DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Tuesday, June 6, 2017

NEW ZEALAND TRIP 2015 (10) - QUEENSTOWN - TE ANAU



THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER

(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)



Day 6: Selasa, 30 Juni 2015


Tepat tengah malam saat pergantian hari ke tanggal 30, suami dan putriku berbarengan mengucapkan selamat kepada aku. Ya, hari itu aku berulang tahun. Sebetulnya masih kurang 5 jam untuk WIB, tapi karena kami sedang berada di New Zealand, maka waktunya pun disesuaikan hehehehe…. Pergantian umur kali ini hanya dirayakan dengan wine toast bersama suami dan putriku. Orang tua, teman-teman dan kolega pun mengucapkan selamat lewat media sosial.
Hmmmm senang sekali mendapat ucapan dan perhatian dari orang-orang yang paling kita sayangi di dunia ini. Dan keberadaan kami sekeluarga di negeri yang sangat indah ini, betul-betul merupakan hadiah terindah yang aku terima seumur hidupku. Tak hentinya aku bersyukur kepada Tuhan atas semua anugerah yang kuterima di hari ulang tahunku ini.

Suamiku baru tidur sekitar pukul 1 malam, sedangkan aku dan putriku tidur satu jam setelahnya. Pagi harinya aku terbangun pukul 7.45 pagi, dan segera menyiapkan sarapan berupa (lagi-lagi) roti isi selai cokelat dan keju, serta kopi panas. Walaupun sudah beberapa hari ini suami dan putriku makan sarapan yang sama, namun mereka tidak bosan juga, karena keju produksi New Zealand ini rasanya enak sekali, gurih, creamy, dan tidak terlalu asin seperti keju yang kebanyakan beredar di Indonesia. Selai cokelatnya pun demikian, tidak terlalu manis, dan rasa cokelatnya enak. Produk dairy dan cokelat memang merupakan produk unggulan di New Zealand ini.

Sampai pukul 8 pagi, suasana di luar masih remang-remang. Setelah suami dan putriku bangun, kami segera mandi pagi dan bersiap-siap. Hari ini kami akan ke kota Te Anau, yang jaraknya sekitar 179 km dari Queenstown. Pukul 10 pagi, kami check-out dari Queenstown Lakeview Holiday Park. Dengan bantuan Google Map, aku memandu suami mengemudi ke arah Fergburger. Ya, rugi sekali kalau sudah sampai di Queenstown dan tidak mencicipi burger yang dikatakan paling enak di dunia ini. Sampai melewati Fergburger, kami tidak menemukan tempat parkir untuk campervan. Akhirnya kami mendapatkan tempat parkir nun jauh dari Fergburger, yakni di jalan raya Lake Esplanade, di tepian Lake Wakatipu. Jalan ini adalah jalan utama jika kita akan ke kota Glenorchy.


Kami berjalan lebih dari 1 km untuk sampai ke Fergburger. Kami berjalan cukup tergesa-gesa, karena dari pengalaman hari sebelumnya, makin siang anttriannya makin panjang. Sesampainya di sana, antrian baru tiga orang saja. Kami masuk ke dalam antrian, dan tak lama setelah kami datang, mendadak banyak pengunjung yang datang, dan antrian langsung menjadi panjang dalam seekejap. Wah beruntung sekali kami datang beberapa menit lebih cepat. Tiba giliran kami dilayani, dan aku memesan dua buah Fergburger seharga masing-masing NZ$ 11, dan satu Double Fergburger with Brie Cheese untukku seharga NZ$ 15.5. Setelah membayar dengan credit card, kami diberi nomor antrian yang tertera pada struk pembayaran. Kami diminta menunggu 10 hingga 15 menit.

Kebetulan ada beberapa kursi yang kosong saat itu, jadi kami bertiga duduk sambil menunggu. Tidak lama setelah kami duduk, ada seorang waitressnya yang bertanya kepada kami, nomor berapa antrian kami? Lalu aku menunjukkan struk pembayarannya, dan sang waitress menawarkan untuk mengambilkan pesanan kami jika sudah siap. Aku sendiri sempat berjalan-jalan sebentar ke luar, dan aku lihat antrian pengunjung di situ sudah cukup mengular. Sementara itu, ada waitress yang sedang menganggur, dia berjoget mengikuti irama musik yang mengalun di tempat itu sambil tersenyum ramah kepada para pengunjung.


Tidak sampai 15 menit dari waktu membayar, pesanan kami sudah jadi, dan sang waitress tadi yang mengambilkan dan menyerahkannya kepada kami dengan sangat ramah. Lalu aku ajak dia berfoto, sekaligus meminta bantuannya untuk mengambil foto kami bertiga. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan di tempat ini, dan apabila kembali ke Queenstown suatu saat nanti, aku tidak akan melewatkan untuk mampir kembali ke tempat ini.


Jujur aku sangat terkesan dengan pelayanan di Fergburger ini. Tadinya aku pikir Fergburger adalah semacam restoran burger yang besar dan tampak wah, namun ternyata hanya sebuah kedai kecil biasa. Dan anggapanku tadinya, sebuah tempat makan yang sangat ternama di seluruh dunia, tentunya merasa tidak butuh pembeli, tapi ternyata tidak. Pelayanan di tempat ini sungguh sangat-sangat baik, semua waitressnya sangat ramah, sangat helpful, bahkan mau menghibur mereka yang sedang menunggu giliran dilayani selagi antri. Aku rasa hal semacam ini tidak akan dijumpai di Indonesia. Aku tidak bilang semua, namun pada umumnya, suatu tempat, apalagi tempat makan di Indonesia, jika sudah terkenal (apalagi terkenal di seluruh dunia ya), cenderung merasa tidak butuh pembeli. Mereka merasa pembelilah yang membutuhkan mereka. Harga jual dinaikkan setinggi-tingginya, dan pada umumnya, pelayanannya akan menjadi berkurang kualitasnya, entah waktu menunggu yang sangat lama, atau yang paling sering, para pelayannya tidak ramah terhadap pembeli. Beberapa orang yang kukenal sering menceritakan hal-hal tidak mengenakkan seperti ini mengenai beberapa toko makanan atau tempat makan yang terkenal di beberapa tempat. Sayang sekali hal ini sampai terjadi. Aku sendiri termasuk orang yang mementingkan pelayanan, jadi kalaupun makanan yang dijual enak namun pelayanannya kurang baik, biasanya aku tidak akan pernah mau kembali ke tempat yang sama untuk kedua kalinya.

Selesai di Fergburger, kami berjalan kaki kembali menuju campervan. Burger yang kami beli tidak langsung dimakan karena kami masih belum lapar. Saat berjalan kaki sejauh lebih dari 1 km ini, ternyata pemandangan yang kami jumpai sungguh sangat indah. Waktu berangkat tadi, kami berjalan di sisi seberang danau, dan kami juga terburu-buru, karenanya hanya tampak sekilas saja pemandangan Lake Wakatipu. Namun saat berjalan di sisi danau, baru kami menyadari betapa indahnya pemandangan di sisi kiri kami ini. Cuaca cerah saat itu, dan matahari bersinar cerah. Suhunya sekitar 10o Celcius, sehingga kami tidak merasa kedinginan. Banyak foto yang kami ambil sepanjang tepian danau menuju campervan. Ada jalan setapak persis di pinggir danau, dan di beberapa tempat ada bangku-bangku taman tempat beristirahat. Kami juga menemukan sebuah tempat yang ada ayunannya, dan sempat bermain sebentar di sana. Mengasyikkan sekali tempat ini.


Sampai di campervan, kami masih memotret dulu burger yang kami beli hehehehe… tidak boleh terlewatkan memotret makanan yang fenomenal ini. Dan setelah itu, sekitar pukul 11.30 siang kami melanjutkan perjalanan. Menggunakan GPS yang ada, kami mencari jalan untuk berputar balik, karena Te Anau berada di arah sebaliknya. Saat itu GPS memberi instruksi untuk berbelok ke kiri masuk ke Brunwick Street, dan begitu campervan berbelok tajam kiri, ternyata jalannya agak kecil, dengan tanjakan yang curam. Suami yang tidak siap, jadi agak gelagapan dengan situasi ini, karena sudah salah mengambil haluan. Sesaat, campervan kami serasa berhenti, tidak bisa menanjak lebih jauh. Dalam hati, aku sebetulnya sudah sangat ketakutan, karena kuatir campervan tidak kuat, mundur, lalu menabrak orang atau kendaraan di pertigaan sebelum berbelok tadi. Lalu suamiku tetap menginjak pedal gas, dan perlahan-lahan campervan kami melaju lagi dengan normal di tanjakan curam tersebut. Wah, lega sekali rasanya…. harus diakui mesin campervan kami memang prima kondisinya. Setelah itu kami sempat berputar balik karena menurut GPS, kami masih harus melewati jalan yang menanjak dengan putaran 180 derajat pula, menuju Thompson Street. Karenanya aku sempat memandu dengan Google Map sejenak, sampai kami mencapai Stanley Street, yang menuju ke arah luar kota.

Kami melewati lagi Frankton, namun berbelok ke arah Kingston Road yang tidak kami lewati hari sebelumnya. Saat sudah keluar dari wilayah kota Queenstown, hampir sepanjang Kingston Road ini pemandangannya sungguh menakjubkan. Jalan yang kami lewati agak berliku-liku, dan terkadang sedikit menurun atau menanjak, tapi menyenangkan sekali. Di depan, belakang dan sisi kiri kami menjulang pegunungan yang indah, dan di sisi kanan kami, Lake Wakatipu menyertai sampai berpuluh kilometer jauhnya, dengan penunungan berpuncak salju di baliknya. Air danau terlihat sangat biru. Serasa melihat kalender sepanjang jalan. Tidak bosan memandang semua yang tersuguhkan di depan mata kami. Kami pun sempat berhenti sekali untuk berfoto dengan latar belakang danau dan pegunungan yang katanya adalah salah satu lokasi syuting film trilogi The Lord of The Rings.


Lake Wakatipu berakhir di wilayah Kingston. Setelah itu, pemandangan di kanan kiri kami adalah pegunungan yang hijau, coklat, dan terkadang ada sedikit salju di puncaknya. Banyak juga kawanan biri-biri maupun sapi yang kami lihat sepanjang perjalanan. Sapi-sapi d New Zealand ini biasanya berwarna hitam, dan kadang-kadang ada yang berwarna coklat tua. Untuk biri-biri, biasanya dari kejauhan akan tampak seperti batu-batu kecil putih yang banyak sekali. Setelah kita mendekat baru tampak bahwa itu adalah kawanan biri-biri yang sedang merumput. Lucu sekali melihat kawanan ternak ini.


Sekitar pukul 12.45 siang, kami berhenti di sebuah free camping ground di Garston. Hanya sebuh lapangan kecil di tepi kiri jalan. Di sekitar kami hanya ada toko madu Hunny Store, dan di seberang jalan tampak Garston Hotel. Hanya tampak beberapa rumah saja di wilayah ini, dan jalannya pun tampak sepi sekali. Hanya sesekali saja ada kendaraan yang lewat. Di tempat inilah, sambil duduk di sebuah batu besar, kami menikmati makan siang, apalagi kalau bukan burger yang kami beli di Fergburger. Burger ini sekaligus menjadi kue ulang tahunku hari itu hehehehe…

Aku bukan tipe orang yang sering makan burger walaupun suka, tapi harus diakui, memang ini adalah burger paling enak yang pernah kumakan seumur hidup aku. Betul-betul luar biasa. Dari gigitan pertama, terasa dagingnya begitu lembut dan juicy. Cincangan dagingnya besar-besar. Rotinya gurih dan lembut. Aromanya pun luar biasa. Tiap gigitannya betul-betul membuat ingin lagi dan lagi. Suamiku sebetulnya tidak suka makan burger, namun ternyata dia makan juga, bahkan bisa mengatakan enak. Putriku di awal mengatakan tidak suka tomat mentah yang ada di dalamnya, tapi justru hanya dia yang mampu menghabiskan sekaligus satu buah burger sendiri. Hmmm…. lapar atau doyan tuh ya?? Hahahaha….. Sedangkan aku dan suami hanya sanggup makan separuh lebih karena sudah kekenyangan. Sisanya kami simpan untuk makan berikutnya. Dibandingkan dengan harganya, sangat sepadan sekali dengan rasanya, apalagi porsinya ternyata besar sekali. Benar-benar membuat ketagihan deh.

Setelah makan siang dan meluruskan punggung, kami kembali melanjutkan perjalanan. Tidak berapa lama setelah melewati Mataura River, kami melewati wilayah Athol. Di sini juga ada sebuah free camping ground yang kami lewati. Kotanya tampak lebih ramai dibandingkan dengan Garston, lebih banyak rumah penduduk yang terlihat di sini.


Sesampai di ujung Athol-Five Rivers Road, kami tiba di sebuah pertigaan (sebetulnya perempatan, tapi yang ke kiri bukan merupakan jalan besar), dan kami berbelok ke kanan menuju Mossburn-Five Rivers Road (Highway 97). Memasuki jalan ini, sepertinya angin bertiup semakin kencang, atau mungkin karena kanan kirinya berupa padang rumput dengan perbukitan di kejauhan, sehingga angin terasa lebih kencang. Aku merasakan campervan kami agak bergoyang-goyang, sebetulnya agak takut juga, tapi aku diam saja. Namun lama-kelamaan guncangan pada campervan terasa semakin keras, sampai aku agak panik karena takut jika campervan kami sampai terguling. Aku bertanya kepada suami, apakah dia juga merasakan guncangan? Ternyata iya, karenanya aku minta agar kecepatan dikurangi. Yang tadinya sekitar 90 km/jam, menjadi 70-80 km/jam. Namun sesekali guncangan masih terasa sangat keras, campervan serasa bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri tertiup angin. Lalu aku mengambil keputusan untuk membuka jendela-jendela yang ada di kanan kiri, baik yang di depan maupun di tempat penumpang. Wow, anginnya dingin sekali ternyata. Tetapi setelah jendela-jendela dibuka, efek guncangan agak berkurang, karenanya tetap aku biarkan terbuka. Akibatnya suhu di dalam campervan jadi sangat dingin dan berangin. Saat itu suhunya sekitar 8o Celcius. Putriku sampai kedinginan dan memilih berbaring di kasurnya sambil bergulung-gulung di dalam selimutnya, yang pada akhirnya malah jadi ketiduran hehehehe…. Kami melewati jalanan sepanjang lebih dari 20 kilometer ini dengan perasaan berdebar-debar akibat kencangnya angin dingin yang menerpa.


Kami memasuki kota Mossburn sekitar pukul 13.50 siang. Kami berbelok ke kanan di pertigaan, memasuki Te Anau – Mossburn Highway (Highway 94). Saat melewati daerah perkotaan ini, lega rasanya karena campervan tidak terasa bergoyang-goyang. Tampak rumah-rumah penduduk, beberapa toko, dan pepohonan di kanan kiri jalan. Kotanya sepi dan tenang. Hanya tampak satu dua kendaraan yang berpapasan dengan kami. Keluar dari Mossburn, masih sekitar 58 kilometer menuju Te Anau. Begitu pemandangan berganti menjadi padang rumput lagi di kanan kiri kami, kencangnya angin mulai terasa lagi. Karenanya kami masih tidak berani terlalu memacu kecepatan agar campervan tetap stabil.


Padang rumput dan perbukitan yang kami lewati sangat indah. Kadang hijau menyegarkan, kadang tampak kekuningan atau kecoklatan. Cuaca cerah dan matahari bersinar ceria. Awan yang bergumpal-gumpal pun tampak luar biasa indah menyertai perjalanan kami. Banyak sekali kami lewati kumpulan biri-biri sepanjang jalan menuju Te Anau ini, dan sepanjang jalan cenderung sangat sepi, jalan yang kami lewati serasa milik pribadi saja hehehehe…


Setelah kami melintasi daerah yang namanya The Key, 26 kilometer sebelum Te Anau, barulah angin berangsur-angsur mereda. Lebih banyak pepohonan di kanan atau kiri kami, dilatarbelakangi padang rumput dan perbukitan yang sangat luas. Kami juga sempat melintasi Mararoa River.

Kami memasuki kota Te Anau sekitar pukul 14.50 siang. Kami langsung menuju town centre, karena kondisi bahan bakar campervan sudah menipis. Sepanjang dari pinggiran sampai memasuki pusat kotanya, Te Anau ini tampak luar biasa rapi, bersih, dan teratur sekali. Sungguh sedap dipandang mata. Sejauh yang aku ingat, kotanya mirip dengan Twizel, hanya sedikit lebih ramai dan tanpa diselimuti salju. Rerumputan tampak terpotong dengan rapi, pepohonan sangat tertata letaknya. Semuanya tampak bagaikan taman-taman yang indah dan sangat luas.

Kami langsung mengisi solar di Mobil Te Anau yang berlokasi di Town Centre. Sembari suami menunggu solar diisikan oleh petugas, aku dan putriku masuk ke dalam mini marketnya untuk melihat-lihat dulu. Biasanya kalau dari luar ruangan lalu masuk ke dalam ruangan seperti ini, terasa hangat sekali, karena pada umumnya digunakan heater. Kami memilih beberapa batang cokelat Whittaker’s yang imut-imut karena ukurannya yang kecil. Setelah membayar di kasir dengan credit card, kami kembali ke campervan. Wah begitu keluar, rasanya dingin lagi deh hehehehe…

Sembari menuju ke holiday park, kami sedikit berputar-putar di dalam kotanya yang kecil. Di Te Anau ini ada supermarket FreshChoice, selain itu banyak pula gift shop, kedai, café, resto, pizzeria, bar & grill, mini market, dan penginapan mulai dari kelas backpacker lodge, B&B, motel, holiday park, sampai hotel dan boutique villa yang tampak mewah dari luar. Kami pun menjumpai dua buah pombensin lengkap dengan bengkel kerjanya, bank, dan pusat kesehatan. Jadi walaupun hanya kota yang kecil, fasilitas di Te Anau ini cukup lengkap.

Sebenarnya Te Anau sendiri merupakan kota gerbang menuju Fiordland, karena merupakan kota terdekat menuju Milford Sound. Fiordland adalah tempat berpusatnya The Milford Track, Kepler Track, dan Routeburn Track. Dengan adanya tiga rute trekking dari sembilan Great Walks, Te Anau dinobatkan sebagai “The Walking Capital of The World”.

Akhirnya kami tiba di Te Anau Lakeview Kiwi Holiday Park & Motels yang berlokasi di Manapouri – Te Anau Highway (Highway 95). Lokasi jalan raya ini memang berada di sisi Lake Te Anau. Kami ke bagian resepsionis dan check-in. Tarifnya per malam adalah NZ$ 14 per orang, dan untuk listrik biayanya NZ$ 5. Jadi total NZ$ 47 untuk kami bertiga. Setelah membayar dan proses check-in selesai, kami menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Lokasi holiday park ini luas sekali, banyak pepohonan, tampak sungguh asri dan nyaman. Fasilitas yang diberikan kurang lebih sama dengan holiday park tempat kami menginap sebelum-sebelumnya, yakni dapur umum dan kamar mandi umum. Selain itu kami dapat bonus free wifi masing-masing orang selama 1 jam.

Setelah memarkirkan campervan dan menancapkan kabel ke colokan listrik yang disediakan, kami berkeliling sebentar mengecek dapur dan kamar mandi umumnya. Wow, baik kamar mandi maupun dapur umumnya bersih sekali. Cukup modern juga. Seperti sebelumnya, di dalam dapur umum tersedia microwave, lemari es, freezer, toaster, ditambah kali ini ada rak pengering piring dan talenan di tiap wastafel yang disediakan. Seluruh dinding ruang makannya dari kaca, sehingga bisa melihat langsung pemandangan di luar sembari menikmati makanan. Selain itu disediakan juga TV dan sofa bagi yang hendak bersantai di ruangan ini. Menyenangkan sekali deh…

Dari tiga holiday park yang sudah kami kunjungi, sepertinya holiday park ini yang menjadi favoritku. Selain paling murah (hahahaha…), tempatnya sangat luas dan asri, tampak sangat bersih, tenang, dan lokasinya yang menyenangkan sekali, tinggal menyeberang jalan, langsung sampai di tepian Lake Te Anau. Selain itu, di samping tiap tempat parkir campervan, ada meja dan bangku yang bisa kita pakai untuk duduk-duduk, bersantai, makan, atau apa saja di luar campervan. Andainya udara tidak dingin sekali, kami pasti akan sering-sering duduk di sana hehehehe…

Selesai melihat-lihat suasana sekitar di dalam holiday park, sekitar pukul 15.30 sore kami berjalan ke luar. Kami menyeberangi jalan raya yang sangat sepi, lalu ada jalan setapak yang hanya beberapa meter saja, dan sampailah kami di tepian Lake Te Anau. Saat itu matahari masih bersinar terik. Di sepanjang tepian danau, banyak berjejer pohon-pohon yang tinggi sekali dan daunnya kuning kecoklatan. Aku tidak tahu nama pohonnya, tapi tampak indah sekali, berpadu dengan pohon-pohon lain yang hijau maupun kemerahan warnanya. Oh so amazing!

Sekilas apabila dibandingkan dengan Lake Wanaka, mungkin Lake Wanaka akan tampak lebih fantastis keindahannya daripada Lake Te Anau, namun Lake Te Anau ini memiliki keunikannya tersendiri. Suasananya pun terasa lebih tenang dan damai di sini. Sungguh menyenangkan sekali berada di tengah-tengah alam yang sangat menentramkan jiwa ini.

Lake Te Anau merupakan danau terbesar di South Island, dan danau kedua terbesar di New Zealand setelah Lake Taupo di North Isaland, dengan kedalaman maksimal Lake Te Anau 417 meter. Wow… menyeramkan juga ya hehehehe…

Di Te Anau sendiri sebenarnya cukup banyak atraksi bagi para pengunjung atau turis, di antaranya terbang dengan helikopter (bisa sampai ke Milford Sound juga), lake cruise (Lake Manapouri atau Lake Te Anau), jet boating, tour naik kapal menuju Milford Sound atau Doubtful Sound, Glow Worm Caves (gua berusia 15.000 tahun yang diterangi oleh sejenis serangga yang berkilauan), kayaking, fishing, bahkan golf, dan masih masih banyak lagi aktivitas outdoor yang menarik lainnya.

Saat itu putriku berjalan mendekat ke arah danau, dan di tepiannya tampak beberapa ekor itik liar sedang berenang. Saat putriku mendekati itik-itik liar tersebut, mereka justru mendarat dan mengikuti putriku berjalan ke arah kami. Sungguh lucu sekali. Hewan-hewan ini biarpun liar, namun mereka tidak takut terhadap manusia. Hal ini membuktikan bahwa selama ini keberadaan mereka tidak pernah diganggu oleh manusia. Sungguh menyenangkan sekali, itik-itik tersebut terus mengikuti sementara kami berjalan. Sayang sekali saat itu kami tidak membawa roti, karena tidak tahu akan ada itik-itik liar di tepi danau.

Selama hampir satu jam lamanya, kami berada di tepian danau sembari berjalan-jalan, melihat situasi di sekitar, dan tentunya berfoto. Tak ketinggalan, itik-itik liar yang mengikuti kami tersebut ikut jadi bintang jepretan kamera dan HP kami hehehehe…

Setelah itu, kami melanjutkan berjalan lewat trotoar menuju ke pusat kota. Saat itu pun suasana cenderung agak sepi, tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang, demikian juga pejalan kaki, hanya tampak satu dua orang yang sedang menyusuri trotoar. Penduduk di Te Anau hanya sekitar 2.000 jiwa saja, dan sumber mata pencaharian penduduknya selain bertani adalah dari bidang pariwisata. Memang terkadang orang kurang memandang Te Anau karena kotanya yang relatif kecil dan sepi, namun sungguh, bagiku kota ini sangat indah dan menyenangkan.

Setelah berkeliling di pusat kotanya yang kecil, tadinya kami ingin bersantai di sebuah kedai sambil membeli gelato. Namun saat kami masuk ke kedai tersebut, sepertinya tidak ada penjaganya, dan yang tampak di bagian menu hanya menu makanan Italia, karenanya kami keluar lagi. Lalu kami menuju supermarket FreshChoice  yang ada di dekatnya. Walaupun tampak sepi, namun di dalam supermarket ternyata tidak terlalu sepi, masih cukup banyak pengunjung yang sedang berbelanja di sana. Kami pun berbelanja melengkapi persediaan bahan makanan kami. Susu, keju, daging dan hati domba, salmon fillet, taoge, yoghurt kesukaan putriku, teh, kopi, minuman cokelat, dan keripik kentang, semuanya berjumlah NZ$ 53.11.

Selesai berbelanja, kami berjalan kembali ke holiday park. Setelah banyak berjalan kaki sebelumnya, ternyata cukup melelahkan juga berjalan kembali menuju holiday park, apalagi dengan membawa belanjaan yang cukup banyak dan agak berat. Selain itu, udara semakin bertambah dingin. Langit sudah mulai memerah, dan angin bertiup cukup kencang, bahkan sesekali gerimis menerpa wajah kami. Namun kami menikmati perjalanan pulang kembali walaupun lelah. Kami sempat berhenti satu kali untuk beristirahat di tepian Lake Te Anau dan duduk di bangku yang ada di sana.

Sampai di campervan saat itu sudah pukul 18 petang, dan hari sudah mulai gelap. Kami mengistirahatkan kaki kami yang pegal-pegal dan bersantai sejenak. Kalau dihitung-hitung, hari itu kami berjalan kaki sejauh 7 kilometer atau lebih, sedangkan waktu di Queenstown kemarinnya, sepertinya lebih dari 8 kilometer deh hehehehe….

Sembari beristirahat, aku dan suami makan sisa burger yang tidak kuat dihabiskan siang harinya. Aku panaskan lagi dengan microwave supaya tetap nikmat. Lalu sekitar pukul 19 malam, kami ke dapur umum untuk masak makan malam bagi putriku. Malam itu aku masakkan nasi goreng sosis untuk putriku. Selesai masak, aku dan suami membereskan perabotan lalu menunggui sang putri makan malam. Katanya enak sekali nasi gorengnya.

Setelah itu kami bertiga kembali ke campervan, lalu menyiapkan peralatan mandi kami. Kami mandi di kamar mandi umum. Selain tempatnya bersih, ternyata air yang mengalir keluar dari showernya deras sekali, duh nyaman sekali rasanya mengguyur tubuh yang kedinginan ini dengan air panas yang mengalir deras.

Saat mandi di malam hari inilah biasanya baru terasa betapa lelahnya tubuh ini. Saat tersiram air panas, banyak kulit yang terasa perih karena kering dan lecet, terutama bibir yang sudah pecah-pecah tidak karuan. Bibirku sudah mulai pecah-pecah sejak hari pertama kami berada di Christchurch. Ditambah lagi, mulai hari kedua timbul sariawan. Hidung pun karena sering diterpa angin kencang yang luar biasa dingin,  menjadi kering dan lecet-lecet. Belum lagi kalau habis berjalan kaki cukup jauh, pegal-pegal betis dan telapak kaki ini. Hampir setiap terbangun di pagi hari, badan terasa remuk redam dan sakit semua, belum lagi ditambah dinginnya udara. Bangun tidur di pagi hari tidak terasa segar seperti biasanya kalau bangun pagi di rumah sendiri, akibat lelah dan perbedaan cuaca yang drastis. Apalagi kalau malamnya susah tertidur, atau sudah tidur tapi sering terbangun akibat dinginnya udara. Namun walaupun dengan semua rasa perih, pedih, dan sakit yang aku rasakan, aku sangat bersyukur. Aku merasa sangat bahagia bisa berpetualang di tempat asing namun luar biasa indahnya ini bersama dua orang yang paling aku cintai di dunia ini. Oh Tuhan sungguh baik pada kami….
Dan biasanya, bila pagi sudah menyingsing, dan kami sudah siap untuk memulai petualangan baru kami hari itu, semua rasa sakit dan lelah yang sebelumnya, tidak akan terasa sama sekali, tergantikan oleh semangat yang menggebu-gebu, perasaan yang bahagia, senang, dan bergairah. Life is soooo beautiful!

Selesai mandi, badan terasa hangat dan lebih segar. Kami bertiga berisitirahat di dalam campervan dan bersantai. Nyaman sekali rasanya. Setelah beberapa hari aku berada di New Zealand, sepertinya tubuhku mulai agak terbiasa dengan perbedaan suhu dan waktu dengan di rumah. Selain perjalanan antarkota atau berjalan di udara terbuka, aku maupun putri dan suami sudah jarang memakai pakaian sampai berlapis-lapis. Malam itu suhunya 2o Celcius, angin bertiup agak kencang, dan sedikit gerimis. Dingin juga sebetulnya, namun kami merasa nyaman dengan pakaian biasa seperti di rumah hehehehe…

Sekitar pukul 21.30 malam, suamiku mengatakan kalau dia lapar. Malam itu suami dan putriku membuatkan mie instan karena aku yang berulang tahun hehehehe… lalu kami makan bersama di dalam campervan, menutup hari dengan semangkuk mie instan goreng dan sebotol liquor. Hmmm betapa aku bersyukur, di hari ulang tahun ini, aku diberi hadiah terbaik oleh Tuhan dan keluarga kecilku ini. This is my best birthday gift, ever!!!

Malam itu kami tidur lebih awal dibandingkan biasanya, sekitar jam 23 malam. Hari itu memang terasa sangat melelahkan bagi kami bertiga, lebih melelahkan dibanding hari-hari sebelumnya. Mungkin karena selama tiga hari terakhir, kami banyak berkeliling dengan berjalan kaki. Namun kami sungguh menikmatinya, karena dengan berjalan kaki, kita bisa melihat suatu tempat lebih dekat, tidak hanya dilewati begitu saja naik mobil. Karenanya, selama kaki masih kuat, biasanya kami lebih memilih berjalan kaki dalam menjelajah suatu tempat.


To be continued.......

No comments:

Post a Comment