DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Thursday, June 22, 2017

NEW ZEALAND TRIP 2015 (18) - AUSTRALIA??? REALLY???

THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER (CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)


Day 14: Rabu, 8 Juli 2015


Tadi malam suami tidur jam 22.30, aku sendiri baru bisa tidur jam 23.15. Paginya terbangun jam 6 dengan suhu 3 derajat Celcius, lalu segera menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak untuk sarapan dan bekal makan siang.
Sarapan tadi pagi sama seperti tadi makan malam kemarin, nasi, salmon, daging domba dan telur, serta susu kopi dan susu panas untuk suami dan putri tercinta. Setelah semua sarapan, baru aku masak untuk bekal makan siang di bandara. Masih ada sisa daging domba, sayur bakcoy dan 3 butir telur. Kami sengaja bawa bekal makan siang sendiri, pertama jelas supaya lebih irit pengeluaran. Yang kedua, waktu berangkat dari Denpasar, kami makan siang di bandara, dan selain harganya yang super mahal, rasanya pun tidak enak. Hanya 2 porsi mie harganya Rp. 200.000,- dengan rasa yang tidak memuaskan sama sekali. Karenanya agak kapok makan di bandara. Bandara di sini mungkin beda, tapi suamiku kalau makan agak pilih-pilih, dia tidak terlalu suka western food, karenanya lebih baik bawa bekal saja, sudah pasti lebih murah, kenyang, dan enak ^_^



Setelah itu jam 8.30 kami bergantian mandi, lalu mengemasi semua barang di koper dan ransel. Kami sudah selesai dan siap jam 9.15 pagi. Koper dan ransel yang sudah siap, kami titipkan dulu di resepsionis agar pada waktu check-out tidak terlalu kerepotan membawanya. Kami masih bersantai, ngobrol, berkhayal dan bercanda di kamar.


Setelah itu kami ke resepsionis jam 9.50 pagi. Kemarin kami sudah booking minta diantar ke bandara jam 10 pagi. Biayanya per orang hanya NZ$ 2. Oya ternyata motel kami bisa menjemput dari bandara dengan biaya hanya NZD 5 per orang, hanya perlu menunggu setengah jam saja. Yah agak menyesal kemarin menggunakan jasa Super Shuttle yang biayanya NZD 16 per orang, tapi ya sudahlah diikhlaskan saja hehehehe....

Kami sudah sangat bersyukur selama di NZ ini, selama 10 hari kami ber-campervan-ria, tidak ada masalah dengan kendaraan yang kami gunakan, tidak ada kecelakaan (karena banyak blog orang lain yang kami baca, ada saja yang menabrak sana sini karena tidak pernah naik campervan hahahaha....), bahkan lebih banyak keberuntungan dan nasib baik berpihak pada kami selama ini hehehehe....

Shuttle kami berangkat jam 9.55 pagi dari motel, dan selama perjalanan, ada seorang pemuda asal Argentina yang mengajakku mengobrol. Sangat menyenangkan sekali, orangnya sangat ramah. Dia sudah setahun tinggal di NZ, di kota kecil antara Queenstown dan Dunedin. Dia bekerja sebagai dairy farmer. Wow keren deh.... dia sendiri akan berpesiar ke Bali, ke Kuta, sama-sama naik Jetstar, tapi ternyata penerbangan kami berbeda. Karena asyik mengobrol, tidak terasa kami sudah sampai di bandara, kami diantarkan ke International Departure. Kami berjabat tangan berpisah dengan pemuda Argentina tadi, lalu masuk ke dalam bandara. Suasana ramai sekali, mungkin karena hari dan jam kerja ya....


Aku dan putri tercinta sempat jalan-jalan di sekitar area check-in. Kami naik eskslator, dan banyak tempat makan dan nongkrong seperti KFC, McD, Long White Cafe, Espresso Bar, Subway, dan beberapa toko souvenir. Souvenir di area airport ini, harganya cukup mahal juga. Gantungan kunci mulai NZ$ 7, tempelan kulkas mulai NZ$ 10, padahal tertulis tax free.

Kami sempat keluar sebentar, dan bertemu dengan seorang pria setengah baya dari Australia yang mengajak kami mengobrol. Beliau malah sudah sampai ke Filipina, Bali, Lombok, Ambon, dan Timika. Kami saja belum pernah bepergian kemana-mana selain ke Bali hehehehe...

Lalu kami menunggu sampai jam 11.20, saat loket check-in dibuka.
Untuk penerbangan internasional, kita diwajibkan mengisi formulir yang disediakan di pinggir-pinggir lorong check-in. Kebetulan yang melayani kami bertiga kali ini petugasnya seorang perempuan berusia 30-an yang agak judes, jadi tidak bisa diajak ngobrol. Jangankan mengobrol, ditanya jawabnya pun agak ketus hahahaha... tapi biarlah orang kan beda-beda ^_^

Setelah proses check-in, kami melewati bagian security yang cukup panjang antriannya, namun pelayanannya cukup cepat. Setelah itu, baru kami jalan-jalan sambil melihat-lihat toko yang ada. Kami sempat beli champagne, beberapa aksesoris untuk kenangan, daaaaan.... cokelat lagi hehehehe... ada beberapa yang kelupaan dihitung kemarin, tadi kebetulan ada toko yang diskon, kesempatan beli lagi deh hehehehe....

Kami sempat makan bekal yang sudah kami bawa, lalu ngopi juga di salah satu gerai yang ada. Kami juga sempat mengobrol sejenak dengan seorang pria usia 40-an, yang ramah sekali. Beliau hendak terbang ke Adelaide. Waktu kami tanya dari mana asalnya, ternyata beliau penduduk asli di NZ, yakni suku Maori. Padahal dari wajahnya hampir mirip seperti orang India atau Pakistan, hanya logat bicaranya memang beda, tidak seperti warga India pada umumnya. Aku dan suami sempat berfoto dengan pria tersebut, lalu kami melanjutkan perjalanan masing-masing.


Senang sekali selama di negara Kiwi ini, kami banyak sekali bertemu dengan orang asing, baik warga negara, pendatang, maupun sesama turis yang ramah dan baik-baik. Hanya ada beberapa saja yang kurang ramah, tapi itu pun tidak kami ambil hati.

Jam 13.20, Gate 6, yang akan kami lalui sebelum boarding, dibuka. Tidak lama kemudian, kami segera berjalan ke arah Gate 6. Sudah cukup banyak penumpang yang menunggu di sana. Sembari menunggu, aku menggunakan jatah free wifi selama setengah jam di bandara ini. Jam 14 tepat, kami boarding dan memasuki pesawat kami dengan kode penerbangan JQ204, jurusan Sydney. Untuk penerbangan kali ini, aku diberi kesempatan duduk di pinggir, dekat jendela, jadi aku bisa memotret ke arah luar. Biasanya memang putri kami yang duduk dekat jendela, tujuannya agar bisa melihat ke arah luar dan tidak bosan.


Tepat pukul14.30, pesawat mulai bergerak perlahan, lalu berhenti sampai di titik tertentu. Tampak di sebelah kiri kami (di sini aku buta arah karena tidak bisa pakai Google Map hehehehe...), awan mendung menggelayut abu-abu kehitaman, dan sepertinya hujan deras di daerah tersebut. Mulanya sempat agak kuatir juga, karena pernah ada yang bilang, kalau sedang hujan, pesawat akan lebih berguncang-guncang karena banyak melewati awan.

Setelah berhenti sesaat, mesin pesawat menderu kencang, lalu pesawat bergerak sangat cepat, dan aaaww... kami tinggal landas dan sekejap kemudian kami sudah berada di udara ^_^

Aku sempat merekam proses tinggal landas penerbangan ini. Setiap kali pesawat yang kami naiki tinggal landas dan mengudara, tidak terasa mata ini terasa panas dan sedikit berair, mungkin kelilipan ya hehehehe... tapi sungguh aku selalu merasa terharu pada saat pesawat pertama mengudara. Di dalam hati, aku berteriak, I'm flying! I'm flying! Hahahaha... masih belum hilang noraknya ^_^

Untungnya pesawat bergerak menuju ke deretan awan yang cerah dan terang, tidak ke arah awan yang gelap tadi. Itu pun selama beberapa menit pertama, guncangannya cukup keras, putriku sampai kaget. Suamiku juga sambil memejamkan mata, bersandar erat pada sandaran bangku pesawat. Awannya memang cukup tebal, di luar jendela yang tampak hanya warna putih saja. Setelah pesawat cukup tinggi, guncangannya cenderung jauh berkurang. Baru mulai tampak sekilas daratan nun jauh di bawah sana, dan setelah itu pemandangan berganti dengan lautan di bawah kami.



Suami dan putriku sudah aku bookingkan di awal waktu memesan tiket, agar mendapatkan inflight entertainment, jadi setelah mereka berdua mendapatkan perangkat entertainment, jadi mereka sibuk menonton film sendiri-sendiri hehehehe... 

Seperti sudah aku ceritakan di awal mula, kami bertiga belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya, bahkan naik pesawat pun belum pernah, karena itu tadinya tidak ada gambaran sama sekali akan seperti apa. Dan jujur saja, aku yang paling takut. Takut kedinginan di dalam pesawat (karena aku tidak kuat pakai AC), takut mabuk, kalau ingin ke toilet bagaimana, kalau lelah duduk bagaimana. Tapi sekarang ternyata aku bisa menikmati perjalanan ini, salah satunya dengan menuliskan perjalanan ini, atau mengobrol dengan suami dan putriku. Sewaktu berangkat dari Denpasar, aku lebih banyak main game atau ngobrol dengan suami di penerbangan pertama ke Melbourne. Selain itu aku selalu mengamati posisi pesawat kami sudah sampai di mana, karena pesawat yang kami tumpangi tersebut, dreamliner, ada monitor di bagian belakang kursi penumpang di depan kami. Bagi yang tidak membeli layanan inflight entertainment, bisa melihat film-film dokumenter yang disediakan, dan ada flight map yang menggambarkan posisi pesawat saat itu, lokasi, ketinggian, dan kecepatan. Oleh karena itulah waktu itu aku bisa cukup detail menggambarkan posisi pesawat kami. Sedangkan di penerbangan kedua aku berusaha tidur karena kami akan tiba subuh di Christchurch.

Beberapa kali pesawat kami berguncang agak keras, sehingga kadang memang terasa agak seram juga hehehehe... tapi di awal sebelum pertama kali terbang ke Denpasar, aku sudah pasrah pada Bapa di surga hihihihi...

Setelah itu pramugari berkeliling menawarkan makanan dan minuman kepada para penumpang, tentunya berbayar ya... namun pada saat sampai di deretan bangku kami, pramugarinya berkata bahwa kami bertiga masing-masing memiliki voucher sebesar AUD $10. Padahal aku tidak beli atau pesan voucher loh! Kami hanya harus menunjukkan boarding pass kami. Putriku memesan paket Hot beverage & muffin ($5) dan Pringles ($4) kesukaannya, suami memesan hot beverage & muffin ($5) dan Nissin cup noodles ($5), dan aku sendiri memesan Wine, cheese & crackers ($10). Sepertinya pada saat booking tiket memang diberi tahu soal ini, tapi aku lupa. Lumayan sekali ya, seperti dapat bonus, apalagi saat kita haus hahahaha....


Setelah makan dan minum, suami dan putriku melanjutkan menonton film. Pemandangan di luar jendela sangat indah. Gumpalan-gumpalan awan berserakan, putih bersih seperti kapas, dengan latar belakang langit yang biru cerah. Matahari pun bersinar sangat cerah. Ah.... pemandangan yang luar biasa ^_^

Oya, sebelum kami naik pesawat untuk pertama kalinya, kami sempat bertanya pada orang-orang yang sudah berpengalaman tentang bagaimana rasanya naik pesawat. Kebanyakan menyarankan bawa permen karet, permen atau camilan, karena selama penerbangan biasanya telinga kita akan terasa tuli. Perut juga tidak boleh kosong karena telinga bisa sakit. Tapi untungnya selama penerbangan-penerbangan ini, aku justru tidak pernah makan permen karet, dan tidak sampai pusing atau mual.

Tanpa terasa, kami terbang selama kurang lebih 3 jam. Pesawat kami tiba di Sydney International Airport jam 15.45 waktu Sydney. Perbedaan waktu antara Auckland dan Sydney adalah 2 jam. Pesawat mendarat dengan mulus. Waktu mendarat tadi juga sempat aku rekam dengan hp. Kami baru keluar dari pesawat sekitar jam 16. Cuaca masih terang dan cerah. Suhu sekitar 11 derajat, jadi tidak ada masalah.


Kami segera menuju ke Gate 34, tempat kami akan boarding ke pesawat Jetstar dengan kode penerbangan JQ37. Jalan kakinya cukup jauh juga. Setelah menunggu beberapa waktu, kira-kira jam 16.30, ada pengumuman bahwa JQ37 delay sampai waktu yang tidak dapat ditentukan, karena ada abu gunung berapi mengarah ke Bali. Aduuuuh.... baru sekalinya pergi, pulangnya malah delay begini. Kami tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu. Untungnya ada free wifi selama di bandara ini, jadi masih sedikit tertolong.

Kira-kira jam 18 sore waktu Sydney, pengumumannya ganti jadi dibatalkan, karena ada abu vulkanik (yang ternyata dari gunung Raung, Banyuwangi) yang berhembus ke arah Bali dan berbahaya jika penerbangan tetap diberangkatkan. Duuuh... sekali-kalinya pergi ke luar negeri, malah dapat peristiwa seperti ini hiks hiks hiks... asli sudah pingin nangis saja rasanya....

Cukup lama kami menanti dalam keadaan tidak pasti, akan bagaimana sesudah ini??? Apalagi kami tidak punya visa Australia. Makin kuatir, bingung, setengah putus asa juga. Hotel di Denpasar sudah booking, penerbangan ke Banyuwangi juga sudah booking. Berapa banyak uang yang hilang? OMG rasanya pusing dan dongkol sekali...

Lalu yang kelas bisnis dan yang transit seperti kami dipersilakan masuk terlebih dahulu, untuk ke bagian imigrasi. Orang-orang berjalan sangat cepat sekali. Aku dan suami yang bawa ransel cukup berat, sampai berlari-lari dan kewalahan. Lalu kami antri di bagian imigrasi. Sudah sampai giliran kami, ternyata masih disuruh mengisi formulir lagi. Sama seperti yang di Auckland pada saat kami mau berangkat. Jadi kami mengisi dulu, lalu kembali ke petugasnya yang tadi. Bapak ini judes bener, bicaranya agak sok dan kurang kooperatif. Dan karena kami tidak punya visa Australia, kami disuruh mengikuti security yang lain, seorang ibu berkulit hitam setengah baya. Untung orangnya baik dan tidak judes. Beliau menjelaskan bahwa kami hanya perlu mengisi formulir pengajuan visa, lalu akan disetujui, dan kami boleh keluar dari bandara. Dan untuk akmodasi dan lain-lain, disuruh tanya ke pihak Jetstar. Lalu kami mengisi formulir tersebut, setelah selesai kami serahkan ke petugas lain yang ada saat itu. Sementara bagasi kami belum juga diambil, aku bertanya kepada petugasnya, bolehkan diambil dulu? Ternyata boleh, jadi aku tetap menunggu di sana, suami dan putriku mengambil bagasi kami yang seabrek-abrek dengan troli. Tidak berapa lama kemudian, aku didatangi oleh petugas laki-laki berwajah India yang masih muda, dia menyerahkan paspor kami disertai kertas, katanya kami dapat visa untuk 1 minggu. Aku bilang, aku berharap bisa pulang sesegera mungkin, lalu dijawab lagi, "I don't want to know, that's your bussiness" sambil tertawa-tawa.

Suami dan putriku baru selesai mengambil bagasi, lalu aku beri tahu bahwa kami sudah selesai di imigrasi. Lalu kami bertiga cepat-cepat membawa barang-barang dan keluar lewat pintu exit, lalu mencari service desk Jetstar. Aduh kami sampai berjalan cepat-cepat, dan bingung arah banget. Sepertinya kami tersesat di dalam bandara. Orang-orang ramai berlalu lalang, namun mereka sepertinya sibuk sendiri-sendiri dengan bawaan mereka. Sampai ke bagian informasi, ternyata tidak ada penjaganya pula hiks hiks. Di sebelahnya ada bagian packing, dan kami bertanya kepada dua orang pemuda yang ada di sana. Mereka menunjukkan arahnya kepada kami.
Lalu kami berjalan ke arah yang dimaksud, dan oooooohhh.... antriannya luar biasa panjang.....

Putri kami mengantri untuk kami, sementara aku dan suami keluar sebentar untuk berpikir. Pada saat itulah aku katakan pada suami, bagaimana kalau kita menambah sekalian petualangan kita? Barang 2-3 hari di Sydney. Kita anggap saja adventure sungguhan, karena tidak direncanakan. Dilihat sisi positifnya saja, tadinya terjebak dalam situasi, malah sekarang punya visa 1 minggu. Suamiku setuju juga. Lalu aku sampaikan ke putriku, dan ternyata dia mau juga. Ahaaaa.... jadilah kami menambah hari di negeri orang, hanya pindah negara sedikit. Aku terpikir ide ini saat petugas berwajah India tadi mengatakan "I don't want to know, that's your bussiness"!

Lalu kami melanjutkan mengantri. Pada saat itulah putriku mendengarkan ada yang berbicara dalam bahasa Indonesia. Langsung aku datangi, dan aku tanya-tanya juga. Mereka dua orang bapak, yang satunya tua dan di kursi roda, satunya mungkin sedikit lebih tua dari aku. Ternyata mereka juga tidak saling kenal, yang bapak tua ini yang sepertinya tahu situasi dan sedang membantu bapak yang satunya. Lalu bapak di kursi roda itu pergi karena sudah selesai. Aku bertanya-tanya pada bapak yang satunya, dan saudara-saudara.... dunia kecil sekali..... beliau orang dari Malang yang baru selesai berlibur di Australia ini bersama keluarganya, istri dan 3 orang anak. Dan anaknya yang paling besar, ternyata adik kelas putriku di sekolahnya... ah... jadi lebih terhibur lagi. Rasanya senaaaang sekali bisa bercakap-cakap dengan bahasa Indonesia di sini hahahaha....

Kami tidak mengobrol terlalu lama, kasihan suami yang mendorong 2 troli sekaligus. So here we are now, insode Sydney International Airport, masih mengantri di loket Jetstar. Antrian masih panjang tapi tidak sebanyak tadi. Di awal mengantri, ada yang bilang penerbangan diganti besok atau lusa. Lalu info terakhir ada yang mengatakan, penerbangan paling cepat diganti Sabtu besok. Hey that's ooookayyy!! We're waiting for a new adventure here!!

Saat ini jam 21.15 waktu Sydney, suhu sekitar 10 derajat Celcius, belum makan malam (tapi belum lapar, mungkin karena lelah sekali), menuliskan pengalaman hari ini.




Hikmah dari pengalaman hari ini, ambillah sisi positif dari segala sesuatu. Syukurilah selalu hidup ini. Kami hanya ingin ke NZ, tapi diberi bonus singgah di Sydney dengan visa 1 minggu hehehehe.... terima kasih sudah membaca kisah yang sangat panjaaaang ini ^_^


To be continued.......

No comments:

Post a Comment