Day 9: Thursday, March 9th, 2017
Suhu di pagi hari masih 4 derajat Celcius, namun seharian cuaca relatif cerah, matahari bersinar sepanjang hari, dan tidak ada angin sama sekali. Bahkan langit pun berwarna biru tanpa ada satu pun awan putih yang tampak. Hari yang indah dan sangat cocok untuk mencuci pakaian hahahaha...
Pagi hari dihabiskan dengan belanja groceries di PakNSave dan Countdown. Sebetulnya untuk hampir semua bahan makanan aku lebih suka belanja di PakNSave, tapi Sherly minta kalau beli susu di Countdown saja, katanya lebih enak. Jarak dari PaknSave ke Countdown juga sangat dekat, jadi tidak masalah untuk pergi belanja di dua tempat sekaligus.
Berikut ini hasil belanja di PakNSave dan Countdown:
Supaya bisa hidup lebih hemat selama di sini, biasanya kalau ada barang yang sedang diskon kita beli dalam jumlah lebih banyak untuk distok, karena di NZ ini, diskon benar-benar dipotong harganya, bukan seperti di Indonesia, harganya dinaikkan dulu baru diberi potongan harga. Dan ini berlaku untuk semua barang, misalnya fashion (biasanya end of season akan ada sale besar-besaran untuk menghabiskan stok), bahan makanan, dan lain-lain.
Kami sempat meluangkan waktu untuk mengobrol bersama Chris di siang hari. Bertukar cerita dan pengalaman, serta mempelajari kebudayaan negara masing-masing yang berbeda.
Sore harinya kami berdua berjalan-jalan di sekitar rumah karena cuaca sedang bagus. Ternyata ada dog park yang cukup dekat dengan rumah. Tamannya tampak luas dengan pagar di sekelilingnya, dan ke tempat inilah orang-orang membawa anjing mereka untuk bermain dengan bebas, atau sekedar berjalan-jalan di tempat yang disediakan.
Di dekat dog park ini juga ada taman bermain anak-anak. Family bond sepertinya mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah, karenanya jam kerja rata-rata diatur sedemikian rupa sehingga anggota keluarga dapat berkumpul sore/malam harinya, juga di akhir pekan.
Libur weekend biasanya banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berpesiar atau camping keluarga di tempat terbuka, pantai, atau bahkan hiking. Entah di Invercargill terlalu dingin atau bagaimana, jarang sekali terlihat orang jogging di pagi hari. Biasanya di kota-kota lain banyak orang jogging atau hiking pagi-pagi.
Sekitar jam 8 malam kami berkunjung ke rumah Pak Gede. Beliau dan keluarganya sudah tinggal di Invercargill selama 2 tahun. Kami mendapatkan banyak cerita dan pengalaman yang menarik dari keluarga ini. Menyenangkan sekali bisa sedikit banyak mengetahui kehidupan orang-orang Indonesia di negeri ini. 😊
Pagi hari dihabiskan dengan belanja groceries di PakNSave dan Countdown. Sebetulnya untuk hampir semua bahan makanan aku lebih suka belanja di PakNSave, tapi Sherly minta kalau beli susu di Countdown saja, katanya lebih enak. Jarak dari PaknSave ke Countdown juga sangat dekat, jadi tidak masalah untuk pergi belanja di dua tempat sekaligus.
Berikut ini hasil belanja di PakNSave dan Countdown:
- Sun White Rice 10kg $21.29 (ini beras yang agak pendek-pendek, kesukaan Sherly. Sedikit lebih mahal daripada jasmine rice)
- Simply Oil Canola 2L $4.79 (minyak canola, untuk minyak goreng)
- Budget Dishwash Liquid 1L $1.49 (sabun cair pencuci piring)
- Greggs Café Gold Flat White 10s $3.99 (kopi instan isi 10 sachet)
- Nestle Kit Kat Tiramisu Duo 170g $2.99
- Whittakers Peanut Butter 200g $3.79 (cokelat Whittakers yang terkenal itu)
- Value White Toast 600g $.89 (roti tawar 1 loaf)
- Brinks Chicken Drums $13.78 (paha ayam)
- Tomato NZ Loose 1.335kg $4.39
- Lettuce $1.79
- Brussels Sprouts .675kg $3.37
- Bananas .82kg $2.78
- Blue Bird Original Cut Sour Cream & Chives 150g $1.29 (potato chips)
- Blue Bird Original Cut Onion & Salt 150g $1.29 (potato chips)
- Robert Harris Coffee 10s $2.99 (kopi instan isi 10 sachet)
- Homebrand Milk Standard 2L $3.37
Supaya bisa hidup lebih hemat selama di sini, biasanya kalau ada barang yang sedang diskon kita beli dalam jumlah lebih banyak untuk distok, karena di NZ ini, diskon benar-benar dipotong harganya, bukan seperti di Indonesia, harganya dinaikkan dulu baru diberi potongan harga. Dan ini berlaku untuk semua barang, misalnya fashion (biasanya end of season akan ada sale besar-besaran untuk menghabiskan stok), bahan makanan, dan lain-lain.
Kami sempat meluangkan waktu untuk mengobrol bersama Chris di siang hari. Bertukar cerita dan pengalaman, serta mempelajari kebudayaan negara masing-masing yang berbeda.
Sore harinya kami berdua berjalan-jalan di sekitar rumah karena cuaca sedang bagus. Ternyata ada dog park yang cukup dekat dengan rumah. Tamannya tampak luas dengan pagar di sekelilingnya, dan ke tempat inilah orang-orang membawa anjing mereka untuk bermain dengan bebas, atau sekedar berjalan-jalan di tempat yang disediakan.
Di dekat dog park ini juga ada taman bermain anak-anak. Family bond sepertinya mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah, karenanya jam kerja rata-rata diatur sedemikian rupa sehingga anggota keluarga dapat berkumpul sore/malam harinya, juga di akhir pekan.
Libur weekend biasanya banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berpesiar atau camping keluarga di tempat terbuka, pantai, atau bahkan hiking. Entah di Invercargill terlalu dingin atau bagaimana, jarang sekali terlihat orang jogging di pagi hari. Biasanya di kota-kota lain banyak orang jogging atau hiking pagi-pagi.
Sekitar jam 8 malam kami berkunjung ke rumah Pak Gede. Beliau dan keluarganya sudah tinggal di Invercargill selama 2 tahun. Kami mendapatkan banyak cerita dan pengalaman yang menarik dari keluarga ini. Menyenangkan sekali bisa sedikit banyak mengetahui kehidupan orang-orang Indonesia di negeri ini. 😊
Day 10: Friday, March 10th, 2017
Pagi ini aku mengolah ayam yang kemarin dibeli. Dengan bumbu-bumbu yang ada, kubuat menjadi rendang ayam dan kentang. Sewaktu di rumah, aku sudah cukup terbiasa masak dalam jumlah banyak, jadi di sini pun aku melakukan hal yang sama. Biasanya daging-dagingan yang baru dibeli, langsung diolah menjadi satu atau beberapa masakan tertentu, baru setelah itu dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil-kecil ukuran satu porsi, dan baru kemudian dibekukan di dalam freezer. Dengan cara ini, masakan bisa awet hingga 3-6 bulan, walaupun faktanya belum sampai sedemikian lamanya juga sudah habis hehehehe... Karena sudah dibagi-bagi menjadi satu porsi makan, masakan-masakan ini akan lebih mudah dipanasi dan tentunya praktis. Seringkali apabila tidak sempat masak di pagi hari, masakan porsi kecil ini tinggal dipanasi dengan cara dimasukkan ke dalam rice cooker setelah nasi matang, atau dimicrowave sebentar saja. Porsi-porsi kecil lauk ini juga sangat ideal untuk bekal makan siang. Tidak masalah walaupun berkuah, karena sudah dikemas dalam plastik, tinggal dimasukkan saja ke dalam kotak bekal setelah dipanasi. Praktis kan?
Karenanya aku menyiapkan beberapa macam lauk-pauk "instan" ini untuk bekal Sherly makan siang atau kalau dia tidak sempat masak selama kami berdua pergi nanti.
Selesai masak dan makan siang, sekitar jam 12.15 siang kami berdua pergi untuk membeli telur dan daging. Sherly memberi tahu kami bahwa ada toko yang menjual telur dan daging lebih murah daripada di supermarket, yaitu langsung di produsennya. Kami sudah diberi tahu nama tempatnya, jadi tinggal mencarinya di Google Map.
Yang pertama adalah McNeils Poultry, berlokasi di McQuarrie Street. Kami membeli 2 karton jumbo eggs dengan harga $7 per kartonnya. Satu karton sendiri berisi 30 butir telur. Sesuai namanya, telurnya memang berukuran jumbo. Sewaktu di rumah sempat kutimbang, dan beratnya sekitar 75 gram tanpa kulit. Kalau sedang beruntung, kadang ada yang kuning telurnya 2 di dalam sebutir telur.
Setelah itu kami menuju ke Bowmont Wholesale Meat di Otepuni Avenue. Lokasinya berada di semacam kawasan industri. Banyak kantor kontraktor dan distributor yang memiliki tempat usaha di sepanjang jalan ini. Mobil-mobil tampak terparkir di tepian, namun suasana jalannya sendiri tampak sepi. Sepanjang perjalanan singkat ini, langitnya tampak indah sekali. Di Bowmont kami membeli Pork Pickled ukuran 2kg ($8.5) dan Mutton Spare Ribs ukuran 2 kg ($6). Buat kami ini juga relatif murah. Dengan total $14.5, aku akan bisa membuat berbagai macam masakan nantinya. Mutton spare ribsnya sendiri tidak melulu tulang-belulang, tapi masih ada cukup banyak daging yang menempel.
Usai berbelanja daging, kami melanjutkan membeli stok alkohol di Liquorland di Dee Street. Untuk minuman alkohol, biasanya kami membeli yang sedang diskon. Harganya berkisar $30-35 untuk botol ukuran 1 liter.
Pulang ke rumah, aku menyibukkan diri di dapur, dan suami juga menyibukkan diri dengan beberes rumah dan kebun mini di halaman depan. Sejak dahulu, kami memang tidak pernah punya asisten rumah tangga atau baby sitter, sehingga semua pekerjaan di rumah kami lakukan sendiri. Karenanya walaupun sedang bepergian seperti sekarang ini, kami pun sudah terbiasa mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah tangga. Setidaknya kami bisa membantu merapikan atau membuat rumah ini jadi lebih nyaman untuk ditinggali.
Sejak hari pertama kami mulai tinggal di Ythan Street, ada sekor kucing yang menampakkan dirinya di luar pintu kaca rumah. Actually I'm not a cat person, not at all. The truth is, I don't like cats. Never did and never will. I'm 100% a dog person. Tapi mungkin karena kurang kerjaan dan melihat si kucing ini sepertinya tidak nakal, aku mau memegang dan megelus-elusnya sejak awal. Masuk ke rumah pun dia tidak berani, jadi biasanya aku atau suami bermain-main dengan si kucing di depan pintu rumah.
Mungkin si kucing senang ada orang yang memperhatikannya (termasuk Sherly dan Ester lama-lama juga sering mengajaknya bermain), akhirnya dia jadi datang setiap hari ke rumah. Karena tidak tahu harus menamai apa, aku memberinya nama Johnny, sama seperti nama kucing yang sering mengunjungi Arina sewaktu di Pomona Street.
Si Johnny ini bulunya tebal, warna rambutnya hitam putih. Setelah beberapa hari berkunjung, Johnny jadi semakin berani dan manja kepada penghuni rumah ini. Lucu juga, kadang kami mengajaknya bermain untuk mengisi waktu.
Malam ini pun Johnny datang berkunjung ke rumah saat aku dan suami sedang berkebun di depan, bahkan sempat memasukkan kepalanya ke dalam rumah, tapi tetap tidak berani masuk. Belakangan ini dia jadi sering mengintip ke dalam rumah kalau pintu dibuka dan penghuni rumah berada di dalam. Lucu juga tingkah lakunya. 😁
Persis di luar tembok depan rumah, ada sebuah kebun yang sangat kecil, ukurannya hanya sekitar 30 cm X 2 meter. Banyak tanaman yang tumbuh di sana, dan ada beberapa ulat yang tampak berkeliaran, sehingga suami berinisiatif membereskan kebun ini. Saat sedang merapikan kebun mini inilah kami menemukan banyak kentang di dalam tanah. Kentang yang siap panen lho... Kata Ester, dulu mereka memang pernah iseng-iseng membuang kentang yang sudah busuk di tanah tersebut. Entah benar dari kentang-kentang yang dibuang tersebut atau bukan, tapi nyatanya saat itu di dalam tanah terdapat kentang-kentang yang siap panen. Lumayan banyak juga hasil panennya, satu baskom penuh kentang dengan berbagai macam ukuran, mungkin sekitar 2 kg. Itu pun sebetulnya belum semua diambil, karena kami tidak memiliki peralatan untuk mengambil kentang yang posisinya lebih dalam di tanah.
Selain kentang, ada juga pohon strawberry, walaupun buahnya cuma ada tiga buah hehehehe... Lalu ada juga chives, bawang putih, dan beberapa tanaman parsley yang subur sekali, bahkan sampai tumbuh di sela-sela tiang rumah.
Sebetulnya kalau bisa hidup hemat, biaya hidup di Invercargill termasuk relatif murah, mungkin bisa lebih murah daripada biaya hidup di kota-kota besar di Indonesia. Apalagi kalau kita bisa menanam sendiri sayuran di halaman rumah, karena sayuran termasuk relatif mahal di NZ. Dengan setiap hari memasak saja, bisa menekan pengeluaran lebih dari 50% lho, karena semurah-murahnya makan di luar, setidaknya $2-3 sekali makan, sedangkan dengan masak sendiri, biayanya bisa hanya $5 per hari, itu pun dengan menu yang lebih layak dan enak dibandingkan membeli di luar.
Usai makan malam, kami lebih banyak bersantai. Sempat juga berjalan-jalan di luar saat matahari mulai meredup. Malam ini matahari baru terbenam sekitar jam 8.35 malam. Kadang-kadang rasanya masih agak aneh, karena walaupun sudah malam tapi masih terang.
Kami masih sempat membuat Indomie goreng dan makan lagi, padahal sudah hampir jam 10.30 malam. Mungkin karena udara yang selalu dingin, sehingga membuat cepat lapar.
Setelah itu barulah kami beristirahat di kamar...
Karenanya aku menyiapkan beberapa macam lauk-pauk "instan" ini untuk bekal Sherly makan siang atau kalau dia tidak sempat masak selama kami berdua pergi nanti.
Selesai masak dan makan siang, sekitar jam 12.15 siang kami berdua pergi untuk membeli telur dan daging. Sherly memberi tahu kami bahwa ada toko yang menjual telur dan daging lebih murah daripada di supermarket, yaitu langsung di produsennya. Kami sudah diberi tahu nama tempatnya, jadi tinggal mencarinya di Google Map.
Yang pertama adalah McNeils Poultry, berlokasi di McQuarrie Street. Kami membeli 2 karton jumbo eggs dengan harga $7 per kartonnya. Satu karton sendiri berisi 30 butir telur. Sesuai namanya, telurnya memang berukuran jumbo. Sewaktu di rumah sempat kutimbang, dan beratnya sekitar 75 gram tanpa kulit. Kalau sedang beruntung, kadang ada yang kuning telurnya 2 di dalam sebutir telur.
Setelah itu kami menuju ke Bowmont Wholesale Meat di Otepuni Avenue. Lokasinya berada di semacam kawasan industri. Banyak kantor kontraktor dan distributor yang memiliki tempat usaha di sepanjang jalan ini. Mobil-mobil tampak terparkir di tepian, namun suasana jalannya sendiri tampak sepi. Sepanjang perjalanan singkat ini, langitnya tampak indah sekali. Di Bowmont kami membeli Pork Pickled ukuran 2kg ($8.5) dan Mutton Spare Ribs ukuran 2 kg ($6). Buat kami ini juga relatif murah. Dengan total $14.5, aku akan bisa membuat berbagai macam masakan nantinya. Mutton spare ribsnya sendiri tidak melulu tulang-belulang, tapi masih ada cukup banyak daging yang menempel.
Usai berbelanja daging, kami melanjutkan membeli stok alkohol di Liquorland di Dee Street. Untuk minuman alkohol, biasanya kami membeli yang sedang diskon. Harganya berkisar $30-35 untuk botol ukuran 1 liter.
Pulang ke rumah, aku menyibukkan diri di dapur, dan suami juga menyibukkan diri dengan beberes rumah dan kebun mini di halaman depan. Sejak dahulu, kami memang tidak pernah punya asisten rumah tangga atau baby sitter, sehingga semua pekerjaan di rumah kami lakukan sendiri. Karenanya walaupun sedang bepergian seperti sekarang ini, kami pun sudah terbiasa mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah tangga. Setidaknya kami bisa membantu merapikan atau membuat rumah ini jadi lebih nyaman untuk ditinggali.
Sejak hari pertama kami mulai tinggal di Ythan Street, ada sekor kucing yang menampakkan dirinya di luar pintu kaca rumah. Actually I'm not a cat person, not at all. The truth is, I don't like cats. Never did and never will. I'm 100% a dog person. Tapi mungkin karena kurang kerjaan dan melihat si kucing ini sepertinya tidak nakal, aku mau memegang dan megelus-elusnya sejak awal. Masuk ke rumah pun dia tidak berani, jadi biasanya aku atau suami bermain-main dengan si kucing di depan pintu rumah.
Mungkin si kucing senang ada orang yang memperhatikannya (termasuk Sherly dan Ester lama-lama juga sering mengajaknya bermain), akhirnya dia jadi datang setiap hari ke rumah. Karena tidak tahu harus menamai apa, aku memberinya nama Johnny, sama seperti nama kucing yang sering mengunjungi Arina sewaktu di Pomona Street.
Si Johnny ini bulunya tebal, warna rambutnya hitam putih. Setelah beberapa hari berkunjung, Johnny jadi semakin berani dan manja kepada penghuni rumah ini. Lucu juga, kadang kami mengajaknya bermain untuk mengisi waktu.
Malam ini pun Johnny datang berkunjung ke rumah saat aku dan suami sedang berkebun di depan, bahkan sempat memasukkan kepalanya ke dalam rumah, tapi tetap tidak berani masuk. Belakangan ini dia jadi sering mengintip ke dalam rumah kalau pintu dibuka dan penghuni rumah berada di dalam. Lucu juga tingkah lakunya. 😁
Persis di luar tembok depan rumah, ada sebuah kebun yang sangat kecil, ukurannya hanya sekitar 30 cm X 2 meter. Banyak tanaman yang tumbuh di sana, dan ada beberapa ulat yang tampak berkeliaran, sehingga suami berinisiatif membereskan kebun ini. Saat sedang merapikan kebun mini inilah kami menemukan banyak kentang di dalam tanah. Kentang yang siap panen lho... Kata Ester, dulu mereka memang pernah iseng-iseng membuang kentang yang sudah busuk di tanah tersebut. Entah benar dari kentang-kentang yang dibuang tersebut atau bukan, tapi nyatanya saat itu di dalam tanah terdapat kentang-kentang yang siap panen. Lumayan banyak juga hasil panennya, satu baskom penuh kentang dengan berbagai macam ukuran, mungkin sekitar 2 kg. Itu pun sebetulnya belum semua diambil, karena kami tidak memiliki peralatan untuk mengambil kentang yang posisinya lebih dalam di tanah.
Selain kentang, ada juga pohon strawberry, walaupun buahnya cuma ada tiga buah hehehehe... Lalu ada juga chives, bawang putih, dan beberapa tanaman parsley yang subur sekali, bahkan sampai tumbuh di sela-sela tiang rumah.
Sebetulnya kalau bisa hidup hemat, biaya hidup di Invercargill termasuk relatif murah, mungkin bisa lebih murah daripada biaya hidup di kota-kota besar di Indonesia. Apalagi kalau kita bisa menanam sendiri sayuran di halaman rumah, karena sayuran termasuk relatif mahal di NZ. Dengan setiap hari memasak saja, bisa menekan pengeluaran lebih dari 50% lho, karena semurah-murahnya makan di luar, setidaknya $2-3 sekali makan, sedangkan dengan masak sendiri, biayanya bisa hanya $5 per hari, itu pun dengan menu yang lebih layak dan enak dibandingkan membeli di luar.
Usai makan malam, kami lebih banyak bersantai. Sempat juga berjalan-jalan di luar saat matahari mulai meredup. Malam ini matahari baru terbenam sekitar jam 8.35 malam. Kadang-kadang rasanya masih agak aneh, karena walaupun sudah malam tapi masih terang.
Kami masih sempat membuat Indomie goreng dan makan lagi, padahal sudah hampir jam 10.30 malam. Mungkin karena udara yang selalu dingin, sehingga membuat cepat lapar.
Setelah itu barulah kami beristirahat di kamar...
Day 11: Saturday, March 11th, 2017
Dari pagi hingga menjelang siang, seperti biasanya aku menyibukkan diri di dapur. Baru sekitar jam 11 siang aku dan suami pergi ke The Warehouse untuk membeli beberapa perlengkapan buat perjalanan kami nanti. Kami berdua sudah sepakat akan mulai berangkat hari Senin, tanggal 13 Maret. Lamanya fleksibel, tergantung situasi saja.
Walaupun weekend, suasana di jalan-jalan utama kota Invercargill ini tetap saja tampak sepi. Tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang.
Setiba di The Warehouse, kami membeli karpet untuk bagian depan mobil ($10.5), kain hitam untuk membuat korden ($20), gas kecil-kecil untuk kompor camping ($6 isi 4 buah gas), cairan pencuci mobil ($5), dan cairan kimia untuk porta potti kami ($19.99).
Sepulang dari The Warehouse, aku membantu suami mencuci mobil kami. Luar dan dalam, semuanya benar-benar dibersihkan hingga sedetil mungkin. Melelahkan juga karena tidak ada kran air atau slang yang bisa disalurkan langsung ke carport, jadi aku harus bolak-balik ke dapur untuk mengisi air dengan ember. Tapi puas sekali rasanya setelah melihat mobil kami jadi bersih dan mengkilap hehehehe...
Aku juga sudah mulai merapikan dan mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa bersama kami saat berkeliling South Island ini. Pakaian, peralatan mandi, hingga bahan makanan dan bumbu-bumbu dapur serta peralatan masak dan peralatan makan, semua sudah mulai kupersiapkan.
Sore harinya seperti biasa, Johnny datang untuk bermanja-manja bersama para penghuni rumah. Malam harinya kami berdua diundang oleh Christy dan Bayu untuk makan malam di rumah mereka, katanya ada acara perpisahan untuk Bram dan Edy, karena mereka berdua akan pindah ke Wellington dalam waktu dekat. Kemungkinan kami berdua tidak akan berjumpa lagi dengan mereka saat kami kembali dari berkeliling.
Usai mandi, kami berdua berangkat ke rumah Bayu & Christy. Yang diundang ternyata hanya orang-orang tertentu saja yang dianggap dekat, karenanya aku merasa tersanjung turut diundang malam ini. Ada Stenny dan pacarnya Shawn, Celvin, dan tentu saja Bram dan Edy. Walaupun orangnya tidak banyak sekali, namun suasananya sangat ramai dan menyenangkan. Menunya sendiri lebih ke masakan Menado, yang bagiku sih enak sekali, sampai nambah lagi dan lagi hehehehe...
Kami juga banyak mendengarkan sharing dan cerita-cerita lucu dari teman-teman kami ini, sehingga waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Baru sekitar jam 10.30 malam akhirnya kami berpamitan dan pulang ke rumah untuk beristirahat.
Aku sangat bersyukur sekali, karena selama di sini setiap hari selalu saja ada berkat dan kebahagiaan yang kami berdua terima, sekecil apa pun itu. Terima kasih ya teman-teman semua atas jamuan makan malam dan kisah-kisahnya yang sangat menyenangkan malam ini. I really feel very blessed everyday. 🙏😇
Walaupun weekend, suasana di jalan-jalan utama kota Invercargill ini tetap saja tampak sepi. Tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang.
Setiba di The Warehouse, kami membeli karpet untuk bagian depan mobil ($10.5), kain hitam untuk membuat korden ($20), gas kecil-kecil untuk kompor camping ($6 isi 4 buah gas), cairan pencuci mobil ($5), dan cairan kimia untuk porta potti kami ($19.99).
Sepulang dari The Warehouse, aku membantu suami mencuci mobil kami. Luar dan dalam, semuanya benar-benar dibersihkan hingga sedetil mungkin. Melelahkan juga karena tidak ada kran air atau slang yang bisa disalurkan langsung ke carport, jadi aku harus bolak-balik ke dapur untuk mengisi air dengan ember. Tapi puas sekali rasanya setelah melihat mobil kami jadi bersih dan mengkilap hehehehe...
Aku juga sudah mulai merapikan dan mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa bersama kami saat berkeliling South Island ini. Pakaian, peralatan mandi, hingga bahan makanan dan bumbu-bumbu dapur serta peralatan masak dan peralatan makan, semua sudah mulai kupersiapkan.
Sore harinya seperti biasa, Johnny datang untuk bermanja-manja bersama para penghuni rumah. Malam harinya kami berdua diundang oleh Christy dan Bayu untuk makan malam di rumah mereka, katanya ada acara perpisahan untuk Bram dan Edy, karena mereka berdua akan pindah ke Wellington dalam waktu dekat. Kemungkinan kami berdua tidak akan berjumpa lagi dengan mereka saat kami kembali dari berkeliling.
Usai mandi, kami berdua berangkat ke rumah Bayu & Christy. Yang diundang ternyata hanya orang-orang tertentu saja yang dianggap dekat, karenanya aku merasa tersanjung turut diundang malam ini. Ada Stenny dan pacarnya Shawn, Celvin, dan tentu saja Bram dan Edy. Walaupun orangnya tidak banyak sekali, namun suasananya sangat ramai dan menyenangkan. Menunya sendiri lebih ke masakan Menado, yang bagiku sih enak sekali, sampai nambah lagi dan lagi hehehehe...
Kami juga banyak mendengarkan sharing dan cerita-cerita lucu dari teman-teman kami ini, sehingga waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Baru sekitar jam 10.30 malam akhirnya kami berpamitan dan pulang ke rumah untuk beristirahat.
Aku sangat bersyukur sekali, karena selama di sini setiap hari selalu saja ada berkat dan kebahagiaan yang kami berdua terima, sekecil apa pun itu. Terima kasih ya teman-teman semua atas jamuan makan malam dan kisah-kisahnya yang sangat menyenangkan malam ini. I really feel very blessed everyday. 🙏😇
Day 12: Sunday, March 12th, 2017
Hari ini secara keseluruhan cukup melelahkan bagiku, diawali dengan bangun kepagian. Aku sudah terjaga sejak jam 4.30 pagi, dan hal ini sepertinya cukup langka terjadi di NZ, kecuali bagi mereka yang mulai bekerja sangat pagi (biasanya di farm atau perkebunan). Sepagian waktuku kuhabiskan untuk menyiapkan berbagai lauk untuk stok lunch Sherly, sekaligus sebagai bekal untuk dibawa pergi besok. Daging paha ayam yang ada, sebagian kujadikan ayam panggang, dan sebagian lagi ayam goreng tepung. Daging babi yang sebelumnya kubeli, kujadikan babi panggang dan semur babi. Sementara itu iga dombanya sebagian kupanggang dan sebagian lagi dijadikan sup. Setelah menjadi sup dan dagingnya menjadi lunak, tulang-tulangnya pun mudah dibuang, sehingga mempermudah penyimpanannya.
Suami pun hari ini sudah ada janji dengan Bayu, dan semenjak jam 9 pagi sudah ke rumahnya di Tay Street. Rencananya jok tengah mobil kami akan dilepas, dan hanya Bayu yang punya peralatan yang memadai untuk membantu kami. Oli mesin mobil juga diganti olehnya. Olinya sendiri dibeli oleh suami di Repso, sebuah toko yang menjual onderdil dan peralatan mobil. Sementara itu ternyata tempat penyimpanan air wipernya pecah, mungkin tidak sengaja terbentur saat melalui jalanan yang tidak rata, jadi oleh Bayu pun diperbaiki sebisanya. Dan setelah semua bantuannya ini, Bayu tidak mau dibayar. Kami sungguh berterima kasih kepadanya, karena tanpa bantuannya mungkin kami belum akan siap untuk memulai perjalanan panjang di South Island.
Suami menghabiskan setengah hari di rumah Bayu hingga semuanya selesai. Jok tengah kami turunkan dan kami letakkan di ruang tamu. Usai makan siang, kami berdua masih sempat tidur siang, dan sekitar jam 4 sore tibalah giliranku untuk merombak mobil kecil kami ini agar bisa menjadi tempat tinggal yang cukup layak kami selama di perjalanan.
Aku mulai dari memasukkan barang-barang yang besar dulu, seperti porta potti, chilly bin, beddings, kemudian box berisi pakaian, persediaan air bersih, kompor, backpack, dan box persediaan bahan makanan. Matras yang dari Phillips tidak kumasukkan, karena menurutku akan membuat mobil jadi penuh sesak.
Ternyata tidak mudah menata barang sebanyak itu di dalam sebuah mobil kecil. Baru sekitar jam 6.20 petang aku selesai menata semua barang-barang kami di dalam mobil. Bahan-bahan kain yang tebal seperti jaket, sweater, dan cadangan handuk yang belum akan dipakai, kuletakkan di bawah bed cover supaya permukaan untuk tidur tidak terlalu keras. Usai menata barang di dalam mobil, aku pede banget kami berdua bakal sanggup tidur di mobil selama perjalanan. Walaupun banyak barang, namun keadaan di dalamnya masih tampak rapi dan bersih.
Kami baru makan malam sekitar jam 8 malam. Chris juga datang untuk makan malam bersama. Usai makan malam, aku dan suami pergi untuk belanja di PakNSave dan Countdown, sebagai persiapan terakhir untuk esok hari.
Hasil belanja di PakNSave dan Countdown:
Pulang dari belanja, aku masih mengatur bahan-bahan makanan ini ke dalam box di mobil, baru setelah itu kami beristirahat.
Aku masih belum yakin akan seperti apa dan bagaimana perjalanan kami besok dan hari-hari selanjutnya, karena selain perasaan excited tentunya ada juga perasaan cemas dan takut bahwa kami akan kesulitan untuk survive nantinya... but we'll see! 😅
To be continued.......
Suami pun hari ini sudah ada janji dengan Bayu, dan semenjak jam 9 pagi sudah ke rumahnya di Tay Street. Rencananya jok tengah mobil kami akan dilepas, dan hanya Bayu yang punya peralatan yang memadai untuk membantu kami. Oli mesin mobil juga diganti olehnya. Olinya sendiri dibeli oleh suami di Repso, sebuah toko yang menjual onderdil dan peralatan mobil. Sementara itu ternyata tempat penyimpanan air wipernya pecah, mungkin tidak sengaja terbentur saat melalui jalanan yang tidak rata, jadi oleh Bayu pun diperbaiki sebisanya. Dan setelah semua bantuannya ini, Bayu tidak mau dibayar. Kami sungguh berterima kasih kepadanya, karena tanpa bantuannya mungkin kami belum akan siap untuk memulai perjalanan panjang di South Island.
Suami menghabiskan setengah hari di rumah Bayu hingga semuanya selesai. Jok tengah kami turunkan dan kami letakkan di ruang tamu. Usai makan siang, kami berdua masih sempat tidur siang, dan sekitar jam 4 sore tibalah giliranku untuk merombak mobil kecil kami ini agar bisa menjadi tempat tinggal yang cukup layak kami selama di perjalanan.
Aku mulai dari memasukkan barang-barang yang besar dulu, seperti porta potti, chilly bin, beddings, kemudian box berisi pakaian, persediaan air bersih, kompor, backpack, dan box persediaan bahan makanan. Matras yang dari Phillips tidak kumasukkan, karena menurutku akan membuat mobil jadi penuh sesak.
Ternyata tidak mudah menata barang sebanyak itu di dalam sebuah mobil kecil. Baru sekitar jam 6.20 petang aku selesai menata semua barang-barang kami di dalam mobil. Bahan-bahan kain yang tebal seperti jaket, sweater, dan cadangan handuk yang belum akan dipakai, kuletakkan di bawah bed cover supaya permukaan untuk tidur tidak terlalu keras. Usai menata barang di dalam mobil, aku pede banget kami berdua bakal sanggup tidur di mobil selama perjalanan. Walaupun banyak barang, namun keadaan di dalamnya masih tampak rapi dan bersih.
Kami baru makan malam sekitar jam 8 malam. Chris juga datang untuk makan malam bersama. Usai makan malam, aku dan suami pergi untuk belanja di PakNSave dan Countdown, sebagai persiapan terakhir untuk esok hari.
Hasil belanja di PakNSave dan Countdown:
- Tomato NZ Loose .78kg $1.79
- Lemons Imported .495kg $7.99
- Value Rice Long Grain 5kg $6.29 (ini salah satu beras yang paling ekonomis)
- Homebrand White Toast 600g $1
- Homebrand Paper Towel 4pk $3.4
- Homebrand Milk Standard 2L $3.37
- Homebrand Milk Standard 1L $2.29
- ZAP Multi Insect Killer 350g $3 (obat antiserangga, semacam Baygon kalau di Indonesia)
- Avalanche Coffee Flat White 10s $4 (kopi instan isi 10 sachet)
- Homebrand Spread Hazelnut Choc 750g $5.5 (selai hazelnut untuk makan roti)
- Homebrand Coconut Milk 400ml $1.39 (santan instan kalengan)
Pulang dari belanja, aku masih mengatur bahan-bahan makanan ini ke dalam box di mobil, baru setelah itu kami beristirahat.
Aku masih belum yakin akan seperti apa dan bagaimana perjalanan kami besok dan hari-hari selanjutnya, karena selain perasaan excited tentunya ada juga perasaan cemas dan takut bahwa kami akan kesulitan untuk survive nantinya... but we'll see! 😅
To be continued.......
No comments:
Post a Comment