DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Friday, June 16, 2017

NEW ZEALAND TRIP 2015 (14) - DUNEDIN - OAMARU


THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER

(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)


Day 10: Sabtu, 4 Juli 2015


Aku terbangun pukul 06.30 pagi hari dengan suhu 3o Celcius, namun sudah tidak merasa kedinginan lagi. Segera aku siapkan sarapan klasik buat suami dan putri tercinta yang masih tertidur pulas saat itu, mie instan. Biasanya sesaat sebelum disajikan, apabila makanannya telah menjadi dingin, aku panaskan beberapa detik saja dengan microwave, sehingga bisa tersaji hangat kembali. Ini berlaku untuk roti, mie instan, maupun minuman hangat seperti kopi, susu dan cokelat.

Pukul 8 pagi tadi, suasana di luar campervan sudah cukup terang, berbeda dengan hari sebelumnya yang masih cukup gelap. Sepertinya hari itu akan menjadi hari yang cerah. Pagi itu pun kami kembali memberi makan burung-burung yang ada di luar campervan. Sampai banyak burung yang berdatangan untuk berebut remahan roti. Banyak pula yang berani hinggap di meja di samping campervan kami.


Tidak lama kemudian, kami mandi di kamar mandi umum, lalu bersiap-siap dan berbenah untuk menempuh perjalanan hari itu. Oya, selama tinggal di campervan, kami malah tidak pernah mandi di dalam kamar mandi di campervan, selalu mandi di toilet umum yang tersedia di Holiday Park, hanya toilet saja yang sering dipakai, terutama dalam perjalanan panjang atau kalau malas ke toilet umum jika udara sedang dingin sekali hihihihi... Karena itu bilik toilet dan kamar mandi di dalam campervan kami selalu bersih dan kering kerontang. Heater (pemanas ruangan) yang berfungsi menghangatkan ruangan campervan, yang memakai energi solar dan house power, terletak di bawah kamar mandi campervan, oleh karena itu di dalam kamar mandi ini biasanya paling hangat. Tapi rasanya tidak mungkin ya, kalau sedang kedinginan lalu duduk dan menghangatkan diri di dalam kamar mandi hehehehe… Bukan karena kotor, tetapi lebih karena ruangannya yang cukup sempit. Heater itu sendiri, menghasilkan angin panas yang keluar dari sebuah lubang berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter sekitar 10 cm, yang terletak di bagian bawah dinding luar kamar mandi, dan mengarah ke dapur. Di lorong kecil dapur di depan lubang heater inilah biasanya putriku duduk menghangatkan badan kalau sedang kedinginan. Tidak jarang, angin panas yang keluar dari lubang heater ini pun kami gunakan untuk mengangin-anginkan selimut atau kaus kaki yang kami pakai supaya kering dan hangat. Biasanya putriku yang rajin menghangatkan selimut-selimut dan kaus kaki kami di situ. Dengan selimut dan kaus kaki yang hangat, tidur jadi lebih nyaman dan nyenyak hehehe…

Oya bagi kami yang tidak pernah naik campervan sebelumnya, pertama berada di jalan sungguh aneh dan menegangkan, karena ramai sekali bunyi di dalam campervan. Bunyi dari perabotan dan segala macamnya yang gerudakan di dalam, kadang membuat kaget. Tapi lama-lama terbiasa juga kok. Lucunya, kadang kalau melewati jalan yang tidak rata, menanjak atau menurun agak tajam, koper yang ada rodanya bisa berjalan-jalan sendiri, atau botol minum atau botol saus bisa jatuh dari meja dapur, bahkan di hari pertama, piring isi telur mata sapi putriku jatuh dari mejanya hahahaha.... tapi di situlah seninya, dan kami sangat menikmatinya hehehehe...

GPS bawaan campervan juga akurat sekali lho, kadang aku ikut mendengarkan GPSnya, dia bisa tahu, misalnya begini: "400 meter lagi area sekolah", "100 meter lagi perubahan kecepatan", "area sekolah berakhir", pokoknya faktual sekali dengan keadaan sesungguhnya deh... ^_^
Jangankan kami yang dari Indonesia, penduduk asli NZ pun banyak yang menyewa campervan atau memiliki caravan sendiri, untuk berlibur di South Island ini. Ada yang caravannya diikat jadi satu dengan mobil SUV-nya. Asyik sekali ya...

Sekitar pukul 9 pagi, kami check-out dari Dunedin Holiday Park and Motels dan kembali menyusuri Highway 1. Tujuan kami selanjutnya adalah kota Oamaru. Jaraknya 116 kilometer dari tempat kami berada. Namun di perjalanan kami berencana untuk berhenti juga di Moeraki Boulders, 36 kilometer sebelum Oamaru, yakni sebuah pantai di pesisir Timur North Otago yang terkenal karena batu-batuannya yang unik bentuknya.


Cuaca pagi itu cerah. Matahari bersinar terik, dan suhu udara sekitar 5o Celcius. Menuju ke arah Timur Laut, melewati pusat kota Dunedin, pertokoan dan perumahan yang padat, namun jalanan masih tampak sepi. Di luar kota, pemandangan dipenuhi alam perbukitan yang hijau kekuningan. Lalu makin jauh, tampak pemandangan pantai di sisi kanan kami saat melewati Blueskin Bay, beberapa saat setelah Waitati. Lalu berganti menjadi perbukitan lagi. Saat melewati daerah Waikouati, kami hendak mengisi solar terlebih dahulu, namun setelah mengetahui bahwa pombensinnya self-service, kami tidak jadi mengisi, karena takut salah hehehehe… Setelah itu kami melewati beberapa padang rumput yang banyak biri-biri dan sapinya. Ada suatu padang rumput, yang jenis sapinya unik sekali. Bulunya panjang dan warnanya coklat, berbeda sekali dengan jenis-jenis sapi yang aku lihat sebelumnya. Kami sempat berhenti di tepi jalan untuk memotret sapi-sapi yang lucu tersebut.


Perjalanan pagi itu banyak mengarah ke matahari, sehingga agak sulit mengambil foto dengan pencahayaan yang silau (backlight). Sekitar pukul 10 pagi, kami memasuki Palmerston, kota kecil yang indah. Palmerston merupakan kota penghubung antara Dunedin dan Waikouaiti di Selatan dengan Oamaru dan Christchurch di Utara. Penduduk kota ini hanya sekitar 890 jiwa. Di sepanjang jalan di dalam kotanya, kami melewati beberapa café, tempat makan, penginapan, gereja, dan sebuah pombensin di tepi Ronaldsay Street.

Saat itu jalanan pun masih sangat sepi. Dari campervan, di kejauhan tampak papan nama besar bertuliskan “The Fisn N Chips Shop”. Wah, kami bertiga langsung sepakat untuk mampir di tempat tersebut untuk mengganjal perut sebelum makan siang. Rupanya ada dua buah kedai yang bersebelahan, yakni The Fish N Chips Shop dan Coffe Cup Café. Tempat parkirnya pun luas.


Kami menghampiri toko fish n chipsnya, tapi ternyata pintunya masih terkunci. Dindingnya sebagian besar dari kaca, karena itu tampak bahwa apabila kita masuk dari kedai di sebelahnya, bisa tembus juga ke kedai tersebut. Maka masuklah kami melalui pintu masuk Coffe Cup Café. Di dalam, aku menyampaikan kepada penjaga tokonya bahwa kami ingin memesan fish n chips. Ternyata kedai fish n chips tersebut tutup, jadi daripada tidak ada hasil sama sekali, kami pun memutuskan untuk memesan kopi di Coffe Cup Café. Pelayannya seorang perempuan muda yang ramah dan murah senyum. Secangkir besar cokelat panas seharga NZ$ 5 untuk putriku, dan secangkir besar Cappuccino seharga NZ$ 5 untuk suami tercinta. Tampak di etalasenya pun berjejer beberapa jenis cake dan sandwich. Aku tawarkan kepada putriku, karena aku tahu dia gemar sekali makan cheesecake. Maka dipilihnya satu iris Strawberry Cheesecake seharga NZ$ 6.5. Selain yang kami pesan, masih ada beberapa menu lagi baik untuk minuman maupun makanan. Ada long white, black coffee, mixed grill, pizza, salad, dan masih banyak lagi.


Kami bertiga menunggu sambil duduk-duduk di tempat yang berada di luar ruangan, dan pesanan kami tersaji tidak lama sesudahnya. Baik cappuccino, hot chocolate maupun strawberry cheesecake yang kami pesan, semuanya sangat-sangat enak. Semua hidangan sederhana ini pun disajikan dengan cantik dan menarik. Cappuccinonya kental, kopinya wangi dan creamy sekali, lebih enak daripada Nescafe Premium White Coffee yang biasa aku minum, padahal biasanya aku kurang suka minum cappuccino. Cokelat panasnya pun tidak kalah enaknya, kental dan terasa sekali cokelatnya, dan disajikan dengan dua buah marshmallow. Untuk cheesecakenya, aku hanya mencicipi secuil, dan menurut aku, ini adalah cheesecake terenak yang pernah aku makan. Demikian pula menurut putriku. Padahal yang kami kunjungi ini hanya sebuah café kecil di sebuah kota yang tampak sepi, namun kualitas rasa dan penyajiannya bagus sekali menurutku. Harganya pun sangat reasonable. Hal seperti ini sangat jarang sekali aku jumpai di Indonesia.


Selesai mengganjal perut, aku membayar di kasir dengan credit card. Saat di kasir tersebut, aku melihat ada sebuah kaleng dengan berbagai macam mata uang di dalamnya, termasuk satu lembar uang rupiah senilai 100.000. Aku menyampaikan kepada sang kasir bahwa uang tersebut adalah mata uang kami. Dia bertanya, berapa nilainya dalam NZ$? Aku mengatakan, mungkin sekitar NZ$ 10-11. Kemudian dia tertawa, mungkin heran karena angka nolnya banyak sekali tetapi nilainya tidak sebesar tampaknya hehehehe…

Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke Moeraki Boulders, masih melalui Highway 1. Sekitar pukul 11 siang, kami sudah sampai di Moeraki Boulders yang sangat terkenal itu. Tempat parkirnya sangat luas, dan tampak banyak pengunjungnya saat itu, termasuk juga turis India yang kami jumpai hari sebelumnya. Tampak pula beberapa buah bus wisata yang sedang parkir membawa rombongan turis, sepertinya turis dari RRC.


Kami turun dari campervan, lalu berjalan memasuki area tempat masuknya. Ada sebuah toko yang menjual souvenir kerajinan tangan di sisi kiri, dan sebuah café di sisi kanan. Toko souvenirnya menjual berbagai macam perhiasan dan aneka aksesoris yang dibuat oleh para pengrajin dari New Zealand. Sedangkan di cafénya tersedia berbagai macam hidangan, mulai aneka sandwich, Moeraki Blue Cod segar, steak salmon, sup kental seafood yang dikatakan terbaik di New Zealand, dan masih banyak lagi menu lainnya. Café ini juga menyediakan tempat untuk acara atau pertemuan yang bisa menampung sampai 120 orang. Persis sebelum menuruni anak tangga, tampak sebuah kotak berbentuk tiang dengan tulisan “Please pay $2 here”. Jadi berhubung ini adalah kotak kejujuran, tampak ada beberapa orang memasukkan koin logam, dan beberapa lainnya lewat begitu saja walaupun mereka membaca tulisan tersebut. Aku sendiri memasukkan NZ$ 5 ke dalam kotak tersebut karena tidak memiliki koin logam.


Hanya beberapa menit berjalan turun, kami tiba di tepi pantainya. Hmmm…. sejujurnya, tampak biasa saja bagi aku, selain memang batu-batuannya yang unik, bentuknya seperti bola-bola dengan berbagai ukuran, dari yang kecil sampai yang sangat besar. Pasirnya putih kecoklatan, tepian air lautnya cukup jauh dari bebatuan. Ombaknya pun kecil, karena sepertinya saat itu sedang surut. Di sisi barat, membentang bukit batu yang banyak ditumbuhi tanaman yang daunnya hijau dan bunganya kuning cerah. Batu-batuan bulat dengan berbagai ukuran sangat banyak dan membentang di sepanjang pantai ini. Kota Moeraki tampak di kejauhan di sebelah Selatan.


Batu-batuan yang unik dan berbentuk seperti bola di Moeraki Boulders ini juga ada sejarahnya. Menurut para ilmuwan, sekitar 65 juta tahun yang lalu, bentuk padatan yang kini dinamai Moeraki Boulders ini, mulai terbentuk di dasar laut oleh padatan kalsit. Kristalisasi dari kalsium dan karbonat memicu partikel-partikel secara bertahap dan perlahan membentuk batuan tersebut dalam proses seperti pembentukan mutiara, dan berlangsung selama empat juta tahun lamanya. Dan akibat adanya ombak, angin, hujan, dan erosi pantai selama berabad-abad lamanya, maka sedikit demi sedikit bebatuan tersebut mulai tampak, dan terungkaplah pemandangan spektakuler batu-batuan bulat yang berukuran besar tersebut sejak 15 juta tahun lalu. Batuan yang besar mencapai diameter 3 meter dengan berat beberapa ton, sedangkan batuan yang lebih kecil bisa sebesar bola sepak.


Sedangkan menurut legenda suku Maori, Moeraki Boulders merupakan sisa-sisa reruntuhan dari Waka (kano) yang sangat besar. Batu-batuan tersebut merupakan keranjang belut, kumara, dan labu yang tersapu ke pinggir pantai dan lama-kelamaan berubah menjadi batu. Ada-ada saja ya ceritanya hehehehe…

Saat itu cukup ramai turis yang sedang berada di tepi pantai tersebut, ada yang sedang berjalan-jalan, namun kebanyakan sedang mengambil foto. Karena ramai inilah, kami agak kesulitan mengambil foto pada awalnya. Lalu kami berjalan sedikit menjauh ke tempat yang tidak terlalu ramai. Di sanalah kami banyak mengambil foto. Lama-kelamaan turis-turis yang sebelumnya ramai juga mulai meninggalkan pantai tersebut, sehingga tidak terlalu ramai lagi. Kami sendiri cukup lama berada di tepi pantai Moeraki Boulders ini, sekitar satu setengah jam lamanya, dan banyak sekali foto-foto yang kami ambil di sana. Kebetulan anginnya tidak terlalu kencang sehingga tidak terlalu dingin walaupun suhunya rendah, bahkan aku sempat melepaskan jaket di sana. Matahari bersinar cerah, langit biru dengan awan putih yang sangat indah menghiasi langit, membuat latar belakang memotret jadi tampak indah. Dan di luar dugaan, ternyata foto-foto hasil jepretan kami di Moeraki Boulders ini menjadi salah satu favoritku, karena tampak luar biasa indah hasilnya dengan langit yang dramatis tersebut. Oya, jika beruntung, kita juga bisa melihat lumba-lumba Hector yang terkadang tampak bermain dengan ombak di sini.


Puas berfoto dan menikmati Moeraki Boulders, kami beranjak kembali menuju ke campervan. Setelah menaiki tangga, tampak ada tempat untuk membersihkan sepatu, bentuknya seperti sikat yang kaku. Fungsinya supaya pasir-pasir yang melekat pada sepatu kita bisa dibersihkan. Yang harus hati-hati, jika sepatu kita terbuat dari kulit, sebaiknya jangan sekali-kali menggosokkan bagian kulitnya pada sikat tersebut, karena akan langsung tergores. Sepatu bootsku tergores sedikit bagian depannya karena tidak tahu… hiks.. hiks…

Sesampai di campervan, tampak ada beberapa rombongan lagi yang baru datang. Di parkiran ini juga ada sebuah lahan yang dipagari, dan ada tiga ekor alpaca/llama di dalamnya. Aku memotret mereka tadinya gak takut-takut, karena sudah tertanam bahwa llama suka menyemprotkan air kepada orang yang mendekati, seperti di komik Tintin hehehehe… Untungnya hal itu tidak terjadi, bahkan ketiga llama tersebut cuek-cuek saja waktu aku mengambil foto mereka.


Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Oamaru. Banyak pemandangan bukit teletubbies yang kami lewati. Kebanyakan warnanya sudah menguning atau kecoklatan. Jalannya tidak terlalu berkelak-kelok. Beberapa daerah yang kami lewati antara lain Hampden, Herbert, Maheno, Reidston, Alma, dan Deborah, sebelum kami memasuki wilayah Oamaru. Di luar dugaan, ternyata Oamaru merupakan kota yang cukup besar dan ramai, walaupun tidak seramai Dunedin. Sejak pinggiran kota sudah terlihat padatnya bangunan di kanan kiri jalan. Kami langsung menuju ke tempat kami akan bermalam, yaitu Oamaru Top 10 Holiday Park, yang berlokasi di 30 Chelmer Street.


Sekitar pukul 11.15 kami tiba di Oamaru Top 10 Holiday Park. Lalu aku dan putriku check-in dulu ke bagian resepsionis. Petugasnya seorang laki-laki paruh baya yang berasal dari Dunedin. Bicaranya sangat cepat dan kadang logatnya agak sulit dimengerti, namun orangnya sangat ramah dan informatif. Tarif di holiday park ini NZ$ 18 per orang per malam, dan kali ini putriku dianggap masih anak-anak (belum dewasa), jadi dikenai biaya NZ$ 14 saja.


Menurut resepsionisnya, blue penguin termasuk banyak di sini, dan untuk masuk ke Blue Penguin Colony, bayar NZ$ 28 per orang. Yang langka justru Yellow Eyed Penguin Colony, yang justru gratis. Penguin bermata kuning ini akan muncul setelah jam 15.30. Kami juga diberi tahu tempat-tempat menarik lainnya di Oamaru sini. Ada pabrik keju juga di sini.

Setelah makan siang di dalam campervan, kami melihat-lihat situasi di Holiday Park. Tempatnya asri, bersih, dan menyenangkan juga. Fasilitas juga sama dengan tempat lain sebelum ini, dan sama seperti yang di Dunedin kemarin, di dapur umum ada perabotan yang boleh kita pakai. Sekitar jam 14.15 kami berangkat. Tujuan pertama adalah mengisi solar, karena sudah kritis. Oya sebelumnya ada pombensin yang menolak kehadiran campervan kami, ada tulisan "Low clearance", artinya kendaraan harus masuk di bawah atap pombensin, lebih tinggi dari itu tidak boleh.


Dari situ kami langsung menuju ke Whitestone Cheese Factory. Waaaah.... di sini benar-benar surga bagi pecinta keju, termasuk aku.... kami sempat mencicipi beberapa jenis keju yang ditawarkan. Semuanya enak sekali. Ada keju yang dari susu sapi, susu kambing, dan campuran keduanya. Aku memilih beberapa jenis keju, total belanjanya habis NZ$ 75. Whitestone Cheese Factory ini sudah sering mendapat medali emas dan perak untuk kualitas jenis-jenis keju yang mereka buat.


Jam 15.10, kami berangkat kembali, kali ini menuju The Harbour dan Harbour Street. Sepanjang jalan ini berjejer toko-toko segala macam yang bangunannya sudah sangat tua, kebanyakan dibangun abad ke-19. Kesannya indah sekali dilihat. Usang namun elegan.
Mulai dari whiskey store, brewer, ice cream, pakaian, semuanya homemade. Dan banyak sekali toko arts and crafts, seperti pahatan patung, galeri lukisan, pernak-pernik kerajinan tangan, dan masih banyak lagi. Di daerah ini juga banyak turis yang berseliweran.


Jam 15.50 kami menuju ke Yellow Eyed Penguin Colony. Suamiku sempat nyasar ke Blue Penguin Colony. Lalu kami lanjut lagi, akhirnya jam 16.05 kami sampai, lokasinya di ujung jalan buntu Bushy Beach Road.
Di sana anginnya tidak terlalu kencang, tapi udaranya dingiiinn sekali. Dari tempat parkir, kami berjalan di jalan setapak sekitar 5 menit. Ada tempat-tempat yang disediakan untuk kita "mengintai" pinguin yang datang. Kami menunggu di tempat yang lebih rendah. Di sana ada seorang pemuda dari Nepal, yang lalu banyak berbincang-bincang denganku. Namanya Anil, kalau aku tidak salah dengar. Dia di sini sedang meraih program diplomanya, dan sudah 10 bulan tinggal di NZ. Cukup banyak ngobrol sana-sini. Bahkan dia yang memberi tahu pada saat ada pinguin yang datang. Sayang tidak sempat difoto karena hanya tampak sangat kecil di kejauhan.


Anil juga memberi tahu ada spot di balik karang tempat singa laut. Kami bertiga lalu mencoba ke sana. Wow... bagiku medannya mengerikan sekali, jalan setapak kecil, pinggirannya kecil dan tanpa pagar pengaman, jalannya menurun lumayan curam, dan di kanan langsung lautan lepas. Baru setengah jalan, aku sudah tidak sanggup lagi. Suamiku yang turun sampai agak ke bawah, itu pun belum melihat singa laut yang dimaksud. Tiba-tiba Anil datang dan dia langsung turun sampai ke ujung, lalu naik kembali membawa foto singa laut di hp nya. Aku bilang aku tidak berani, lalu dia malah menawarkan memotret singa laut tersebut dengan hpku.


Beberapa saat kemudian Anil kembali dengan 3 foto singa laut di hp aku. Sayang tidak jelas sekali, mungkin karena terlalu dizoom atau agak goyang, tapi tetap saja aku senang sekali dan sangat berterima kasih. Di tempat itu, anginnya sangat kencang dan dingin. Setelah itu kami naik lagi ke spot satunya yang lebih tinggi untuk melihat pinguin. Tapi rupanya hari ini kami tidak beruntung melihat pinguin lagi. Namun foto-foto yang diambil di sana, apalagi pada saat matahari terbenam, sungguh menakjubkan. Langit yang kemerahan, awan yang biru, dan laut yang biru gelap, semua sangat indah.


Akhirnya sekitar jam 17.30 kami kembali ke campervan dalam kondisi kedinginan sekali. Setelah itu kami masih mampir dulu ke supermarket New World (mau cari PAKn'SAVE tapi sepertinya tidak ada di Oamaru), untuk berbelanja daging, salmon, susu, telur, sayur dan beberapa macam snack. Total habis NZ$ 36. Setelah itu kami ke toko Liquor untuk membeli minuman, baru kembali ke Oamaru Top 10 Holiday Park. Masih belum terlalu malam, tapi jalanan sudah terbilang sepi di Oamaru.


Sampai di Holiday Park, aku masak nasi dulu, lalu berbenah. Setelah itu jam 19 kami masak di dapur umum dan makan malam bersama. Kalau sedang acara mau makan malam di dapur umum, biasanya aku masak dibantu putri tercinta, sedang suami yang mencuci perabotannya. Jadi selesai masak semua sudah bersih ^_^


Makan malam tadi terasa sangat enak sekali, padahal bahan-bahannya sama dengan kemarin-kemarin. Mungkin karena ini makan malam terakhir kami bersama campervan kami :((
Selesai makan jam 20.00, aku melanjutkan packing. Mulai mengemasi barang-barang, karena besok kami akan menempuh perjalanan panjang ke Christchurch untuk mengembalikan campervan kami. Hmmm sedih sekali rasanya. Kami sudah jatuh cinta pada negara ini hiks hiks... begitu cepat waktu berlalu di sini....

Jam 21 malam baru kami mandi, lalu bersantai di campervan sambil menuliskan kisah ini. Saat ini jam 22.45 di Oamaru, suhu sekitar 3 derajat Celcius. Putriku sudah ketiduran di dalam kasurnya yang nyaman, bersama gumpalan-gumpalan selimutnya. Suami juga baru saja tidur ^_^

Oya selama berada di NZ ini, aku baru dua kali menggunakan uang tunai, pertama waktu naik bus dari bandara Christchurch, kedua waktu beli Chinese Takeaway di Christchurch. Tambahan, kali ketiga waktu memasukkan uang ke kotak waktu mau masuk ke Moeraki Boulders. Sisanya, semua transaksi menggunakan credit Card. Mungkin akan selalu ada yang nyinyir dan berkata, nilai tukarnya lebih mahal dan sebagainya, tapi bagi kami ini sangat memudahkan. Kami tidak perlu sebentar-sebentar ke money changer untuk menukar dollar. Tidak perlu beresiko membawa uang cash kemana-mana. Tukar sedikit takut kurang, tukar banyak takut kelebihan. Sebetulnya kami sudah menukar NZ$ 250 waktu di Denpasar dan ambil uang cash di ATM di bandara Christchurch, tapi masih hampir utuh sampai sekarang. Aku sebelum ini juga tidak pernah dan tidak ingin punya credit Card. Aku baru apply bulan Agustus 2014 lalu, karena untuk beli tiket harus menggunakan credit Card. Setelah punya pun, sejak Agustus tahun lalu baru dipakai pertama bulan Mei 2015 lalu hahahaha....

Karena itu, bagi yang sering bertanya budget, aku cuma bisa bilang, budget disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing, tidak perlu ikut-ikutan orang lain. Yang pasti pengeluaran kami terbesar untuk beli tiket pesawat. Yang kedua untuk sewa campervannya. Untuk keduanya, bisa search atau browse di google karena harganya bervariasi tergantung mau pakai maskapai apa, berangkat dari mana, campervan yang merk apa, yang eksklusif atau biasa, musimnya apa. Di luar itu, tergantung gaya hidup kita di sini bagaimana. Aku tidak terlalu menghitung pengeluaran kami secara detail untuk makan dan jajan sehari-hari, tapi yang penting seperlunya, jangan berlebihan, niscaya tidak mahal kok pengeluarannya.

Semoga apa yang aku jelaskan di sini bisa sedikit banyak menjelaskan tentang budget ya.... Dan bagi yang tidak ada pantangan atau larangan untuk minum minuman beralkohol, ternyata minum alkohol memang sangat membantu dalam suhu udara yang sedingin ini. Yang penting jangan sampai teler atau mabuk ya... dan kalau mau berkendara, harus lebih dibatasi lagi, sedikit saja asal sudah hangat badannya, cukuplah ^_^
Terima kasih sudah berkenan membaca sejauh ini, karena tulisan hari ini cukup panjang ya.... hehehehe....

salam dari Oamaru, NZ


To be continued.......

No comments:

Post a Comment