Day 27-33 : Monday - Sunday, March 27th - April 2nd, 2017
Selama seminggu berada di flat Sherly di Invercargill, bisa dibilang tidak ada kegiatan penting yang dilakukan. Hari-hari awal aku banyak menghabiskan waktu untuk membantu suami membersihkan mobil, menata dan merapikan barang-barang yang sudah dikeluarkan semua dari dalam mobil.
Kegiatan yang kulakukan setiap hari sudah pasti masak, berbenah di dapur, bersih-bersih rumah, dan tentunya belanja bahan makanan. Ada kalanya kami mengeksplorasi tempat-tempat di dalam dan sekitar kota, namun aku menghabiskan waktu paling banyak berada di dapur. ππ
Kata Sherly, selama kami pergi roadtrip kemarin, Johnny The Cat datang setiap hari ke flat untuk minta makan, sehingga Sherly akhirnya membelikan makanan kalengan untuk kucing dan memberikannya kepada Johnny setiap hari. ππ
Hari Senin, kami keluar untuk belanja liquor di Liquorland dan belanja bahan makanan di PakN'Save. Pada umumnya di Liquorland ada item-item tertentu yang sedang diskon atau lebih murah jika membeli 2 botol, jadi kami tidak terlalu picky dalam hal merk, namun lebih memilih minuman yang lebih murah saja hehehehe...
Untuk belanja di PakN'Save, berikut hasil belanja di hari Senin:
- Offal Lambs Fry NZ$ 2.59
- Brinks Chicken Drums NZ$ 12.62
- Keri Premium Orange Juice NZ$ 3.79
- Scallions NZ$ 1.69
- Doritos 300g Cheese Supreme NZ$ 2.79
- Doritos 300g Sweet Chili NZ$ 2.79
- Mono Foil 15M NZ$ 1.25
- Bucket 9.6L NZ$ 1.49
- Pok Choy NZ$ 1.79
- Green Grapes NZ$ 4.79/kg
- Lemons Imported NZ$ 7.99/kg
- Nescafe Coffee Classic NZ$ 3.79
- Nescafe Coffee Fine Blend NZ$ 3.79
Hari Selasa, kami juga berbelanja di PakN'Save dengan harga-harga sebagai berikut:
- Brinks Chicken Drums NZ$ 13.57
- Doritos 300g Sweet Chili NZ$ 2.79
- Fishers Pork Meat NZ$ 16.52
- Pok Choy NZ$ 1.79
- The Southland Times (surat kabar) NZ$ 1.9
Suami sempat memotret suasana sunset yang sangat indah di sekitar flat.
Malam harinya kami berdua ikut dengan Sherly dan teman-temannya pergi ke Awarua Bay, katanya hendak melihat aurora (Southern Light). Kami semua berangkat sekitar jam 10 malam dan ternyata suasana cukup ramai di Tiwai Point saat kami tiba di sana. Yang pasti udaranya dingin sekali. Berjarak sekitar 26 KM dari Invercargill, Tiwai Point memang merupakan salah satu spot untuk melihat aurora selain Bluff Hill. Tiwai Point sendiri merupakan tempat bagi satu-satunya peleburan aluminium beserta dermaganya di New Zealand. Alumina dikirimkan dengan kapal-kapal dari Australia dan energi listrik disediakan oleh Manapouri Power Station di Fiordland National Park.
Yang menjengkelkan saat itu adalah karena ada beberapa orang yang menggunakan senter untuk menyorot kesana-kemari pada saat orang-orang sedang memotret dengan shutter speed yang sangat rendah. Tentu saja hal ini bisa merusak hasil fotonya. Kami sempat menegur beberapa orang yang tidak tahu diri ini agar tidak sembarangan memakai senternya.
Jujur saja suasana saat itu amat sangat gelap, kami tidak bisa melihat apa-apa selain garis pantai yang remang-remang dan bayangan-bayangan orang.
Malam itu milky way tampak sangat indah dan terlihat dengan jelas sekali, namun sayang akibat keterbatasan kamera kami dan karena tidak ada tripod, kami berdua tidak bisa mendapatkan satu pun gambar yang bagus. Sementara Southern Light tampak samar-samar berwarna kehijauan melalui lensa kamera Sherly (dan beberapa temannya yang memiliki kamera yang mumpuni), namun tidak terlihat dengan mata telanjang.
Kami semua baru pulang lewat tengah malam, dan kemudian langsung tergeletak tidur karena lelah dan kedinginan.
Hari Rabu, siang harinya kami berdua ke McNeils Poultry untuk membeli dua tray telur (NZ$ 6.5 ea/30 pcs). Telur-telur di sini dikategorikan menurut ukurannya. Kalau sudah agak siang biasanya yang ukuran jumbo (seharga NZ$ 7 untuk 30 butir) sudah habis.
Setelah itu kami masih mampir ke Countdown untuk membeli roti tawar (NZ$ 1), pisang (NZ$ 3.49), dan lem untuk keperluan suami memperbaiki peralatan di rumah (NZ$ 4.99).
Oya, karena paket dataku sudah habis masa berlakunya, aku membeli paket data bulanan dari Vodafone sebesar NZ$ 30 untuk 1 bulan ke depan.
Sekitar jam 6.30 petang kami berdua berkendara ke Oreti Beach dengan tujuan melihat sunset. Sayang sekali di pantai suasananya sangat berawan, bahkan berkabut. Langit yang seharusnya berwarna biru, sebagian besar tertutup oleh awan. Beruntung banyak seagulls di pantai, jadi setidaknya bisa memberi mereka makan remahan roti yang kami bawa.
Dari kejauhan juga tampak beberapa orang yang sedang berkuda bersama anjing-anjing peliharaan mereka, dan beberapa keluarga yang sedang bermain pasir di tepi pantainya.
Sekitar jam 7.10 malam kami meninggalkan Oreti Beach dan menuju ke Stead Street Wharf. Walaupun hanya berjarak sekitar 10 KM dari Oreti Beach, di tempat ini cuacanya sangat cerah, bahkan matahari masih bersinar terik walaupun sudah condong ke barat.
Kami hanya berjalan-jalan di sekitar area ini dan Geoff Piercy Reserve di utara jalan.
Kami beruntung karena akhirnya kami menyaksikan sunset yang sangat indah di tempat ini, bahkan menurut kami salah satu sunset terindah karena warnanya yang sangat merah. Sayang sekali hasil di foto tidak seindah aslinya. π
Hari Kamis, usai makan siang kami kembali belanja di PakN'Save. Selama kami tinggal bersama Sherly, beberapa temannya jadi sering datang berkunjung dan nongkrong di flat. Sebagai tuan rumah yang baik tentunya aku berusaha menyediakan makanan, jadi semua yang datang pasti kenyang deh hehehehe... π
Berikut hasil belanja di hari Kamis:
Malam harinya kami berdua ikut dengan Sherly dan teman-temannya pergi ke Awarua Bay, katanya hendak melihat aurora (Southern Light). Kami semua berangkat sekitar jam 10 malam dan ternyata suasana cukup ramai di Tiwai Point saat kami tiba di sana. Yang pasti udaranya dingin sekali. Berjarak sekitar 26 KM dari Invercargill, Tiwai Point memang merupakan salah satu spot untuk melihat aurora selain Bluff Hill. Tiwai Point sendiri merupakan tempat bagi satu-satunya peleburan aluminium beserta dermaganya di New Zealand. Alumina dikirimkan dengan kapal-kapal dari Australia dan energi listrik disediakan oleh Manapouri Power Station di Fiordland National Park.
Yang menjengkelkan saat itu adalah karena ada beberapa orang yang menggunakan senter untuk menyorot kesana-kemari pada saat orang-orang sedang memotret dengan shutter speed yang sangat rendah. Tentu saja hal ini bisa merusak hasil fotonya. Kami sempat menegur beberapa orang yang tidak tahu diri ini agar tidak sembarangan memakai senternya.
Jujur saja suasana saat itu amat sangat gelap, kami tidak bisa melihat apa-apa selain garis pantai yang remang-remang dan bayangan-bayangan orang.
Malam itu milky way tampak sangat indah dan terlihat dengan jelas sekali, namun sayang akibat keterbatasan kamera kami dan karena tidak ada tripod, kami berdua tidak bisa mendapatkan satu pun gambar yang bagus. Sementara Southern Light tampak samar-samar berwarna kehijauan melalui lensa kamera Sherly (dan beberapa temannya yang memiliki kamera yang mumpuni), namun tidak terlihat dengan mata telanjang.
Kami semua baru pulang lewat tengah malam, dan kemudian langsung tergeletak tidur karena lelah dan kedinginan.
Hari Rabu, siang harinya kami berdua ke McNeils Poultry untuk membeli dua tray telur (NZ$ 6.5 ea/30 pcs). Telur-telur di sini dikategorikan menurut ukurannya. Kalau sudah agak siang biasanya yang ukuran jumbo (seharga NZ$ 7 untuk 30 butir) sudah habis.
Setelah itu kami masih mampir ke Countdown untuk membeli roti tawar (NZ$ 1), pisang (NZ$ 3.49), dan lem untuk keperluan suami memperbaiki peralatan di rumah (NZ$ 4.99).
Oya, karena paket dataku sudah habis masa berlakunya, aku membeli paket data bulanan dari Vodafone sebesar NZ$ 30 untuk 1 bulan ke depan.
Sekitar jam 6.30 petang kami berdua berkendara ke Oreti Beach dengan tujuan melihat sunset. Sayang sekali di pantai suasananya sangat berawan, bahkan berkabut. Langit yang seharusnya berwarna biru, sebagian besar tertutup oleh awan. Beruntung banyak seagulls di pantai, jadi setidaknya bisa memberi mereka makan remahan roti yang kami bawa.
Dari kejauhan juga tampak beberapa orang yang sedang berkuda bersama anjing-anjing peliharaan mereka, dan beberapa keluarga yang sedang bermain pasir di tepi pantainya.
Sekitar jam 7.10 malam kami meninggalkan Oreti Beach dan menuju ke Stead Street Wharf. Walaupun hanya berjarak sekitar 10 KM dari Oreti Beach, di tempat ini cuacanya sangat cerah, bahkan matahari masih bersinar terik walaupun sudah condong ke barat.
Kami hanya berjalan-jalan di sekitar area ini dan Geoff Piercy Reserve di utara jalan.
Kami beruntung karena akhirnya kami menyaksikan sunset yang sangat indah di tempat ini, bahkan menurut kami salah satu sunset terindah karena warnanya yang sangat merah. Sayang sekali hasil di foto tidak seindah aslinya. π
Hari Kamis, usai makan siang kami kembali belanja di PakN'Save. Selama kami tinggal bersama Sherly, beberapa temannya jadi sering datang berkunjung dan nongkrong di flat. Sebagai tuan rumah yang baik tentunya aku berusaha menyediakan makanan, jadi semua yang datang pasti kenyang deh hehehehe... π
Berikut hasil belanja di hari Kamis:
- Value White Toast 600g $.89 X2
- Value Sultanas 400g NZ$ 1.79
- Pams Catfood Tuna 85g NZ$ 0.85 <--- ini dia makanannya Johnny
- Tomatoes $3.89/kg
Kami sampai di Donovan Park jam 12.35 siang, dan ketika memasuki area parkirnya kami cukup terkesima dengan banyaknya unggas yang ada di sini. Dan satu hal yang sangat menyenangkan adalah mereka berebutan mendatangi kami hendak minta makan hahahaha... πππ
Tempat parkir mobil berbatasan langsung dengan lapangan rumput dengan sebuah kolam di tengahnya. Para unggas yang melihat ada mobil datang langsung menghampiri mobil kami, mulai dari itik-itik liar, seagulls, bahkan angsa-angsa putih dan hitam. Lucu sekali melihat mereka berebutan makanan yang kami berikan.
Setelah lebih dari 30 menit bersama para unggas, kami masuk ke dalam mobil dan berkendara di jalan beraspal di antara pepohonan. Setelah itu kami parkir di sisi lain taman dan kemudian berjalan-jalan di sekitar. Ada kolam lain yang lebih luas di tempat ini. Suasananya benar-benar asri dan serbahijau. Di bawah teriknya matahari di siang bolong pun banyak embun menempel di rerumputan yang hijau. Bisa terbayang seperti apa dinginnya kan?
Sekitar jam 1.35 siang kami keluar dari Donovan Park, lalu ke The Warehouse, hanya sekedar untuk jalan-jalan dan melihat-lihat saja untuk mengisi waktu. Sempat numpang di toiletnya, yang harus pinjam kunci dulu kepada salah satu petugasnya. Kami baru pulang sekitar jam 2.30 siang untuk istirahat.
Hari Jumat, kami yang berada di flat iba melihat Johnny yang selalu saja mengintip ke dalam rumah melalui pintu. Karena itu kami mencoba mengijinkannya masuk ke dalam rumah setelah memberinya sarapan di luar. Dasar Johnny, dia menjelajahi ruang tamu dan tidak mau diam, bahkan sempat menginjak-injak laptop yang memang kuletakkan di lantai yang berkarpet. Karena bulunya rontok dan ternyata agak sulit dibersihkan dari karpet, akhirnya kami menyuruhnya untuk keluar lagi. Aturan dii flat ini memang sebenarnya tidak boleh ada hewan peliharaan yang berkeliaran.
Usai makan siang kami belanja di PakN'Save. Membeli beberapa bungkus Doritos (NZ$ 2.79 ea) untuk acara esoknya, Indomie Goreng (NZ$ 5.39/10 pcs), dan butter Anchor untuk membuat martabak manis (NZ$ 4.49/500g).
Selagi parkir gratis tanpa batas waktu di PakN'Save, kami berjalan kaki ke Asian Store untuk membeli tahu. Bayangkan saja, 3 buah tahu putih (ukuran besar) harganya NZ$ 8! Di Banyuwangi satu buah tahu berukuran kecil harganya hanya Rp. 300,- saja. Kalau bukan saking inginnya membuatkan tahu goreng untuk Sherly, tidak akan aku membeli tahu di sini hahahaha... π
Dari Asian Store kami berjalan lagi ke Art Fun Ware atau kalau orang bilang $2 Store, alias toko serbamurah, untuk membeli wadah aluminium foil yang bisa digunakan untuk memanggang makanan di oven (NZ$ 2.5/12 pcs). Kami menyempatkan diri juga untuk mampir ke Thai-Thai Restaurant untuk sekejap mengunjungi Sherly yang sedang bekerja. Kebetulan situasinya sepi, jadi kami bisa masuk sebentar hanya untuk selfie saja, kemudian pergi lagi hehehehe... π
Waktu sudah menunjukkan jam 12.40 siang saat kami kembali ke PakN'Save, lalu mengisi bahan bakar mobil di PakN'Save Fuel sebanyak 40 liter (NZ$ 1.939/liter setelah diskon). Kemudian kami pulang dulu untuk menyimpan barang-barang dan bahan makanan yang baru saja dibeli, baru setelahnya kami berkendara ke Bluff Hill Lookout, sebuah viewpoint di puncak Bluff Hill, berjarak 30 KM dari Invercargill City.
Kota Bluff didominasi oleh Bluff Hill (Motupohue) yang puncaknya berada di ketinggian 265 mdpl. Bukit ini juga melindungi kota dari kencangnya angin barat. Untuk sampai di area parkir Bluff Hill Lookout, medan yang harus dilewati merupakan jalan yang cukup menanjak. Setelah sampai di area parkir pun masih ada jalan setapak berbentuk spiral yang harus dilalui untuk sampai ke puncak observation deck.
Kami tiba sekitar jam 1.45 siang di Bluff Hill Lookout. Suasananya sepi, tidak ada pengunjung selain kami berdua. Sesampai di puncak jalan setapak spiral yang tersedia, kami disuguhi pemandangan 360 derajat kota Bluff dan area-area di sekitarnya, termasuk Awarua Bay dan Davey Shoal. Indah sekali! πππ Yang perlu diperhatikan adalah suhu yang dingin ditambah angin yang kencang di tempat ini, sehingga cukup menggigilkan tubuh.
Setelah sekitar 10 menit, kami turun dan berjalan-jalan di seputar observation deck, memotret dan menikmati indahnya pemandangan sembari menahan dinginnya angin yang bertiup.
Sekitar jam 2.15 siang, kami meninggalkan tempat ini dan turun ke Bluff, langsung menuju ke Stirling Point yang terkenal dengan signpostnya. Signpost di Stirling Point ini merupakan spot yang paling banyak difoto di Bluff, dan biasanya merupakan highlight bagi para turis yang mengunjungi wilayah paling selatan ini. Signpost ini menunjukkan arah ke beberapa kota besar di seluruh dunia beserta jaraknya, dan sekaligus merupakan titik awal dimulainya State Highway 1, jalan raya utama di New Zealand yang membentang di sepanjang negeri, dari kota paling selatan di South Island hingga ke Cape Reinga, titik paling utara di North Island.
Kami berjalan-jalan dan banyak memotret di area Stirling Point ini. Banyak tanaman bull kelp yang kami lihat di sepanjang tepian pantai yang berbatu-batu ini.
Oya, kalau aku belum pernah cerita sebelumnya, public toilet di Stirling Point ini merupakan salah satu public toilet yang canggih dengan timer dan musik yang mengiringi selama berada di dalamnya. π
Sekitar jam 3 siang kami meninggalkan Stirling Point, dan kemudian mampir ke Stella's Cafe, sebuah cafe kecil di tepi jalan dalam kota Bluff. Kami membeli satu flat white untuk dibawa pergi seharga NZ$ 4.5. Pemiliknya berasal dari Asia dan orangnya ramah. Kami sempat mengobrol sejenak sambil menunggu kopi kami selesai dibuat. Katanya dia baru-baru saja membuka cafe di Bluff ini. Harga-harga yang tertera di papan menu di dinding relatif normal, tidak terlalu mahal. Yang menarik, ada menu Nasi Goreng dan Bami Goreng, dan keduanya masing-masing dihargai NZ$ 12 lho... Terbayang menu nasi goreng abang-abang di Banyuwangi yang harganya hanya Rp 8.000 - 10.000 (NZ$ 1) saja per porsinya hehehehe... π
Kami menikmati kopi kami sambil duduk-duduk di luar cafe, lalu menghabiskannya sembari berkendara pulang ke Invercargill. Masih mampir dulu di Countdown untuk membeli cupcase (kertas alas untuk membuat cupcake) seharga NZ$ 4.99/200pcs dan ke Liquorland untuk membeli minuman penghangat tubuh agar tidur lebih nyenyak. π
Hari Sabtu, adalah hari yang disepakati untuk merayakan ulang tahun Sherly tanggal 18 Maret lalu, karenanya seharian ini aku sibuk di dapur untuk mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan untuk acara hari ini.
Sedari pagi hari aku berkutat di dapur, mulai dari menyiapkan sarapan, makan siang, hingga makan malam untuk pesta kecil-kecilan di rumah. Untuk makan malam ini yang butuh banyak waktu, karena selain beberapa menu yang kurencanakan, aku juga membuat cupcake untuk dessert. Untuk menu makan malamnya sendiri ada ayam goreng tepung, sate ayam, fu yung hai, mie goreng, cah sawi putih, dan tentunya nasi putih dan kerupuk. πππ
Selain kami berlima yang tinggal di flat, yang diundang hanya beberapa orang saja, hanya teman-teman dekat Sherly di Invercargill ini, yaitu Ted (South Korea), Marilyn, Inov, Anne (RRC), dan Aileen (Philippines). Yang pasti kami semua makan sampai puas dan kekenyangan, bahkan Anne menanyakan dengan serius cara membuat bumbu kacang untuk satenya hehehehe... Kami menghabiskan waktu berjam-jam saling bertukar cerita dan mengobrol hingga larut malam. Kami berdua jadi banyak belajar budaya dan kehidupan di negeri lain dengan mendengarkan cerita-cerita dari teman-teman Sherly tersebut.
Namun acara makan malam kali ini yang jelas "membuka pintu" untuk acara-acara makan berikutnya di kemudian hari, dengan seringkali lebih banyak teman dan sahabat yang berkunjung ππ
Hari Minggu, H-1 menjelang kami berangkat keesokan harinya, aku menyempatkan diri membuat martabak manis di pagi hari usai membuat sarapan, karena aku ingin memberikan sesuatu untuk Charles dan Debby setelah mereka menjamu kami makan malam beberapa minggu lalu. Selain itu aku juga berjanji kepada Inov yang tinggal di rumah Charles, hendak membuatkannya martabak manis, jadi sekalian saja kubuatkan.
Karena wajan yang berbeda, panas kompor yang berbeda dan jenis terigu yang berbeda, adonan pertamaku gagal total. Martabaknya hancur saat dibalik di dalam wajan hahahaha... π Sebetulnya sayang juga, tapi apa boleh buat benar-benar tidak bisa diapa-apakan lagi. Untungnya adonan kedua dan seterusnya sudah lebih baik. Dengan topping seadanya, jadilah beberapa buah martabak yang cukup enak walaupun tidak seenak kalau membuat di rumah. π
Sementara itu kebetulan kami diundang oleh Christy dan keluarganya untuk makan siang di kediaman mereka untuk acara perpisahan dengan Edy dan Bram, dua orang Indonesia yang hendak pindah ke Wellington karena sudah selesai kuliah dan akan mencoba mencari pekerjaan di sana.
Karena temanya nasi kuning dan tamu yang diundang diharapkan membawa potluck yang berbeda-beda, aku membuat perkedel kentang karena lauk-pauk lainnya sudah ada yang akan membawakan.
Saat kami tiba di rumah Christy dan Bayu, suasana sudah cukup ramai dengan tamu-tamu lain, sebagian besar orang Indonesia. Kami semua menyantap hidangan yang ada dengan lahap dalam suasana yang santai dan akrab. Kami sudah mengenal sebagian besar tamu yang datang siang ini, seperti Stenny & Shawn, Calvin, Petrick & Heidy, Matthew, Pak Joe, dan masih ada beberapa orang lagi. Usai makan kami semua masih mengobrol dan kemudian berfoto-foto dengan Edy & Bram, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Kami pun berpamitan dan pulang karena harus bersiap-siap juga untuk perjalanan esok harinya. π
Kami menyempatkan diri belanja di Countdown untuk mengisi stok kebutuhan sehari-hari di rumah dan beberapa kebutuhan kami di perjalanan, antara lain:
Selama satu minggu terakhir berada di flat di Invercargill, setiap pagi aku bangun dalam kondisi kedinginan. Tidur pun tidak selalu nyenyak, seringkali terbangun tengah malam karena dingin atau posisi tidur yang kurang nyaman akibat kasur yang kecil. Kadangkala punggung, pinggang, atau lututku terasa sakit saat bangun tidur pagi hari. Entah memang faktor usia atau memang kondisi fisik yang kurang fit.
Setiap hari pula aku berusaha melewatkan hari sebaik mungkin dengan berusaha produktif dan sebisa mungkin menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Biasanya aku mengerjakan pembukuan di pagi atau malam hari. Seringkali ada teman-teman Sherly yang berkunjung, dan aku berusaha untuk menjamu semua yang datang agar mereka juga betah bertamu ke flat kami. π Yang pasti memang hampir setiap hari aku belanja, terutama bahan makanan, baik di PakN'Save atau di Countdown, karena dua supermarket itulah yang harganya lebih miring dan sering ada potongan harga.
Tidak terasa kami sudah genap satu bulan berada di negeri kiwi ini. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada saatnya kami merindukan makanan-makanan ala negeri kita, terutama tempe dan tahu, sate, bakso (suami yang doyan bakso, kebetulan aku bukan penggemar), dan masih banyak lagi.
Bagiku pribadi, semua ini adalah tantangan untuk bisa survive di negeri orang. Memang tidak mudah, namun tetap harus dijalani hari demi hari, dan aku berusaha menikmatinya.
Johnny rajin datang setiap hari untuk minta makan. Jadwal rutinnya adalah pagi dan sore hari, namun dia sering datang di luar waktu-waktu makan, hanya untuk sekedar bermain atau bermanja-manja bersama kami. Oleh Sherly, Johnny diberi makan dengan wadah bekas kerang (paua) yang sedari awal ada di teras. Kadang-kadang Johnny hanya makan satu sendok catfood, kadang agak lebih banyak. Aku yang aslinya bukan cat people jadi sayang juga kepada Johnny karena tidak nakal, bahkan cenderung menurut. π
Sejauh ini, aku merasa senang bisa berada di tempat ini, di negeri ini. Yang pasti aku merasa sangat bangga terhadap Sherly, putriku, karena selain kesibukannya kuliah, dia mau bekerja untuk mencari penghasilan tambahan demi meringankan beban biaya hidup yang harus kami tanggung. Seringkali aku melihat anak jaman now yang gengsi bekerja kalau jenis pekerjaannya tidak keren.
Rencananya besok Senin aku dan suami akan mulai road trip lagi, namun untuk durasi waktu yang lebih singkat, mungkin hanya sekitar satu minggu saja. Mudah-mudahan kondisi fisik kami bisa diajak bekerja sama. π
To be continued.......
Setelah lebih dari 30 menit bersama para unggas, kami masuk ke dalam mobil dan berkendara di jalan beraspal di antara pepohonan. Setelah itu kami parkir di sisi lain taman dan kemudian berjalan-jalan di sekitar. Ada kolam lain yang lebih luas di tempat ini. Suasananya benar-benar asri dan serbahijau. Di bawah teriknya matahari di siang bolong pun banyak embun menempel di rerumputan yang hijau. Bisa terbayang seperti apa dinginnya kan?
Sekitar jam 1.35 siang kami keluar dari Donovan Park, lalu ke The Warehouse, hanya sekedar untuk jalan-jalan dan melihat-lihat saja untuk mengisi waktu. Sempat numpang di toiletnya, yang harus pinjam kunci dulu kepada salah satu petugasnya. Kami baru pulang sekitar jam 2.30 siang untuk istirahat.
Hari Jumat, kami yang berada di flat iba melihat Johnny yang selalu saja mengintip ke dalam rumah melalui pintu. Karena itu kami mencoba mengijinkannya masuk ke dalam rumah setelah memberinya sarapan di luar. Dasar Johnny, dia menjelajahi ruang tamu dan tidak mau diam, bahkan sempat menginjak-injak laptop yang memang kuletakkan di lantai yang berkarpet. Karena bulunya rontok dan ternyata agak sulit dibersihkan dari karpet, akhirnya kami menyuruhnya untuk keluar lagi. Aturan dii flat ini memang sebenarnya tidak boleh ada hewan peliharaan yang berkeliaran.
Usai makan siang kami belanja di PakN'Save. Membeli beberapa bungkus Doritos (NZ$ 2.79 ea) untuk acara esoknya, Indomie Goreng (NZ$ 5.39/10 pcs), dan butter Anchor untuk membuat martabak manis (NZ$ 4.49/500g).
Selagi parkir gratis tanpa batas waktu di PakN'Save, kami berjalan kaki ke Asian Store untuk membeli tahu. Bayangkan saja, 3 buah tahu putih (ukuran besar) harganya NZ$ 8! Di Banyuwangi satu buah tahu berukuran kecil harganya hanya Rp. 300,- saja. Kalau bukan saking inginnya membuatkan tahu goreng untuk Sherly, tidak akan aku membeli tahu di sini hahahaha... π
Dari Asian Store kami berjalan lagi ke Art Fun Ware atau kalau orang bilang $2 Store, alias toko serbamurah, untuk membeli wadah aluminium foil yang bisa digunakan untuk memanggang makanan di oven (NZ$ 2.5/12 pcs). Kami menyempatkan diri juga untuk mampir ke Thai-Thai Restaurant untuk sekejap mengunjungi Sherly yang sedang bekerja. Kebetulan situasinya sepi, jadi kami bisa masuk sebentar hanya untuk selfie saja, kemudian pergi lagi hehehehe... π
Waktu sudah menunjukkan jam 12.40 siang saat kami kembali ke PakN'Save, lalu mengisi bahan bakar mobil di PakN'Save Fuel sebanyak 40 liter (NZ$ 1.939/liter setelah diskon). Kemudian kami pulang dulu untuk menyimpan barang-barang dan bahan makanan yang baru saja dibeli, baru setelahnya kami berkendara ke Bluff Hill Lookout, sebuah viewpoint di puncak Bluff Hill, berjarak 30 KM dari Invercargill City.
Kota Bluff didominasi oleh Bluff Hill (Motupohue) yang puncaknya berada di ketinggian 265 mdpl. Bukit ini juga melindungi kota dari kencangnya angin barat. Untuk sampai di area parkir Bluff Hill Lookout, medan yang harus dilewati merupakan jalan yang cukup menanjak. Setelah sampai di area parkir pun masih ada jalan setapak berbentuk spiral yang harus dilalui untuk sampai ke puncak observation deck.
Kami tiba sekitar jam 1.45 siang di Bluff Hill Lookout. Suasananya sepi, tidak ada pengunjung selain kami berdua. Sesampai di puncak jalan setapak spiral yang tersedia, kami disuguhi pemandangan 360 derajat kota Bluff dan area-area di sekitarnya, termasuk Awarua Bay dan Davey Shoal. Indah sekali! πππ Yang perlu diperhatikan adalah suhu yang dingin ditambah angin yang kencang di tempat ini, sehingga cukup menggigilkan tubuh.
Setelah sekitar 10 menit, kami turun dan berjalan-jalan di seputar observation deck, memotret dan menikmati indahnya pemandangan sembari menahan dinginnya angin yang bertiup.
Sekitar jam 2.15 siang, kami meninggalkan tempat ini dan turun ke Bluff, langsung menuju ke Stirling Point yang terkenal dengan signpostnya. Signpost di Stirling Point ini merupakan spot yang paling banyak difoto di Bluff, dan biasanya merupakan highlight bagi para turis yang mengunjungi wilayah paling selatan ini. Signpost ini menunjukkan arah ke beberapa kota besar di seluruh dunia beserta jaraknya, dan sekaligus merupakan titik awal dimulainya State Highway 1, jalan raya utama di New Zealand yang membentang di sepanjang negeri, dari kota paling selatan di South Island hingga ke Cape Reinga, titik paling utara di North Island.
Kami berjalan-jalan dan banyak memotret di area Stirling Point ini. Banyak tanaman bull kelp yang kami lihat di sepanjang tepian pantai yang berbatu-batu ini.
Oya, kalau aku belum pernah cerita sebelumnya, public toilet di Stirling Point ini merupakan salah satu public toilet yang canggih dengan timer dan musik yang mengiringi selama berada di dalamnya. π
Sekitar jam 3 siang kami meninggalkan Stirling Point, dan kemudian mampir ke Stella's Cafe, sebuah cafe kecil di tepi jalan dalam kota Bluff. Kami membeli satu flat white untuk dibawa pergi seharga NZ$ 4.5. Pemiliknya berasal dari Asia dan orangnya ramah. Kami sempat mengobrol sejenak sambil menunggu kopi kami selesai dibuat. Katanya dia baru-baru saja membuka cafe di Bluff ini. Harga-harga yang tertera di papan menu di dinding relatif normal, tidak terlalu mahal. Yang menarik, ada menu Nasi Goreng dan Bami Goreng, dan keduanya masing-masing dihargai NZ$ 12 lho... Terbayang menu nasi goreng abang-abang di Banyuwangi yang harganya hanya Rp 8.000 - 10.000 (NZ$ 1) saja per porsinya hehehehe... π
Kami menikmati kopi kami sambil duduk-duduk di luar cafe, lalu menghabiskannya sembari berkendara pulang ke Invercargill. Masih mampir dulu di Countdown untuk membeli cupcase (kertas alas untuk membuat cupcake) seharga NZ$ 4.99/200pcs dan ke Liquorland untuk membeli minuman penghangat tubuh agar tidur lebih nyenyak. π
Hari Sabtu, adalah hari yang disepakati untuk merayakan ulang tahun Sherly tanggal 18 Maret lalu, karenanya seharian ini aku sibuk di dapur untuk mempersiapkan segalanya yang dibutuhkan untuk acara hari ini.
Sedari pagi hari aku berkutat di dapur, mulai dari menyiapkan sarapan, makan siang, hingga makan malam untuk pesta kecil-kecilan di rumah. Untuk makan malam ini yang butuh banyak waktu, karena selain beberapa menu yang kurencanakan, aku juga membuat cupcake untuk dessert. Untuk menu makan malamnya sendiri ada ayam goreng tepung, sate ayam, fu yung hai, mie goreng, cah sawi putih, dan tentunya nasi putih dan kerupuk. πππ
Selain kami berlima yang tinggal di flat, yang diundang hanya beberapa orang saja, hanya teman-teman dekat Sherly di Invercargill ini, yaitu Ted (South Korea), Marilyn, Inov, Anne (RRC), dan Aileen (Philippines). Yang pasti kami semua makan sampai puas dan kekenyangan, bahkan Anne menanyakan dengan serius cara membuat bumbu kacang untuk satenya hehehehe... Kami menghabiskan waktu berjam-jam saling bertukar cerita dan mengobrol hingga larut malam. Kami berdua jadi banyak belajar budaya dan kehidupan di negeri lain dengan mendengarkan cerita-cerita dari teman-teman Sherly tersebut.
Namun acara makan malam kali ini yang jelas "membuka pintu" untuk acara-acara makan berikutnya di kemudian hari, dengan seringkali lebih banyak teman dan sahabat yang berkunjung ππ
Hari Minggu, H-1 menjelang kami berangkat keesokan harinya, aku menyempatkan diri membuat martabak manis di pagi hari usai membuat sarapan, karena aku ingin memberikan sesuatu untuk Charles dan Debby setelah mereka menjamu kami makan malam beberapa minggu lalu. Selain itu aku juga berjanji kepada Inov yang tinggal di rumah Charles, hendak membuatkannya martabak manis, jadi sekalian saja kubuatkan.
Karena wajan yang berbeda, panas kompor yang berbeda dan jenis terigu yang berbeda, adonan pertamaku gagal total. Martabaknya hancur saat dibalik di dalam wajan hahahaha... π Sebetulnya sayang juga, tapi apa boleh buat benar-benar tidak bisa diapa-apakan lagi. Untungnya adonan kedua dan seterusnya sudah lebih baik. Dengan topping seadanya, jadilah beberapa buah martabak yang cukup enak walaupun tidak seenak kalau membuat di rumah. π
Sementara itu kebetulan kami diundang oleh Christy dan keluarganya untuk makan siang di kediaman mereka untuk acara perpisahan dengan Edy dan Bram, dua orang Indonesia yang hendak pindah ke Wellington karena sudah selesai kuliah dan akan mencoba mencari pekerjaan di sana.
Karena temanya nasi kuning dan tamu yang diundang diharapkan membawa potluck yang berbeda-beda, aku membuat perkedel kentang karena lauk-pauk lainnya sudah ada yang akan membawakan.
Saat kami tiba di rumah Christy dan Bayu, suasana sudah cukup ramai dengan tamu-tamu lain, sebagian besar orang Indonesia. Kami semua menyantap hidangan yang ada dengan lahap dalam suasana yang santai dan akrab. Kami sudah mengenal sebagian besar tamu yang datang siang ini, seperti Stenny & Shawn, Calvin, Petrick & Heidy, Matthew, Pak Joe, dan masih ada beberapa orang lagi. Usai makan kami semua masih mengobrol dan kemudian berfoto-foto dengan Edy & Bram, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Kami pun berpamitan dan pulang karena harus bersiap-siap juga untuk perjalanan esok harinya. π
Kami menyempatkan diri belanja di Countdown untuk mengisi stok kebutuhan sehari-hari di rumah dan beberapa kebutuhan kami di perjalanan, antara lain:
- Homebrand Tissue 12s (NZ$ 3)
- Homebrand Dishwash Liquid 2L (NZ$ 2.49)
- Homebrand Cream Fresh 300ml (NZ$ 2.4)
- Select Insect Repellant 150g (NZ$ 7)
- Blue Bird Original Cut (NZ$ 3.99)
- Lemons Imported (NZ$ 7.99)
Selama satu minggu terakhir berada di flat di Invercargill, setiap pagi aku bangun dalam kondisi kedinginan. Tidur pun tidak selalu nyenyak, seringkali terbangun tengah malam karena dingin atau posisi tidur yang kurang nyaman akibat kasur yang kecil. Kadangkala punggung, pinggang, atau lututku terasa sakit saat bangun tidur pagi hari. Entah memang faktor usia atau memang kondisi fisik yang kurang fit.
Setiap hari pula aku berusaha melewatkan hari sebaik mungkin dengan berusaha produktif dan sebisa mungkin menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Biasanya aku mengerjakan pembukuan di pagi atau malam hari. Seringkali ada teman-teman Sherly yang berkunjung, dan aku berusaha untuk menjamu semua yang datang agar mereka juga betah bertamu ke flat kami. π Yang pasti memang hampir setiap hari aku belanja, terutama bahan makanan, baik di PakN'Save atau di Countdown, karena dua supermarket itulah yang harganya lebih miring dan sering ada potongan harga.
Tidak terasa kami sudah genap satu bulan berada di negeri kiwi ini. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada saatnya kami merindukan makanan-makanan ala negeri kita, terutama tempe dan tahu, sate, bakso (suami yang doyan bakso, kebetulan aku bukan penggemar), dan masih banyak lagi.
Bagiku pribadi, semua ini adalah tantangan untuk bisa survive di negeri orang. Memang tidak mudah, namun tetap harus dijalani hari demi hari, dan aku berusaha menikmatinya.
Johnny rajin datang setiap hari untuk minta makan. Jadwal rutinnya adalah pagi dan sore hari, namun dia sering datang di luar waktu-waktu makan, hanya untuk sekedar bermain atau bermanja-manja bersama kami. Oleh Sherly, Johnny diberi makan dengan wadah bekas kerang (paua) yang sedari awal ada di teras. Kadang-kadang Johnny hanya makan satu sendok catfood, kadang agak lebih banyak. Aku yang aslinya bukan cat people jadi sayang juga kepada Johnny karena tidak nakal, bahkan cenderung menurut. π
Sejauh ini, aku merasa senang bisa berada di tempat ini, di negeri ini. Yang pasti aku merasa sangat bangga terhadap Sherly, putriku, karena selain kesibukannya kuliah, dia mau bekerja untuk mencari penghasilan tambahan demi meringankan beban biaya hidup yang harus kami tanggung. Seringkali aku melihat anak jaman now yang gengsi bekerja kalau jenis pekerjaannya tidak keren.
Rencananya besok Senin aku dan suami akan mulai road trip lagi, namun untuk durasi waktu yang lebih singkat, mungkin hanya sekitar satu minggu saja. Mudah-mudahan kondisi fisik kami bisa diajak bekerja sama. π
To be continued.......
No comments:
Post a Comment