THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER (CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)
Day 16-17: Jumat-Sabtu, 10-11 Juli 2015
Semalam aku baru bisa tidur jam 1.30 pagi. Pagi tadi aku bangun jam 7.30 dengan suhu 4 derajat Celcius di luar. Matahari bersinar cerah pagi ini.
Aku dan suami sempat turun ke lobby, dan kami berjumpa dengan beberapa orang yang sama-sama satu penerbangan dengan kami kemarinnya. Mereka warga negara Australia yang akan berlibur di Bali. Mereka tinggal di sebuah kota kecil yang jaraknya 3 jam dari Adelaide. Hari ini mereka akan pergi ke Melbourne, dan akan mencari tiket ke Denpasar dari Melbourne. Tapi itu pun tidak pasti berangkat, katanya. Pagi ini saja, Virgin Air membatalkan penerbangan ke Denpasar.
Aku dan suami mulai bingung hari ini, memikirkan apakah besok bisa pulang atau tidak. Kalau dibatalkan lagi bagaimana? Seandainya direfund pun, kalau tidak ada pesawat yang terbang ke Denpasar ya sama saja. Kalau yang pasti aman lewat Surabaya, tapi dari Sydney pun tidak ada penerbangan ke Surabaya, harus ke Melbourne dulu. Sydney ke Melbourne. Melbourne ke Surabaya, baru Surabaya ke Banyuwangi. Wow... terbayang berapa banyak selisih biayanya. Benar-benar pusing pagi ini, aku dan suami cukup lama berdiskusi sampai tidak memikirkan mau pergi ke mana hari ini.
Lalu tiba-tiba aku teringat, kami punya teman senasib, keluarga Ko Singgih. Lalu kami mengontak Ko Singgih, sembari bertanya hari ini akan ke mana. Kalau bisa searah, kami ingin sharing dan berdiskusi. Ternyata hari ini Ko Singgih dan keluarganya juga akan ke kota, jadi tadi kami janjian berangkat bareng.
Sekitar jam 11 kami bertemu di lobby, lalu berjalan kaki sama-sama ke stasiun Wolli Creek, dari situ kami beli tiket untuk ke stasiun di Town Hall. Karena mereka sepertinya sudah cukup sering berlibur di Australia, anak-anak Ko Singgih sudah paham tata cara di sana. Sewaktu akan membeli tiket kereta, mereka yang membelikan di mesin tiket. Sebetulnya cara nakal nih, tapi kami semua dibelikan tiket return dengan harga pensiunan, jadi murah banget, hanya AU$ 4.5 PP hahahaha.... tapi jangan ditiru ya cara ini, kalau ada petugas yang memeriksa atau ketahuan pastinya kena denda deh...
Kami naik kereta bersama. Ternyata Ko Singgih memiliki usaha travel agent, sungguh kebetulan sekali. Beliau menawarkan kalau butuh pesan tiket pesawat, booking hotel dan lain-lain bisa kontak beliau. Wah malah jadi nambah koneksi nih hehehehe....
Sesampai di Town Hall, kami berpisah karena mereka mau makan dulu, sejak pagi belum makan. Kami langsung berjalan kaki menuju Darling Harbour, katanya di sana indah. Kami berjalan santai dan sedikit memutar karena jaraknya hanya sekitar 1 km saja dari stasiun tadi.
Sekitar jam 12 siang, sesampai di Darling Harbour, jujur nih... aku agak kecewa, karena tidak seindah yang aku bayangkan sebelumnya. Kami yang biasa tinggal di kota kecil dan masih cukup banyak tempat pariwisata alam yang cantik di kota kami, melihat Darling Harbour rasanya kurang menarik hehehehe.... masih sedikit lebih bagus di daerah Quay kemarin. Namun demikian suasana juga cukup ramai di tempat tersebut, riuh rendah, banyak orang lalu lalang, dan makin siang bahkan makin ramai.
Kami sempat membeli fish n' chips lagi, karena yang paling terjangkau dan bisa kenyang untuk bertiga ya menu itu hehehehe.... Untuk membelinya pun harus cukup antri. Setelah itu kami juga sempat membeli minuman di Starbucks. Harganya agak sedikit lebih mahal dibandingkan di NZ, ditambah kurs dollar yang lebih tinggi pula.
Cukup lama kami berada di Darling Quarter sambil duduk-duduk, makan dan bersantai, karena tidak tahu mau ke mana lagi. Saking menganggurnya, aku bahkan sempat bertelepon ria dengan kedua orang tuaku, juga karyawan di kantor kami, karena sisa pulsa di nomer vodafone nya masih banyak sekali hehehehe...
Tidak lama setelah itu, keluarga Ko Singgih menyusul kami di Darling Harbour, lalu beliau mengajak kami ke Sydney's Paddy's Market. Katanya di sana segala barang murah, bahkan banyak penjualnya yang orang Indonesia. Kami berdelapan melewati Chinese Garden of Friendship, lalu lewat Harbour Street untuk menuju ke Paddy's Markets. Kami berpencar lalu berkeliling di sana. Seperti pasar tapi pasar modern, lebih banyak fashion, aksesoris, souvenir, kaos-kaos, pokoknya banyak deh.... dan memang harganya relatif murah di sana. Aku dan putriku sempat membeli coat karena dari dulu ingin punya. Bahannya lumayan menghangatkan, dan kami mendapat harga yang kami rasa pantas.
Selama di dalam Paddy's Markets, beberapa kali ada penjual yang menawarkan dagangannya dengan bahasa Indonesia, tentunya dengan pembeli dari Indonesia juga. Tapi yah begitulah, kalau diajak bicara seperti kurang senang hehehehe... mungkin karena kami terlalu ndeso, sehingga mereka malu bicara dengan kami.
Setelah selesai belanja dan melhat-lihat di sana, kami bertemu lagi dengan keluarga Ko Singgih, lalu kami berjalan bersama melewati China Town. Saat kami keluar dari Paddy's Market, hujan rintik-rintik turun. Kami diajak singgah di sebuah restoran Chinese Food di China Town ini. Lagi-lagi kami dijamu makan. Tadi aku tidak sempat memotret makanannya karena sungkan hehehehe... menunya tadi bihun goreng, siomay, dan laksa ayam. Untuk rasanya lumayanlah. Bihun goreng standar rasanya, laksa ayam lumayan enak, dan untuk siomaynya juga enak karena terasa sekali daging dan udangnya. Untuk harga juga tidak terlalu mahal, tidak semahal apabila kita makan di restoran ala western.
Selesai kami berdelapan makan bersama, kami berjalan kaki menuju ke stasiun Town Hall. Hujan rintik masih menemani kami, tapi karena banyak pertokoan di sekeliling kami, jadi tidak sampai kebasahan. Kami sampai di stasiun sekitar jam 18, lalu segera masuk ke platform 4. Kereta datang hanya 1 menit setelah kami menunggu. Kami berhenti di stasiun Wolli Creek seperti kemarin, lalu kami berjalan kaki sambil mengobrol menuju ke hotel. Kami bersyukur sekali karena ramalan cuaca hari ini harusnya hujan, tapi lebih banyak mendung atau hujan rintik-rintik saja, jadi kami tidak sampai basah kuyup dan kedinginan.
Sekitar jam 18.45 kami semua sudah sampai di hotel, lalu ke kamar kami masing-masing. Sekitar jam 19.15, kami bertiga dan Ko Singgih bertemu di lobby, malam ini kami akan ke bandara untuk menanyakan kepastian penerbangan pulang esok hari.
Kami bertiga ditemani Ko Singgih berjalan kaki ke bandara, lumayan juga jaraknya sekitar 1 km lebih berjalan kaki, dan jalannya cukup gelap pula. Sesampai di Jetstar service desk, kami masih harus berdiri menunggu. Hanya 1 orang yang sedang dilayani, tapi lama sekali, lebih dari 1/2 jam kami berdiri menunggu di belakangnya.
Setelah tiba giliran kami dilayani, OMG ternyata penerbangan untuk besok pun sepertinya dibatalkan, dan kami harus menunggu sampai tanggal 15 Juli untuk penerbangan berikutnya. Kami sudah tidak mau lagi berlama-lama di sini. Ada beberapa opsi dari Jetstar, refund berupa voucher perjalanan, menunggu sampai tanggal 15, atau mengubah destinasi penerbangan kami. Tadinya kami memilih untuk mengubah destinasi penerbangan kami, ke Jakarta atau Surabaya. Ternyata selisih biayanya cukup banyak, lebih dari 9 juta rupiah jika ke Jakarta, dan lebih dari 15 juta rupiah jika ke Surabaya. Lamaaaa sekali, aku dan suamiku mengkalkulasi, berpikir dalam keadaan tertekan. Setelah ko Singgih melihat-lihat harga penerbangan dari maskapai lain, akhirnya kami setuju untuk refund. Saat itu sudah hampir jam 21 malam dan service desk akan tutup dalam waktu 10 menit.
Ko Singgih lalu berusaha untuk booking tiket dari maskapai lain. Yang tersedia untuk besok hanya Air Asia, dengan rute Sydney ke Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur ke Jakarta. Ada juga Jestar sama seperti yang disampaikan oleh petugasnya tadi, tapi berangkat jam 6 pagi. Sedangkan yang Air Asia berangkat jam 10.55 pagi. Akhirnya jadilah kami memesan tiket Air Asia untuk kami semua berdelapan. Selesai booking sudah sekitar jam 22.30 malam. Kami di bandara terus selama itu. Sungguh sangat melelahkan dan membuat kami tertekan.
Kami juga sempat bertemu dengan pasangan suami istri yang berdomisili di Bali dan mereka pun satu penerbangan dengan kami waktu ditunda kemarin. Kemungkinan kami akan jadi satu penerbangan juga dengan mereka berdua. Kami masih lebih beruntung karena masih bisa tidur di hotel malam ini. Mereka berdua sudah merefund tiket sejak pagi, oleh karenanya malam ini mereka tidak mendapatkan akomodasi dari Jetstar, sehingga mereka berdua terpaksa tidur di bandara.
Setelah kami yakin sudah mendapatkan tiket sampai ke Jakarta, kami berempat berjalan kaki lagi kembali ke hotel. Kali ini karena sudah malam, dan banyak pintu akses yang ditutup. Beberapa kali kami harus memutar jalan. Kaki ini rasanya sudah lelah dan pegal semua, tapi apa boleh buat, kami harus menjalani semua ini.
Setiba di hotel, kami berpisah dengan Ko Singgih. Aku segera mengepak ulang barang bawaan kami, karena jatah bagasinya kali ini hanya 20 kg. Yang sebelumnya di Jetstar kami membeli bagasi untuk 30 kg.
Sementara itu suami dan putri tercinta memesan makanan dari hotel, karena belum makan sejak sore tadi. Aku masih melanjutkan packing sampai lupa belum mandi saking stressnya. Setelah itu aku mandi dulu, lalu masih melanjutkan packing. Selesai packing baru ada kesempatan bagiku untuk menulis. Sepertinya aku ketiduran saat menulis sekitar jam 1.30 pagi. Sempat terbangun, lalu tidur lagi. Sungguh sangat lelah rasanya.
Sabtu, 11 Juli 2015
Pagi hari, aku bangun jam 5.30 pagi, dan memastikan semua barang sudah pada tempatnya. Suamiku bangun jam 6 pagi. Kami sempat turun ke lobby dan diajak berbincang dengan seorang pria dari Canberra. Beliau di Sydney untuk bekerja dan tinggal di hotel ini. Cukup menyenangkan berbincang dengannya ^_^
Jam 6.45 pagi, suami dan putri mengambil jatah sarapan terakhir mereka. Setelah itu kami mandi, bersiap-siap, dan jam 8.15 kami harus sudah berada di lobby. Shuttle dari hotel akan menunggu kami saat kami check out, dan kami semua akan segera diantar ke Sydney International Airport. Sempat ada sedikit masalah ketika check-out, yakni keluar tagihan makanan malam pertama. Setelah dijelaskan situasinya dan bahwa kami tidak menerima makanan tersebut, akhirnya tagihan dibatalkan.
Kami akan pulang hari ini, mudah-mudahan tidak ada kendala selama di perjalanan.
Kami bertiga masih harus menempuh perjalanan dari Sydney ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur ke Jakarta. Sampai di Jakarta menjelang tengah malam. Lalu jam 4 pagi kami terbang lagi dari Jakarta ke Surabaya. Setelah itu masih belum pasti akan pulang ke Banyuwangi naik apa. Arus mudik di Indonesia sepertinya sudah mulai ramai, semua transportasi sudah dua kali lipat harganya.
Terima kasih untuk berkenan membaca sejauh ini.... ^_^
To be continued.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment