Day 19: Sunday, March 19th, 2017
Arthur's Pass merupakan jalan terusan yang menembus pegunungan, dan berada di ketinggian 920 mdpl di Southern Alps, South Island, New Zealand. Jalan ini merupakan penghubung antara West Coast dan Canterbury, dan berada di perbatasan antara distrik Selwyn dan Westland.
Sementara Arthur's Pass yang mengacu pada nama kota, dulunya disebut Camping Flat dan kemudian Bealey Flats, adalah sebuah kota kecil di distrik Selwyn, Southern Alps di South Island, New Zealand. Kota kecil ini menjadi base yang terkenal untuk menjelajahi Arthur's Pass National Park. Berlokasi 5 KM arah selatan dari terusan pegunungan dengan nama yang sama, tempatnya berada di ketinggian 740 mdpl, dengan dikelilingi hutan-hutan pohon beech.
Di kota ini juga ada DOC ranger station, yang mengakomodasi informasi bagi para pengunjungnya. Ada beberapa jalur untuk berjalan kaki di sini, termasuk Devil's Punchbowl Falls, Bealey Valley dan Avalanche Peak. Ada pula Temple Basin, yang pada musim salju digunakan sebagai area bermain ski. Burung-burung kea yang nakal juga bisa ditemukan di sini.
Pada tahun 1914, Arthur's Pass mulai dilewati oleh jalur lintasan kereta api. Kereta TranzAlpine yang melalui Arthur's Pass dan terowongan Otira merupakan bagian perjalanan sejauh 223 KM dari Christchurch ke Greymouth, dan dikatakan sebagai salah satu perjalanan kereta api terindah pemandangannya. Arthur’s Pass National Park dijadikan sebagai taman nasional ketiga di New Zealand pada tahun 1929.
Sebuah stasiun pembangkit listrik dibangun di bawah Devil's Punchbowl Falls untuk memasok listrik bagi pembangunan terowongan dan kota itu sendiri.
Aku menyiapkan sarapan dan kopi untuk suami yang baru bangun di dalam mobil. Sementara suami ke toilet, aku ke ruang makan untuk masak bekal makan siang. Suasana masih tampak sepi di dalam ruang makan. Pada saat aku sedang merebus air, ada seorang laki-laki yang mungkin berusia sekitar 45 tahunan, menyapaku dan minta tolong kepadaku untuk memberi sedikit air panas untuknya membuat kopi. Aku dengan senang hati memasakkan untuknya, dan sekalian mengisikan termos air panas yang dibawanya. Kami sempat mengobrol tapi hanya sebentar saja, karena aku harus melanjutkan masak dan dia pun harus kembali kepada teman-temannya.
Usai masak, aku membenahi dan merapikan mobil, dan sekitar jam 8.30 pagi kami sudah siap untuk perjalanan hari ini. Pagi ini cuaca masih mendung dengan awan yang kelabu mengiringi perjalanan kami, dan tentunya udara masih dingin, jadi kami mampir di Challenge Arthur's Pass Cafe and Store untuk membeli sebotol minuman alkohol, yang harganya lebih mahal daripada di toko-toko minuman pada umumnya. Dari membaca review toko ini, sebaiknya perbekalan dan bahan bakar kendaraan dicukupi terlebih dahulu sebelum Arthur's Pass, karena harga-harga di sini jauh lebih mahal. Bahkan karena tokonya hanya buka dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, untuk membeli bahan bakar di luar jam-jam tersebut akan dikenai biaya tambahan. π±π±
Tempat-tempat yang kami datangi sepanjang hari ini adalah:
- Devil's Punchbowl Waterfall
- Otira Valley
- Otira Viaduct Lookout
- Otira Falls / Otira Gorge Rock Shelter Lookout
- Lake Poerua
- Lake Brunner
- Helena-Dense Park (dekat Lake Brunner School)
- Moana
- Lake Brunner Country Motel & Holiday Park Moana
Hanya 1 KM dari Avalanche Creek Shelter, kami sudah tiba di area parkir Devil's Punchbowl Waterfall. Dari beberapa pilihan rute berjalan, kami memilih satu saja yakni ke Devil's Punchbowl Waterfall, yang jaraknya hanya 1 KM saja.
Devil's Punchbowl Waterfall tingginya 131 meter, dan merupakan salah satu air terjun terindah di New Zealand. Treknya relatif ringan, dengan menyeberangi 2 jembatan yang melintasi Bealey River dan Punchbowl Creek, dan disusul dengan menaiki anak-anak tangga yang berbentuk zig zag sebanyak 240 anak tangga. Pemandangan hutan beech yang rimbun mengiringi perjalanan singkat ini, dan kalau beruntung kadangkala bisa melihat burung-burung asli daerah ini.
Karena debit airnya sedang tidak deras, air terjun ini tidak tampak wow, namun demikian tidak ada ruginya juga datang karena medannya tidak sulit. π Selain itu tempatnya juga relatif sepi, dan kami hanya berjumpa dengan sepasang turis saja di sini.
Hanya sekitar 10 menit saja kami berada di tempat melihat air terjun, dan setelah itu kami berjalan kembali, menempuh jalur yang sama. Karena lebih banyak turun, jalan pulang jadi lebih cepat.
Sesampai di tempat parkir, kami melanjutkan perjalanan. Tujuan utama di akhir hari ini adalah mencari tempat menginap yang mempunyai kasur yang layak, tidak terlalu penting di mana, demi memulihkan sakit di punggung hahahaha... Tidak lucu rasanya, kalau sepanjang road trip ini diwarnai dengan rasa sakit yang tidak nyaman. π
Sepanjang berkendara dari Arthur's Pass hingga Jackson, kami berhenti di Otira Valley Track Carpark, Otira Viaduct Lookout, dan Otira Falls / Otira Gorge Rock Shelter Lookout yang jaraknya saling berdekatan untuk memotret pemandangan yang indah.
Kami melewati kota Jackson tepat jam 11 siang, dan setelahnya kami belok kanan dari Otira Highway masuk ke Lake Brunner Road. Kebanyakan jembatan yang kami lewati, kondisi sungainya sedang kering atau kalaupun ada airnya hanya sedikit. Dasar sungai yang berupa kerikil dan bebatuan sampai tampak dengan jelas.
Jam 11.20 siang kami tiba di Lake Poerua dan memutuskan untuk istirahat sejenak dan bersantai sambil minum kopi di tempat yang tenang dan damai ini.
Kami melanjutkan berkendara sekitar 20 menit kemudian hingga sampai ke Moana jam 12 siang. Waktu masuk ke kota ini, kami mencari toilet umum sampai salah masuk jalan yang seharusnya tidak boleh dilalui. Untungnya penduduk yang memberi tahu kami bukannya marah-marah, namun bisa memaklumi ketidaktahuan kami.
Setelah itu kami memutuskan untuk makan siang di kota kecil yang tampaknya sangat sepi ini, jadi kami berhenti di Helena-Dense Park di dekat Lake Brunner School untuk makan siang. Tamannya kecil dengan rumput hijau, dan ada beberapa bangku taman. Di seberangnya ada beberapa cafe dan penginapan yang tampaknya agak mewah. Dari taman ini tampak pemandangan Lake Brunner yang airnya tenang dan tampak kebiruan.
Karena sepertinya aku suka sekali berada di kota kecil nan damai dan indah ini, kami memutuskan untuk mencari penginapan dan bermalam di sini saja. Dari mengamati harga di Camper Mate sembari memutari kota yang hanya seluas kompleks perumahan ini, kami berakhir di Lake Brunner Country Motel & Holiday Park, yang lokasinya paling jauh dari pusat kota. ππ
Biaya menginap di double room adalah NZ$ 72 tanpa beddings, dan bisa dibayar dengan EFTPOS. Caretakernya sepasang suami istri yang sudah lanjut usia, dan mereka sangat ramah. Kami diperbolehkan untuk check-in walaupun belum waktunya. Area penginapannya cukup luas dan asri sekali, dengan taman-taman yang terawat dan tertata rapi.
Kamar kami merupakan salah satu di antara sederetan kamar lainnya, dengan satu dinding yang menghadap keluar seluruhnya dari kaca yang bisa ditutup dengan korden tebal. Kasurnya tingkat, dan kami hanya memakai yang bawah saja karena sudah cukup besar ukurannya. Sebuah LED TV berukuran kecil, heater, meja kursi dan gantungan pakaian menghiasi kamar ini.
Dapur yang terletak dekat dengan kamar tidak terlalu luas, namun bersih sekali. Kompor listrik, electric kettle, microwave, fridge, hingga peralatan masak dan makan cukup lengkap tertata dengan rapi. Beberapa buah kursi beserta mejanya juga disediakan untuk tempat makan. Relatif basic dan sama sekali tidak mewah, namun bersih dan menyenangkan sekali. ππ
Kami berbenah, memasang beddings dan menata barang-barang, kemudian jalan-jalan sebentar di area penginapan, dan setelahnya aku mengerjakan pembukuan di laptop sementara suami beristirahat.
Sekitar jam 5.15 sore, kami keluar naik mobil untuk melihat-lihat suasana di tepi Lake Brunner. Kami parkir di tempat parkir yang disediakan di tepi danau, dan kemudian berjalan kaki dari sana. Cuaca mendung dan dingin, namun anginnya tidak terlalu kencang. Kami jalan-jalan di area boat ramp, di dekat muara Arnold River, tempat keluarnya air dari danau. Sama seperti kemarin, semakin sore langit justru tampak cerah dan biru, dan sinar matahari muncul kembali.
Moana adalah sebuah kota yang berada di ujung utara Lake Brunner, masuk dalam Distrik Grey, West Coast Region, South Island. Berjarak 38 KM dari Greymouth, kota yang menjadi satu-satunya daerah berpenduduk di sekitar Lake Brunner ini memiliki jumlah populasi hanya 70 jiwa (2018). Namun demikian Aotearoa Fisheries Ltd., sebuah perusahaan perikanan di Moana, adalah yang terbesar yang dimiliki oleh orang Maori, dan menghasilkan blue abalone, wild abalone, fin fish, lobster dan oyster berkualitas tinggi, dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Karena langit di Moana yang bersih dari polusi, di malam hari biasanya tampak jutaan bintang.
Lake Brunner (Maori: Kotuku Whakaoho, yang berarti 'lautan para bangau') merupakan danau terbesar di bagian barat laut South Island dengan luas 39 kilometer persegi dan kedalaman 109 meter, dan terkenal dengan istilah: Brown trout that die of old age (ikan brown trout yang mati karena usia tua). πππ
Danau ini menerima debit air dari sungai Crooked, Orangipuku, Eastern Hohonu, serta beberapa sungai kecil lainnya, dan keluar melalui Sungai Arnold. Area sekitar danau memiliki ekosistem hutan, wetland, dan habitat burung yang melimpah.
Danau ini merupakan salah satu pusat aktivitas outdoor seperti kayaking, berenang, jetboating, ski, yachting, paddle boarding dan tentunya memancing. Area sekitarnya juga banyak digunakan untuk aktivitas hiking dan tramping (dari yang berdurasi 20 menit hingga 8 jam), serta bersepeda.
Tidak terasa lebih dari satu jam kami habiskan di tepi Lake Brunner ini. Waktu sudah menunjukkan jam 6.25 petang, jadi kami kembali ke penginapan setelah sebelumnya mampir di Lake Brunner Service Centre, sebuah toko kecil di pombensin, untuk membeli Pam's Cream 250ml (NZ$ 2.5) untuk minum kopi.
Kami sampai di penginapan lewat jam 6.30 petang, namun suasana masih terang-benderang, jadi kami mandi dulu dengan air hangat. Toilet dan shower room di penginapan ini juga termasuk basic, mirip dengan di tempat-tempat lain, dan bersih sekali. Yang berbeda, di sini toilet dan shower roomnya unisex, jadi laki-laki dan perempuan tidak dipisah bangunannya. Ada 3 buah toilet dan 3 buah shower yang berjejer, dan bebas dipakai oleh para tamu.
Usai mandi kami jalan-jalan di taman di dalam area penginapan. Ternyata di area taman juga ada tempat beratap yang disediakan untuk barbeque. Sepertinya menyenangkan sekali kalau pesta barbeque bersama keluarga atau teman-teman di sini. πKetika itulah kami melihat beberapa ekor burung yang sedang berkeliaran di rumput. Ada yang langsung kabur begitu melihat kami dari kejauhan, tapi ada juga yang tetap berkeliaran, sepertinya sedang mencari makan. Burung yang kami lihat ini adalah burung weka, salah satu spesies burung yang khas di New Zealand. Burung weka (Rallus australis) juga dikenal sebagai Maori hen atau ayam betina Maori (walaupun tidak semuanya betina), dan pertumbuhannya cukup pesat di New Zealand. Burung-burung ini merupakan omnivora, dan makanan utamanya adalah hewan invertebrata dan buah-buahan.
Usai berjalan-jalan, aku masak untuk makan malam, dan setelah itu kami makan berdua di ruang makan di dapur. Saat itu juga sedang ada beberapa orang tamu lain yang sedang duduk-duduk. Ternyata couple dan putranya yang menginap di dalam tenda di sebelah mobil kami juga ada di antara mereka. Selain itu ada seorang perempuan lanjut usia, yang kemudian bertanya kepada kami mengenai cara memakai SIM Card NZ. Sayangnya SIM Card kami berbeda, jadi walaupun sudah mencoba namun kami tidak bisa memberikan solusi. Kami sempat mengobrol sejenak dengan mereka, dan setelah itu kami berpamitan.
Usai sikat gigi, kami kembali ke dalam kamar dan kemudian beristirahat. Sepertinya malam ini kami akan bisa tidur nyenyak karena kamar yang hangat dan kasur yang layak. π
Sebenarnya setelah melihat couple dan putra kecilnya yang tidur di dalam tenda di Arthur's Pass semalam, aku jadi berpikir mungkin saja tidur di dalam tenda lebih nyaman. Untuk dinginnya, masih bisa diakali dengan memakai sleeping bag dan selimut tebal. Setidaknya ruang tidurnya lebih luas dan datar, tidak seperti di dalam mobil yang penuh sesak dan tidak rata. Apalagi semalam punggungku sampai sakit akibat posisi tidur yang tidak nyaman di dalam mobil. Karenanya kami sempat berunding untuk membeli tenda dan sleeping bag dari backpacker lain yang sudah tidak membutuhkan. Biasanya barang-barang bekas ini masih bagus dan harganya murah sekali. Entahlah, kami masih bingung dan belum bisa memutuskan hal ini. Yang penting malam ini kami bisa merasakan nyamannya kasur walaupun agak mahal hehehehe... πππ
To be continued.......