan untuk pertunjukan parade. Taman-taman di sekitar makam memiliki hampir 250 spesies tanaman dan bunga yang berbeda, semuanya dari berbagai daerah di Vietnam. Jenazah Presiden Ho Chi Minh yang diawetkan disimpan di aula tengah makam yang didinginkan, dan dilindungi oleh penjaga kehormatan militer. Jasadnya diletakkan di dalam kotak kaca dengan cahaya redup. Museum ini juga dibuka setiap hari dan gratis. Karena lokasinya yang berada di alun-alun Ba Dinh, makam ini sering pula disebut Makam Ba Dinh.
Oya, untuk melihat jasad mendiang Presiden Ho Chi Minh, dikatakan antriannya cukup panjang, bisa 1 hingga 1,5 jam, dan pengunjung tidak diperkenankan untuk berbicara, tersenyum, memotret (semua kamera dan tas harus dititipkan), menaruh tangan di dalam kantung, dan harus mengenakan pakaian yang pantas (harus menutupi lutut dan pundak). Anak kecil di bawah 3 tahun juga tidak diperkenankan masuk.



Sebetulnya selain makam ini, ada juga Museum Ho Chi Minh yang berlokasi dekat dengan Lenin Park, namun kami merasa sudah cukup melihat museum untuk saat ini hehehehe...
Kami hanya memotret bangunan makam dari trotoar di seberangnya yang agak teduh di beberapa tempat dengan adanya pepohonan. Kami memutuskan akan ke West Lake karena belum pernah ke sana, berharap ada tempat teduh untuk duduk-duduk di tepi danau, dan rencananya kami akan mampir juga ke Highlands Coffee di tepi West Lake.



Kami berjalan cepat-cepat untuk menghindari panas, dan walaupun jarak yang ditempuh tidak jauh, peluh mengalir dengan deras di wajah dan tubuh kami. Panasnya benar-benar luar biasa dan cukup menyiksa. Di siang hari seperti ini suhu udara bisa mencapai 43-45 derajat Celcius. Terbayang kan, betapa panasnya?
Mendekati West Lake, kami melewati dua buah taman kecil, dan kami berhenti untuk istirahat dan duduk-duduk sejenak di Lý Tự Trọng Park, taman yang terdekat dengan danau, karena di sini banyak pohon besar yang sangat teduh.



Ketika melihat bahwa di tepi danau juga ada tempat duduk yang teduh, kami pindah ke sana untuk memotret danau dan suasana di sekelilingnya. Melihat ke West Lake, jujur saja kami agak kecewa, karena danaunya tidak spesial sama sekali, tidak indah, bahkan agak kotor. Pemandangan di seberang danau yang sangat luas ini pun kurang menarik, hanya terlihat gedung-gedung tinggi. Jalan-jalan di sekitar danau dipadati bangunan toko dan cafe.




Tidak sampai 20 menit berada di tepi danau, menjelang jam 1 siang kami beranjak untuk menuju ke Highlands Coffee. Seperti pernah kuceritakan sebelumnya, Highlands Coffee merupakan jaringan cafe yang ada di Vietnam, terutama di kota-kota besarnya. Sedari awal kami belum berminat untuk mencicipi kopi di sini, karena bayangan kami akan semahal branded coffee semacam Starbucks. Kali ini kami mau masuk pun sebetulnya lebih kepada faktor mendinginkan badan (harusnya ber-AC dong) sambil sekali saja mencicipi brand kopi nasional Vietnam ini.

Highlands Coffee yang berada di sisi tenggara West Lake ini dibangun menjorok ke danau. Masuk ke dalam gedung cafe, kami mengantri dan memesan satu kopi dingin, Standard Iced Coffee, seharga VND 65K. Tidak semahal yang kukira, dan bisa dibayar dengan credit card. Suasana cukup ramai, dan ada pendingin ruangan seperti kipas yang besar mengarah ke kami. Selesai membayar, stafnya memberi nomor antrian, jadi nanti kami akan dipanggil sesuai nomor antrian apabila kopinya sudah siap.



Kami mencari tempat duduk di ruangan yang luas ini, yang ternyata tidak ber-AC, atau kalau ada pun dimatikan. Hanya ada beberapa kipas angin ukuran tanggung yang diletakkan di lantai. Udara di dalam ruangan ini benar-benar panas sekaligus pengap, karenanya kami mencari tempat duduk yang dekat dengan kipas angin. Aku sempat ke toilet yang berada di lantai atas. Tadinya aku berharap di lantai atas ada ruang duduk yang ber-AC, atau setidaknya udaranya lebih dingin daripada di bawah sini. Ternyata udara di lantai atas justru lebih panas lagi, bahkan saat masuk ke toiletnya serasa masuk ke dalam oven. Aku sampai membasahi wajah dan tangan keluar dari toilet. Kelebihan duduk di lantai atas hanyalah pemandangan danaunya tampak lebih indah. Di sisi timur cafe terdapat perahu-perahu kayuh berbentuk bebek untuk rekreasi, tapi dalam kondisi sepanas ini tentunya tidak ada orang yang berminat untuk naik perahu-perahu tersebut.



Tidak lama kemudian nomor urut kami dipanggil, dan suami pergi ke depan untuk mengambil pesanan kami. Dia kembali membawa sebuah gelas plastik takeaway yang cukup besar. Yang mengherankan, ada sesuatu yang berwarna hitam di dasar gelas. Waktu kami mencicipi es kopi tersebut, ternyata di dalamnya diberi cincau. Aku tidak tahu apakah campuran cincau ini umum digunakan untuk kopi dingin di Vietnam, yang jelas bagi kami terasa agak aneh. Rasa kopinya sendiri standar (sesuai namanya hahahaha), tidak istimewa, dan menurutku terlalu manis.



Kami bersantai sembari mengobrol, dengan niatan menghabiskan waktu satu jam atau lebih di sini sampai matahari tidak sepanas sekarang. Yang membuat kesal, tidak lama setelah kami duduk di sini, datang 6-7 orang lokal, rata-rata berusia sedikit di bawah kami atau paling tidak sekitar 35 tahun, laki-laki dan perempuan, beberapa di antaranya couple. Mereka memilih untuk duduk di meja yang sederet dengan meja kami, dan kemudian memindahkan kipas angin yang ada ke dekat mereka, dan mengarahkannya ke satu arah saja, ke arah mereka!
Sebetulnya perilaku seperti ini bagi kami amat sangat tidak sopan, bahkan kampungan, namun kami mengalah dan memilih diam walaupun menggerutu dalam hati. Setelah itu pun mereka berbicara keras-keras, mungkin mereka menganggap cafe ini milik mereka ya 😬

Sekitar jam 1.40 siang, kami memutuskan untuk meninggalkan tempat ini dan kembali ke penginapan saja. Mengikuti Google Map, kali ini kami mencari jalan terdekat, dan kebetulan jalannya belum pernah kami lalui. Perjalanan pulang hanya menempuh sekitar 2 KM saja, dan walaupun matahari masih bersinar terik, untungnya kami masih bisa melipir di bawah pepohonan, bangunan, maupun toko-toko sepanjang jalan yang agak teduh.



Kami sampai di Lucky Guesthouse jam 2.30 siang, dan suami langsung membeli air minum botol besar dari kulkas penginapan (VND 10K) karena kepanasan. Wah enak sekali rasanya minum air dingin di udara sepanas ini, apalagi setelah berjalan jauh.
Setelah itu kami masih bersantai sejenak, baru kemudian mandi. Karena besok kami akan check-out, barang-barang yang sudah tidak akan dipakai kami masukkan ke dalam backpack.

Jam 5.30 sore kami makan malam dengan nasi dan lauk yang sama dengan siang tadi, dan setelah istirahat sebentar karena kekenyangan, kami berdua jalan kaki keluar menuju ke Hapro Food, supermarket besar yang kemarin kami kunjungi. Kami membeli pasta gigi, susu kental manis kemasan sachet, vodka botol kecil, dan beberapa bungkus rokok (total VND 261K).
Sepulang belanja aku mengerjakan pembukuan di laptop dan mencari informasi untuk transportasi besok, dari penginapan menuju ke bandara Noi Bai. Baru sekitar jam 10 malam kami berdua pergi tidur.

Seharian ini panas di kota Hanoi benar-benar luar biasa. Walaupun kami hanya berjalan kaki total 11 KM, rasanya energi yang dikeluarkan cukup banyak akibat keringat yang terus menetes dari tubuh. Rencananya besok kami akan naik pesawat ke Ho Chi Minh, karena dari sanalah kami akan pulang ke Indonesia. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar hingga kami sampai kembali ke rumah. 😄


To be continued.......

No comments:

Post a Comment