THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER
(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)
Day 10: Sabtu, 4 Juli 2015
Aku terbangun pukul 06.30 pagi hari
dengan suhu 3o Celcius, namun sudah tidak merasa kedinginan lagi.
Segera aku siapkan sarapan klasik buat suami dan putri tercinta yang masih
tertidur pulas saat itu, mie instan. Biasanya sesaat sebelum disajikan, apabila
makanannya telah menjadi dingin, aku panaskan beberapa detik saja dengan microwave,
sehingga bisa tersaji hangat kembali. Ini berlaku untuk roti, mie instan,
maupun minuman hangat seperti kopi, susu dan cokelat.
Pukul 8 pagi tadi, suasana di luar
campervan sudah cukup terang, berbeda dengan hari sebelumnya yang masih cukup
gelap. Sepertinya hari itu akan menjadi hari yang cerah. Pagi itu pun kami
kembali memberi makan burung-burung yang ada di luar campervan. Sampai banyak
burung yang berdatangan untuk berebut remahan roti. Banyak pula yang berani
hinggap di meja di samping campervan kami.
Tidak lama kemudian, kami mandi di kamar
mandi umum, lalu bersiap-siap dan berbenah untuk menempuh perjalanan hari itu. Oya,
selama tinggal di campervan, kami malah tidak pernah mandi di dalam kamar mandi
di campervan, selalu mandi di toilet umum yang tersedia di Holiday Park, hanya
toilet saja yang sering dipakai, terutama dalam perjalanan panjang atau kalau
malas ke toilet umum jika udara sedang dingin sekali hihihihi... Karena itu
bilik toilet dan kamar mandi di dalam campervan kami selalu bersih dan kering
kerontang. Heater (pemanas ruangan) yang
berfungsi menghangatkan ruangan campervan, yang memakai energi solar dan house power, terletak di bawah kamar
mandi campervan, oleh karena itu di dalam kamar mandi ini biasanya paling
hangat. Tapi rasanya tidak mungkin ya, kalau sedang kedinginan lalu duduk dan
menghangatkan diri di dalam kamar mandi hehehehe… Bukan karena kotor, tetapi
lebih karena ruangannya yang cukup sempit. Heater
itu sendiri, menghasilkan angin panas yang keluar dari sebuah lubang berbentuk
lingkaran dengan ukuran diameter sekitar 10 cm, yang terletak di bagian bawah
dinding luar kamar mandi, dan mengarah ke dapur. Di lorong kecil dapur di depan
lubang heater inilah biasanya putriku
duduk menghangatkan badan kalau sedang kedinginan. Tidak jarang, angin panas
yang keluar dari lubang heater ini pun kami gunakan untuk mengangin-anginkan
selimut atau kaus kaki yang kami pakai supaya kering dan hangat. Biasanya putriku
yang rajin menghangatkan selimut-selimut dan kaus kaki kami di situ. Dengan
selimut dan kaus kaki yang hangat, tidur jadi lebih nyaman dan nyenyak hehehe…
Oya bagi kami yang tidak pernah naik
campervan sebelumnya, pertama berada di jalan sungguh aneh dan menegangkan,
karena ramai sekali bunyi di dalam campervan. Bunyi dari perabotan dan segala
macamnya yang gerudakan di dalam, kadang membuat kaget. Tapi lama-lama terbiasa
juga kok. Lucunya, kadang kalau melewati jalan yang tidak rata, menanjak atau
menurun agak tajam, koper yang ada rodanya bisa berjalan-jalan sendiri, atau
botol minum atau botol saus bisa jatuh dari meja dapur, bahkan di hari pertama,
piring isi telur mata sapi putriku jatuh dari mejanya hahahaha.... tapi di situlah
seninya, dan kami sangat menikmatinya hehehehe...
GPS bawaan campervan juga akurat sekali
lho, kadang aku ikut mendengarkan GPSnya, dia bisa tahu, misalnya begini:
"400 meter lagi area sekolah", "100 meter lagi perubahan
kecepatan", "area sekolah berakhir", pokoknya faktual sekali
dengan keadaan sesungguhnya deh... ^_^
Jangankan kami yang dari Indonesia,
penduduk asli NZ pun banyak yang menyewa campervan atau memiliki caravan
sendiri, untuk berlibur di South Island ini. Ada yang caravannya diikat jadi
satu dengan mobil SUV-nya. Asyik sekali ya...
Sekitar pukul 9 pagi, kami check-out
dari Dunedin Holiday Park and Motels dan kembali menyusuri Highway 1. Tujuan
kami selanjutnya adalah kota Oamaru. Jaraknya 116 kilometer dari tempat kami
berada. Namun di perjalanan kami berencana untuk berhenti juga di Moeraki
Boulders, 36 kilometer sebelum Oamaru, yakni sebuah pantai di pesisir Timur North
Otago yang terkenal karena batu-batuannya yang unik bentuknya.
Cuaca pagi itu cerah. Matahari bersinar
terik, dan suhu udara sekitar 5o Celcius. Menuju ke arah Timur Laut,
melewati pusat kota Dunedin, pertokoan dan perumahan yang padat, namun jalanan
masih tampak sepi. Di luar kota, pemandangan dipenuhi alam perbukitan yang
hijau kekuningan. Lalu makin jauh, tampak pemandangan pantai di sisi kanan kami
saat melewati Blueskin Bay, beberapa saat setelah Waitati. Lalu berganti
menjadi perbukitan lagi. Saat melewati daerah Waikouati, kami hendak mengisi
solar terlebih dahulu, namun setelah mengetahui bahwa pombensinnya
self-service, kami tidak jadi mengisi, karena takut salah hehehehe… Setelah itu
kami melewati beberapa padang rumput yang banyak biri-biri dan sapinya. Ada
suatu padang rumput, yang jenis sapinya unik sekali. Bulunya panjang dan
warnanya coklat, berbeda sekali dengan jenis-jenis sapi yang aku lihat
sebelumnya. Kami sempat berhenti di tepi jalan untuk memotret sapi-sapi yang
lucu tersebut.
Perjalanan pagi itu banyak mengarah ke
matahari, sehingga agak sulit mengambil foto dengan pencahayaan yang silau
(backlight). Sekitar pukul 10 pagi, kami memasuki Palmerston, kota kecil yang
indah. Palmerston merupakan kota penghubung antara Dunedin dan Waikouaiti di
Selatan dengan Oamaru dan Christchurch di Utara. Penduduk kota ini hanya
sekitar 890 jiwa. Di sepanjang jalan di dalam kotanya, kami melewati beberapa
café, tempat makan, penginapan, gereja, dan sebuah pombensin di tepi Ronaldsay
Street.
Saat itu jalanan pun masih sangat sepi. Dari
campervan, di kejauhan tampak papan nama besar bertuliskan “The Fisn N Chips
Shop”. Wah, kami bertiga langsung sepakat untuk mampir di tempat tersebut untuk
mengganjal perut sebelum makan siang. Rupanya ada dua buah kedai yang
bersebelahan, yakni The Fish N Chips Shop dan Coffe Cup Café. Tempat parkirnya
pun luas.
Kami menghampiri toko fish n chipsnya,
tapi ternyata pintunya masih terkunci. Dindingnya sebagian besar dari kaca,
karena itu tampak bahwa apabila kita masuk dari kedai di sebelahnya, bisa
tembus juga ke kedai tersebut. Maka masuklah kami melalui pintu masuk Coffe Cup
Café. Di dalam, aku menyampaikan kepada penjaga tokonya bahwa kami ingin
memesan fish n chips. Ternyata kedai fish n chips tersebut tutup, jadi daripada
tidak ada hasil sama sekali, kami pun memutuskan untuk memesan kopi di Coffe
Cup Café. Pelayannya seorang perempuan muda yang ramah dan murah senyum. Secangkir
besar cokelat panas seharga NZ$ 5 untuk putriku, dan secangkir besar Cappuccino
seharga NZ$ 5 untuk suami tercinta. Tampak di etalasenya pun berjejer beberapa
jenis cake dan sandwich. Aku tawarkan kepada putriku, karena aku tahu dia gemar
sekali makan cheesecake. Maka dipilihnya satu iris Strawberry Cheesecake
seharga NZ$ 6.5. Selain yang kami pesan, masih ada beberapa menu lagi baik
untuk minuman maupun makanan. Ada long
white, black coffee, mixed grill, pizza, salad, dan masih banyak lagi.
Kami bertiga menunggu sambil duduk-duduk
di tempat yang berada di luar ruangan, dan pesanan kami tersaji tidak lama
sesudahnya. Baik cappuccino, hot chocolate maupun strawberry cheesecake yang
kami pesan, semuanya sangat-sangat enak. Semua hidangan sederhana ini pun
disajikan dengan cantik dan menarik. Cappuccinonya kental, kopinya wangi dan creamy sekali, lebih enak daripada
Nescafe Premium White Coffee yang biasa aku minum, padahal biasanya aku kurang
suka minum cappuccino. Cokelat panasnya pun tidak kalah enaknya, kental dan
terasa sekali cokelatnya, dan disajikan dengan dua buah marshmallow. Untuk cheesecakenya,
aku hanya mencicipi secuil, dan menurut aku, ini adalah cheesecake terenak yang pernah aku makan. Demikian pula menurut putriku.
Padahal yang kami kunjungi ini hanya sebuah café kecil di sebuah kota yang tampak
sepi, namun kualitas rasa dan penyajiannya bagus sekali menurutku. Harganya pun
sangat reasonable. Hal seperti ini
sangat jarang sekali aku jumpai di Indonesia.
Selesai mengganjal perut, aku membayar
di kasir dengan credit card. Saat di
kasir tersebut, aku melihat ada sebuah kaleng dengan berbagai macam mata uang
di dalamnya, termasuk satu lembar uang rupiah senilai 100.000. Aku menyampaikan
kepada sang kasir bahwa uang tersebut adalah mata uang kami. Dia bertanya,
berapa nilainya dalam NZ$? Aku mengatakan, mungkin sekitar NZ$ 10-11. Kemudian
dia tertawa, mungkin heran karena angka nolnya banyak sekali tetapi nilainya
tidak sebesar tampaknya hehehehe…
Setelah itu kami kembali melanjutkan
perjalanan menuju ke Moeraki Boulders, masih melalui Highway 1. Sekitar pukul
11 siang, kami sudah sampai di Moeraki Boulders yang sangat terkenal itu.
Tempat parkirnya sangat luas, dan tampak banyak pengunjungnya saat itu,
termasuk juga turis India yang kami jumpai hari sebelumnya. Tampak pula
beberapa buah bus wisata yang sedang parkir membawa rombongan turis, sepertinya
turis dari RRC.
Kami turun dari campervan, lalu berjalan
memasuki area tempat masuknya. Ada sebuah toko yang menjual souvenir kerajinan
tangan di sisi kiri, dan sebuah café di sisi kanan. Toko souvenirnya menjual
berbagai macam perhiasan dan aneka aksesoris yang dibuat oleh para pengrajin
dari New Zealand. Sedangkan di cafénya tersedia berbagai macam hidangan, mulai
aneka sandwich, Moeraki Blue Cod segar, steak salmon, sup kental seafood yang
dikatakan terbaik di New Zealand, dan masih banyak lagi menu lainnya. Café ini
juga menyediakan tempat untuk acara atau pertemuan yang bisa menampung sampai
120 orang. Persis sebelum menuruni anak tangga, tampak sebuah kotak berbentuk
tiang dengan tulisan “Please pay $2 here”. Jadi berhubung ini adalah kotak
kejujuran, tampak ada beberapa orang memasukkan koin logam, dan beberapa
lainnya lewat begitu saja walaupun mereka membaca tulisan tersebut. Aku sendiri
memasukkan NZ$ 5 ke dalam kotak tersebut karena tidak memiliki koin logam.
Hanya beberapa menit berjalan turun,
kami tiba di tepi pantainya. Hmmm…. sejujurnya, tampak biasa saja bagi aku,
selain memang batu-batuannya yang unik, bentuknya seperti bola-bola dengan
berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang sangat besar. Pasirnya putih
kecoklatan, tepian air lautnya cukup jauh dari bebatuan. Ombaknya pun kecil,
karena sepertinya saat itu sedang surut. Di sisi barat, membentang bukit batu
yang banyak ditumbuhi tanaman yang daunnya hijau dan bunganya kuning cerah. Batu-batuan
bulat dengan berbagai ukuran sangat banyak dan membentang di sepanjang pantai
ini. Kota Moeraki tampak di kejauhan di sebelah Selatan.
Batu-batuan yang unik dan berbentuk
seperti bola di Moeraki Boulders ini juga ada sejarahnya. Menurut para ilmuwan,
sekitar 65 juta tahun yang lalu, bentuk padatan yang kini dinamai Moeraki
Boulders ini, mulai terbentuk di dasar laut oleh padatan kalsit. Kristalisasi
dari kalsium dan karbonat memicu partikel-partikel secara bertahap dan perlahan
membentuk batuan tersebut dalam proses seperti pembentukan mutiara, dan
berlangsung selama empat juta tahun lamanya. Dan akibat adanya ombak, angin,
hujan, dan erosi pantai selama berabad-abad lamanya, maka sedikit demi sedikit
bebatuan tersebut mulai tampak, dan terungkaplah pemandangan spektakuler
batu-batuan bulat yang berukuran besar tersebut sejak 15 juta tahun lalu. Batuan
yang besar mencapai diameter 3 meter dengan berat beberapa ton, sedangkan
batuan yang lebih kecil bisa sebesar bola sepak.
Sedangkan menurut legenda suku Maori,
Moeraki Boulders merupakan sisa-sisa reruntuhan dari Waka (kano) yang sangat besar.
Batu-batuan tersebut merupakan keranjang belut, kumara, dan labu yang tersapu
ke pinggir pantai dan lama-kelamaan berubah menjadi batu. Ada-ada saja ya ceritanya
hehehehe…
Saat itu cukup ramai turis yang sedang
berada di tepi pantai tersebut, ada yang sedang berjalan-jalan, namun
kebanyakan sedang mengambil foto. Karena ramai inilah, kami agak kesulitan
mengambil foto pada awalnya. Lalu kami berjalan sedikit menjauh ke tempat yang
tidak terlalu ramai. Di sanalah kami banyak mengambil foto. Lama-kelamaan
turis-turis yang sebelumnya ramai juga mulai meninggalkan pantai tersebut,
sehingga tidak terlalu ramai lagi. Kami sendiri cukup lama berada di tepi
pantai Moeraki Boulders ini, sekitar satu setengah jam lamanya, dan banyak
sekali foto-foto yang kami ambil di sana. Kebetulan anginnya tidak terlalu
kencang sehingga tidak terlalu dingin walaupun suhunya rendah, bahkan aku
sempat melepaskan jaket di sana. Matahari bersinar cerah, langit biru dengan
awan putih yang sangat indah menghiasi langit, membuat latar belakang memotret
jadi tampak indah. Dan di luar dugaan, ternyata foto-foto hasil jepretan kami
di Moeraki Boulders ini menjadi salah satu favoritku, karena tampak luar biasa
indah hasilnya dengan langit yang dramatis tersebut. Oya, jika beruntung, kita juga
bisa melihat lumba-lumba Hector yang terkadang tampak bermain dengan ombak di
sini.
Puas berfoto dan menikmati Moeraki
Boulders, kami beranjak kembali menuju ke campervan. Setelah menaiki tangga,
tampak ada tempat untuk membersihkan sepatu, bentuknya seperti sikat yang kaku.
Fungsinya supaya pasir-pasir yang melekat pada sepatu kita bisa dibersihkan.
Yang harus hati-hati, jika sepatu kita terbuat dari kulit, sebaiknya jangan
sekali-kali menggosokkan bagian kulitnya pada sikat tersebut, karena akan
langsung tergores. Sepatu bootsku tergores sedikit bagian depannya karena
tidak tahu… hiks.. hiks…
Sesampai di campervan, tampak ada
beberapa rombongan lagi yang baru datang. Di parkiran ini juga ada sebuah lahan
yang dipagari, dan ada tiga ekor alpaca/llama di dalamnya. Aku memotret mereka
tadinya gak takut-takut, karena sudah tertanam bahwa llama suka menyemprotkan
air kepada orang yang mendekati, seperti di komik Tintin hehehehe… Untungnya
hal itu tidak terjadi, bahkan ketiga llama tersebut cuek-cuek saja waktu aku
mengambil foto mereka.
Setelah itu kami kembali melanjutkan
perjalanan menuju Oamaru. Banyak pemandangan bukit teletubbies yang kami
lewati. Kebanyakan warnanya sudah menguning atau kecoklatan. Jalannya tidak
terlalu berkelak-kelok. Beberapa daerah yang kami lewati antara lain Hampden,
Herbert, Maheno, Reidston, Alma, dan Deborah, sebelum kami memasuki wilayah
Oamaru. Di luar dugaan, ternyata Oamaru merupakan kota yang cukup besar dan
ramai, walaupun tidak seramai Dunedin. Sejak pinggiran kota sudah terlihat
padatnya bangunan di kanan kiri jalan. Kami langsung menuju ke tempat kami akan
bermalam, yaitu Oamaru Top 10 Holiday Park, yang berlokasi di 30 Chelmer
Street.
Sekitar pukul 11.15 kami tiba di Oamaru
Top 10 Holiday Park. Lalu aku dan putriku check-in dulu ke bagian resepsionis.
Petugasnya seorang laki-laki paruh baya yang berasal dari Dunedin. Bicaranya
sangat cepat dan kadang logatnya agak sulit dimengerti, namun orangnya sangat
ramah dan informatif. Tarif di holiday park ini NZ$ 18 per orang per malam, dan
kali ini putriku dianggap masih anak-anak (belum dewasa), jadi dikenai biaya
NZ$ 14 saja.
Menurut resepsionisnya, blue penguin
termasuk banyak di sini, dan untuk masuk ke Blue Penguin Colony, bayar NZ$ 28
per orang. Yang langka justru Yellow Eyed Penguin Colony, yang justru gratis.
Penguin bermata kuning ini akan muncul setelah jam 15.30. Kami juga diberi tahu
tempat-tempat menarik lainnya di Oamaru sini. Ada pabrik keju juga di sini.
Setelah makan siang di dalam campervan,
kami melihat-lihat situasi di Holiday Park. Tempatnya asri, bersih, dan
menyenangkan juga. Fasilitas juga sama dengan tempat lain sebelum ini, dan sama
seperti yang di Dunedin kemarin, di dapur umum ada perabotan yang boleh kita
pakai. Sekitar jam 14.15 kami berangkat. Tujuan pertama adalah mengisi solar,
karena sudah kritis. Oya sebelumnya ada pombensin yang menolak kehadiran
campervan kami, ada tulisan "Low clearance", artinya kendaraan harus
masuk di bawah atap pombensin, lebih tinggi dari itu tidak boleh.
Dari situ kami langsung menuju ke
Whitestone Cheese Factory. Waaaah.... di sini benar-benar surga bagi pecinta
keju, termasuk aku.... kami sempat mencicipi beberapa jenis keju yang
ditawarkan. Semuanya enak sekali. Ada keju yang dari susu sapi, susu kambing,
dan campuran keduanya. Aku memilih beberapa jenis keju, total belanjanya habis NZ$
75. Whitestone Cheese Factory ini sudah sering mendapat medali emas dan perak
untuk kualitas jenis-jenis keju yang mereka buat.
Jam 15.10, kami berangkat kembali, kali
ini menuju The Harbour dan Harbour Street. Sepanjang jalan ini berjejer
toko-toko segala macam yang bangunannya sudah sangat tua, kebanyakan dibangun
abad ke-19. Kesannya indah sekali dilihat. Usang namun elegan.
Mulai dari whiskey store, brewer, ice
cream, pakaian, semuanya homemade. Dan banyak sekali toko arts and crafts,
seperti pahatan patung, galeri lukisan, pernak-pernik kerajinan tangan, dan
masih banyak lagi. Di daerah ini juga banyak turis yang berseliweran.
Jam 15.50 kami menuju ke Yellow Eyed
Penguin Colony. Suamiku sempat nyasar ke Blue Penguin Colony. Lalu kami lanjut
lagi, akhirnya jam 16.05 kami sampai, lokasinya di ujung jalan buntu Bushy
Beach Road.
Di sana anginnya tidak terlalu kencang,
tapi udaranya dingiiinn sekali. Dari tempat parkir, kami berjalan di jalan
setapak sekitar 5 menit. Ada tempat-tempat yang disediakan untuk kita
"mengintai" pinguin yang datang. Kami menunggu di tempat yang lebih
rendah. Di sana ada seorang pemuda dari Nepal, yang lalu banyak
berbincang-bincang denganku. Namanya Anil, kalau aku tidak salah dengar. Dia di
sini sedang meraih program diplomanya, dan sudah 10 bulan tinggal di NZ. Cukup
banyak ngobrol sana-sini. Bahkan dia yang memberi tahu pada saat ada pinguin
yang datang. Sayang tidak sempat difoto karena hanya tampak sangat kecil di
kejauhan.
Anil juga memberi tahu ada spot di balik
karang tempat singa laut. Kami bertiga lalu mencoba ke sana. Wow... bagiku
medannya mengerikan sekali, jalan setapak kecil, pinggirannya kecil dan tanpa
pagar pengaman, jalannya menurun lumayan curam, dan di kanan langsung lautan lepas.
Baru setengah jalan, aku sudah tidak sanggup lagi. Suamiku yang turun sampai
agak ke bawah, itu pun belum melihat singa laut yang dimaksud. Tiba-tiba Anil
datang dan dia langsung turun sampai ke ujung, lalu naik kembali membawa foto
singa laut di hp nya. Aku bilang aku tidak berani, lalu dia malah menawarkan
memotret singa laut tersebut dengan hpku.
Beberapa saat kemudian Anil kembali
dengan 3 foto singa laut di hp aku. Sayang tidak jelas sekali, mungkin karena
terlalu dizoom atau agak goyang, tapi tetap saja aku senang sekali dan sangat
berterima kasih. Di tempat itu, anginnya sangat kencang dan dingin. Setelah itu
kami naik lagi ke spot satunya yang lebih tinggi untuk melihat pinguin. Tapi
rupanya hari ini kami tidak beruntung melihat pinguin lagi. Namun foto-foto
yang diambil di sana, apalagi pada saat matahari terbenam, sungguh menakjubkan.
Langit yang kemerahan, awan yang biru, dan laut yang biru gelap, semua sangat
indah.
Akhirnya sekitar jam 17.30 kami kembali
ke campervan dalam kondisi kedinginan sekali. Setelah itu kami masih mampir
dulu ke supermarket New World (mau cari PAKn'SAVE tapi sepertinya tidak ada di
Oamaru), untuk berbelanja daging, salmon, susu, telur, sayur dan beberapa macam
snack. Total habis NZ$ 36. Setelah itu kami ke toko Liquor untuk membeli
minuman, baru kembali ke Oamaru Top 10 Holiday Park. Masih belum terlalu malam,
tapi jalanan sudah terbilang sepi di Oamaru.
Sampai di Holiday Park, aku masak nasi
dulu, lalu berbenah. Setelah itu jam 19 kami masak di dapur umum dan makan
malam bersama. Kalau sedang acara mau makan malam di dapur umum, biasanya aku
masak dibantu putri tercinta, sedang suami yang mencuci perabotannya. Jadi
selesai masak semua sudah bersih ^_^
Makan malam tadi terasa sangat enak
sekali, padahal bahan-bahannya sama dengan kemarin-kemarin. Mungkin karena ini
makan malam terakhir kami bersama campervan kami :((
Selesai makan jam 20.00, aku melanjutkan
packing. Mulai mengemasi barang-barang, karena besok kami akan menempuh
perjalanan panjang ke Christchurch untuk mengembalikan campervan kami. Hmmm
sedih sekali rasanya. Kami sudah jatuh cinta pada negara ini hiks hiks...
begitu cepat waktu berlalu di sini....
Jam 21 malam baru kami mandi, lalu
bersantai di campervan sambil menuliskan kisah ini. Saat ini jam 22.45 di
Oamaru, suhu sekitar 3 derajat Celcius. Putriku sudah ketiduran di dalam
kasurnya yang nyaman, bersama gumpalan-gumpalan selimutnya. Suami juga baru
saja tidur ^_^
Oya selama berada di NZ ini, aku baru
dua kali menggunakan uang tunai, pertama waktu naik bus dari bandara
Christchurch, kedua waktu beli Chinese Takeaway di Christchurch. Tambahan, kali
ketiga waktu memasukkan uang ke kotak waktu mau masuk ke Moeraki Boulders.
Sisanya, semua transaksi menggunakan credit Card. Mungkin akan selalu ada yang
nyinyir dan berkata, nilai tukarnya lebih mahal dan sebagainya, tapi bagi kami
ini sangat memudahkan. Kami tidak perlu sebentar-sebentar ke money changer
untuk menukar dollar. Tidak perlu beresiko membawa uang cash kemana-mana. Tukar
sedikit takut kurang, tukar banyak takut kelebihan. Sebetulnya kami sudah
menukar NZ$ 250 waktu di Denpasar dan ambil uang cash di ATM di bandara
Christchurch, tapi masih hampir utuh sampai sekarang. Aku sebelum ini juga
tidak pernah dan tidak ingin punya credit Card. Aku baru apply bulan Agustus
2014 lalu, karena untuk beli tiket harus menggunakan credit Card. Setelah punya
pun, sejak Agustus tahun lalu baru dipakai pertama bulan Mei 2015 lalu
hahahaha....
Karena itu, bagi yang sering bertanya
budget, aku cuma bisa bilang, budget disesuaikan dengan kemampuan kita
masing-masing, tidak perlu ikut-ikutan orang lain. Yang pasti pengeluaran kami
terbesar untuk beli tiket pesawat. Yang kedua untuk sewa campervannya. Untuk
keduanya, bisa search atau browse di google karena harganya bervariasi
tergantung mau pakai maskapai apa, berangkat dari mana, campervan yang merk
apa, yang eksklusif atau biasa, musimnya apa. Di luar itu, tergantung gaya
hidup kita di sini bagaimana. Aku tidak terlalu menghitung pengeluaran kami
secara detail untuk makan dan jajan sehari-hari, tapi yang penting seperlunya,
jangan berlebihan, niscaya tidak mahal kok pengeluarannya.
Semoga apa yang aku jelaskan di sini
bisa sedikit banyak menjelaskan tentang budget ya.... Dan bagi yang tidak ada
pantangan atau larangan untuk minum minuman beralkohol, ternyata minum alkohol
memang sangat membantu dalam suhu udara yang sedingin ini. Yang penting jangan
sampai teler atau mabuk ya... dan kalau mau berkendara, harus lebih dibatasi
lagi, sedikit saja asal sudah hangat badannya, cukuplah ^_^
Terima kasih sudah berkenan membaca
sejauh ini, karena tulisan hari ini cukup panjang ya.... hehehehe....
salam
dari Oamaru, NZ
To be continued.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment