14 Mei 2018
HAPPY ANNIVERSARY, my Love... ππππππ
Yak, hari ini adalah hari ulang tahun perkawinan kami yang ke-20, dan kami sudah bersama sejak hampir 25 tahun yang lalu lho hehehe...
Hari ini aku bangun 4.30 pagi diiringi bunyi alarm yang kupasang malam sebelumnya, karena aku tidak mau terburu-buru sampai ada yang terlewatkan atau kelupaan untuk disiapkan. Toh nanti masih bisa tidur di dalam bus.
Usai melakukan rutinitas pagi, aku menyiapkan makan siang berupa mie instan dan sayuran, lalu memasukkannya ke dalam ransel kecil kami. Setelah kami selesai mandi jam 7.30 pagi, semua sisa barang kami masukkan ke dalam backpack, dan jam 8 pagi kami sudah selesai dan siap untuk berangkat. Kata Hong Giang, bus akan berhenti di depan hostel dan berangkat jam 9 pagi, jadi kami masih ada waktu luang, dan kami gunakan untuk bermalas-malasan saja sembari mencari-cari info untuk di Hanoi nanti. Kami sudah memesan penginapan untuk 3 malam di Hanoi. Masih di area Old Quarter tentunya, namun di lokasi yang berbeda dengan sebelumnya. Kalau yang pertama dulu lebih dekat ke Hoan Kiem Lake, kali ini lokasinya berada di antara Hoan Kiem Lake dan West Lake, jadi bisa dibilang daerah baru yang belum pernah kami jelajahi.
Kami baru turun dari kamar jam 8.30 pagi, dan begitu turun Hong Giang sudah menyambut kami dan langsung mengajak kami sarapan. Lho??
Aku sampai tidak percaya juga tadinya, tapi ternyata Hong Giang serius hendak menraktir kami makan pho di rumah makan yang hanya berjarak beberapa rumah saja dari hostel. Sementara itu Hong juga menunjuk sebuah bus yang ada di depan hostel, katanya bus itulah yang akan membawa kami ke Hanoi. Walaupun agak lapar, namun karena aku tidak bisa sarapan terlalu banyak, kami minta dipesankan satu porsi saja untuk dimakan berdua. Hong Giang juga memesan seporsi untuk dirinya sendiri. Kami makan dengan cepat karena kuatir ketinggalan bus, namun Hong Giang sepertinya santai saja. Dia bertanya apakah pho-nya enak, yang tentu saja kami jawab enak, karena memang selain enak juga gratis hahahaha...
Sekitar jam 8.45 pagi kami sudah selesai makan dan kembali ke hostel. Freyja tampak di luar, sudah siap dengan perjalanan hari ini dan sedang mengikat backpacknya ke sepeda motor. Hong Giang mendatangi Freyja dan dengan sigap membantunya mengikat backpack Freyja. Setelah selesai, kami berempat menyempatkan diri berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Jujur saja walaupun tempat ini sangat sederhana dan jauh dari kemewahan, aku merasakan ketulusan hati Hong Giang sebagai pemilik penginapan.
Setelah itu aku masih mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Freyja dan memberikan pesan-pesan terakhirku, dengan harapan kami bisa berjumpa lagi suatu saat nanti entah di mana. Aku merasakan Freyja adalah orang yang baik, jujur dan lugas, sekaligus apa adanya, dan mungkin karena itulah kami menemukan kecocokan satu sama lain.
Jam 8.50 pagi, kami memasukkan backpack kami ke dalam bagasi bus, dan melambaikan tangan untuk terakhir kalinya kepada Hong dan Freyja, lalu naik ke dalam bus. Aku memperoleh bangku ketiga dari belakang di ujung kiri, sementara suami memperoleh bangku kedua dari belakang di ujung kanan. Bangku-bangku di depan kami sudah penuh terisi penumpang, bahkan sudah ada yang tertidur lelap. Sepertinya bus ini berangkat entah jam berapa dari kota lain, dan mereka adalah penumpang yang sudah naik sejak awal perjalanan. Beberapa tempat duduk di atas masih ada yang kosong.
Tepat jam 9 pagi bus Cau Me berwarna merah yang kami naiki ini berangkat. Good bye for now, Ha Giang... I wish to visit you again one day... πππ
Karena perut kenyang dan mata agak berat, aku tertidur tidak lama setelah bus berangkat π
Well, ada sedikit catatan khusus untuk perjalanan kami selama di Ha Giang ini.
- Di awal sebelum kami berangkat ke Vietnam, suami sudah berkata bahwa kami ke Vietnam cukup sekali saja, karenanya dia bersedia pergi sampai 6 minggu, karena asumsinya tidak akan dikunjungi lagi di lain waktu. Namun setelah sampai di Sa Pa apalagi Ha Giang dan melakukan loop, suami berubah pikiran dan mengatakan bahwa dia mau suatu saat berkunjung ke Vietnam lagi, tapi khusus di bagian utara saja hehehehe...
- Penduduk pada umumnya ramah dan baik. Mereka suka menyapa dan selalu menyapa balik apabila kita menyapa lebih dulu. Para pedagang terutama di desa pun relatif lebih jujur, dengan memberikan harga yang sama dengan orang lokal.
- Di daerah-daerah terpencil selama loop, apabila kita berhenti di sebuah spot, kadang akan ada anak-anak kecil yang menghampiri. Seringnya mereka mengharapkan sesuatu dari kita. Aku biasanya hanya memberi snack saja, itu pun sudah membuat mereka senang sekali. Mungkin kebiasaan seperti ini memang kurang baik, namun setidaknya lebih baik daripada memberi uang, dan sepertinya mereka memang benar-benar hidup dalam kemiskinan, tinggal di rumah yang amat sangat sederhana, di tengah-tengah pegunungan di daerah yang terisolir.
Nah kalau kita berhenti dan memberi makanan untuk anak kecil yang datang, kadangkala jadi banyak anak lain yang berdatangan, jadi kalau memang ingin memberi sesuatu mungkin sebaiknya siapkan dalam jumlah agak banyak.
- Walaupun perjalanan naik motor selama melakukan loop terasa sangat melelahkan setiap harinya, namun sepadan sekali dengan apa yang dilihat sepanjang jalan. Jujur saja aku tidak menyangka bahwa Vietnam Utara seindah ini. Bahkan foto-foto yang diambil tidak dapat merepresentasikan apa yang sesungguhnya dilihat.
Andai tahu alamnya seindah ini, mungkin kami akan meluangkan lebih banyak waktu di sini daripada di Vietnam Selatan/Tengah. Bagi kami berdua, Vietnam Utara (terutama Ha Giang) merupakan tempat terindah yang kami kunjungi selama berada di Vietnam.
- Karena kami bepergian bersama Freyja yang notabene berwajah Western, kami jadi sering disangka sebagai orang Vietnam yang menjadi tour guide-nya Freyja ππ
- Membeli nasi putih saja di Vietnam ini agak-agak susah. Seringkali harus sepaket dengan lauk-pauknya. Akan lebih mudah kalau bisa masak nasi sendiri. Sayangnya aku baru mencari dan mengetahui metode masak nasi tanpa kompor setelah pulang dari Vietnam, tapi setidaknya ke depannya ilmu baru ini bisa dipraktekkan hehehehe...
- Sejauh ini, provinsi Ha Giang menjadi tempat yang paling berkesan selama perjalanan 6 minggu kami di Vietnam karena keramahan penduduknya, harga-harga barang yang cenderung murah, dan tentunya keindahan alamnya yang luar biasa. Di beberapa tempat bahkan bisa dibilang sama indahnya dengan Milford Sound di New Zealand ππ
Aku tertidur selama sekitar 1 jam, dan pada saat terjaga ternyata busnya sudah penuh dengan penumpang, termasuk di antaranya 3 orang bule yang duduk di lantai 2. Peumpang laki-laki yang duduk di depanku tampak tidur mengenakan topi berwarna pink dengan model untuk perempuan, lucu sekali π
Sepanjang jalan yang dilewati, aku melihat banyak sekali ladang pohon buah naga yang ditanam oleh penduduk di halaman rumah, kebun kecil, maupun di antara ladang-ladang jagung mereka, sama dengan di daerah Banyuwangi sini.
Sekitar jam 12 siang bus berhenti untuk makan siang, dan semua penumpang turun. Bisa dibilang tempatnya lebih mirip garasi yang luas dibandingkan rumah makan. Kami mengambil bangku yang bebas diambil oleh pengunjung dan makan bekal yang kami bawa.
Sekitar jam 12.40 siang bus kembali melaju di jalan, dan aku berusaha untuk tidur lagi. Sekitar 1 jam kemudian aku terbangun karena bus mengerem mendadak sehingga aku terkejut. Setelah itu aku jadi tidak bisa tidur lagi.
Sepanjang perjalanan selama 7 jam ini, bus kami beberapa kali berhenti untuk mengangkut atau menurunkan penumpang, dan akhirnya kami sampai di terminal bus My Dinh Hanoi jam 3.45 sore. Setelah mengambil backpack kami dari dalam bagasi bus, kami mencari jalan untuk keluar dari terminal dengan mengikuti orang-orang. Belum lagi sampai di luar terminal, sudah mulai ada yang menawarkan jasa taxi, apalagi setelah di halaman luar terminal. Aku sudah mengecek harga dengan aplikasi grab, harusnya ongkos ke penginapan kami berikutnya hanya VND 95K, jadi seharusnya maksimal VND 100K lah. Beberapa driver taxi mencoba membujuk kami, dan saat kutanya berapa tarifnya ke Old Quarter, jawabnya cukup mencengangkan, VND 300K. Ada yang menurunkan harga sampai VND 200K. Aku memberi tahu mereka kalau naik grab tidak sampai VND 100K, dan mereka akhirnya mundur teratur. Malah kemudian mereka bertanya asal kami, karena kami disangka turis dari Thailand hehehehe...
Kami memesan grab dan langsung ada yang merespon. Karena masih menunggu beberapa menit, kami berusaha agak menjauh dari terminal agar driver grabnya lebih mudah menjemput kami. Jalanan di depan terminal termasuk macet, apalagi ada traffic light dan jalur putar balik juga. Setelah grab yang kami tunggu datang, kami cepat-cepat masuk agar tidak sampai mengganggu lalu lintas, dan melajulah kami di jalanan kota Hanoi menuju ke Old Quarter.
Driver kami ini orangnya baik, ramah, dan suka mengobrol. Awalnya dia hanya bertanya asal kami, dan setelah tahu kami dari Indonesia, sepertinya dia senang sekali. Ternyata dulu dia pernah bekerja di Malaysia, dan masih bisa menggunakan bahasa Melayu, jadi kami mengobrol lebih banyak dengan bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Inggris. Bahkan setelah itu dia memutarkan lagu-lagu Malaysia, beberapa di antaranya ada yang kami kenali. Baru pertama kali terjadi pula, sang driver menyuruh kami merokok saja di dalam mobil kalau mau, karena dia sendiri juga perokok. Mobil sempat berhenti di sebuah kios di tepi jalan, dan kemudian dia membeli sebungkus rokok, yang kemudian diberikannya kepada suami, katanya ini rokok lokal yang enak. Kami sampai sungkan dibuatnya.
Setelah itu kami masih diajak berputar-putar sedikit di Old Quarter dan mengelilingi tepian Hoan Kiem Lake, karena dikiranya kami belum pernah mengunjungi danau tersebut. Dalam hati kami percaya dia melakukan semua ini bukan karena ingin diberi tip, namun karena dia memang baik orangnya dan kebetulan suka dengan kami berdua. Namanya Manh Linh, usianya mungkin sekitar 35 tahun, dan mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Kami diantarkan sampai ke depan penginapan, lalu kami bertukar akun Facebook supaya bisa tetap berkomunikasi di kemudian hari atau apabila kami membutuhkan jasanya selama di Hanoi. Karena semua kebaikannya, kami memberi tip sebesar VND 50K selain VND 95K yang dibayarkan melalui credit card. Manh Linh menolak dan benar-benar tidak mau menerimanya, jadi kami letakkan uangnya di atas dashboard saat Manh Linh sedang turun dari mobil mengambilkan backpack kami di bagasi belakang, dan kami segera turun sambil mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Masuk ke Hanoi Lucky Guesthouse 2 di Hang Ma Street, kami langsung bisa check-in ke kamar kami yang berada di lantai 3 karena sudah jam 5 sore. Ini adalah penginapan termurah yang bisa kami dapatkan untuk 3 malam ke depan. Tarif per malamnya VND 274K. Kamarnya tidak terlalu besar namun bersih. Ada jendela yang bisa dibuka namun pemandangannya hanyalah tembok bangunan sebelah. Ada AC, LED TV, lemari pakaian, meja kursi, hair dryer, dengan kamar mandi yang juga berukuran agak kecil namun bersih dan bergaya modern. Bagian terbaik adalah kasurnya yang nyaman, tidak keras seperti kemarin-kemarin. Selain itu harga di atas sudah termasuk sarapan sederhana.
Aku mengeluarkan dan menata barang-barang dari backpack ke atas meja dan ke dalam lemari yang besar ini. Ternyata perjalanan selama di bus tadi cukup melelahkan juga, jadi selesai berbenah dan ngemil makanan ringan kami bermaksud untuk istirahat sebentar, meluruskan punggung dan memejamkan mata sesaat saja di kasur yang empuk ini. Tidak disangka aku terbangun jam 7.30 malam dan terkejut melihat jam. Aku membangunkan suami, yang juga terkejut karena tidur begitu lama.
Kami bergantian mandi, lalu segera keluar untuk mencari makan malam karena perut sudah keroncongan minta diisi makanan berat. Suami hanya request makan malam berupa nasi, lauknya apa saja terserah. Kami jalan berkeliling di area sekitar penginapan, mencari rumah makan atau warung yang kira-kira menjual menu nasi, namun tidak tampak juga. Aku mempelajari Google Map, dan sepertinya ada pasar tidak jauh dari penginapan, Dong Xuan Market, jadi kami ke sana untuk mencari makan, karena biasanya banyak penjual makanan di dekat-dekat pasar. Ternyata pasar yang dimaksud berupa sebuah gedung yang sudah akan tutup, dan tidak tampak warung-warung di sekitarnya. Ada sebuah depot dengan papan nama menjual menu nasi, namun saat kami datangi ternyata sudah habis.
Setelah agak lama menyusuri jalan-jalan di sekitar kami, akhirnya kami menemukan warung emperan dengan menu nasi. Kami duduk dan melihat daftar menu yang diberikan. Melihat harga-harga yang tertera di menu, sebetulnya kami agak terkejut karena harganya mahal-mahal semua. Mie atau bihun goreng dengan sayuran saja VND 50K, nasi goreng yang termurah VND 60K, pho yang paling murah VND 60K dan nasi putih saja VND 20K. Unutk menu daging rata-rata minimal di atas VND 100K. Tapi karena ini adalah hari anniversary kami, aku yang biasanya agak pelit dalam hal membeli makan di luar memberikan perkecualian untuk malam ini. Lagipula kasihan suami kalau kami masih harus putar-putar lagi tanpa kejelasan, sementara aku juga sudah kelaparan karena saat itu sudah jam 8.15 malam. Jadilah kami memesan satu porsi fried pork dan satu porsi nasi, karena biasanya seporsi nasi harga VND 10K saja sudah banyak sekali, apalagi ini VND 20K.
Setelah menunggu beberapa saat, datanglah makanan yang kami pesan. Babi gorengnya disajikan dengan irisan daun serai yang juga digoreng bersama, sementara nasi putihnya memang cukup banyak, walaupun tidak sebanyak yang beli di Ha Giang.
Kami makan berdua dengan lahap, dan karena belum merasa kenyang, kami menambah lagi nasi dengan harapan nasi tambahannya gratis seperti di Ha Giang hahahaha.... Untuk rasanya, cukup oke walaupun tidak yang enak sekali.
Setelah menghabiskan semua makanan yang tersaji di depan kami, tibalah waktu membayar. Ternyata nasinya tetap dihitung 2 porsi, sehingga totalnya menjadi VND 140K. Mahal sekali sebetulnya, namun setidaknya kini kami sudah kenyang sehingga memiliki energi untuk jalan-jalan lagi. Sempat membeli rokok seharga VND 40K dan kemudian kami mencari ATM Military Bank terdekat untuk menarik uang tunai. Kebetulan ada satu ATM yang tidak terlalu jauh, jadi kami ke sana dan menarik uang sebesar VND 3 juta.
Catatan: transaksi masing-masing 3 juta dong ini oleh BCA nilainya menjadi Rp 1.854.636, ditambah ongkos 25 ribu rupiah.
Setelah itu suami masih membeli 2 tusuk sate babi yang harga per tusuknya VND 10K. Kami masih jalan-jalan sebentar di sekitar area penginapan saja, dan setelah agak lelah kami berjalan kaki kembali ke penginapan.
Niat kami adalah langsung istirahat karena badan masih terasa lelah dan mata juga mulai mengantuk, namun setelah naik kasur dan hampir tertidur, sekitar jam 10 malam kami mulai mendengar suara-suara orang mengobrol dan tertawa-tawa, serta entah meja atau kursi yang diseret-seret. Suaranya cukup keras dan mengganggu. Wah, bisa-bisa tidak tidur semalaman nih... ππ
To be continued.......
Yak, hari ini adalah hari ulang tahun perkawinan kami yang ke-20, dan kami sudah bersama sejak hampir 25 tahun yang lalu lho hehehe...
Hari ini aku bangun 4.30 pagi diiringi bunyi alarm yang kupasang malam sebelumnya, karena aku tidak mau terburu-buru sampai ada yang terlewatkan atau kelupaan untuk disiapkan. Toh nanti masih bisa tidur di dalam bus.
Usai melakukan rutinitas pagi, aku menyiapkan makan siang berupa mie instan dan sayuran, lalu memasukkannya ke dalam ransel kecil kami. Setelah kami selesai mandi jam 7.30 pagi, semua sisa barang kami masukkan ke dalam backpack, dan jam 8 pagi kami sudah selesai dan siap untuk berangkat. Kata Hong Giang, bus akan berhenti di depan hostel dan berangkat jam 9 pagi, jadi kami masih ada waktu luang, dan kami gunakan untuk bermalas-malasan saja sembari mencari-cari info untuk di Hanoi nanti. Kami sudah memesan penginapan untuk 3 malam di Hanoi. Masih di area Old Quarter tentunya, namun di lokasi yang berbeda dengan sebelumnya. Kalau yang pertama dulu lebih dekat ke Hoan Kiem Lake, kali ini lokasinya berada di antara Hoan Kiem Lake dan West Lake, jadi bisa dibilang daerah baru yang belum pernah kami jelajahi.
Kami baru turun dari kamar jam 8.30 pagi, dan begitu turun Hong Giang sudah menyambut kami dan langsung mengajak kami sarapan. Lho??
Aku sampai tidak percaya juga tadinya, tapi ternyata Hong Giang serius hendak menraktir kami makan pho di rumah makan yang hanya berjarak beberapa rumah saja dari hostel. Sementara itu Hong juga menunjuk sebuah bus yang ada di depan hostel, katanya bus itulah yang akan membawa kami ke Hanoi. Walaupun agak lapar, namun karena aku tidak bisa sarapan terlalu banyak, kami minta dipesankan satu porsi saja untuk dimakan berdua. Hong Giang juga memesan seporsi untuk dirinya sendiri. Kami makan dengan cepat karena kuatir ketinggalan bus, namun Hong Giang sepertinya santai saja. Dia bertanya apakah pho-nya enak, yang tentu saja kami jawab enak, karena memang selain enak juga gratis hahahaha...
Sekitar jam 8.45 pagi kami sudah selesai makan dan kembali ke hostel. Freyja tampak di luar, sudah siap dengan perjalanan hari ini dan sedang mengikat backpacknya ke sepeda motor. Hong Giang mendatangi Freyja dan dengan sigap membantunya mengikat backpack Freyja. Setelah selesai, kami berempat menyempatkan diri berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Jujur saja walaupun tempat ini sangat sederhana dan jauh dari kemewahan, aku merasakan ketulusan hati Hong Giang sebagai pemilik penginapan.
Setelah itu aku masih mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Freyja dan memberikan pesan-pesan terakhirku, dengan harapan kami bisa berjumpa lagi suatu saat nanti entah di mana. Aku merasakan Freyja adalah orang yang baik, jujur dan lugas, sekaligus apa adanya, dan mungkin karena itulah kami menemukan kecocokan satu sama lain.
Jam 8.50 pagi, kami memasukkan backpack kami ke dalam bagasi bus, dan melambaikan tangan untuk terakhir kalinya kepada Hong dan Freyja, lalu naik ke dalam bus. Aku memperoleh bangku ketiga dari belakang di ujung kiri, sementara suami memperoleh bangku kedua dari belakang di ujung kanan. Bangku-bangku di depan kami sudah penuh terisi penumpang, bahkan sudah ada yang tertidur lelap. Sepertinya bus ini berangkat entah jam berapa dari kota lain, dan mereka adalah penumpang yang sudah naik sejak awal perjalanan. Beberapa tempat duduk di atas masih ada yang kosong.
Tepat jam 9 pagi bus Cau Me berwarna merah yang kami naiki ini berangkat. Good bye for now, Ha Giang... I wish to visit you again one day... πππ
Karena perut kenyang dan mata agak berat, aku tertidur tidak lama setelah bus berangkat π
Well, ada sedikit catatan khusus untuk perjalanan kami selama di Ha Giang ini.
- Di awal sebelum kami berangkat ke Vietnam, suami sudah berkata bahwa kami ke Vietnam cukup sekali saja, karenanya dia bersedia pergi sampai 6 minggu, karena asumsinya tidak akan dikunjungi lagi di lain waktu. Namun setelah sampai di Sa Pa apalagi Ha Giang dan melakukan loop, suami berubah pikiran dan mengatakan bahwa dia mau suatu saat berkunjung ke Vietnam lagi, tapi khusus di bagian utara saja hehehehe...
- Penduduk pada umumnya ramah dan baik. Mereka suka menyapa dan selalu menyapa balik apabila kita menyapa lebih dulu. Para pedagang terutama di desa pun relatif lebih jujur, dengan memberikan harga yang sama dengan orang lokal.
- Di daerah-daerah terpencil selama loop, apabila kita berhenti di sebuah spot, kadang akan ada anak-anak kecil yang menghampiri. Seringnya mereka mengharapkan sesuatu dari kita. Aku biasanya hanya memberi snack saja, itu pun sudah membuat mereka senang sekali. Mungkin kebiasaan seperti ini memang kurang baik, namun setidaknya lebih baik daripada memberi uang, dan sepertinya mereka memang benar-benar hidup dalam kemiskinan, tinggal di rumah yang amat sangat sederhana, di tengah-tengah pegunungan di daerah yang terisolir.
Nah kalau kita berhenti dan memberi makanan untuk anak kecil yang datang, kadangkala jadi banyak anak lain yang berdatangan, jadi kalau memang ingin memberi sesuatu mungkin sebaiknya siapkan dalam jumlah agak banyak.
- Walaupun perjalanan naik motor selama melakukan loop terasa sangat melelahkan setiap harinya, namun sepadan sekali dengan apa yang dilihat sepanjang jalan. Jujur saja aku tidak menyangka bahwa Vietnam Utara seindah ini. Bahkan foto-foto yang diambil tidak dapat merepresentasikan apa yang sesungguhnya dilihat.
Andai tahu alamnya seindah ini, mungkin kami akan meluangkan lebih banyak waktu di sini daripada di Vietnam Selatan/Tengah. Bagi kami berdua, Vietnam Utara (terutama Ha Giang) merupakan tempat terindah yang kami kunjungi selama berada di Vietnam.
- Karena kami bepergian bersama Freyja yang notabene berwajah Western, kami jadi sering disangka sebagai orang Vietnam yang menjadi tour guide-nya Freyja ππ
- Membeli nasi putih saja di Vietnam ini agak-agak susah. Seringkali harus sepaket dengan lauk-pauknya. Akan lebih mudah kalau bisa masak nasi sendiri. Sayangnya aku baru mencari dan mengetahui metode masak nasi tanpa kompor setelah pulang dari Vietnam, tapi setidaknya ke depannya ilmu baru ini bisa dipraktekkan hehehehe...
- Sejauh ini, provinsi Ha Giang menjadi tempat yang paling berkesan selama perjalanan 6 minggu kami di Vietnam karena keramahan penduduknya, harga-harga barang yang cenderung murah, dan tentunya keindahan alamnya yang luar biasa. Di beberapa tempat bahkan bisa dibilang sama indahnya dengan Milford Sound di New Zealand ππ
Aku tertidur selama sekitar 1 jam, dan pada saat terjaga ternyata busnya sudah penuh dengan penumpang, termasuk di antaranya 3 orang bule yang duduk di lantai 2. Peumpang laki-laki yang duduk di depanku tampak tidur mengenakan topi berwarna pink dengan model untuk perempuan, lucu sekali π
Sepanjang jalan yang dilewati, aku melihat banyak sekali ladang pohon buah naga yang ditanam oleh penduduk di halaman rumah, kebun kecil, maupun di antara ladang-ladang jagung mereka, sama dengan di daerah Banyuwangi sini.
Sekitar jam 12 siang bus berhenti untuk makan siang, dan semua penumpang turun. Bisa dibilang tempatnya lebih mirip garasi yang luas dibandingkan rumah makan. Kami mengambil bangku yang bebas diambil oleh pengunjung dan makan bekal yang kami bawa.
Sekitar jam 12.40 siang bus kembali melaju di jalan, dan aku berusaha untuk tidur lagi. Sekitar 1 jam kemudian aku terbangun karena bus mengerem mendadak sehingga aku terkejut. Setelah itu aku jadi tidak bisa tidur lagi.
Sepanjang perjalanan selama 7 jam ini, bus kami beberapa kali berhenti untuk mengangkut atau menurunkan penumpang, dan akhirnya kami sampai di terminal bus My Dinh Hanoi jam 3.45 sore. Setelah mengambil backpack kami dari dalam bagasi bus, kami mencari jalan untuk keluar dari terminal dengan mengikuti orang-orang. Belum lagi sampai di luar terminal, sudah mulai ada yang menawarkan jasa taxi, apalagi setelah di halaman luar terminal. Aku sudah mengecek harga dengan aplikasi grab, harusnya ongkos ke penginapan kami berikutnya hanya VND 95K, jadi seharusnya maksimal VND 100K lah. Beberapa driver taxi mencoba membujuk kami, dan saat kutanya berapa tarifnya ke Old Quarter, jawabnya cukup mencengangkan, VND 300K. Ada yang menurunkan harga sampai VND 200K. Aku memberi tahu mereka kalau naik grab tidak sampai VND 100K, dan mereka akhirnya mundur teratur. Malah kemudian mereka bertanya asal kami, karena kami disangka turis dari Thailand hehehehe...
Kami memesan grab dan langsung ada yang merespon. Karena masih menunggu beberapa menit, kami berusaha agak menjauh dari terminal agar driver grabnya lebih mudah menjemput kami. Jalanan di depan terminal termasuk macet, apalagi ada traffic light dan jalur putar balik juga. Setelah grab yang kami tunggu datang, kami cepat-cepat masuk agar tidak sampai mengganggu lalu lintas, dan melajulah kami di jalanan kota Hanoi menuju ke Old Quarter.
Driver kami ini orangnya baik, ramah, dan suka mengobrol. Awalnya dia hanya bertanya asal kami, dan setelah tahu kami dari Indonesia, sepertinya dia senang sekali. Ternyata dulu dia pernah bekerja di Malaysia, dan masih bisa menggunakan bahasa Melayu, jadi kami mengobrol lebih banyak dengan bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Inggris. Bahkan setelah itu dia memutarkan lagu-lagu Malaysia, beberapa di antaranya ada yang kami kenali. Baru pertama kali terjadi pula, sang driver menyuruh kami merokok saja di dalam mobil kalau mau, karena dia sendiri juga perokok. Mobil sempat berhenti di sebuah kios di tepi jalan, dan kemudian dia membeli sebungkus rokok, yang kemudian diberikannya kepada suami, katanya ini rokok lokal yang enak. Kami sampai sungkan dibuatnya.
Setelah itu kami masih diajak berputar-putar sedikit di Old Quarter dan mengelilingi tepian Hoan Kiem Lake, karena dikiranya kami belum pernah mengunjungi danau tersebut. Dalam hati kami percaya dia melakukan semua ini bukan karena ingin diberi tip, namun karena dia memang baik orangnya dan kebetulan suka dengan kami berdua. Namanya Manh Linh, usianya mungkin sekitar 35 tahun, dan mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Kami diantarkan sampai ke depan penginapan, lalu kami bertukar akun Facebook supaya bisa tetap berkomunikasi di kemudian hari atau apabila kami membutuhkan jasanya selama di Hanoi. Karena semua kebaikannya, kami memberi tip sebesar VND 50K selain VND 95K yang dibayarkan melalui credit card. Manh Linh menolak dan benar-benar tidak mau menerimanya, jadi kami letakkan uangnya di atas dashboard saat Manh Linh sedang turun dari mobil mengambilkan backpack kami di bagasi belakang, dan kami segera turun sambil mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
Masuk ke Hanoi Lucky Guesthouse 2 di Hang Ma Street, kami langsung bisa check-in ke kamar kami yang berada di lantai 3 karena sudah jam 5 sore. Ini adalah penginapan termurah yang bisa kami dapatkan untuk 3 malam ke depan. Tarif per malamnya VND 274K. Kamarnya tidak terlalu besar namun bersih. Ada jendela yang bisa dibuka namun pemandangannya hanyalah tembok bangunan sebelah. Ada AC, LED TV, lemari pakaian, meja kursi, hair dryer, dengan kamar mandi yang juga berukuran agak kecil namun bersih dan bergaya modern. Bagian terbaik adalah kasurnya yang nyaman, tidak keras seperti kemarin-kemarin. Selain itu harga di atas sudah termasuk sarapan sederhana.
Aku mengeluarkan dan menata barang-barang dari backpack ke atas meja dan ke dalam lemari yang besar ini. Ternyata perjalanan selama di bus tadi cukup melelahkan juga, jadi selesai berbenah dan ngemil makanan ringan kami bermaksud untuk istirahat sebentar, meluruskan punggung dan memejamkan mata sesaat saja di kasur yang empuk ini. Tidak disangka aku terbangun jam 7.30 malam dan terkejut melihat jam. Aku membangunkan suami, yang juga terkejut karena tidur begitu lama.
Kami bergantian mandi, lalu segera keluar untuk mencari makan malam karena perut sudah keroncongan minta diisi makanan berat. Suami hanya request makan malam berupa nasi, lauknya apa saja terserah. Kami jalan berkeliling di area sekitar penginapan, mencari rumah makan atau warung yang kira-kira menjual menu nasi, namun tidak tampak juga. Aku mempelajari Google Map, dan sepertinya ada pasar tidak jauh dari penginapan, Dong Xuan Market, jadi kami ke sana untuk mencari makan, karena biasanya banyak penjual makanan di dekat-dekat pasar. Ternyata pasar yang dimaksud berupa sebuah gedung yang sudah akan tutup, dan tidak tampak warung-warung di sekitarnya. Ada sebuah depot dengan papan nama menjual menu nasi, namun saat kami datangi ternyata sudah habis.
Setelah agak lama menyusuri jalan-jalan di sekitar kami, akhirnya kami menemukan warung emperan dengan menu nasi. Kami duduk dan melihat daftar menu yang diberikan. Melihat harga-harga yang tertera di menu, sebetulnya kami agak terkejut karena harganya mahal-mahal semua. Mie atau bihun goreng dengan sayuran saja VND 50K, nasi goreng yang termurah VND 60K, pho yang paling murah VND 60K dan nasi putih saja VND 20K. Unutk menu daging rata-rata minimal di atas VND 100K. Tapi karena ini adalah hari anniversary kami, aku yang biasanya agak pelit dalam hal membeli makan di luar memberikan perkecualian untuk malam ini. Lagipula kasihan suami kalau kami masih harus putar-putar lagi tanpa kejelasan, sementara aku juga sudah kelaparan karena saat itu sudah jam 8.15 malam. Jadilah kami memesan satu porsi fried pork dan satu porsi nasi, karena biasanya seporsi nasi harga VND 10K saja sudah banyak sekali, apalagi ini VND 20K.
Setelah menunggu beberapa saat, datanglah makanan yang kami pesan. Babi gorengnya disajikan dengan irisan daun serai yang juga digoreng bersama, sementara nasi putihnya memang cukup banyak, walaupun tidak sebanyak yang beli di Ha Giang.
Kami makan berdua dengan lahap, dan karena belum merasa kenyang, kami menambah lagi nasi dengan harapan nasi tambahannya gratis seperti di Ha Giang hahahaha.... Untuk rasanya, cukup oke walaupun tidak yang enak sekali.
Setelah menghabiskan semua makanan yang tersaji di depan kami, tibalah waktu membayar. Ternyata nasinya tetap dihitung 2 porsi, sehingga totalnya menjadi VND 140K. Mahal sekali sebetulnya, namun setidaknya kini kami sudah kenyang sehingga memiliki energi untuk jalan-jalan lagi. Sempat membeli rokok seharga VND 40K dan kemudian kami mencari ATM Military Bank terdekat untuk menarik uang tunai. Kebetulan ada satu ATM yang tidak terlalu jauh, jadi kami ke sana dan menarik uang sebesar VND 3 juta.
Catatan: transaksi masing-masing 3 juta dong ini oleh BCA nilainya menjadi Rp 1.854.636, ditambah ongkos 25 ribu rupiah.
Setelah itu suami masih membeli 2 tusuk sate babi yang harga per tusuknya VND 10K. Kami masih jalan-jalan sebentar di sekitar area penginapan saja, dan setelah agak lelah kami berjalan kaki kembali ke penginapan.
Niat kami adalah langsung istirahat karena badan masih terasa lelah dan mata juga mulai mengantuk, namun setelah naik kasur dan hampir tertidur, sekitar jam 10 malam kami mulai mendengar suara-suara orang mengobrol dan tertawa-tawa, serta entah meja atau kursi yang diseret-seret. Suaranya cukup keras dan mengganggu. Wah, bisa-bisa tidak tidur semalaman nih... ππ
To be continued.......
No comments:
Post a Comment