Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman 11 kali mendaki Ijen dan informasi lain baik dari penduduk setempat, penambang, dan informasi online. Semua foto diambil dari perjalanan-perjalanan singkat tersebut dan kebanyakan tidak diedit (karena terlalu banyak hahahaha).
CATATAN: Artikel ini juga dimuat di situs lain dengan nama suami (Handoko Kurniawan).
Beberapa tahun terakhir ini, Gunung Ijen yang merupakan gunung berapi aktif di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu primadona turis domestik maupun asing untuk dikunjungi. Dulu, jalan untuk kendaraan menuju ke basecamp Paltuding nyaris tidak bisa diakses dengan kendaraan bermotor. Namun sejak diselenggarakannya event olahraga balap sepeda tahunan “Banyuwangi Tour de Ijen” (sekarang diubah namanya menjadi “International Tour de Banyuwangi Ijen”) pada tahun 2012, pemerintah setempat mulai memperbaiki infrastruktur dan jalan menuju ke Ijen, dan kini sepanjang jalan dari kota hingga ke basecamp sudah berupa aspal hot mix dan hampir setiap setahun sekali diperbaiki.
CATATAN: Artikel ini juga dimuat di situs lain dengan nama suami (Handoko Kurniawan).
Beberapa tahun terakhir ini, Gunung Ijen yang merupakan gunung berapi aktif di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi salah satu primadona turis domestik maupun asing untuk dikunjungi. Dulu, jalan untuk kendaraan menuju ke basecamp Paltuding nyaris tidak bisa diakses dengan kendaraan bermotor. Namun sejak diselenggarakannya event olahraga balap sepeda tahunan “Banyuwangi Tour de Ijen” (sekarang diubah namanya menjadi “International Tour de Banyuwangi Ijen”) pada tahun 2012, pemerintah setempat mulai memperbaiki infrastruktur dan jalan menuju ke Ijen, dan kini sepanjang jalan dari kota hingga ke basecamp sudah berupa aspal hot mix dan hampir setiap setahun sekali diperbaiki.
Bersamaan dengan itu pula, popularitas Gunung Ijen yang terkenal dengan danau dan kawahnya mulai meningkat dengan pesat, dan saat ini menjadi daya tarik utama turis untuk mengunjungi Kabupaten Banyuwangi.
PERSIAPAN MENDAKI IJEN
Untuk mendaki Gunung Ijen, yang pertama disiapkan adalah fisik yang sehat. Orang dengan penyakit asma, jantung dan tekanan darah tinggi tidak diijinkan mendaki Ijen untuk faktor keselamatan. Selain itu, suhu di Ijen termasuk dingin untuk turis domestik pada umumnya, jadi siapkan juga pakaian hangat (jaket, sweater), beanie (atau pelindung kepala lainnya), syal, sarung tangan, dan kaus kaki. Pakailah sepatu yang masih baik kondisi solnya (tidak harus sepatu trekking, sepatu kets biasa juga sudah memadai), atau setidaknya sandal gunung. Khusus untuk masker, bisa disewa di lokasi, baik di basecamp maupun sesampai di puncak. Tarif sewa masker biasanya Rp. 25.000,- untuk turis lokal. Untuk mendaki sebelum matahari terbit, jangan lupa membawa senter, atau lebih baik lagi headlamp, karena tidak ada penerangan apa pun sepanjang jalur pendakian.
Usahakan membawa air minum yang cukup (setidaknya 1 liter atau lebih), karena selama mendaki biasanya orang akan cepat haus dan membutuhkan minum. Bawalah makanan atau setidaknya makanan ringan, terlebih apabila hendak berlama-lama di puncak, karena di puncak Ijen tidak ada yang berjualan makanan dan minuman.
Bagi yang sudah berusia lanjut atau yang mempunyai lutut/kaki lemah, bisa membawa trekking poles/walking sticks untuk membantu mendaki dan menuruni gunung ini (terutama bagian menuruni yang sering dikeluhkan), dan apabila mendaki di musim hujan jangan lupa membawa jas hujan atau jaket anti air.
WAKTU TERBAIK MENGUNJUNGI IJEN
Gunung Ijen bisa didaki sepanjang tahun, namun pada umumnya bulan Mei hingga Oktober merupakan waktu terbaik karena masuk musim kemarau. Yang perlu diingat, bulan-bulan tersebut juga merupakan bulan-bulan terdingin di Ijen. Suhu di puncak bisa mencapai kurang dari 10 derajat Celcius di musim penghujan dan mencapai suhu minus di musim kemarau.
CARA MENCAPAI BASE CAMP PALTUDING
Basecamp atau tempat start mendaki di Ijen adalah Paltuding. Akses menuju ke Paltuding bisa dari arah kota Banyuwangi maupun Bondowoso, namun pada umumnya orang memilih lewat Banyuwangi karena infrastrukturnya yang kini lebih baik dan jaraknya yang lebih dekat.
Bagi yang sudah terbiasa naik sepeda motor, bisa naik sepeda motor langsung menuju ke Paltuding. Bagi yang sudah mahir menyetir kendaraan roda empat juga bisa langsung ke Paltuding naik mobil. Biaya parkir kendaraan roda 2 adalah Rp. 5.000,- sementara untuk kendaraan roda 4 tarifnya Rp. 10.000,-
Yang perlu diketahui dan diingat, rute jalan menuju ke Paltuding tidaklah mudah. Dari pusat kota Banyuwangi jaraknya sekitar 30 KM, dan separuh perjalanan awal akan berupa jalan kecil hot mix (lebarnya kira-kira pas untuk 2 mobil) melewati desa-desa di pinggir kota Banyuwangi hingga sampai di Pos Desa Jambu, dan setelahnya hingga sampai ke Paltuding berupa jalan hot mix dan sedikit lebih lebar daripada 2 mobil, namun lebih banyak berliku-liku, menanjak, dan gelap di mana kanan kiri jalan berupa hutan tropis (tidak ada rumah penduduk). Ada beberapa spot yang cukup berbahaya dengan tanjakan yang agak curam dan tikungan yang sangat tajam. Udara juga sudah mulai terasa dingin setelah Pos Desa Jambu. Di Pos Desa Jambu, pengunjung yang lewat akan dihentikan untuk membayar retribusi daerah (Rp. 5.000,-/orang). Jarak tempuh naik kendaraan dari pusat kota sampai Paltuding sekitar 1 jam apabila tidak ada kendala.
Bagi yang akan naik kendaraan sendiri, pastikan rem kendaraan berfungsi dengan baik dan kendaraan dalam kondisi sehat. Seringkali terjadi, karena tidak hapal medan, mobil atau motor mogok pada saat menanjak di tikungan tajam, sehingga menggangu bahkan membahayakan kendaraan lain di belakangnya. Sedangkan sewaktu turun, JANGAN matikan mesin kendaraan. Pastikan kendaraan berada pada gigi rendah dan jangan terus-menerus mengerem. Sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di perjalanan turun hingga menimbulkan korban jiwa akibat rem blong karena terlalu panas.
Pada umumnya pengunjung Ijen memilih berangkat tengah malam dari kota Banyuwangi, karena bertujuan untuk melihat blue fire yang tidak akan tampak setelah matahari terbit. Namun bagi yang suka mendaki gunungnya dan tidak harus melihat blue fire, akan lebih baik berangkat dini hari (sekitar jam 2-3 dini hari) dari kota atau pagi hari. Di jam-jam ini jalan menuju ke Paltuding sudah sepi dan relatif lebih aman karena tidak perlu mengikuti terus-menerus kendaraan di depannya (karena mobil-mobil tour biasanya berangkat hampir bersamaan), dan jalur pendakian juga relatif sepi.
Bagi yang baru pertama kali ke Ijen dan tidak mahir berkendara, kini banyak sekali agen tour yang melayani open trip ke Ijen. Untuk memesan tempat bisa sehari sebelumnya (langsung berangkat tengah malamnya) di akomodasi/penginapan lokal, karena sebagian besar akomodasi di Banyuwangi sudah bekerja sama dengan agen-agen tour ke Ijen ini. Biayanya biasanya Rp. 250.000,-/orang untuk hari kerja dan Rp. 300.000,-/orang untuk akhir pekan dan hari libur, dan bisa dibayarkan pada saat selesai.
Pada umumnya para driver lokal akan membawa maksimal 6 penumpang dengan kendaraan mereka.
Biaya open trip di atas sudah meliputi:
Biaya open trip di atas sudah meliputi:
- antar jemput di penginapan (atau bisa dijemput di penginapan dan diantar ke stasiun/pelabuhan apabila hendak langsung menuju ke Bali atau kota lain)
- retribusi Pos Desa Jambu
- masker gas (bukan masker kassa yang dijual di apotek-apotek)
- air minum 1 botol 600ml
- senter
- guide (untuk keseluruhan rombongan dari 1-2 kendaraan)
- jika beruntung dan semua penumpang setuju, pulang dari Ijen driver akan mengajak ke sebuah air terjun lokal (Jagir Waterfalls) sekaligus mendapatkan sarapan sederhana.
Apabila dibandingkan dengan yang diperoleh, sebenarnya harga tour ke Ijen ini tidak mahal (apalagi bagi turis asing), karena semua drivernya sudah profesional, ditambah lagi faktor kenyamanan bahwa sepulang dari Ijen pengunjung tidak perlu berkendara lagi selama 1 jam hingga ke penginapan di medan jalan yang cukup berbahaya.
Bagi yang hendak menyewa satu jeep beserta driver untuk ke Ijen, tarif turis domestik berkisar Rp. 900.000,- sedangkan untuk turis asing Rp. 1.200.000,- untuk rombongan maksimal 6 orang.
BASECAMP PALTUDING
Basecamp Paltuding merupakan pintu masuk menuju Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen, dan sekaligus merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Sesampai di Paltuding, akan ada lapangan parkir yang sangat luas bagi kendaraan roda 4, dan ada tempat khusus untuk parkir roda 2. Di sinilah biasanya akan banyak orang yang menawarkan jasa sewaan masker dan guide, serta berjualan sarung tangan dan beanie. Untuk jasa guide tarifnya sekitar Rp 150.000,-/grup kecil, jadi biayanya bisa dibagi oleh beberapa orang sekaligus. Kalau baru pertama kali dan hanya akan sekali saja mendaki Ijen, tidak ada salahnya menyewa jasa guide, karena mereka akan menunjukkan tempat-tempat yang tidak semua orang tahu, sekaligus untuk membantu ekonomi lokal. Para guide ini pada umumnya adalah penambang sulfur di Ijen, yang berusaha mengais rejeki lebih dengan menjadi guide. Dengan berjalan bersama mereka, pengunjung juga bisa mengetahui lebih dalam suka-duka menjadi seorang penambang di Ijen.
Di sekitar area parkir terdapat beberapa warung di mana pengunjung bisa makan, minum, atau membeli snack terlebih dulu sebelum (dan/atau sesudah) mendaki. Harga di warung-warung tersebut juga tidak terlalu mahal, bahkan mungkin sangat murah bagi pengunjung dari kota besar, apalagi turis asing (misalnya segelas kopi Rp. 5.000,- dan pop mie yang sudah diseduh air panas hanya Rp. 10.000,-)
Apabila menggunakan jasa tour lokal, pengunjung biasanya akan dibriefing sejenak di dalam sebuah warung. Di sinilah masker, air minum dan senter akan dibagikan, sekaligus dikenalkan kepada guide yang akan mengantar mereka. Tiket juga akan dibelikan oleh pihak tour.
Walaupun ikut tour namun kalau mau berjalan lebih cepat atau lebih lambat daripada anggota lain masih tetap bisa, dan nanti berkumpul kembali di puncak.
Bagi yang suka camping dan ingin melewatkan malam di Paltuding, disediakan tempat untuk memasang tenda, dan hanya ditarik biaya Rp. 25.000,- saja per malamnya. Lokasinya berada di dekat area toilet. Jangan lupa untuk membawa perlengkapan dan pakaian hangat yang memadai, karena suhu udara di Paltuding juga cukup dingin. Yang pasti, tidak diperkenankan untuk camping di puncak Ijen (dulu boleh, sekarang tidak boleh).
TIKET KAWAH IJEN
Jam buka loket : 00.30 – 12.00.
Setelah beberapa kali pindah lokasi, untuk saat ini (Juli 2019) loket tiket berada di jalan sebelum gerbang masuk pendakian. Loket untuk turis domestik dan asing dibedakan, dan hanya berjarak beberapa meter saja.
Harga tiket masuk untuk turis domestik adalah Rp. 5.000,-/orang untuk hari kerja dan Rp. 8.000,-/orang untuk akhir pekan dan hari libur. Murah kan? Sedangkan untuk turis asing harga tiketnya Rp. 100.000,-/orang untuk hari kerja dan Rp. 150.000,-/orang untuk akhir pekan dan hari libur.
TOILET
Toilet yang bisa digunakan untuk pengunjung ada tiga:
- di Paltuding, di kiri jalan tepat sebelum gerbang awal pendakian (tarif Rp. 2.000,-/orang). Di depan toilet ini juga ada lapak yang menjual sarung tangan dan beanie.
- di lokasi Pos Menara Bundar, letaknya agak naik sedikit dan bisa ditanyakan kepada penjaga warung (tarif Rp. 3.000,-/orang).
- di puncak Ijen, berlokasi di sebelah kiri dari pertama kali sampai ke puncak (tarif Rp. 3.000,-/orang).
Selain itu sebenarnya ada 1-2 bangunan toilet lagi yang sudah jadi di sepanjang rute pendakian, namun tidak dioperasikan bagi pengunjung karena tidak ada air. Kondisinya pun sangat kotor.
Bagi yang bisa dan sudah biasa melakukannya di alam tentu tidak ada larangan (baik di sepanjang rute mendaki, di dasar kawah di balik bebatuan, atau di puncak di antara semak pepohonan), namun pastikan tidak membuang tisu atau sampah lainnya, dan jangan sampai meninggalkan kotoran tanpa ditimbun tanah/daun-daunan.
MEDAN DAN LAMA PENDAKIAN KE PUNCAK
Dari mulai gerbang awal mendaki hingga ke puncak jaraknya sekitar 3,5 KM. Kurang lebih sekitar 2 KM dari awal pendakian akan ada sebuah kantin/warung tempat di mana pengunjung bisa beristirahat. Karena di dekat warung ada sebuah menara berwarna merah yang berbentuk silinder, warung ini seringkali disebut Warung Pos Bundar atau Pondok Bunder. Warung satu-satunya sepanjang pendakian ini menjual makanan seperti pop mie, pisang goreng/rebus, buah pisang, teh, dan kopi. Penjualnya adalah orang lokal dan harganya pun sama dengan warung-warung yang berada di basecamp.
Jalan setapak mendaki Ijen hanya ada satu, jadi tidak perlu kuatir tersesat, apalagi jika mendaki di musim ramai, akhir pekan, atau hari libur Nasional, karena biasanya ratusan orang akan mendaki di saat yang hampir bersamaan. Jalan setapak hingga ke puncak berupa tanah liat yang padat dan cukup lebar, kadang berpasir dan kering, kadang agak basah apabila tersiram hujan. Sisi kanan dan kiri jalan setapak merupakan hutan dan banyak pepohonan besar. Di awal pendakian rutenya relatif tidak terlalu menanjak, namun sepanjang rute berikutnya sudut kemiringannya mencapai 25-35 derajat, dan bahkan lebih di beberapa tikungan. Setelah melewati Pondok Bunder, jalannya menanjak cukup terjal, dan setelah itu relatif landai dan areanya terbuka hingga sampai ke puncak. Sepanjang mendaki juga biasanya tidak akan terasa dingin karena tubuh mengeluarkan banyak energi.
Apabila mendaki saat dini hari, jalur sebelum Pondok Bunder terasa lebih berat dan membuat nafas terengah-engah akibat karbondioksida yang dihasilkan oleh pepohonan di sepanjang rute, sementara setelah Pondok Bunder jalurnya terasa lebih ringan karena areanya lebih terbuka.
Disarankan untuk TIDAK membawa dan memutar musik dengan music player/speaker sepanjang mendaki, karena tidak semua orang akan suka. Kebanyakan pendaki lebih suka mendengarkan suara alam di sekeliling mereka. Apabila harus mendengarkan musik, silakan menggunakan earphone dengan suara kecil, atau earphone yang dipasang di satu telinga saja demi menjaga kewaspadaan terhadap kondisi sekitar.
Disarankan untuk TIDAK membawa dan memutar musik dengan music player/speaker sepanjang mendaki, karena tidak semua orang akan suka. Kebanyakan pendaki lebih suka mendengarkan suara alam di sekeliling mereka. Apabila harus mendengarkan musik, silakan menggunakan earphone dengan suara kecil, atau earphone yang dipasang di satu telinga saja demi menjaga kewaspadaan terhadap kondisi sekitar.
Infrastruktur sepanjang rute mendaki Ijen semakin hari semakin diperbaiki. Dulu sama sekali tidak ada pagar pengaman, kini di beberapa ruas yang dianggap berbahaya sudah diberi pagar pengaman. Di beberapa titik juga diberi papan informasi mengenai satwa dan fakta-fakta menarik lainnya.
Waktu pendakian tergantung pada fisik masing-masing. Bagi yang memiliki fisik cukup sehat dan terbiasa trekking rutin atau olahraga, hanya dibutuhkan waktu 60-75 menit saja berjalan kaki dengan kecepatan normal hingga ke puncak Ijen. Apabila banyak berhenti untuk istirahat, mendaki Ijen bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam, tergantung seberapa banyak dan seberapa lama tiap kali berhenti.
Ada sebuah fakta menarik mengenai Ijen yang diteruskan dari mulut ke mulut oleh penduduk setempat. Dikatakan ada seekor harimau kumbang (macan puma) yang hidup di dalam hutan di Gunung Ijen ini. Sejauh ini harimau tersebut sudah seringkali menampakkan dirinya kepada para penambang maupun penduduk yang mencari nafkah dari Gunung Ijen, bahkan kepada turis, namun tidak pernah mengganggu atau menyerang manusia.
“TAXI” DI IJEN
Dari awal dan sepanjang mendaki hingga Pondok Bunder, biasanya akan ada beberapa orang yang menawarkan jasa “taxi” atau “grab” atau “ojek”. Mereka adalah para penambang sulfur yang bekerja sampingan mengangkut pengunjung dengan troli yang mereka miliki. Troli ini sedianya untuk mengangkut hasil tambang yang mereka peroleh, namun khusus untuk mengangkut penumpang trolinya diberi bantalan agar penumpangnya merasa lebih nyaman.
Untuk mendaki, satu buah troli biasanya ditarik oleh dua penambang di depan, dan satu penambang mendorong dari belakang. Mereka akan membawa penumpang dengan perlahan namun pasti. Tarif rata-rata untuk pengunjung dewasa dengan berat badan normal adalah Rp. 750.000,- pulang pergi. Untuk naik saja biasanya Rp. 600.000,- dan turun saja Rp. 150.000,- hingga Rp. 200.000,- karena untuk turun hanya dibutuhkan satu orang penambang untuk menahan beban dan mengerem troli. Untuk turis asing, dikatakan tarifnya bisa mencapai Rp. 1.200.000,- pulang pergi. Saat kondisi sepi, penumpang bisa sedikit menawar harganya. Walaupun terasa mahal, namun sesungguhnya harga tersebut sangat pantas mengingat betapa beratnya usaha mereka untuk membawa penumpang naik atau turun dengan selamat. Apabila merasa tidak sanggup mendaki namun ingin sampai ke puncak Ijen, taxi-taxi ini adalah pilihan terbaik yang ada.
PUNCAK IJEN
Pada awalnya, Ijen memliki puncak setinggi lebih dari 3.000 meter. Mungkin karena tingginya inilah gunung ini dinamai Ijen (bahasa Jawa, berarti sendirian). Tiga letusan dahsyat yang diperkirakan terjadi 3.500 tahun lalu mengakibatkan Ijen hancur dan kini tingginya tinggal 2.145 meter hingga 2.386 meter di sepanjang bibir kawah, dan menghasilkan lubang yang sangat besar, berukuran 960 meter X 600 meter.
Pada umumnya kebanyakan turis domestik akan berkumpul di area awal puncak Ijen, karena pada saat suasana sudah terang, danau kawah Ijen akan terlihat dengan jelas dari tempat ini. Saat ini kondisi pagar pengaman di tepi kawah sudah diperbaiki dan lebih kokoh serta lebih aman dibandingkan beberapa waktu silam.
Perhatikan bahwa walaupun kadang foto diambil dari arah atau tempat yang sama, hasilnya dari waktu ke waktu berbeda. Ijen tidak pernah sama, selalu berbeda, dan inilah yang membuat tidak bosan. 😍😍😍
Perhatikan bahwa walaupun kadang foto diambil dari arah atau tempat yang sama, hasilnya dari waktu ke waktu berbeda. Ijen tidak pernah sama, selalu berbeda, dan inilah yang membuat tidak bosan. 😍😍😍
Bagi yang memiliki kartu SIM dari provider Telkomsel, di puncak Ijen telah berdiri sebuah BTS milik Telkomsel, jadi sinyal HP tetap sangat baik di tempat ini.
KAWAH IJEN
Kawah Ijen memiliki luas 5.466 hektar dengan kedalaman sekitar 350 meter. Untuk menuju ke dasar kawah, dari pertama kali mencapai puncak berjalanlah ke arah kanan menyusuri tepian kawah. Setelah beberapa ratus meter akan tampak semacam pertigaan, di mana biasanya ada penambang sulfur yang menjual souvenir dan akan ada tumpukan-tumpukan sulfur di atas troli/gerobak di sekitarnya. Ambil jalan setapak yang menuju ke kiri, dan ikuti terus jalan tersebut hingga ke dasar kawah. Medan menuruni kawah ini relatif lebih berbahaya, karena jalan setapaknya lebih berpasir, berbatu-batu, dan kemiringannya mencapai 45-60 derajat. Sementara ini belum ada pengaman yang memadai di tepian jalan setapak yang sempit dan kadang hanya cukup untuk satu orang lewat saja, sehingga diharapkan untuk lebih berhati-hati. Pernah terjadi lebih dari sekali peristiwa orang jatuh karena terpeleset di area yang berbahaya hingga mengakibatkan korban jiwa.
Pastikan untuk membawa (dan mengenakan jika perlu) masker gas, dan pastikan juga memberi jalan bagi para penambang yang berjalan naik membawa beban sulfur di puncak mereka dan bagi mereka yang baru akan turun, karena jalan turun lebih sulit daripada naik.
Perjalanan turun ke dasar kawah hanya sekitar 800 meter namun makan waktu sekitar 30-45 menit, tergantung kecepatan masing-masing orang dan ramai tidaknya pengunjung saat itu.
FENOMENA ALAM ETERNAL BLUE FIRE
Sampai di dasar kawah, pengunjung bisa melihat fenomena eternal blue fire apabila suasana masih gelap dan tidak terganggu hembusan asap beracun. Blue fire ini tercipta karena panasnya kawah Ijen yang berpadu dengan sulfur, sehingga mengakibatkan efek nyala api/cahaya biru di permukaan. Fenomena ini hanya bisa dilihat sebelum matahari terbit walaupun ada setiap saat.
Blue fire yang berada di dasar kawah Ijen merupakan satu dari hanya dua yang ada di dunia (yang satunya lagi berada di Iceland), dan karenanya menjadi salah satu daya tarik utama Gunung Ijen, terutama bagi turis asing.
Apabila hembusan asap beracun cukup tebal, blue fire kadang tidak terlihat atau hanya terlihat samar walaupun di dasar kawah. Namun apabila udara di sekitar blue fire tidak dipenuhi asap, blue fire bisa terlihat dengan jelas dari kejauhan hingga di puncak kawah.
GAS BERACUN
Kadangkala bahkan sejak berkendara sebelum sampai di basecamp Paltuding, sudah tercium bau yang kurang enak. Bau tersebut adalah bau sulfur/belerang yang berasal dari kawah Ijen. Gas yang tampak berupa asap ini berasal dari letupan-letupan dari dalam kawah Gunung Ijen akibat adanya perbedaan suhu di dalam dan di permukaan bumi. Semakin besar perbedaan suhu, letupan gas ini akan semakin besar dan berbahaya. Gas beracun yang terkandung dari letupan-letupan gas kawah Ijen antara lain hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2). Gas H2S memiliki ciri khas bau yang menyengat, namun semakin tinggi konsentrasinya justru tidak berbau.
Fenomena gas beracun ini ada hampir setiap saat, namun arah dan kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap luas penyebaran asapnya. Apabila angin berhembus ke arah pengunjung, tentunya akan sangat berbahaya. Di sinilah masker gas sangat berguna, karena bisa sedikit melindungi pemakainya dari gas beracun yang berhembus ke arahnya. Namun apabila asap beracun sangat pekat, bau gas yang menusuk masih tetap bisa menembus masker pelindung, sehingga disarankan untuk menjauh ke tempat yang lebih aman dan menghindari asap.
Biasanya di akhir musim penghujan terjadi perbedaan suhu yang besar hingga terjadi ledakan-ledakan gas yang sangat berbahaya. Apabila terjadi ledakan-ledakan gas yang berbahaya seperti ini, akses menuju ke dasar kawah biasanya ditutup. Efek terpapar dan menghirup gas beracun ini mulai dari mual-mual, muntah, mata pedas, tenggorokan serasa terbakar, sesak nafas, hingga kematian.
Untuk tahun 2018 penutupan terjadi di bulan Maret, bahkan akses ke Ijen dibatasi hingga 1 KM jauhnya dari kawah dan penduduk di desa-desa sekitar Ijen diungsikan. Sementara tahun 2019 ini penutupan terjadi di bulan Mei lalu walaupun puncak Ijen masih bisa diakses. Jangan mencoba untuk diam-diam turun ke dasar kawah apabila akses ditutup, karena taruhannya adalah nyawa.
Untuk tahun 2018 penutupan terjadi di bulan Maret, bahkan akses ke Ijen dibatasi hingga 1 KM jauhnya dari kawah dan penduduk di desa-desa sekitar Ijen diungsikan. Sementara tahun 2019 ini penutupan terjadi di bulan Mei lalu walaupun puncak Ijen masih bisa diakses. Jangan mencoba untuk diam-diam turun ke dasar kawah apabila akses ditutup, karena taruhannya adalah nyawa.
DASAR KAWAH & DANAU KAWAH IJEN
Apabila tidak mengikuti tour, pengunjung dapat berlama-lama berada di dasar kawah Ijen, dan ketika matahari terbit dan suasana menjadi terang, pengunjung akan dapat melihat dasar kawah dengan jelas. Area ini bisa dengan mudah dijelajahi apabila tidak sedang banyak hembusan gas beracun. Jalan setapak berbatu-batu dan terjal yang sebelumnya dilewati bisa tampak dengan jelas. Dari dasar kawah, terlihat dinding batu terjal yang mengelilingi area ini, dan membuatnya tampak seperti berada di dunia lain. Pemandangannya bisa dibilang menakjubkan, bahkan lebih memukau daripada blue fire itu sendiri.
Di dasar kawah ini pula terlihat lokasi penambangan sulfur. Gas sulfur pekat bersuhu 150-250 derajat Celcius dialirkan melalui pipa-pipa sepanjang kurang lebih 150 meter untuk didinginkan, dan keluar dalam bentuk cairan sulfur berwarna kuning dan kadang keemasan. Cairan sulfur hasil sublimasi inilah yang ditambang setelah membeku menjadi padatan sulfur. Kadangkala cairan tersebut juga ditampung dengan cetakan sehingga menghasilkan padatan belerang dengan berbagai bentuk, yang oleh penambang dijual sebagai souvenir.
Danau kawah Ijen juga dapat terlihat dengan jelas di depan mata dari dasar kawah. Danau yang terbentuk dari letusan gunung berapi sekitar 3.500 tahun yang lalu ini, memiliki air berwarna turquoise (tosca). Karena tingkat keasamannya yang tinggi (pH 0,5 – 0,8 dan bisa < 0 di area kawah), danau kawah Ijen merupakan danau asam vulkanik terbesar di dunia dengan kedalaman hingga 200 meter (bahkan mencapai 250 meter di musim penghujan) dengan volume air sekitar 32-36 juta meter kubik. Tidak diperkenankan untuk mandi, berenang, atau bahkan menyentuh air asam di danau ini karena bahayanya bagi kulit.
SUNRISE POINT
Bagi para pengunjung yang ke Ijen dengan tour dan para “sunrise hunter”, usai melihat blue fire biasanya mereka akan langsung kembali ke puncak, dan berjalan kaki sejauh sekitar 1,5 KM dari puncak hingga ke sebuah view point yang disebut Sunrise Point. Lokasinya berada hampir di ujung kawah, dengan area terbuka yang luas dan berbatu-batu. Berhati-hatilah saat berjalan karena sepanjang menyusuri bibir kawah belum ada pagar pengaman sama sekali.
Pada umumnya pengunjung akan berkumpul di sunrise point ini untuk menunggu terbitnya matahari sambil duduk-duduk. Selama berada di bibir kawah pada umumnya pengunjung akan merasa dingin karena tidak banyak bergerak, jadi di sinilah pentingnya membawa pakaian hangat. Bahkan turis asing dari negara-negara 4 musim seringkali merasa kedinginan di sini.
Apabila tidak tertutup asap beracun, di sepanjang bibir kawah sendiri banyak view point untuk melihat dan mengabadikan danau kawah Ijen, berlatar belakang gunung-gunung lain di sekitarnya: Gunung Raung, Gunung Rante, Gunung Marapi, dan Gunung Suket. Banyak pepohonan dengan batang-batang pohon yang gersang dan hutan-hutan kecil dengan tumbuhan unik yang juga sangat indah di sepanjang puncak Ijen ini.
PENAMBANG SULFUR DI IJEN
Gunung Ijen merupakan tambang sulfur dan banyak orang yang menjadi penambang sulfur di Ijen untuk mata pencaharian mereka. Banyak di antara mereka yang mulai bekerja menjadi penambang dari usia belasan tahun, dan hingga kini ada beberapa penambang yang sudah lanjut usia dan sudah bekerja menjadi penambang selama berpuluh tahun. Pada umumnya para penambang sudah mulai bekerja sejak jam 2-3 dinihari, dan baru selesai siang atau sore harinya.
Per kilogram padatan sulfur saat ini dihargai Rp. 1.250,- oleh perusahaan tempat para penambang menjualnya. Beberapa tahun silam harganya bahkan hanya Rp. 900,-/kg. Para penambang juga tidak memiliki asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa apabila terjadi hal buruk yang menimpa saat bekerja.
Akibat rendahnya harga sulfur dan faktor keselamatan maupun kesehatan yang kurang terpenuhi inilah, jumlah penambang di Ijen berkurang karena beralih profesi atau menjadikan menambang sebagai profesi sampingan, contohnya para penarik “taxi”. Apabila usaha “taxi” mereka cukup ramai (bisa mengangkut sampai 3 penumpang), mereka tidak lagi menambang di hari tersebut, sementara jika sepi, mereka akan tetap menambang sulfur demi mendapatkan uang.
Ada juga sebagian penambang yang memilih menjadi guide untuk turis, karena mereka bisa memperoleh hasil lebih banyak dengan lebih mudah. Mereka belajar bahasa asing (Inggris, Jerman, Belanda, bahkan Perancis) secara otodidak dan mempraktekannya langsung dengan para turis yang membutuhkan jasa mereka. Beberapa bekerja sama dengan agen-agen tour sehingga lebih terjamin mendapatkan hasil walaupun pasti ada pembagian hasil dengan pihak agen tour. Beberapa orang yang berpikiran lebih maju, menabung selama menjadi penambang, hingga akhirnya bisa membuka penginapan sederhana di desa-desa dekat Ijen.
Para penambang yang masih aktif saat ini telah menggunakan troli/gerobak beroda dua untuk mengangkut hasil tambangnya dari puncak hingga ke Paltuding. Dulu, mereka hanya menggunakan dua buah keranjang bambu yang dipikul. Satu kali memikul beratnya bisa mencapai 50 kg hingga lebih dari 100 kg, tergantung kekuatan fisik mereka. Setelah beberapa tahun lalu ada seorang asing yang memberi bantuan kepada beberapa penambang berupa gerobak, sejak saat itu para penambang lainnya berusaha mengumpulkan uang untuk membuat/membeli gerobak, yang katanya berkisar Rp. 1.500.000,-. Baru-baru ini, sebagian besar penambang sudah memiliki gerobaknya sendiri, dengan adanya bantuan kiriman gerobak dari Bali (kemungkinan orang asing juga yang mendanai).
Memiliki gerobak bukan berarti tidak perlu memikul sulfur lagi. Para penambang tetap mengambil padatan sulfur dari dasar kawah hanya berbekal linggis dan sekop tanpa pelindung, dan memikulnya dengan alat pikul mereka hingga ke puncak kawah, dan meletakkannya ke dalam gerobak. Setelah beberapa kali menambang dan gerobaknya penuh, barulah mereka turun ke Paltuding dengan gerobak mereka yang membawa muatan 200-400 kg sulfur. Sebelum adanya gerobak, mereka harus menambang 2-3 kali sehari dengan pikulan saja, melalui rute Paltuding – puncak Ijen – dasar kawah – puncak Ijen – Paltuding, yang diulang 2-3 kali dalam sehari. Bisa terbayangkan betapa beratnya perjuangan mereka dalam mencari nafkah. Pundak mereka menjadi tebal dan kehitaman akibat pikulan yang sangat berat, belum lagi bahayanya terpapar gas beracun setiap saat. Kalau diperhatikan, tidak ada satu pun di antara para penambang ini yang mengenakan masker gas, karena mereka sudah terbiasa dengan pekerjaan mereka yang berbahaya ini.
Apabila berkenan, pengunjung bisa membeli souvenir yang dijual oleh para penambang di puncak Ijen dan di Pondok Bunder. Pada umumnya mereka akan menawarkan dengan harga agak tinggi, namun masih bisa ditawar lebih murah. Untuk sebuah souvenir berukukuran kecil dengan berbagai bentuk, harga minimalnya adalah Rp. 5.000,-/buah, sedangkan yang lebih besar harga minimalnya Rp. 7.500,- hingga Rp. 10.000,-/buah. Yang termahal adalah Rp. 25.000,- yakni souvenir yang berupa miniatur keranjang pikulan sulfur, karena keranjangnya harus mereka beli dari orang lain. Ini adalah harga minimal (bagi turis domestik atau lokal Banyuwangi, dan jumlah pembelian tidak hanya satu atau dua buah), jadi kalau bisa membeli dengan harga lebih tentu saja sangat disarankan, karena bisa lebih membantu ekonomi mereka.
Selain membeli souvenir, pengunjung bisa mengajak para penambang berfoto bersama, mewawancarai (atau sekedar mengajak mengobrol), atau mencoba memikul hasil tambang di keranjang pikulan mereka. Walaupun penambang tidak minta uang, tidak dilarang juga untuk memberi mereka sedikit penghargaan untuk waktu yang mereka berikan. Besarnya juga seikhlasnya, namun rata-rata hanya dengan Rp. 10.000,- saja mereka sudah senang sekali.
Ada baiknya juga menyapa para penambang yang ditemui di sepanjang jalan, baik mendaki maupun di saat turun gunung. Pengunjung bisa memberikan semangat untuk mereka hanya dengan tersenyum dan menyapa, karena pada umumnya para penambang tersebut baik dan ramah.
PERJALANAN TURUN GUNUNG
Setelah puas menikmati area Ijen, tibalah saatnya turun gunung. Melalui rute yang sama, pengunjung turun melalui jalan setapak hingga ke Paltuding. Sepanjang turun dari puncak hingga ke Pondok Bunder, pemandangan indah akan tampak di depan mata.. Apa yang tadinya tak terlihat pada saat mendaki karena gelap gulita, kini akan menjadi kejutan yang indah dalam perjalanan pulang. Dari pemandangan hutan pinus di lereng gunung beserta latar belakang tiga buah gunung di kejauhan, hingga dinding gunung Ijen yang berbatu-batu. Jika beruntung dan cuaca cerah, kadangkala akan ada awan putih yang bergumpal-gumpal di lereng Ijen yang bisa diabadikan sebagai latar belakang foto. Setelah Pondok Bunder, pemandangan di kanan kiri jalan setapak lebih berupa hutan dan pepohonan.
Berhati-hatilah dalam menapakkan kaki, karena banyak sekali pengunjung yang terpeleset akibat jalan yang agak berpasir. Trekking poles akan sangat berguna di saat menuruni lereng Ijen ini untuk menahan langkah. Lakukanlah zig zag dalam melangkah untuk pijakan kaki yang lebih mantap dan tidak mudah tergelincir.
Perjalanan menuruni Ijen bisa ditempuh dalam waktu 45-60 menit apabila tidak banyak berhenti untuk istirahat.
KONSERVASI DI IJEN
Semenjak tahun 2019, akses mendaki Ijen ditutup total bagi pengunjung setiap hari Jumat pertama tiap bulannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian di Ijen, karena setiap harinya ratusan pengunjung mendaki Ijen, bahkan jumlahnya bisa mencapai hingga 2.000 orang/hari di musim liburan.
Satu hari libur tiap bulannya ini digunakan untuk membersihkan Ijen dari sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para pengunjung yang tidak bertanggung jawab, terutama dari area Pondok Bunder hingga ke Paltuding. Mereka yang melakukan pembersihan ini antara lain dari pihak BBKSDA Jatim, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, pihak perusahaan pembeli sulfur, pihak Penyedia Jasa Wisata Alam Kawah Ijen, para pecinta alam (dari berbagai kalangan, baik mahasiswa maupun umum), para penambang, dan para sukarelawan lainnya.
Karena itu diharapkan untuk tidak membuang sampah sembarangan di area Gunung Ijen (dan di mana pun), karena bagaimana manusia memperlakukan alam, demikian pula alam akan mengembalikannya kepada manusia. Marilah kita berwisata dengan bijak dan bertanggung jawab.
Take Only Pictures, Leave Only Footprints.
No comments:
Post a Comment