15 Mei 2018
Benar saja, semalam suara orang-orang yang berisik itu serasa tiada henti. Dari yang terdengar, paling tidak ada 2-3 orang laki-laki dan seorang perempuan yang kadang-kadang menimpali, yang pasti semuanya berbicara dalam bahasa Vietnam. Terdengar juga bunyi gelas yang beradu, tanda mereka sedang minum-minum. Kemungkinan mereka mabuk berat sampai tidak sadar mengganggu tamu-tamu lain. Yang menjengkelkan adalah karena suara berisik tersebut terdengar dengan sangat jelas, padahal berasal dari lantai 2, sementara kamar kami berada di lantai 3. Kami benar-benar tidak tahu apakah mereka ini juga tamu penginapan, pemilik, atau staf penginapan.
Kami hanya bisa bolak-balik di kasur sambil tetap berusaha bersabar. Sebetulnya aku ingin mendatangi orang-orang tersebut, tapi kuatir juga kalau mereka tidak terima ditegur, karena aku tidak terlalu mengenal budaya orang di sini.
Keributan di lantai 2 tersebut baru usai sekitar jam 2 dini hari, dan baru sekitar jam 3 pagi aku dan suami bisa tertidur. Itu pun aku sudah bangun lagi jam 5.30 pagi, sementara suami bangun jam 8 pagi. Setelah suami bangun, kami berdua sarapan di lantai dasar.
Pada saat mendatangi meja resepsionis, si pemuda yang berjaga tampak sedang tidur beralaskan tangannya di atas meja, sampai aku harus membangunkannya. Dari wajah kucel dan mengantuknya, aku yakin dia turut terlibat dalam keributan yang terjadi semalam. Aku mengajukan komplain kepadanya, menceritakan bahwa kami tidak bisa tidur karena suasana yang berisik sekali. Si pemuda minta maaf, katanya semalam ada tamu dan mereka minum-minum, tapi dia berjanji tidak akan terulang lagi, dan malam ini juga tidak akan ada tamu yang datang. Hmmm ya sudahlah aku memaafkan dia, setidaknya dia tampak bersungguh-sungguh saat minta maaf.
Ruangan lobby di lantai dasar ini sekaligus menjadi ruang makan untuk sarapan. Hanya ada dua buah meja dengan masing-masing 4 kursi di sekelilingnya, jadi bisa dibilang agak sempit. Di atas mejanya sendiri banyak terdapat kertas yang berisikan catatan dan gambar sebagai kenang-kenangan dari para tamu sebelumnya. Yang membuatkan sarapan adalah staf yang bertugas, dan tempat masaknya hanya ruangan yang tersisa di belakang meja resepsionis, dengan sebuah kompor dan pemanas air. Karenanya sarapan yang tersedia hanya ada omelette dan roti tawar, serta kopi atau teh.
Kami memesan sarapan untuk 2 orang, dan setelah tersaji, aku makan telurnya saja sementara rotinya kusimpan di dalam kotak untuk snack suami kalau lapar nanti. Usai sarapan, kami naik kembali ke kamar dan kemudian mandi. Rencananya hari ini kami akan ke Dong Xuan market untuk membeli bahan makanan.
Sekitar jam 10.30 pagi kami keluar dan berjalan kaki menuju ke Dong Xuan Market. Karena baru sekali jalan kaki di daerah ini, suasananya terasa baru. Banyak toko yang belum pernah kami lihat sebelumnya, dari yang menjual lampion, layangan, pakaian, souvenir, makanan, dan begitu banyak penginapan, cafe dan tempat makan di sepanjang jalan. Suasana jalan juga tampak ramai walaupun tidak sampai macet. Yang tidak menyenangkan adalah matahari bersinar sangat terik.
Sesampai di Dong Xuan Market, ternyata pasar ini merupakan pasar kering, mirip Ben Thanh Market di Ho Chi Minh, hanya lebih kecil. Berbagai macam pedagang menawarkan barang dagangannya, dari mulai pakaian, sepatu, topi, tas, hingga makin ke belakang mulai banyak penjual bumbu-bumbu dapur, gula-gula, dan bahan makanan lain. Keluar dari sisi belakang, ternyata ada pasar tradisionalnya juga.
Kami hanya melewatinya sekilas dan berjalan hingga ke ujung jalan Cao Thang, di mana ada sebuah supermarket besar di kanan jalan dan Vin Mart di kiri jalan. Kami masuk ke Vin Mart karena biasanya minimart lokal lebih murah harganya. Suami ingin membeli Indomie goreng, katanya hehehehe... Ada beberapa pilihan Indomie di dalam Vin mart, dan kami membeli dua bungkus Indomie Goreng Rendang (@ VND 5K) dan sekaleng kopi Highland (VND 12K).
Setelah itu kami masuk ke Hapro Food, supermarket besar di seberangnya, hanya untuk sekedar ngadem (karena ber-AC) dan melihat-lihat saja karena biasanya harga di supermarket besar agak mahal. Ternyata barang-barang di Hapro ini cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari, dari bumbu-bumbu masak, bahan makanan, hingga kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dengan harga yang reasonable dan beberapa bahkan agak murah. Selain itu cukup banyak barang impor di sini, tidak hanya menjual produk lokal saja. Bagusnya lagi, supermarket ini menerima credit card sebagai pembayaran, dan tidak dikenai charge atau biaya tambahan. Tidak enaknya, para staf dan kasirnya sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris.
Kami membeli lagi Indomie goreng biasa (@ VND 5.5K), Ruou Vodka (VND 90K), rokok Marlboro (@ VND 35K), dan sekaleng beer Bia Sai Gon Special (VND 14K).
Usai membayar, kami duduk-duduk di luar supermarket untuk istirahat sejenak sambil mengobrol dan minum beer dingin yang baru saja dibeli. Udaranya benar-benar panas sekali siang ini. Hanya berjalan santai saja sudah membuat kami berkeringat cukup banyak.
Setelah menghabiskan sekaleng beer berdua, kami berjalan kembali menuju ke pasar untuk membeli 1 kg beras (VND 17K) dan cabe (VND 5K). Di kanan kiri jalan banyak yang menjual snack dan gorengan, sampai ngiler aku dibuatnya walaupun sebetulnya tampak berminyak sekali hehehehe... Ketika melewati seorang ibu yang menjual daging bakar, sepertinya suami tertarik, jadi aku menanyakan harganya. Satu kotak grilled pork harganya VND 23K dengan isi yang cukup banyak dan semuanya daging (tanpa lemak), jadi kami membeli sekotak untuk makan siang hari ini. Di sebelah ibu penjual grilled pork ini juga ada yang menjual buah, entah buah apa namanya, namun bentuknya unik sekali.
Setelah mendapatkan semua yang kami butuhkan, kami berjalan pulang lewat bagian dalam Dong Xuan Market supaya tidak kepanasan. Suasana pasar tampak cukup ramai siang ini. Keluar dari pasar, kami cepat-cepat berjalan kaki pulang ke penginapan karena matahari benar-benar terasa menyengat di kulit.
Sesampai di kamar kami langsung mandi lagi karena badan terasa lengket akibat berkeringat terus-menerus. Karena badan masih terasa pegal-pegal sisa perjalanan naik bus kemarin dan cuaca di luar membuat tidak nyaman, kami lebih banyak istirahat dan bersantai saja. Mungkin nanti apabila panas matahari sudah tidak terlalu menyengat seperti sekarang baru kami akan jalan lagi keluar.
Baru sekitar jam 2 siang aku masak nasi untuk makan hari ini. Sebetulnya kami masih memiliki sedikit gas untuk masak, namun beberapa waktu terakhir tidak banyak dipakai karena rencananya memang akan kami habiskan selama berada di Hanoi ini dengan pertimbangan harga makanan jadi yang lebih mahal di ibukota dan tabung gas tidak akan bisa dibawa naik ke dalam pesawat.
Waktu menunjukkan jam 3 siang saat kami makan bersama dengan grilled pork dan sayuran yang ada. Enak juga dagingnya, dan relatif murah untuk ukuran Hanoi.
Usai makan, kami bersiap-siap dan kemudian jalan-jalan lagi di area pertokoan dekat penginapan. Kali ini kami hendak mencari kaos untuk oleh-oleh buat orang-orang di rumah. Kebetulan kami langsung mendapatkan harga yang cukup bagus di toko pertama yang kami datangi. Penjualnya seorang kakek yang tidak bisa bahasa Inggris. Awalnya beliau membuka harga VND 60K, dan aku menawar VND 100K untuk 3 potong kaos. Kemudian beliau sepertinya langsung ke harga pas VND 40K/buah. Aku masih mencoba menawar lagi, VND 150K untuk 4 potong, sampai si kakek memanggil seorang laki-laki yang lebih muda, mungkin putranya, untuk menjelaskan kepada kami bahwa harganya pas. Pada akhirnya kami menyerah dengan harga mereka, dan membeli 4 potong kaos berlogo bendera Vietnam.
Setelah itu kami menuju ke Dong Xuan Market lagi, kali ini hendak mencarikan oleh-oleh untuk mamiku. Sesampai di dalam pasar, aku melakukan video call dengan mamiku dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkannya. Sepatu? Topi? Tas? Baju?
Mamiku mengatakan kalau ada ingin dibawakan teh saja, tapi kalau ada kaos yang enak dipakai juga mau hehehehe... Aku sempat menunjukkan suasana di dalam pasar Dong Xuan, karena kebetulan kami sedang berdiri di dekat air mancur di tengah bangunan.
Jadilah kami berputar-putar di dalam Dong Xuan Market mencarikan kaos yang sesuai dengan selera mamiku, tapi tidak ada yang sesuai, jadi kami keluar dan menyusuri jalanan sambil melihat toko-toko pakaian yang ada di sepanjang jalan, namun belum juga ada yang cocok. Karena sudah jam 5 sore kami memutuskan akan ke Hoan Kiem Lake saja, dan mencari kaos untuk mamiku belakangan saja.
Tidak disangka, saat dalam perjalanan menuju ke danau aku melihat seorang gadis Western dengan wajah yang sepertinya familiar. Kemudian aku ingat, dialah Baukje, travelmate Freyja sebelumnya, yang wajahnya sering kulihat dari foto. Aku menyapanya, dan ternyata Baukje juga mengenali kami berdua (terutama dari warna rambutku, katanya hahahaha). Kami hanya berbasa-basi sejenak, kemudian kami berfoto bersama karena ingin kukirimkan kepada Freyja. What a surprise, dunia memang kecil ya...
Setelah mengucapkan salam perpisahan, kami melanjutkan berjalan ke arah yang saling berlawanan, dan saat kukirim fotonya kepada Freyja, sepertinya dia senang sekali kami bisa saling bertemu. Namun yang lucu adalah komentar Freyja mengenai suami, katanya tumben sekali suamiku tertawa di dalam foto hahahaha...
Sesampai di Hoan Kiem Lake, suasananya masih tampak sama dengan yang kami ingat beberapa minggu lalu. Banyak orang lalu lalang di sekeliling danau, banyak juga yang sedang duduk-duduk. Jalanan di sekitar danau juga ramai dengan kendaraan yang lalu-lalang. Kami mencari tempat duduk yang kosong dan kemudian melakukan video call lagi dengan kedua orang tuaku. Pastinya mereka berdua senang melihat kami baik-baik dan sehat-sehat saja. Komentar mamiku melihatku adalah, "Kamu kelihatan seger ya", yang maksudnya tambah gemuk hahahaha.... sementara katanya suami justru kelihatan lebih kurus dari biasanya.
Cukup lama kami mengobrol di video call, dan kami sempat memperlihatkan suasana di sekitar danau serta suasana jalanan yang ramai. Suami juga sempat mempraktekkan membeli Sprite dingin (VND 10K) dari mesin penjual minuman sementara kedua orang tuaku mengamati dari layar HP hahahaha... Usai menelepon, kami masih duduk-duduk sambil mengamati suasana dan orang-orang yang lalu-lalang. Kali ini sepertinya lebih banyak turis Western dibandingkan terakhir kali kami ke danau ini.
Karena waktu sudah menunjukkan lewat jam 6 petang walaupun suasana masih cukup terang, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan istirahat. Kebetulan dalam perjalanan pulang aku melihat sebuah gerobak penjual pangsit goreng, jadi aku membeli dua buah. Per buah harganya VND 5K dengan ukuran jumbo. Rasanya memang persis pangsit goreng namun adonannya diberi wijen hitam sehingga lebih gurih.
Kami sampai di Lucky Guesthouse 2 jam 6.30 petang, lalu istirahat. Suami sempat menonton TV walaupun tidak ada acara yang menarik. Kami lebih banyak istirahat sambil mengobrol dan merencanakan kegiatan untuk esok hari. Baru sekitar jam 7.30 malam kami mandi, kemudian aku masak makan malam. Indomie goreng untuk suami, dan bubur instan untukku, ditambah sayuran dan pangsit goreng yang tadi dibeli.
Setelah kenyang, aku masih berbenah sejenak, kemudian baru istirahat, dan jam 10 malam kami sudah tidur.......
To be continued.......
Kami hanya bisa bolak-balik di kasur sambil tetap berusaha bersabar. Sebetulnya aku ingin mendatangi orang-orang tersebut, tapi kuatir juga kalau mereka tidak terima ditegur, karena aku tidak terlalu mengenal budaya orang di sini.
Keributan di lantai 2 tersebut baru usai sekitar jam 2 dini hari, dan baru sekitar jam 3 pagi aku dan suami bisa tertidur. Itu pun aku sudah bangun lagi jam 5.30 pagi, sementara suami bangun jam 8 pagi. Setelah suami bangun, kami berdua sarapan di lantai dasar.
Pada saat mendatangi meja resepsionis, si pemuda yang berjaga tampak sedang tidur beralaskan tangannya di atas meja, sampai aku harus membangunkannya. Dari wajah kucel dan mengantuknya, aku yakin dia turut terlibat dalam keributan yang terjadi semalam. Aku mengajukan komplain kepadanya, menceritakan bahwa kami tidak bisa tidur karena suasana yang berisik sekali. Si pemuda minta maaf, katanya semalam ada tamu dan mereka minum-minum, tapi dia berjanji tidak akan terulang lagi, dan malam ini juga tidak akan ada tamu yang datang. Hmmm ya sudahlah aku memaafkan dia, setidaknya dia tampak bersungguh-sungguh saat minta maaf.
Ruangan lobby di lantai dasar ini sekaligus menjadi ruang makan untuk sarapan. Hanya ada dua buah meja dengan masing-masing 4 kursi di sekelilingnya, jadi bisa dibilang agak sempit. Di atas mejanya sendiri banyak terdapat kertas yang berisikan catatan dan gambar sebagai kenang-kenangan dari para tamu sebelumnya. Yang membuatkan sarapan adalah staf yang bertugas, dan tempat masaknya hanya ruangan yang tersisa di belakang meja resepsionis, dengan sebuah kompor dan pemanas air. Karenanya sarapan yang tersedia hanya ada omelette dan roti tawar, serta kopi atau teh.
Kami memesan sarapan untuk 2 orang, dan setelah tersaji, aku makan telurnya saja sementara rotinya kusimpan di dalam kotak untuk snack suami kalau lapar nanti. Usai sarapan, kami naik kembali ke kamar dan kemudian mandi. Rencananya hari ini kami akan ke Dong Xuan market untuk membeli bahan makanan.
Sekitar jam 10.30 pagi kami keluar dan berjalan kaki menuju ke Dong Xuan Market. Karena baru sekali jalan kaki di daerah ini, suasananya terasa baru. Banyak toko yang belum pernah kami lihat sebelumnya, dari yang menjual lampion, layangan, pakaian, souvenir, makanan, dan begitu banyak penginapan, cafe dan tempat makan di sepanjang jalan. Suasana jalan juga tampak ramai walaupun tidak sampai macet. Yang tidak menyenangkan adalah matahari bersinar sangat terik.
Sesampai di Dong Xuan Market, ternyata pasar ini merupakan pasar kering, mirip Ben Thanh Market di Ho Chi Minh, hanya lebih kecil. Berbagai macam pedagang menawarkan barang dagangannya, dari mulai pakaian, sepatu, topi, tas, hingga makin ke belakang mulai banyak penjual bumbu-bumbu dapur, gula-gula, dan bahan makanan lain. Keluar dari sisi belakang, ternyata ada pasar tradisionalnya juga.
Kami hanya melewatinya sekilas dan berjalan hingga ke ujung jalan Cao Thang, di mana ada sebuah supermarket besar di kanan jalan dan Vin Mart di kiri jalan. Kami masuk ke Vin Mart karena biasanya minimart lokal lebih murah harganya. Suami ingin membeli Indomie goreng, katanya hehehehe... Ada beberapa pilihan Indomie di dalam Vin mart, dan kami membeli dua bungkus Indomie Goreng Rendang (@ VND 5K) dan sekaleng kopi Highland (VND 12K).
Setelah itu kami masuk ke Hapro Food, supermarket besar di seberangnya, hanya untuk sekedar ngadem (karena ber-AC) dan melihat-lihat saja karena biasanya harga di supermarket besar agak mahal. Ternyata barang-barang di Hapro ini cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari, dari bumbu-bumbu masak, bahan makanan, hingga kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dengan harga yang reasonable dan beberapa bahkan agak murah. Selain itu cukup banyak barang impor di sini, tidak hanya menjual produk lokal saja. Bagusnya lagi, supermarket ini menerima credit card sebagai pembayaran, dan tidak dikenai charge atau biaya tambahan. Tidak enaknya, para staf dan kasirnya sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris.
Kami membeli lagi Indomie goreng biasa (@ VND 5.5K), Ruou Vodka (VND 90K), rokok Marlboro (@ VND 35K), dan sekaleng beer Bia Sai Gon Special (VND 14K).
Usai membayar, kami duduk-duduk di luar supermarket untuk istirahat sejenak sambil mengobrol dan minum beer dingin yang baru saja dibeli. Udaranya benar-benar panas sekali siang ini. Hanya berjalan santai saja sudah membuat kami berkeringat cukup banyak.
Setelah menghabiskan sekaleng beer berdua, kami berjalan kembali menuju ke pasar untuk membeli 1 kg beras (VND 17K) dan cabe (VND 5K). Di kanan kiri jalan banyak yang menjual snack dan gorengan, sampai ngiler aku dibuatnya walaupun sebetulnya tampak berminyak sekali hehehehe... Ketika melewati seorang ibu yang menjual daging bakar, sepertinya suami tertarik, jadi aku menanyakan harganya. Satu kotak grilled pork harganya VND 23K dengan isi yang cukup banyak dan semuanya daging (tanpa lemak), jadi kami membeli sekotak untuk makan siang hari ini. Di sebelah ibu penjual grilled pork ini juga ada yang menjual buah, entah buah apa namanya, namun bentuknya unik sekali.
Setelah mendapatkan semua yang kami butuhkan, kami berjalan pulang lewat bagian dalam Dong Xuan Market supaya tidak kepanasan. Suasana pasar tampak cukup ramai siang ini. Keluar dari pasar, kami cepat-cepat berjalan kaki pulang ke penginapan karena matahari benar-benar terasa menyengat di kulit.
Sesampai di kamar kami langsung mandi lagi karena badan terasa lengket akibat berkeringat terus-menerus. Karena badan masih terasa pegal-pegal sisa perjalanan naik bus kemarin dan cuaca di luar membuat tidak nyaman, kami lebih banyak istirahat dan bersantai saja. Mungkin nanti apabila panas matahari sudah tidak terlalu menyengat seperti sekarang baru kami akan jalan lagi keluar.
Baru sekitar jam 2 siang aku masak nasi untuk makan hari ini. Sebetulnya kami masih memiliki sedikit gas untuk masak, namun beberapa waktu terakhir tidak banyak dipakai karena rencananya memang akan kami habiskan selama berada di Hanoi ini dengan pertimbangan harga makanan jadi yang lebih mahal di ibukota dan tabung gas tidak akan bisa dibawa naik ke dalam pesawat.
Waktu menunjukkan jam 3 siang saat kami makan bersama dengan grilled pork dan sayuran yang ada. Enak juga dagingnya, dan relatif murah untuk ukuran Hanoi.
Usai makan, kami bersiap-siap dan kemudian jalan-jalan lagi di area pertokoan dekat penginapan. Kali ini kami hendak mencari kaos untuk oleh-oleh buat orang-orang di rumah. Kebetulan kami langsung mendapatkan harga yang cukup bagus di toko pertama yang kami datangi. Penjualnya seorang kakek yang tidak bisa bahasa Inggris. Awalnya beliau membuka harga VND 60K, dan aku menawar VND 100K untuk 3 potong kaos. Kemudian beliau sepertinya langsung ke harga pas VND 40K/buah. Aku masih mencoba menawar lagi, VND 150K untuk 4 potong, sampai si kakek memanggil seorang laki-laki yang lebih muda, mungkin putranya, untuk menjelaskan kepada kami bahwa harganya pas. Pada akhirnya kami menyerah dengan harga mereka, dan membeli 4 potong kaos berlogo bendera Vietnam.
Setelah itu kami menuju ke Dong Xuan Market lagi, kali ini hendak mencarikan oleh-oleh untuk mamiku. Sesampai di dalam pasar, aku melakukan video call dengan mamiku dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkannya. Sepatu? Topi? Tas? Baju?
Mamiku mengatakan kalau ada ingin dibawakan teh saja, tapi kalau ada kaos yang enak dipakai juga mau hehehehe... Aku sempat menunjukkan suasana di dalam pasar Dong Xuan, karena kebetulan kami sedang berdiri di dekat air mancur di tengah bangunan.
Jadilah kami berputar-putar di dalam Dong Xuan Market mencarikan kaos yang sesuai dengan selera mamiku, tapi tidak ada yang sesuai, jadi kami keluar dan menyusuri jalanan sambil melihat toko-toko pakaian yang ada di sepanjang jalan, namun belum juga ada yang cocok. Karena sudah jam 5 sore kami memutuskan akan ke Hoan Kiem Lake saja, dan mencari kaos untuk mamiku belakangan saja.
Tidak disangka, saat dalam perjalanan menuju ke danau aku melihat seorang gadis Western dengan wajah yang sepertinya familiar. Kemudian aku ingat, dialah Baukje, travelmate Freyja sebelumnya, yang wajahnya sering kulihat dari foto. Aku menyapanya, dan ternyata Baukje juga mengenali kami berdua (terutama dari warna rambutku, katanya hahahaha). Kami hanya berbasa-basi sejenak, kemudian kami berfoto bersama karena ingin kukirimkan kepada Freyja. What a surprise, dunia memang kecil ya...
Setelah mengucapkan salam perpisahan, kami melanjutkan berjalan ke arah yang saling berlawanan, dan saat kukirim fotonya kepada Freyja, sepertinya dia senang sekali kami bisa saling bertemu. Namun yang lucu adalah komentar Freyja mengenai suami, katanya tumben sekali suamiku tertawa di dalam foto hahahaha...
Sesampai di Hoan Kiem Lake, suasananya masih tampak sama dengan yang kami ingat beberapa minggu lalu. Banyak orang lalu lalang di sekeliling danau, banyak juga yang sedang duduk-duduk. Jalanan di sekitar danau juga ramai dengan kendaraan yang lalu-lalang. Kami mencari tempat duduk yang kosong dan kemudian melakukan video call lagi dengan kedua orang tuaku. Pastinya mereka berdua senang melihat kami baik-baik dan sehat-sehat saja. Komentar mamiku melihatku adalah, "Kamu kelihatan seger ya", yang maksudnya tambah gemuk hahahaha.... sementara katanya suami justru kelihatan lebih kurus dari biasanya.
Cukup lama kami mengobrol di video call, dan kami sempat memperlihatkan suasana di sekitar danau serta suasana jalanan yang ramai. Suami juga sempat mempraktekkan membeli Sprite dingin (VND 10K) dari mesin penjual minuman sementara kedua orang tuaku mengamati dari layar HP hahahaha... Usai menelepon, kami masih duduk-duduk sambil mengamati suasana dan orang-orang yang lalu-lalang. Kali ini sepertinya lebih banyak turis Western dibandingkan terakhir kali kami ke danau ini.
Karena waktu sudah menunjukkan lewat jam 6 petang walaupun suasana masih cukup terang, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan istirahat. Kebetulan dalam perjalanan pulang aku melihat sebuah gerobak penjual pangsit goreng, jadi aku membeli dua buah. Per buah harganya VND 5K dengan ukuran jumbo. Rasanya memang persis pangsit goreng namun adonannya diberi wijen hitam sehingga lebih gurih.
Kami sampai di Lucky Guesthouse 2 jam 6.30 petang, lalu istirahat. Suami sempat menonton TV walaupun tidak ada acara yang menarik. Kami lebih banyak istirahat sambil mengobrol dan merencanakan kegiatan untuk esok hari. Baru sekitar jam 7.30 malam kami mandi, kemudian aku masak makan malam. Indomie goreng untuk suami, dan bubur instan untukku, ditambah sayuran dan pangsit goreng yang tadi dibeli.
Setelah kenyang, aku masih berbenah sejenak, kemudian baru istirahat, dan jam 10 malam kami sudah tidur.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment