THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER
(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)
Day 4: Minggu, 28 Juni 2015
Niat bangun pagi selalu ada setiap malam
sebelum tidur, apa daya kalau tidur terlalu malam apalagi sampai menjelang
subuh, jadi malas bangun pagi hehehehe…. Malam sebelum tidur, alarm dipasang
pukul 7.30 pagi, namun pada saat alarm berbunyi, mata masih belum bisa diajak
berkompromi, akhirnya tidur lagi, sampai terbangun pukul 8 pagi. Suami tercinta
juga sudah bangun saat itu. Setelah membuat secangkir kopi, berkumur dengan mouthwash agar segar, kami berdua keluar
campervan dan memotret pemandangan di sekitar kami, sembari menikmati secangkir
kopi panas di kursi taman. Suasana masih agak remang-remang, namun
berangsur-angsur matahari mulai memancarkan sinar keemasannya di pegunungan yang
tampak dari tempat kami. Sungguh indah sekali…. Suami sempat bermain trampolin
yang ada di halaman di luar bangunan dapur umum. Kami juga sempat keluar ke
bagian resepsionis untuk memperpanjang waktu menginap kami semalam lagi.
Sekitar pukul 9 pagi, kami kembali ke
campervan, lalu aku bangunkan putriku. Sebetulnya aku sudah menyiapkan dua roti
isi selai cokelat dan keju, namun pagi ini masih belum ada yang ingin sarapan,
jadi kami mandi dulu saja. Kalau habis mandi air panas, biasanya aku dan putriku
masih tahan berada di luar selama kurang lebih 1 jam hanya dengan mengenakan
celana pendek dan kaos saja hehehehe….
Setelah bersiap-siap dan mengisi
perbekalan air minum di dapur, pukul 10.15 pagi kami berangkat. Hari ini kami
berencana menuju Mount Iron, salah satu rute trekking yang disarankan oleh sang resepsionis. Walaupun namanya “gunung”,
namun sebetulnya bukan sungguh-sungguh gunung yang tinggi sekali, hanya semacam
bukit, namun dari situ akan tampak view seluruh kota Wanaka beserta Lake
Wanaka. Karena itulah kami tertarik untuk mendakinya. Jaraknya dari Wanaka
Lakeview Holiday Park hanya sekitar 3,5 km saja. Melewati Brownston Street,
memasuki Highway 84, dan melewati lagi Puzzling World, tidak sampai 10 menit, kami
sudah tiba di Mount Iron Scenic Reserve.
Dari gerbang masuknya, lintasan yang
terlihat di depan mata tampak landai, karenanya kami beranggapan tidak akan
terlalu dingin nantinya. Di trek ini banyak penduduk yang sedang jogging atau mengajak anjing peliharaan
mereka berjalan-jalan mendaki. Kami berjalan kaki dengan santai, sembari
memotret di sana-sini. Baru beberapa ratus meter melangkah, rutenya mulai
mendaki, dan anginnya menjadi sangat kencang. Wow, dingin sekali rasanya. Telingaku sampai sakit tidak kuat dengan angin dingin yang menerpa. Matahari bersinar
terik, namun suhunya sekitar 2o Celcius, jadi bisa dibayangkan
betapa dinginnya saat itu. Aku dan putriku hanya bisa menutupi telinga dengan hood jaket, dan suami mengenakan beanie-nya.
Yang tampaknya dari luar landai,
ternyata lama-kelamaan sudut kemiringannya cukup tinggi juga. Treknya jadi
mirip seperti mendaki kawah Ijen di Banyuwangi. Jalannya cukup menanjak, dengan
trek tanah, kadang berpasir, dan di beberapa bagian bahkan becek akibat salju
yang meleleh. Di beberapa tempat pun masih ada salju yang menggumpal di atas
rerumputan. Namun semua itu terbayar dengan melihat view sepanjang trek, makin
ke atas makin tampak wajah keseluruhan kota Wanaka, dilatarbelakangi danau yang
luas membentang dan pegunungan yang sangat indah, di mana puncak-puncaknya masih
tertutup salju. Awww…. sungguh indah sekali…. What an amazing and epic view! Rumah-rumah di dalam kotanya tampak
seperti rumah boneka, tampak kecil dari kejauhan, berwarna-warni, sangat rapi
dan teratur. Foto-foto yang diambil rasanya tidak bisa menyamai keindahan
aslinya.
Kami tidak mendaki sampai ke puncak,
karena takut kehabisan waktu untuk menjelajah tempat-tempat lainnya. Mungkin
kami mendaki hanya sekitar 2 km dari total sekitar 3 km. Setelah itu kami pun
berjalan turun kembali, sambil masih mengambil foto dan selfie dengan HP masing-masing. Sayangnya saat itu kami lebih
banyak menghadap matahari, sehingga cukup banyak foto yang backlight jika diambil dari sudut tertentu. Pada saat perjalanan
turun ini pun, beberapa kali rasanya seperti hendak tertiup angin yang sangat
kencang, sampai harus berpegangan pada pinggiran bebatuan yang ada. Syal yang
kami pakai pun harus diikat agak kencang agar tidak sampai terbang tertiup
angin.
Kami sampai kembali ke campervan sekitar
pukul 12.20 siang. Setelah itu suami dan putri tercinta makan roti isi yang
sudah disiapkan paginya. Selesai mengisi perut, kami kembali melanjutkan
perjalanan, masih tetap di dalam kota Wanaka yang indah ini. Kami kembali ke
pusat kota dan mencari tempat parkir di tepi Lake Wanaka. Kami mendapat tempat
parkir yang cukup nyaman di Ardmore Street, persis di jalan tepian Lake Wanaka.
Kami segera turun dan berjalan-jalan di sekitar danau. Wow… indah sekali di
sana. Kami melihat sekelompok itik sedang berkerumun, dan beberapa burung camar
terbang di sekitar orang-orang yang sedang duduk-duduk di bangku di taman yang
disediakan.
Kami berjalan menuju semacam jalan
setapak yang menjorok ke tengah, terbuat dari kayu yang berlapis kawat
berlubang-lubang. Tidak kami sia-siakan kesempatan untuk mengambil foto
sebanyak-banyaknya. Pemandangan di tepian Lake Wanaka ini sungguh luar biasa indah.
Puas berfoto, kami berjalan kembali ke pesisir dan duduk di bangku yang kini
telah kosong. Segera saja kami didatangi oleh segerombolan itik, dan menyusul
kemudian, burung camar yang cukup banyak jumlahnya. Suami tercinta mengambilkan
roti yang masih ada di campervan. Wah, pada waktu kami memberi makan remahan
roti, makin banyak saja itik dan burung camar yang berdatangan. Ramai sekali,
sungguh menyenangkan rasanya. Burung camar beterbangan di atas kepala kami,
menantikan jatah roti, sementara para itik berebutan mematuki remahan roti yang
kami lemparkan. Terkadang ada beberapa itik nakal yang mencoba merebut
bongkahan roti dari tangan kami, lucu sekali hehehehe…. Bahkan sampai roti yang
kami siapkan habis tak bersisa, mereka masih berkerumun menanti. Rupanya mereka
tahu, kami masih memiliki sebungkus potato
chips hahahaha… Jadilah potato chips
yang kami bawa, kami makan bersama-sama dengan para unggas itu ^_^
Selama di tepian danau ini, angin
bertiup cukup kencang, cukup membuat kedinginan apabila kami hanya berdiam diri
saja. Sekitar pukul 13.30 siang, kami berjalan kaki dan berpindah tempat ke
sisi lain tepi danau. Di sana kami menemukan beberapa tempat yang indah sekali
untuk berfoto. Semakin lama, angin dingin bertiup semakin kencang, bunyinya
sampai menderu-deru, sampai-sampai kami harus berlindung di balik pepohonan
saking dinginnya. Sekitar pukul 14.15 siang, kami bertiga kembali ke campervan
dan melanjutkan penjelajahan hari itu.
Melalui Google Map, kami melihat
sepertinya ada satu tempat yang bagus, namanya Eely Point Recreational Reserve.
Kami menuju ke sana dengan campervan. Jaraknya hanya sekitar 2,5 km dari tempat
kami parkir, lewat Lakeside Road, dan sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan
Lake Wanaka. Sesampai di Eely Point, kami berjalan kaki dari parkiran campervan
yang berupa lahan berumput yang luas, menuju ke tepian Lake Wanaka. Tepian
danau di Eely Point ini relatif sepi, namun ternyata pemandangan di tempat ini
tidak kalah indahnya. Kami berfoto-foto, lalu duduk-duduk dan bersantai di
tempat ini. Walaupun di sekitar kami banyak pohon-pohon pinus yang sangat
besar, masih saja angin terasa kencang dan membekukan. Di sekitar pohon-pohon
pinus tersebut juga banyak buah-buah pinus yang berjatuhan. Putriku
mengumpulkan beberapa di antaranya untuk dijadikan kenang-kenangan. Di tempat
ini juga ada dua buah kamar mandi umum. Hebatnya, selain sangat bersih, kedua
kamar mandi ini menggunakan sistem digital untuk mengunci pintunya. Keren
sekali deh pokoknya. Pada umumnya, kamar mandi di tempat-tempat umum di New
Zealand, selalu disediakan juga kamar mandi untuk penyandang cacat atau ibu
dengan bayi. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat umum lainnya juga pada
umumnya demikian. Jadi para penyandang cacat atau ibu dan bayi bisa nyaman di
mana pun mereka berada.
Sekitar pukul 15.30 sore, kami berjalan
kaki menyusuri trek yang ada di sana. Eely Point juga sering dijadikan tempat
untuk jogging, hari itu pun cukup sering kami berjumpa dengan penduduk yang
sedang jogging atau berjalan-jalan dengan anjing peliharaannya. Setelah cukup
jauh kami berjalan sambil menikmati pemandangan, kami berjalan kembali ke arah
parkir campervan. Setelah itu kami kembali ke Wanaka Lakeview Holiday Park.
Kami sampai sekitar pukul 17 sore, dan matahari sudah mulai meredup. Badan kami
terasa sangat lelah, mungkin karena kami banyak berjalan kaki hari itu. Putriku
bahkan sempat tertidur karena kelelahan. Aku dan suami duduk-duduk dan
beristirahat melepaskan pegal-pegal di kaki. Heater di campervan segera
dinyalakan begitu kabel ke listrik ditancapkan.
Pukul 18 petang, aku mulai menyiapkan
bahan-bahan untuk keperluan memasak. Putriku juga sudah bangun dari tidurnya.
Setelah itu kami bertiga ke dapur umum untuk memasak makan malam. Menu malam
itu adalah kentang goreng, telur mata sapi, daging domba dan sosis yang dimasak
bersama bawang bombay, dan cah sayur bak coy. Hmmmm…. Nikmat sekali makan malam
kami bertiga. Sayang kami sempat agak mendongkol karena ada beberapa turis,
beberapa anak muda yang sepertinya berasal dari negara RRC, yang berisik sekali
saat di dapur. Kami berusaha tidak mengindahkan mereka, namun sedikit banyak
agak terganggu juga dengan keributan yang mereka buat dengan bersuara
keras-keras.
Pada umumnya, walaupun dapur seperti ini
merupakan fasilitas umum, namun tempatnya bersih, karena para penggunanya harus
menjaga kebersihan tempat yang sudah digunakannya. Kain lap dan sabun, biasanya
sudah disediakan, karena itu tidak ada alasan kalau alat membersihkannya tidak
ada. Karena itu, setiap kali kami selesai masak, sebelum menikmati hidangan,
kami membersihkan tempat yang baru saja kami pakai. Biasanya suamiku yang
kebagian tugas mencuci peralatan masak, sedangkan putriku membantu masak,
sekaligus mencuci perabotan yang sudah selesai kami gunakan. Aku sendiri
selesai masak biasanya mengelap sampai bersih daerah kompor yang baru selesai
digunakan.
Selesai makan, kami membersihkan kembali
ke campervan, lalu bersiap untuk mandi. Suhu saat itu berkisar 0-1o Celcius.
Cukup dingin juga, ditambah angin yang cukup kencang. Sekitar jam 20.30 malam,
kami mandi di kamar mandi umum. Setelah mandi, badan terasa lebih segar dan
hangat sekali. Malam itu kami menghabiskan waktu di dalam campervan kami yang
cukup hangat sembari bersantai dan mengobrol. Tak lupa sebotol wine dibuka untuk menghangatkan tubuh. Sampai
kira-kira tengah malam, putriku minta dibuatkan mie instan karena lapar lagi.
Akhirnya aku buatkan mie instan untuk bertiga, dan kami semua makan lagi,
sebelum akhirnya jam 1 pagi, suami dan putriku tertidur. Aku sendiri baru bisa
tidur sekitar jam 2 pagi.
To be continued.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment