DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Wednesday, June 7, 2017

NEW ZEALAND TRIP 2015 (11) - THE AMAZING MILFORD SOUND

THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER
(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)


Day 7: Rabu, 1 Juli 2015

Pagi hari aku terbangun pukul 07.00 pagi seiring alarm HP berbunyi. Bangun tidur pagi itu terasa lebih segar daripada hari-hari sebelumnya karena waktu tidur yang cukup, namun tetap merasa kedinginan. Sebetulnya ingin juga rasanya bangun pagi setiap hari seperti di rumah, maksimal pukul 6 pagi, tetapi susah juga, pukul 7 pagi di New Zealand ini, suasana masih gelap gulita. Pukul 8 pagi pun, terkadang matahari belum benar-benar terbit. Ditambah lagi dingin yang menusuk tulang, kalau mau bangun pagi sekali malah jadi bingung karena tidak ada yang dikerjakan seperti di rumah.

Suhu pagi itu berkisar 2o Celcius. Brrrr….. dingin sekali rasanya. Pagi itu aku hendak mencuci pakaian dalam dan kaos kaki kotor selama beberapa hari terakhir, supaya kami punya cadangan yang bersih. Hanya mengenakan kaos dan celana pendek, dalam udara yang sangat dingin dan masih gelap gulita, aku berlari-lari ke kamar mandi umum, sambil membawa ember berisi cucian yang sudah diberi deterjen. Sesampai di kamar mandi umum, aku mengisi ember dengan air hangat di wastafel, namun air yang keluar masih dingin. Duh, bagaikan mencuci dengan air es rasanya. Lalu aku menyalakan shower di salah satu shower room, karena agak kesulitan menampung air di wastafel dengan ember tersebut. Rasanya sesuatu banget deh, dalam suhu mendekati suhu beku, mengucek cucian dengan air yang sama dinginnya dengan suhu udara hahahaha…. Butuh perjuangan juga, tiga kali membilas cucian sampai tidak berbusa lagi airnya, walaupun pada akhirnya air yang keluar dari shower menjadi hangat, namun tubuh sudah terlanjur menggigil kedinginan hehehehe…

Selesai mencuci, aku segera kembali ke campervan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 7.45 pagi, dan matahari masih belum juga terbit. Suasana masih remang-remang. Begitu masuk ke dalam campervan, rasanya hangat sekali. Suami dan putriku masih tertidur lelap. Kemudian aku segera menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, seperti hari-hari sebelumnya, roti 3 lapis dengan isian selai cokelat dan keju lembaran di tiap lapisnya, beserta secangkir kopi dan secangkir susu untuk masing-masing. Sedangkan aku sendiri, pagi itu mencoba sarapan dengan menyantap dua buah kiwi. Aku memang tidak terbiasa sarapan selama belasan tahun terakhir ini. Dan selama sekitar 7-8 tahun terakhir, perutku hanya muat segelas juice yang dibuat dari apel, semangka, tomat dan wortel segar (hanya diambil airnya saja), dan secangkir teh atau kopi. Karenanya, selama tinggal di campervan ini, aku berusaha makan buah kiwi setiap hari, minimal satu buah, untuk mencukupi kebutuhan vitamin agar tidak mudah jatuh sakit.

Selesai menyiapkan sarapan, aku membangunkan suami dan putri tercinta, lalu menyuruh mereka sarapan selagi masih hangat. Terkadang, susah sekali membangunkan putriku dari tidurnya. Sekalinya tidur, susah sekali dibangunkan, dan dia bisa tidur di mana pun atau kapan pun, tidak peduli seperti apa tempatnya dan kapan waktunya. Jago tidur banget deh hahahaha… Selama putriku kost di Malang, beberapa kali karena kelelahan, dia tertidur dari sore hari sepulang sekolah, sampai pagi berikutnya. Bisa 12 jam atau lebih sekali tidur! Tapi syukurlah walaupun jago tidur, tapi dia adalah tipe orang yang bertanggung jawab. Tugas-tugas sekolah selalu selesai dikerjakannya. Dan walaupun seringkali dia kesiangan saat bangun pagi, bahkan pernah 15 menit sebelum bel masuk berbunyi baru dia bangun tidur, anehnya selama ini belum pernah terlambat ke sekolah hehehehe…

Selesai sarapan, kami masih terlebih dahulu menjemur cucian pada tali jemuran yang sudah disediakan. Talinya digantung melintang di atas kasur campervan yang depan, karena kasur tersebut memang tidak pernah digunakan semenjak hari pertama. Sedianya kasur yang di depan tersebut untuk tempat tidurku dan suami, namun ternyata di bagian depan tersebut udaranya terlalu dingin, angin hangat yang keluar dari heater tidak mencapai bagian tersebut, karenanya malah tidak terpakai walaupun kasurnya besar. Selesai menggantungkan cucian, kami mencuci perabotan yang dipakai malamnya, di dapur umum, lalu mengisi tempat-tempat air minum. Aku juga menyempatkan diri ke resepsionis untuk memperpanjang waktu menginap semalam lagi. Resepsionisnya seorang perempuan lanjut usia yang ramah. Sembari memproses pembayaran lewat credit card, beliau menanyakan kepada aku, hendak ke mana hari ini? Saat aku menjawab bahwa kami akan ke Milford Sound, beliau mengatakan bahwa kami beruntung, hari ini jalan menuju ke Milford Sound dibuka, karena esok harinya, jalan akan ditutup akibat cuaca yang kurang baik dan berkabut. Wah untung saja ya… hehehehe…

Sekembalinya dari resepsionis, kami mandi di kamar mandi umum. Nyaman sekali merasakan panasnya air yang keluar dari shower di pagi yang sangat dingin seperti itu. Selesai membersihkan sekaligus menghangatkan tubuh, kami bersiap-siap untuk perjalanan hari itu.

Sekitar pukul 10.15 pagi, kami sudah siap dan segera berangkat melanjutkan petualangan hari itu. Jarak dari Te Anau ke Milford Sound sekitar 119 kilometer. Kami sangat bersemangat menuju ke Milford Sound, karena dikatakan bahwa Milford Sound adalah satu tempat terindah di dunia. Matahari bersinar cerah hari itu, namun suhu udara masih 0o Celcius, tidak heran rasanya sangat dingin pagi itu.


Te Anau – Milford Sound Highway (Highway 94) sendiri merupakan salah satu jalan raya dengan pemandangan terindah sekaligus jalan tertinggi di New Zealand. Jalan ini membawa kita melewati bagian dari Te Wahipounamu, South West New Zealand World Heritage Area (menurut UNESCO). Di bulan-bulan Oktober sampai April, biasanya jalanan akan ramai dengan kendaraan pribadi, bus, dan campervan. Sedangkan di bulan-bulan Mei hingga September, jalanan akan jauh lebih sepi, namun resiko mengendara lebih tinggi karena adanya hujan salju, lapisan es, maupun longsor. Jalan raya satu-satunya menuju ke Milford Sound ini dikelola oleh New Zealand Land Transport Agency (NZTA).

Sepanjang perjalanan dihiasi pemandangan perbukitan yang menghijau, indah sekali. Sekitar 30 kilometer dari Te Anau, kami singgah di sebuah tempat, yakni Te Anau Downs. Ada tempat parkir di situ, lalu kita bisa menuruni beberapa anak tangga, dan berjalan agak ke tengah danau di atas semacam jembatan kecil, namun agak bergoyang-goyang. Aku sendiri tidak berani berjalan sampai ke ujung karena agak takut, hanya suami dan putriku yang sampai ke ujungnya, sedangkan aku cukup setengah jalan saja dan memotret dari situ hehehehe… Pemandangan di Te Anau Downs ini sangat indah, danaunya sangat tenang, airnya biru, dan di sekelilingnya banyak pepohonan.


Selesai berfoto, kami melanjutkan perjalanan sambil menyantap pretzel cokelat yang nikmat, yang belum sempat dimakan sejak membeli di Wanaka. Menyenangkan sekali perjalanan berpetualang ini. Rasanya baru beberapa kilometer kemudian, kami sudah berhenti lagi di sebuah tempat yang bernama Walker Creek. Sebuah tempat beristirahat yang mungil namun indah. Tampak aliran kecil Eglinton River melatarbelakangi tempat ini, dengan perbukitan hijau di belakangnya.


Puas berfoto, kami melanjutkan lagi perjalanan, ditemani pemandangan Eglinton River di sisi kiri kami. Tidak lama kemudian, sekitar pukul 11.35 siang, kami kembali berhenti di sebuah tempat bernama Mackay Creek. Kali ini kami bisa berfoto persis di tepian Eglinton River yang sangat indah dengan batu-batuan di pesisirnya. Matahari bersinar terik, namun suhu udara sungguh dingin. Di Mackay Creek ini, kami bertemu dengan dua orang turis, yang satunya berkulit putih, dan yang satunya sepertinya orang Asia. Kami sempat bertegur sapa sejenak. Sang turis Asia berasal dari Singapura, namanya SQ, dan temannya Sam. Mereka berkendara sejak subuh dari Queenstown. Setelah berbasa-basi sejenak, kami melanjutkan perjalanan terlebih dahulu.


Selama perjalanan dari Te Anau menuju Milford Sound ini, banyak sekali rest area. Biasanya ada rambu dengan gambar meja dan pohon. Jika ada gambar tenda atau campervan dengan tanda silang, berarti tempat itu tidak boleh untuk bermalam bagi kendaraan yang self-contained. Pada umumnya, rambu-rambu di New Zealand mudah dipahami. Rambu utama di negara ini adalah GIVE WAY, yang artinya kita harus memberi jalan pada kendaraan dari samping kanan kita. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai rambu ini, bisa dicari di http://www.drivesafe.org.nz/
Selain itu, rambu yang menggambarkan batas kecepatan maksimum, jalanan licin, jalanan berkelak-kelok, akan ada lajur untuk mendahului, maupun kapan kita harus berhenti, semua cukup jelas dipahami, walaupun kita baru di tempat ini. Yang awalnya kami tidak mengerti salah satunya adalah rambu tempat beristirahat, free camping ground, dan penunjuk ke suatu tempat yang biasanya “tersembunyi” karena tidak terletak di pinggir jalan, karenanya banyak yang terlewatkan.

Sejak dari Mackay Creek inilah, GPS yang membantu navigasi tiba-tiba tidak berfungsi. Jadi sementara waktu aku menyalakan Google Map untuk membantu navigasi. Sebetulnya jalan menuju ke Milford Sound hanya satu, sehingga seharusnya tidak perlu kuatir tersesat, namun tidak ada salahnya lebih berjaga-jaga hehehehe… Sampai kira-kira separuh perjalanan, kami tiba di suatu tempat yang bernama Mirror Lake, kami pun berhenti lagi. Karena masih mencoba menyalakan GPS, suami tidak ikut turun, sedangkan aku turun bersama putriku untuk minta tolong kepada SQ dan Sam, yang mobilnya sudah tampak terparkir lebih dahulu di situ. Aku minta bantuan kepada Sam, tapi setelah diutak-atik, GPS campervan kami masih tidak berfungsi. Akhirnya kami pasrah saja, oleh suami kabelnya malah dicabut sekalian hehehehe… Sementara itu akhirnya kami malah tidak melihat Mirror Lake, padahal tinggal berjalan sedikit lagi.


Sembari melanjutkan perjalanan, kami sangat menikmati sekali pemandangan di sekeliling kami. Aku bertukar posisi dengan putriku, supaya sesekali dia merasakan duduk di depan dengan pandangan yang lebih luas. Tetapi walaupun duduk di belakang sebagai penumpang, terkadang aku maju ke depan juga untuk memotret jika ada pemandangan yang bagus di arah depan hehehehe… Kami melewati Lake Gunn, yang panjangnya 3,25 kilometer. Tidak berapa lama setelah itu, sekitar pukul 12.45 siang, kami sempat berhenti di suatu tempat di kanan jalan yang di pinggirnya ada sungai mengalir dengan batu-batuan di pinggirnya. Sungguh indah sekali, seperti sedang melihat gambar di kalender saja. Sekelilingnya pegunungan membentang, sehingga matahari tidak bersinar di sana dan suasana agak redup. Udara benar-benar dingin sekali saat itu, dengan mengenakan jaket dan sarung tangan pun, masih sangat kedinginan rasanya.


Selesai berfoto, kami melanjutkan perjalanan, melewati Mount Christina dan Mount Talbot di sisi kanan kami. Sekitar 30 kilometer terakhir menuju Milford Sound, pemandangan benar-benar luar biasa indahnya. Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Everything is so amazing! Kami juga melewati Homer Tunnel, sebuah terowongan lurus sepanjang 1,27 kilometer yang menembus gunung Darran. Terowongan ini mulai dibangun oleh pemerintah New Zealand sejak tahun 1935, dan baru beroperasi pada tahun 1954. Seharusnya terowongan ini diharapkan bisa beroperasi mulai tahun 1940, namun karena awal pengerjaannya hanya dilakukan oleh 5 orang pekerja dengan peralatan tradisional, dan sempat tertunda pula saat terjadinya Perang Dunia II, serta terjadinya longsor pada tahun 1945, sehingga prosesnya memakan waktu begitu lama. Sejak tahun 2002 dipasang telepon satelit dan pemadam api di terowongan ini untuk alasan keamanan. Demikian pula tambahan traffic light pada tahun 2004, karena pada musim panas, lalu lintasnya cukup ramai.


Begitu keluar dari Homer Tunnel, aku terpukau dan tidak sanggup berkata-kata. Pegunungan bersalju membentang di segala arah, tampak begitu megah dan luar biasa indah. Tak terasa air mata menetes begitu saja, mengagumi betapa luar biasanya ciptaan Tuhan ini. Oh my God, it was soooooo…… breathtaking!!! Kita manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan megahnya alam ini. Aku merasa sangat beruntung dan bersyukur diberi kesempatan untuk melihat sesuatu yang seindah ini selagi masih bernafas.


Keluar dari Homer Tunnel sampai ke Milford Sound jaraknya tinggal 18 kilometer saja. Sekitar pukul 13.45 siang, sampailah kami di tempat tujuan kami, Milford Sound. Kami parkir di tempat yang telah disediakan, lalu berjalan-jalan di sekitar tempat tersebut. Mungkin karena winter, pengunjungnya tidak terlalu ramai saat itu. Di sana ada Blue Duck Café, jika kita ingin makan atau minum dan Mitre Peak Lodge untuk menginap. Ada pusat informasi dan toilet umum yang disediakan bagi para pengunjung. Selain itu ada juga landasan untuk pesawat kecil di situ.


Pemandangan di tepian Milford Sound ini tidak sefantastis yang aku bayangkan sebelumnya. Namun foto-foto yang kami ambil di sana ternyata sangat indah hasilnya. Mungkin harus mengambil tour naik kapal dulu baru kita bisa melihat keindahan sesungguhnya ya, tetapi aku cukup puas kok. Yang kurang bagi aku cuma satu sebetulnya, inginnya di Milford Sound saat itu banyak saljunya, pasti  pemandangannya akan luar biasa indahnya hahahaha…. Memang untuk mengeksplorasi Milford Sound secara utuh dan mengetahui betapa spektakuler pemandangannya, dianjurkan mengambil tour dengan naik kapal. Jarak dari situ ke lautan lepas hanya sekitar 16 kilometer, karenanya dengan tour selama 2 jam saja, diharapkan kita sudah bisa menikmati keindahan luar biasa dari Milford Sound.


Kami juga sempat disapa oleh seorang turis dari Malaysia beserta keluarganya. Mereka memintaku mengambil foto mereka bersama-sama, lalu sang ayah pun mengambil foto kami bertiga sebagai gantinya. Putriku pun sempat melihat seekor angsa putih yang sedang berada di pinggiran, dan menggugurkan sehelai bulunya. Setelah itu mati-matian deh putriku mengejar bulu yang dijatuhkan angsa tersebut, sampai akhirnya dapat juga hehehehe…


Setelah puas berfoto dan menikmati pemandangan, sekitar pukul 14.15 siang aku masuk ke dalam campervan untuk menyiapkan makan siang kami. Makan siang kami hari itu sederhana saja, hanya mie instan kuah dan telur untuk suami dan putriku, sedangkan aku mencoba makan couscous yang diberi butter dan telur. Rasanya agak aneh menurut aku, mungkin karena belum terbiasa ya, atau cara masaknya salah ya? Hehehehe sudahlah yang penting bisa masuk ke perut.


Pada saat kami sedang makan sampai selesai makan siang itu, ada beberapa ekor burung yang mendatangi ke campervan. Awalnya aku mengira itu adalah burung kiwi. Ternyata burung weka, salah satu burung khas New Zealand juga. Seperti biasa, kalau ada unggas yang datang, kami beri remahan roti, dan salah satu burung weka ini sampai berani hendak melompat masuk ke pintu samping campervan untuk merebut roti, namun tidak jadi. Beberapa waktu lamanya kami memberi remahan roti sambil memperhatikan tingkah laku burung weka tersebut, sampai ada suatu saat, burung tersebut merebut roti yang masih berupa potongan besar dari tangan putriku, lalu setelah itu dia kabur hahahaha… menyenangkan sekali memperhatikan unggas-unggas ini dari dekat.


Tidak lama setelah itu, kami bersiap-siap dan melakukan perjalanan kembali menuju Te Anau. Kami meninggalkan Milford Sound pukul 15.15 sore. Kami melewati kembali jalan yang sama dengan arah kami datang. Sempat pula kami berhenti di sebuah jembatan kecil untuk berfoto. Saat mendekati Homer Tunnel, di bawah matahari yang memancarkan cahayanya ke arah gunung-gunung di sekitar kami, tampak jelas banyak sekali aliran air terjun kecil-kecil yang mengalir dari celah-celah gunung-gunung tersebut. Air yang mengalir ini biasanya berasal dari sisa hujan yang turun sebelumnya atau lelehan salju. Wow, sungguh indah sekali. Sangat menakjubkan.



Ketika itu kami mendapat giliran untuk menunggu di ujung terowongan selama beberapa menit, karenanya kami berhenti. Saat itulah ada tiga ekor burung kea yang tampak sedang berada di tengah jalan. Sayang sekali, saat itu roti yang kami miliki sudah habis, jadi kami tidak bisa memberi apa-apa kepada mereka. Kami mendapat informasi bahwa burung kea ini kadangkala nakal, suka mematuki ban mobil, karet pada wiper kaca mobil, bahkan antenna yang terpasang di atas maupun list/pinggiran pintu mobil. Untungnya tidak ada satu pun dari ketiga burung kea tersebut yang berbuat nakal kepada campervan kami hehehehe…


Setelah lampu berganti menjadi hijau, campervan kami pun berjalan memasuki Homer Tunnel, dan keluar di ujung satunya. Masih tampak keindahan gunung-gunung yang setengahnya diliputi salju di sekeliling kami. Sepanjang perjalanan pulang ini, kami sempat berhenti beberapa kali di tempat yang indah untuk berfoto, di antaranya Lower Hollyford Road (sebenarnya ada Lake Miriam dan Hollyford Museum di sana, namun jaraknya terlalu jauh dan waktu kami terbatas) dan di tepian Lake Fergus.



Ada juga view point yang keren sekali, kita bisa melihat rimbunnya pepohonan dan aliran sungai di kejauhan. Udara betul-betul sangat dingin, sampai apabila menghembuskan nafas, keluar uap hangat dari mulut kami. Putriku menyebutnya “dragon breath” hehehehe… Di situ pula kami bertemu lagi dengan SQ dan Sam. Ternyata mereka berdua juga hendak pulang, perjalanan mereka bahkan lebih jauh, butuh waktu sekitar 5 jam untuk mencapai Queenstown dari Milford Sound.


Selama perjalanan pulang, perlahan-lahan matahari mulai menyurut hingga akhirnya cahayanya meredup. Putriku lebih banyak duduk di depan selama perjalanan kembali ke Te Anau ini, jadi kebanyakan aku mengambil foto dari jendela samping atau pada saat berhenti saja.


Kami tiba di Te Anau sekitar pukul 18 petang, dan singgah terlebih dahulu di FreshChoice. Kami hanya membeli sebongkah roti tawar dan daging sapi untuk persediaan memasak. Lalu kami juga singgah sejenak di Thirsty Liquor Te Anau untuk membeli sebotol liquor, baru kembali ke holiday park. Sepertinya seharian itu kami senantiasa terpapar oleh suhu 0o Celcius atau kurang, sehingga terasa begitu dingin setiap saat.

Sesampai di Te Anau Lakeview Kiwi Holiday Park & Motels, kabel listrik segera ditancapkan agar kami bisa menyalakan heater. Lalu aku memasak nasi terlebih dahulu, sembari mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk memasak makan malam. Sekitar pukul 19 malam, kami bertiga ke dapur umum untuk masak dan makan malam. Menu malam itu serba nasi goreng. Nasi goreng daging domba untuk suami, nasi goreng sosis dan daging sapi untuk sang putri, serta nasi goreng hati domba dan taoge untuk aku sendiri. Semuanya dilengkapi dengan telur mata sapi dan irisan lettuce. Rasanya nikmat sekali makan makanan hangat di saat kedinginan seperti itu. Setelah selesai makan dan membersihkan perabotan, kami kembali ke campervan. Saat itu sudah pukul 20 malam, lalu kami mandi di kamar mandi umum. Selesai mandi dan menghangatkan tubuh dengan air panas, kami beristirahat dan bersantai di dalam campervan sembari menyeruput segelas minuman cokelat Cadbury yang nikmat.


Perjalanan hari ketujuh ini cukup melelahkan, namun sekaligus sangat menyenangkan. Banyak side-spots yang mungkin biasanya akan terlewatkan apabila kita terburu-buru berkendara atau mengikuti mobil tour ke Milford Sound. Tempat-tempat seperti inilah yang kadang tersembunyi letaknya, tidak di pinggir jalan, namun memiliki pemandangan yang sangat indah. Sampai tujuh hari berada di New Zealand, kami sudah cukup banyak menghabiskan tempat untuk menyimpan data foto, karena memang hampir setiap saat dan setiap tempat yang kami lewati, aku berusaha menangkap momen agar nantinya bisa dikenang dan tidak terlupakan hehehehe…

Sekitar pukul 23.30 malam, suami tercinta beranjak tidur di sofanya. Saat itu suhu berada di kisaran 2o Celcius. Aku sendiri baru bisa memejamkan mata satu jam sesudahnya.


To be continued.......

No comments:

Post a Comment