THE ONE TRIP THAT CHANGED MY LIFE FOREVER
(CATATAN PERJALANANKU KE NEW ZEALAND)
Day 2: Jumat, 26 Juni 2015
Malam hari sebelum tidur, aku
sudah memasang alarm untuk pukul 05.00 pagi supaya banyak waktu untuk berbenah
dan repacking barang-barang. Pagi hari, alarm berbunyi dan aku bangun, tapi
entah kenapa tidur lagi. Mungkin aku lelah hahahaha.... Aku baru terbangun lagi
pukul 06.30 pagi, kaget juga karena kesiangan. Aku segera menyiapkan sarapan
versi cepat untuk suami dan putri tercinta, apa lagi kalau bukan Pop Mie
hehehehe…
Aku dan suami masih sempat
berjalan-jalan di luar sebentar sekitar pukul 07.00 pagi, suasana masih sepi
dan gelap gulita seperti hari sebelumnya. Selesai mandi, kami segera
bersiap-siap. Masih sempat berfoto-foto sebentar di halaman hotel.
Pihak KEA berjanji menjemput jam
8.15 pagi, namun jam 8 tepat kami sudah dijemput. Kami bertiga sudah siap, jadi
tinggal check-out dan langsung berangkat.
Layanan penjemputan ini seperti
semacam taxi, nama jasanya adalah
Steve's Shuttle. Kebetulan drivernya
saat itu pun bernama Steve. Orangnya ramah dan senang mengobrol. Pukul 08.25 pagi,
kami sudah sampai di lokasi kantor KEA di 10 De Havilland Way, Christchurch
Airport, Christchurch.
Kami langsung ditemui oleh
seorang staf perempuan, yang kemudian memberikan penjelasan singkat di dalam
kantornya mengenai seputar aturan mengemudi, keamanan berkendara, jalanan yang
tidak boleh dilalui, dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Setelah itu kami
diajak melihat langsung campervan
yang akan menjadi rumah kami selama 10 hari ke depan.
Campervan kami berdimensi panjang 7.1 meter, lebar 2.25 meter, dan
tinggi 3.25 meter. Kami diperkenalkan pada campervan
kami beserta segala fasilitasnya. Bagaimana melipat dan memasang kembali tempat
tidur di bagian belakang, penggunaan engine
power dan house power, cara
mengisi air bersih dan membuang air kotor maupun dump. Tempat menyalakan gas untuk penggunaan kompor, dan lain
sebagainya.
Lalu dijelaskan juga tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pengoperasian kendaraan tersebut. Cukup lama kami mempelajari cara pengoperasian segala sesuatunya, karena banyak sekali yang perlu diketahui. Usai penjelasan, pukul 10 pagi, kami menata seluruh koper dan barang-barang bawaan kami ke dalam campervan tersebut. Setelah siap semuanya, sekitar pukul 11 siang, kami segera berangkat dengan rumah baru kami ini ^_^
Tujuan pertama adalah supermarket, untuk membeli bahan makanan. Kami mencari supermarket terdekat dengan GPS. Suami masih agak bingung dan takut-takut juga mengemudikan kendaraan besar ini, sehingga campervan kami berjalan pelan-pelan. Sekitar pukul 11.30 siang, kami tiba di Avonhead Shopping Centre yang berlokasi di Merrin Street. Supermarket Countdown ada di dalamnya. Untung kami mendapat tempat parkir yang lumayan lega, jadi suami tidak terlalu kesulitan untuk parkir pertamanya.
Ini adalah pertama kali kami
masuk ke supermarket di New Zealand. Wah semuanya serba bikin ngiler, apalagi
untuk aku yang senang bereksperimen dengan masakan. Segala macam bahan pangan
ada di sini. Sayur-mayur, buah-buahan dan daging-dagingannya tampak sangat
segar dan menggiurkan. Bumbu-bumbu masak dan segala bahan pelengkap pun
tersedia. Belum lagi berbagai jenis keju, susu, butter, segala macam saus,
roti, bahan makanan instan, bahkan puluhan mungkin ratusan jenis wine, berjejer dengan rapinya.
Kami berbelanja bahan makanan untuk beberapa hari, antara lain beras, minyak canola, kentang, buah kiwi, lettuce, brown onion, roti-rotian, daging sapi, daging domba, sosis, telur, keju, butter, susu sapi segar, saus salad, 3 botol wine, beberapa bungkus potato chips, dan beberapa macam snack. Total belanjaan kami sebesar NZ$ 134,81. Kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk berbelanja karena tempatnya yang sangat luas dan banyaknya pilihan yang tersedia.
Selesai berbelanja, pukul 13.10 siang, kami mulai lagi menyusuri jalan menuju arah Lake Tekapo dan Lake Pukaki menggunakan GPS sebagai penunjuk arah. Kami melaju ke arah Barat Daya, karena itu jarang menghadap matahari. Jarak yang akan kami tempuh sekitar 275 km lewat jalan utama Main’s Road. Kami melewati beberapa kota kecil seperti Burnham, Dunsadel, Ashburton, Geraldine, Fairlie, dan beberapa kota kecil lain. Sepanjang yang kami lewati, jalanan cenderung sepi kecuali saat di Ashburton yang cenderung agak lebih ramai.
Pemandangan dari sisa-sisa musim gugur yang mewarnai perjalanan kami sungguh indah. Banyak pepohonan yang warnanya kecoklatan maupun kekuningan. Selain itu banyak kami jumpai kawanan sapi atau domba yang sedang merumput di padang di sisi kiri maupun kanan jalan raya. Padang rumput yang luas terhampar di mana-mana sepanjang perjalanan. Latar belakang pegunungan pun turut mewarnai perjalanan kami. Kami pun sempat berhenti beberapa kali untuk mengambil foto di tempat-tempat yang indah.
Sekitar pukul 16.15 sore, setelah melewati Geraldine, pemandangan di sekitar kami mulai berubah. Di sana sini tampak gumpalan-gumpalan salju. Dan semakin lama, intensitas salju mulai meningkat. Saat melewati Fairlie, salju sudah tebal sejauh mata memandang, dan matahari sudah mulai meredup.
Sekitar pukul 17.15 sore, kami
mulai memasuki Burke’s Pass. Pemandangan yang luar biasa di sekitar kami,
perbukitan dan pegunungan yang berselimutkan salju. Kami yang baru pertama kali
melihat salju tentunya sangat terpukau dengan pemandangan seperti ini
hehehehe….
Karena kami masih belum paham betul peraturan di jalan raya, akhirnya kami justru melewatkan Lake Tekapo dan Lake Pukaki. Pada saat itu keadaan sudah gelap dan kami kebingungan mencari tempat untuk campervan kami bisa memutar balik ke Lake Tekapo saat terlewati, karena jalan yang dilewati tidak terlalu besar dan di kanan kiri jalan penuh dengan salju. Sembari kebingungan ingin berputar balik, kami juga kebingungan mencari free camping ground atau holiday park terdekat di peta. Dua free camping ground yang ada di peta, ternyata ditutup karena terlalu tebal saljunya. Kami cukup panik sampai tidak menyadari, Lake Pukaki pun telah terlewatkan karena keadaan yang gelap gulita di sekeliling kami.
Sekitar pukul 19.00 malam, kami
berhenti pertama kali menemukan tanda free
camping ground di kiri jalan. Campervan
diparkir di jalan masuk tempat yang luas ini, karena semakin ke dalam, saljunya
tampak semakin tebal, dan kami tidak berani mengambil resiko kalau campervan kami sampai mogok atau
terperosok di dalam salju.
Setelah campervan diparkir dengan
baik dan kelihatannya aman posisinya, aku menyiapkan makan malam untuk kami
bertiga. Aku memasak beef chuck
(daging sapi yang berasal dari bagian atas paha depan) yang kami beli siang
harinya di supermarket. Mulanya ingin menggunakan grill yang ada di bawah kompor, tetapi entah kenapa, grillnya tidak mau menyala. Akhirnya aku
masak di atas wajan dengan sedikit mentega dengan api kecil.
Daging yang dimasak saat itu
cukup besar, 3 potong daging beratnya hampir 1.200 gram hehehe…. Selain itu aku
juga menggoreng satu buah kentang merah yang ukurannya cukup besar. Setelah
daging matang, aku taburi black pepper,
lalu dihidangkan dengan kentang goreng dan potongan lettuce. Tidak lupa saus sambal ikut melengkapi.
Ternyata walaupun sebelumnya kami dalam kondisi sangat lapar, tidak ada seorang pun dari kami yang mampu menghabiskan hidangan malam itu, karena sudah kekenyangan. Maka aku bungkus rapat daging yang tidak habis tersebut, lalu aku masukkan ke refrigerator.
Malam itu kami menghabiskan waktu
dengan mengobrol dan minum wine untuk
menghalau udara dingin. Aku sendiri mengenakan 4 lapis pakaian, namun masih
tetap kedinginan sekali. Belakangan baru kami tahu bahwa suhu malam itu di
tempat kami menginap mencapai -20o Celcius. Wow…. Tidak heran kami
sampai menggigil semalaman hahahaha…. Kami tidak berani menyalakan heater, karena saat itu persediaan solar
tinggal seperempat tangki, dan kami takut penggunaan heater akan membuat solar habis keesokan harinya. Heater baru dinyalakan sekitar pukul 12.00 malam.
Sekitar tengah malam, suamiku mencoba untuk tidur di kasur bagian atas depan campervan. Aku dan putriku masih terjaga. Kira-kira 1 jam setelah naik ke tempat tidurnya, suamiku terbangun dan turun. Katanya di atas sangat dingin sekali sampai tidak bisa tidur.
Walaupun sudah sempat minum alkohol,
namun masih kedinginan juga. Maka aku usulkan membuat mie instan saja, siapa
tahu dengan diisi makanan, perut bisa menjadi lebih hangat. Lalu aku membuat 2
bungkus Indomie goreng dibantu oleh putriku. Setelah matang, diletakkan ke dalam
sebuah mangkuk dan kami makan bersama. Sembari makan, kami masih bisa bercanda
dan tertawa terbahak-bahak. Hmmmm indah sekali malam itu….. benar-benar tak
terlupakan. Tidak lama setelah itu, putriku tertidur di dalam gumpalan
selimut-selimutnya.
Baru
sekitar pukul 03.00 subuh suamiku tertidur di kursi sofa belakang sopir, aku
sendiri baru pukul 04.00 tidur di sofa di sebelahnya. Putriku tidur di tempat
tidur yang cukup luas di bagian belakang campervan. Saat itu heater sudah
menyala, namun udara masih terasa sangat dingin sekali. Beberapa kali aku
terjaga karena kedinginan dan posisi tidur yang tidak nyaman. Jangan
dibayangkan sofa di dalam campervan
ini seperti sofa empuk yang biasanya ada di rumah ya… sofanya hanya sepanjang
kira-kira 70 cm, lebar kira-kira 40 cm, dan empuknya seperti jok mobil pada
umumnya. Jadi badan harus dilipat-lipat untuk bisa tidur di atasnya hehehehe….
To be continued.......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment