Day 13: Monday, March 13th, 2017
Usai dengan kesibukan rutin di dapur, pagi ini aku mempersiapkan detil terakhir untuk perjalanan kami agar tidak sampai ada yang terlupakan. Selimut tebal, bantal, air minum, dan hal-hal kecil lainnya. Sempat selfie berdua putriku Sherly, saat kami sama-sama masih belum mandi hehehehe...
Setelah semua persiapan beres, kami mandi terlebih dahulu (siapa tahu selama perjalanan menjelajah nantinya jadi jarang mandi hahahaha), dan sekitar jam 11 siang kami berangkat dengan perasaan excited. Bahkan di siang hari ini pun suhu udara masih terasa dingin, hingga kami berdua masih tetap mengenakan jaket tebal agar tidak kedinginan. Tapi pada umumnya sepanjang perjalanan kami merasa cukup hangat selama berada di dalam mobil dengan kaca jendela yang ditutup.
Sejak awal perjalanan, mendung menggelayut menemani perjalanan kami. Langit tampak kelabu dan matahari tidak tampak sama sekali. Kami berkendara menuju ke arah kota Dunedin, walaupun bukan ke sana tujuan akhirnya.
Selama beberapa hari terakhir, suami yang lebih banyak mencari tempat-tempat mana saja yang kira-kira menarik untuk didatangi, tapi pada prinsipnya kami tidak terburu-buru dan tidak menarget harus ke berapa lokasi dalam sehari atau harus sampai di kota tertentu pada hari tersebut. Aku sendiri lebih spontan dan berusaha menemukan tempat-tempat tersembunyi yang tidak terlalu banyak didatangi oleh turis dengan bekal Google Map di tangan. Sementara itu untuk mencari fasilitas lainnya seperti toilet dan camping ground, aku mengandalkan aplikasi Camper Mate. Untuk mencari pombensin, aku menggunakan aplikasi Gaspy. Dengan aplikasi yang satu ini, kita tidak saja diberi informasi lokasi pombensin-pombensin yang terdekat, namun sekaligus informasi harga bahan bakar yang dijual, jadi kita bisa memilih yang termurah yang bisa kita capai.
Tempat-tempat kami berhenti sepanjang hari ini adalah:
Di kanan kiri jalan, pemandangan masih tampak indah walaupun mendung dan tidak bisa mendapatkan foto dengan latar belakang langit yang biru. Karena di Southland banyak peternakan, seringkali terlihat banyak biri-biri yang sedang merumput di mana-mana. Bukit-bukit terlihat hijau sejauh mata memandang.
Dalam waktu 45 menit, kami sudah melewati Mataura, dan lanjut menuju ke arah Clinton lewat Otaraia yang bukan merupakan jalan utama. Kalau ada jalan alternatif, biasanya aku mengarahkan suamiku untuk lewat jalan tersebut. Jalan alternatif ini biasanya lebih kecil, lebih sepi, namun pemandangannya juga lebih indah. Kadang malah belum diaspal, jadi masih berupa gravel road. Kami juga sempat berhenti untuk makan siang di sebuah rest area di tepi jalan. Tidak terasa kami sudah meninggalkan region Southland dan memasuki region Otago.
Kami sempat berhenti di beberapa view point, seperti Lake Catlins, yang bahkan tidak ada di Google Map.
Sekitar jam 3.20 sore, kami sampai di Lake Waihola, dan kami berhenti untuk beristirahat di tempat ini. Danau ini juga merupakan salah satu atraksi lokal yang tidak terlalu banyak didatangi oleh turis asing. Kami juga pernah berhenti di sini saat pertama kali keliling South Island tahun 2015. Penjelasan mengenai Lake Waihola sempat kuceritakan di sini.
Tempatnya masih sama seperti dulu, hanya saja pepohonan yang dulu kuning daunnya, saat awal musim gugur ini masih tampak hijau. Saat itu pun suasananya tidak terlalu ramai. Hanya tampak beberapa kendaraan milik orang lokal yang terparkir di tempat yang disediakan. Aku membuatkan secangkir kopi untuk diminum berdua. Inilah pertama kalinya aku mencoba masak air dengan kompor di dalam mobil, menyenangkan juga hehehehe...
Pertama kali kami mengunjungi Lake Waihola ini, kami hanya memotret dekat dengan tempat parkir saja, sedangkan kali ini kami berjalan sampai ke ujung. Beberapa ekor itik dan seagull tampak berkeliaran di sekitar danau. Di dekat ujung jalan setapak ternyata ada tempat bermain untuk anak-anak. Sebuah toilet yang bersih juga tersedia di sini.
Setelah merasa cukup puas bersantai di tepi Lake Waihola ini, kami melanjutkan perjalanan. Sempat mampir juga di Island Park Reserve, sebelum lanjut sampai ke Dunedin. Kami baru memasuki kotanya sekitar jam 5 sore sementara gerimis kecil mengiringi. Mengenai Dunedin juga sudah pernah kuceritakan di sini. Kami tidak bermaksud untuk menjelajah kotanya, namun langsung menuju ke PakN'Save yang berada di area Kensington. Tujuan utamanya sebetulnya untuk mengisi bahan bakar di pombensinnya, tapi kami sempat masuk juga ke dalam supermarketnya dan membeli chips dan wine karena kebetulan sedang ada diskon hehehehe...
Yang menyulitkan bagi para turis, kebanyakan pombensin PakN'Save hanya bisa dibayar dengan EFTPOS, tidak bisa cash karena tidak ada penjaganya (harus mengisi sendiri), dan tidak bisa pula membayar dengan credit card.
Karena bahan bakar memang sudah tinggal sedikit, kami mengisi cukup banyak di pombensin PakN'Save Duniedin ini, hampir 37 liter (harganya $2.049/liter sebelum diskon), dan kami bayar dengan EFTPOS.
Usai mengisi bahan bakar, kami langsung menuju ke Warrington, yang jaraknya hampir 30 KM dari Dunedin. Ada apa di Warrington? Inilah tempat kami bakal menginap untuk malam pertama kami. Ada sebuah freedom camping ground bernama Warrington Reserve di tepian area Blueskin Bay yang diperuntukkan untuk semua jenis kendaraan, termasuk non self-contained vehicles.
Kami tiba di Warrington Domain menjelang jam 6 petang, dan sudah tampak banyak kendaraan terparkir di lapangan rumput yang sangat luas ini. Kebanyakan mobil biasa, walaupun ada juga beberapa campervan yang sepertinya bukan self-contained unit juga sih... Di beberapa spot yang tidak ditumbuhi rumput, tanahnya kelihatan becek dengan genangan air, bahkan pada saat memasuki area parkir ini, jalan masuknya becek semua. Di ujung lapangan parkir tampak dua buah toilet portaloo.
Kami mencari tempat parkir yang berumput, datar, dan tentunya dekat dengan toilet. Kebetulan tepat di salah satu sisi toilet masih ada tempat kosong, jadi kami parkir di situ. Saat kuperiksa, toiletnya masih bersih dan tidak berbau, bahkan disediakan sabun cuci tangan, hanya saja tidak ada penerangan sama sekali di dalamnya.
Aku masih berada di dalam mobil untuk masak dan merapikan bagian belakang mobil selagi masih terang benderang, sementara suami berjalan-jalan di luar untuk meregangkan tubuh. Selesai masak, aku turun dari mobil dan melihat-lihat suasana di sekitar kami. Tampak beberapa tenda sudah berdiri di samping mobil-mobil yang terparkir, dan ada juga yang masih memasang tendanya. Ada juga yang tampaknya sedang memasak di bagian belakang mobilnya.
Kata suami, di dekat jalan masuk ada sebuah flush toilet dan sink untuk mencuci piring. Selain itu juga ada arena bermain untuk anak-anak. Lumayan juga ternyata fasilitasnya untuk sebuah free camping site. Tidak enaknya, karena lokasi flush toilet dan sink yang dekat dengan jalan masuk, jaraknya cukup jauh dari tempat kami memarkirkan mobil, mungkin sekitar 100 meter dengan jalan yang becek untuk menuju ke sana. Sedangkan lapangan yang letaknya dekat dengan toilet tersebut selain sudah cukup dipadati mobil, tanahnya juga rata-rata becek.
Kami menemukan sebuah jalan setapak di belakang tempat kami memarkir mobil, maka kami pun mencoba menyusuri jalan tersebut. Ternyata jalan setepak ini menuju ke pantai, yaitu Blueskin Bay. Keseluruhan area ini termasuk dalam wilayah Warrington Reserve. Kami berjalan terus menyusuri hutan dengan pepohonan yang tinggi-tinggi, dan berhenti di sebuah pesisir pantai dengan air yang sangat tenang. Pemandangannya relatif biasa sekali karena pantainya tampak datar, ditambah langit mendung yang berwarna kelabu. Setelah berfoto-foto di tempat ini, kami berjalan lagi melalui semak-semak dan pepohonan lagi, dan sampailah kami kembali ke mobil.
Waktu sudah menunjukkan jam 7.40 malam, jadi aku memanaskan kembali makanan yang tadi sudah kumasak. Untuk suami, aku sudah membawakan nasi dari rumah, tinggal memanaskan ayam panggang saja, sedangkan aku sendiri makan telur dan tomat yang ditumis bersama. Kami makan malam berdua di jok depan mobil, karena di belakang terlalu sempit untuk duduk dengan leluasa.
Usai makan, kami masih mencuci perabotan di sink sekaligus cuci muka dan sikat gigi. Saat hendak mencuci piring kami masih antri dulu, dan di sinilah aku sempat mengobrol dengan sepasang backpackers dari Spanyol. Mereka berdua sudah hidup di dalam mobil selama 6 bulan lho....
Selesai urusan di sink dan toilet, kami berjalan kembali ke mobil. Aku merapikan bagian belakang mobil dan mempersiapkan tempat untuk kami tidur. Setelah itu barulah kami berusaha untuk istirahat, duduk atau tiduran di dalam mobil. Ternyata cukup susah untuk merebahkan diri dengan nyaman hanya dengan beralaskan duvet yang kami bawa. Kerasnya punggung jok mobil sangat terasa, apalagi untukku yang sangat sensitif. Jangankan tidur di atas punggung jok, tidur di kasur spring bed yang nyaman kalau ada sedikit lipatan di sprei atau bajuku saja sudah terasa tidak nyaman, apalagi kali ini alasnya benar-benar keras. Duvet yang tipis tidak mempan untuk membuatnya jadi empuk. Ditambah lagi kaki yang posisinya tidak bisa sejajar, dan kepala yang posisinya justru agak lebih rendah. Secara umum kondisi tidur kami cukup sempit dan berdesakan. Untungnya selimut yang kami bawa sangat hangat, sehingga tidak sampai kedinginan walaupun suhu di luar berkisar 5 derajat Celcius. Mudah-mudahan kami berdua masih bisa tidur dengan nyenyak di malam pertama ini...
Sekitar jam 10 malam, suami berusaha untuk tidur, dan usai menulis catatan di HP, aku pun menyusul tidur.
Hari ini kami sudah menempuh sekitar 240 KM, dan sepanjang hari cenderung mendung. Dalam segala keterbatasan dan ketidaknyamanan malam ini, aku masih bisa bersyukur dan justru merasa sangat bersemangat untuk menyambut hari-hari esok dalam petualangan ala backpackers ini. 😍😍😍
PS: To my dear husband, I know that you're doing this JUST for me! I really really appreciate all you've done and I love you more for that !!!
To be continued.......
Setelah semua persiapan beres, kami mandi terlebih dahulu (siapa tahu selama perjalanan menjelajah nantinya jadi jarang mandi hahahaha), dan sekitar jam 11 siang kami berangkat dengan perasaan excited. Bahkan di siang hari ini pun suhu udara masih terasa dingin, hingga kami berdua masih tetap mengenakan jaket tebal agar tidak kedinginan. Tapi pada umumnya sepanjang perjalanan kami merasa cukup hangat selama berada di dalam mobil dengan kaca jendela yang ditutup.
Sejak awal perjalanan, mendung menggelayut menemani perjalanan kami. Langit tampak kelabu dan matahari tidak tampak sama sekali. Kami berkendara menuju ke arah kota Dunedin, walaupun bukan ke sana tujuan akhirnya.
Selama beberapa hari terakhir, suami yang lebih banyak mencari tempat-tempat mana saja yang kira-kira menarik untuk didatangi, tapi pada prinsipnya kami tidak terburu-buru dan tidak menarget harus ke berapa lokasi dalam sehari atau harus sampai di kota tertentu pada hari tersebut. Aku sendiri lebih spontan dan berusaha menemukan tempat-tempat tersembunyi yang tidak terlalu banyak didatangi oleh turis dengan bekal Google Map di tangan. Sementara itu untuk mencari fasilitas lainnya seperti toilet dan camping ground, aku mengandalkan aplikasi Camper Mate. Untuk mencari pombensin, aku menggunakan aplikasi Gaspy. Dengan aplikasi yang satu ini, kita tidak saja diberi informasi lokasi pombensin-pombensin yang terdekat, namun sekaligus informasi harga bahan bakar yang dijual, jadi kita bisa memilih yang termurah yang bisa kita capai.
Tempat-tempat kami berhenti sepanjang hari ini adalah:
- Lake Catlins
- Lake Waihola
- Island Park Reserve
- Dunedin (PakNSave)
- Warrington Recreation Reserve (freedom camping ground) & Blue Bay
- dan beberapa tempat indah lain sepanjang jalan yang tidak memiliki papan nama
Di kanan kiri jalan, pemandangan masih tampak indah walaupun mendung dan tidak bisa mendapatkan foto dengan latar belakang langit yang biru. Karena di Southland banyak peternakan, seringkali terlihat banyak biri-biri yang sedang merumput di mana-mana. Bukit-bukit terlihat hijau sejauh mata memandang.
Dalam waktu 45 menit, kami sudah melewati Mataura, dan lanjut menuju ke arah Clinton lewat Otaraia yang bukan merupakan jalan utama. Kalau ada jalan alternatif, biasanya aku mengarahkan suamiku untuk lewat jalan tersebut. Jalan alternatif ini biasanya lebih kecil, lebih sepi, namun pemandangannya juga lebih indah. Kadang malah belum diaspal, jadi masih berupa gravel road. Kami juga sempat berhenti untuk makan siang di sebuah rest area di tepi jalan. Tidak terasa kami sudah meninggalkan region Southland dan memasuki region Otago.
Kami sempat berhenti di beberapa view point, seperti Lake Catlins, yang bahkan tidak ada di Google Map.
Sekitar jam 3.20 sore, kami sampai di Lake Waihola, dan kami berhenti untuk beristirahat di tempat ini. Danau ini juga merupakan salah satu atraksi lokal yang tidak terlalu banyak didatangi oleh turis asing. Kami juga pernah berhenti di sini saat pertama kali keliling South Island tahun 2015. Penjelasan mengenai Lake Waihola sempat kuceritakan di sini.
Tempatnya masih sama seperti dulu, hanya saja pepohonan yang dulu kuning daunnya, saat awal musim gugur ini masih tampak hijau. Saat itu pun suasananya tidak terlalu ramai. Hanya tampak beberapa kendaraan milik orang lokal yang terparkir di tempat yang disediakan. Aku membuatkan secangkir kopi untuk diminum berdua. Inilah pertama kalinya aku mencoba masak air dengan kompor di dalam mobil, menyenangkan juga hehehehe...
Pertama kali kami mengunjungi Lake Waihola ini, kami hanya memotret dekat dengan tempat parkir saja, sedangkan kali ini kami berjalan sampai ke ujung. Beberapa ekor itik dan seagull tampak berkeliaran di sekitar danau. Di dekat ujung jalan setapak ternyata ada tempat bermain untuk anak-anak. Sebuah toilet yang bersih juga tersedia di sini.
Setelah merasa cukup puas bersantai di tepi Lake Waihola ini, kami melanjutkan perjalanan. Sempat mampir juga di Island Park Reserve, sebelum lanjut sampai ke Dunedin. Kami baru memasuki kotanya sekitar jam 5 sore sementara gerimis kecil mengiringi. Mengenai Dunedin juga sudah pernah kuceritakan di sini. Kami tidak bermaksud untuk menjelajah kotanya, namun langsung menuju ke PakN'Save yang berada di area Kensington. Tujuan utamanya sebetulnya untuk mengisi bahan bakar di pombensinnya, tapi kami sempat masuk juga ke dalam supermarketnya dan membeli chips dan wine karena kebetulan sedang ada diskon hehehehe...
- Bluebird Original Cut 2X$1
- Vineyard White Wine 3L $19.99
- Petrol 91 36.66 L X $2.049
Yang menyulitkan bagi para turis, kebanyakan pombensin PakN'Save hanya bisa dibayar dengan EFTPOS, tidak bisa cash karena tidak ada penjaganya (harus mengisi sendiri), dan tidak bisa pula membayar dengan credit card.
Karena bahan bakar memang sudah tinggal sedikit, kami mengisi cukup banyak di pombensin PakN'Save Duniedin ini, hampir 37 liter (harganya $2.049/liter sebelum diskon), dan kami bayar dengan EFTPOS.
Usai mengisi bahan bakar, kami langsung menuju ke Warrington, yang jaraknya hampir 30 KM dari Dunedin. Ada apa di Warrington? Inilah tempat kami bakal menginap untuk malam pertama kami. Ada sebuah freedom camping ground bernama Warrington Reserve di tepian area Blueskin Bay yang diperuntukkan untuk semua jenis kendaraan, termasuk non self-contained vehicles.
Kami tiba di Warrington Domain menjelang jam 6 petang, dan sudah tampak banyak kendaraan terparkir di lapangan rumput yang sangat luas ini. Kebanyakan mobil biasa, walaupun ada juga beberapa campervan yang sepertinya bukan self-contained unit juga sih... Di beberapa spot yang tidak ditumbuhi rumput, tanahnya kelihatan becek dengan genangan air, bahkan pada saat memasuki area parkir ini, jalan masuknya becek semua. Di ujung lapangan parkir tampak dua buah toilet portaloo.
Kami mencari tempat parkir yang berumput, datar, dan tentunya dekat dengan toilet. Kebetulan tepat di salah satu sisi toilet masih ada tempat kosong, jadi kami parkir di situ. Saat kuperiksa, toiletnya masih bersih dan tidak berbau, bahkan disediakan sabun cuci tangan, hanya saja tidak ada penerangan sama sekali di dalamnya.
Aku masih berada di dalam mobil untuk masak dan merapikan bagian belakang mobil selagi masih terang benderang, sementara suami berjalan-jalan di luar untuk meregangkan tubuh. Selesai masak, aku turun dari mobil dan melihat-lihat suasana di sekitar kami. Tampak beberapa tenda sudah berdiri di samping mobil-mobil yang terparkir, dan ada juga yang masih memasang tendanya. Ada juga yang tampaknya sedang memasak di bagian belakang mobilnya.
Kata suami, di dekat jalan masuk ada sebuah flush toilet dan sink untuk mencuci piring. Selain itu juga ada arena bermain untuk anak-anak. Lumayan juga ternyata fasilitasnya untuk sebuah free camping site. Tidak enaknya, karena lokasi flush toilet dan sink yang dekat dengan jalan masuk, jaraknya cukup jauh dari tempat kami memarkirkan mobil, mungkin sekitar 100 meter dengan jalan yang becek untuk menuju ke sana. Sedangkan lapangan yang letaknya dekat dengan toilet tersebut selain sudah cukup dipadati mobil, tanahnya juga rata-rata becek.
Kami menemukan sebuah jalan setapak di belakang tempat kami memarkir mobil, maka kami pun mencoba menyusuri jalan tersebut. Ternyata jalan setepak ini menuju ke pantai, yaitu Blueskin Bay. Keseluruhan area ini termasuk dalam wilayah Warrington Reserve. Kami berjalan terus menyusuri hutan dengan pepohonan yang tinggi-tinggi, dan berhenti di sebuah pesisir pantai dengan air yang sangat tenang. Pemandangannya relatif biasa sekali karena pantainya tampak datar, ditambah langit mendung yang berwarna kelabu. Setelah berfoto-foto di tempat ini, kami berjalan lagi melalui semak-semak dan pepohonan lagi, dan sampailah kami kembali ke mobil.
Waktu sudah menunjukkan jam 7.40 malam, jadi aku memanaskan kembali makanan yang tadi sudah kumasak. Untuk suami, aku sudah membawakan nasi dari rumah, tinggal memanaskan ayam panggang saja, sedangkan aku sendiri makan telur dan tomat yang ditumis bersama. Kami makan malam berdua di jok depan mobil, karena di belakang terlalu sempit untuk duduk dengan leluasa.
Usai makan, kami masih mencuci perabotan di sink sekaligus cuci muka dan sikat gigi. Saat hendak mencuci piring kami masih antri dulu, dan di sinilah aku sempat mengobrol dengan sepasang backpackers dari Spanyol. Mereka berdua sudah hidup di dalam mobil selama 6 bulan lho....
Selesai urusan di sink dan toilet, kami berjalan kembali ke mobil. Aku merapikan bagian belakang mobil dan mempersiapkan tempat untuk kami tidur. Setelah itu barulah kami berusaha untuk istirahat, duduk atau tiduran di dalam mobil. Ternyata cukup susah untuk merebahkan diri dengan nyaman hanya dengan beralaskan duvet yang kami bawa. Kerasnya punggung jok mobil sangat terasa, apalagi untukku yang sangat sensitif. Jangankan tidur di atas punggung jok, tidur di kasur spring bed yang nyaman kalau ada sedikit lipatan di sprei atau bajuku saja sudah terasa tidak nyaman, apalagi kali ini alasnya benar-benar keras. Duvet yang tipis tidak mempan untuk membuatnya jadi empuk. Ditambah lagi kaki yang posisinya tidak bisa sejajar, dan kepala yang posisinya justru agak lebih rendah. Secara umum kondisi tidur kami cukup sempit dan berdesakan. Untungnya selimut yang kami bawa sangat hangat, sehingga tidak sampai kedinginan walaupun suhu di luar berkisar 5 derajat Celcius. Mudah-mudahan kami berdua masih bisa tidur dengan nyenyak di malam pertama ini...
Sekitar jam 10 malam, suami berusaha untuk tidur, dan usai menulis catatan di HP, aku pun menyusul tidur.
Hari ini kami sudah menempuh sekitar 240 KM, dan sepanjang hari cenderung mendung. Dalam segala keterbatasan dan ketidaknyamanan malam ini, aku masih bisa bersyukur dan justru merasa sangat bersemangat untuk menyambut hari-hari esok dalam petualangan ala backpackers ini. 😍😍😍
PS: To my dear husband, I know that you're doing this JUST for me! I really really appreciate all you've done and I love you more for that !!!
To be continued.......
No comments:
Post a Comment