Day 22: Wednesday, March 22nd, 2017
Kami tidur dengan nyenyak semalam karena setelah diatur ulang penataannya, tempat tidur jadi lebih nyaman. Selain itu suhu udara tidak terlalu dingin dan hidung kami tidak sampai kering dan sakit seperti malam-malam sebelumnya. Pagi ini saat aku bangun dari tidur suhu udara berada di 7 derajat Celcius, namun anehnya tidak terasa dingin. Berbeda sekali dengan waktu di Invercargill, dengan suhu yang sama dinginnya terasa jauh berbeda. Mungkin karena lokasi kami berada di utara dan dekat dengan pesisir pantai jadi tidak terlalu terasa dingin.
Pagi ini aku menyaksikan sunrise yang sangat indah di tepi pantai sembari menikmati secangkir kopi dan chatting panjang dengan seorang teman yang sedang mengadu nasib di negeri orang. Matahari baru malu-malu muncul sekitar jam 7.15 pagi. Setelah itu aku masih mempersiapkan kebutuhan pagi hari dan masak bekal untuk makan siang, baru kemudian mandi dan keramas dengan air es di shower room. ๐
Selesai mandi, kami bersiap-siap, dan sekitar jam 8.45 pagi kami sudah siap melanjutkan perjalanan hari ini. Kami disambut dengan sangat ramah oleh seorang laki-laki tua yang menjaga gerbang, dan kepadanyalah kami membayar NZ$ 12, biaya menginap kami berdua di McKee Memorial Reserve ini.
Tempat-tempat yang kami datangi sepanjang hari ini adalah:
- Ruby Bay
- Countdown Motueka
- Split Apple Rock
- Abel Tasman
- Marahau
- Hope Saddle Lookout
- Kilkenny Lookout
- Seal Colony Tauranga Bay
- Cape Foulwind Lighthouse
- Westport
- Carters Beach
Cuaca tampak baik dan matahari bersinar cerah, dengan awan putih yang berarak-arak di langit biru, mengiringi perjalanan kami hari ini. Kami tiba di Motueka sekitar jam 9.10 pagi dan langsung menuju ke NPD Motueka untuk mengisi bensin. Pombensin di sini swalayan, dan kami menghabiskan NZ$ 40.14 yang kami bayar dengan EFTPOS.
Setelah itu kami mampir ke Countdown untuk belanja sedikit perbekalan isi perut. ๐
Berikut ini hasil belanja di Countdown:
- Coffeemate 170g NZ$ 3.99
- Mock Cream Donuts 4s NZ$ 3.5
- Lemons NZ$ 7.99/kg
Melanjutkan perjalanan, kami banyak melewati banyak sekali kebun buah-buahan, seperti plum, apel, black currant, peach, dan masih banyak lagi. Bahkan ada buah-buahan yang dijual dengan sistem honesty box, di mana pembelinya tinggal memasukkan uang ke dalam kotak dan mengambil sendiri kantong buah-buahan yang diinginkan. Produk-produk yang dijual dengan cara ini biasanya murah, hanya NZ$2 saja per kantong.
Setelah melalui rute yang berlika-liku dan menanjak serta pegunungan karang di sisi jalan, sampailah kami di Tokongawa Drive, di gerbang menuju ke Split Apple Rock, Abel Tasman. Di area ini tidak diperbolehkan menyalakan api unggun dan dilarang membawa alkohol. Apabila membawa anjing piaraan pun harus dipasangi leash.
Kami menuruni Moonraker Way, jalan setapak yang menembus hutan hingga sampai di ujung, memasuki wilayah pantai yang tampak indah. Pasirnya putih dengan warna air laut yang kebiruan. Waktu menunjukkan jam 10.30 siang dan suasana pantai tampak cukup ramai dengan pengunjung yang rata-rata sedang berjemur, hendak berenang, atau berkayak. Terlihat juga beberapa buah motorboat (water taxi) yang tour membawa turis berkeliling di seputaran tepi laut Abel Tasman. Yang menjadi point of interest di pantai ini sebenarnya adalah Split Apple Rock.
Tokangawhฤ/Split Apple Rock adalah formasi batuan geologis yang terbentuk secara alami di Tasman Bay di lepas pantai utara South Island, New Zealand. Terbuat dari granit dari jaman cretaceous, batu tersebut berbentuk seperti buah apel yang dibelah dua dan diperkirakan berusia 120 juta tahun. Menurut legenda suku Maori, batu besar ini terbelah menjadi dua saat dua orang dewa bertarung memperebutkannya.
Split Apple Rock merupakan obyek wisata yang populer di perairan Laut Tasman, dan berada sekitar 50 meter di lepas pantai antara Kaiteriteri dan Marahau. Apabila air laut sedang surut, batu tersebut bisa diakses dengan berjalan dan mengarungi air, atau naik kayak jika air laut sedang pasang. Split Apple Rock terlihat paling indah saat laut pasang, namun di saat surut pengunjung bisa lebih leluasa menjelajah gua-gua kecil di ujung sisi utara.
Abel Tasman National Park sendiri berada di Region Nelson, berlokasi di antara Golden Bay dan Tasman Bay dan tertutup untuk kendaraan, di mana aksesnya hanya bisa dengan berjalan kaki (dari beberapa tempat parkir), naik boat, atau bisa juga menyewa helikopter atau pesawat kecil (hanya di Awaroa).
Beberapa lahan di National Park ini merupakan milik pribadi, terutama di Awaroa Bay dan Torrent Bay. Perlu diingat bahwa penduduk setempat memang ramah, namun pastinya mereka tidak akan suka apabila banyak orang asing yang berjalan melintasi properti mereka. Namun demikian area-area milik pribadi ini diberi tanda dengan jelas, jadi seharusnya tidak ada masalah.
Nama Abel Tasman sendiri berasal dari nama seorang penjelajah dari Belanda, Abel Tasman, yang merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Golden Bay pada tanggal 18 Desember 1642. Di sanalah dia bertemu dengan sekelompok suku Maori yang merupakan penduduk asli, bertempur singkat dengan mereka, dan kemudian pergi. Orang-orang Eropa lainnya datang lagi dalam jumlah lebih banyak sekitar tahun 1855 dan mulai menetap dan menjarah sumber daya alamnya: menebang pepohonan untuk membuat rumah dan kapal-kapal, menambang granit, dan membuat padang rumput dengan membakar lahan.
Abel Tasman pertama kali dibuka pada tahun 1942 dengan luas area 15.000 hektar, dan hingga saat ini luasnya mencapai 22.000 hektar. Namun demikian Abel Tasman masih merupakan taman nasional terkecil di New Zealand, dengan daya tarik utama pantai-pantainya yang berwarna keemasan. Beberapa pantai memiliki butiran-butiran pasir yang tidak biasa. Di luar pantai-pantainya, taman nasional ini masih sangat bergunung-gunung dan kasar.
Banyak vegetasi asli yang hancur akibat penduduk yang menghuninya dulu, namun setelah dibiarkan taman ini mulai memperbaharui dirinya sendiri. Ada 4 spesies pohon beech di dalamnya, dan ini merupakan suatu hal yang luar biasa.
Abel Tasman National Park juga merupakan salah satu tempat tercerah di New Zealand dengan jumlah cahaya matahari sebesar 2.000 jam. Curah hujan di sini relatif sedang sepanjang tahun, dan salju bisa ditemukan di dataran-dataran yang lebih tinggi.
Ada 4 tempat untuk memarkirkan kendaraan sebagai titik awal berjalan kaki, yaitu:
- Marahau, gerbang selatan, jalan beraspal, 67 KM dari Nelson.
- Wainui, 21 KM dari Takaka. Jalannya beraspal kecuali 2 KM terakhir.
- Totaranui, 32 KM dari Takaka. Jalannya beraspal kecuali 13 KM terakhir.
- Awaroa, 31 KM dari Takaka. Jalannya beraspal kecuali 12 KM terakhir, dan memiliki dua titik yang rawan banjir.
Beberapa point of interest di Abel Tasman National Park:
- Anjing laut, yang bisa ditemukan di beberapa tempat dan Tonga Island.
- Tonga Island Marine Reserve
- Cleopatra's Pool
- Falls River bridge
- Cascade Falls
Semua perbekalan makanan harus dibawa sendiri karena tidak akan ada toko yang menjual apa pun, hanya ada sebuah cafe di Awaroa Lodge di Awaroa Bay. Yang pasti harganya tidak murah dibandingkan cafe-cafe serupa di luar area taman nasional. Untuk trekking di Abel Tasman National Park, pastikan membawa insect repellent (karena banyak sandfly), sunscreen, dan cadangan bahan makanan.
Kami menjelajah di sekitar pantai dan masuk ke beberapa gua kecil yang terdapat di sekitar pantai ini. Matahari juga bersinar terik sehingga kami lebih banyak mencari tempat teduh dengan menjelajah gua-gua tersebut. Sebetulnya pada saat kami datang ini air laut sedang surut, namun karena aku mengenakan sepatu kets dan malas berbasah-basah, kami hanya mendekat sampai ke batas-batas bebatuan yang kering saja. Nyatanya walaupun area pantainya kecil, kami hampir 1 jam menjelajah di sini. ๐
Setelah merasa cukup puas menjelajahi area Split Apple Rock ini, kami naik kembali lewat jalan setapak. Walaupun waktu tempuh normalnya 15 menit, ternyata kami menempuhnya hanya dalam waktu 5 menit saja, tapi sesampai di parkiran cukup lama juga hingga nafas kami kembali normal hahahaha... ๐๐๐
Kami mulai berkendara lagi, bermaksud hendak mencoba trekking singkat di Abel Tasman lewat Marahau, saat kami melihat seorang pemuda yang sedang mencari tumpangan di tepi jalan. Karena wajahnya tidak tampak menyebalkan dan matahari memang bersinar sangat terik, kami memutuskan untuk memberinya tumpangan. Ternyata pemuda ini berdarah campuran Belanda dan Perancis, bahkan tantenya ada yang orang Indonesia. Kami mengantarkannya sampai ke pertigaan Riwaka-Sandy Bay Road dan menurunkannya di sana, sementara kami melanjutkan perjalanan dengan berbelok ke timur, ke arah Marahau.
Sesampai di Marahau, waktu sudah menunjukkan jam 11.50 siang dan tempat parkir mobil tampak dipadati dengan kendaraan. Setelah akhirnya kami mendapatkan tempat parkir, kami mencari informasi jalur-jalur trekking yang ada, dan ternyata durasinya panjang-panjang semua, jadi kami membatalkan niat untuk trekking karena merasa belum siap. Akhirnya kami melihat-lihat di pantainya saja. Pantainya cukup indah namun panasnya luar biasa, jadi kami tidak berlama-lama di sini.
Sedianya kami ingin ke Totaranui Bay, namun menilik jalannya sangat jauh, berkerikil, naik turun dan berliku-liku (dan tentunya sepi), akhirnya kami putar balik dan langsung melanjutkan perjalanan menuju ke barat, yakni ke West Coast. Seperti biasa, tentunya kami akan berhenti kalau melihat spot yang bagus.
Perjalanan ditempuh sejauh hampir 300 KM, dengan cuaca yang sepertinya lebih panas dibandingkan kemarin, namun menjelang sore matahari mulai tertutup awan sehingga tidak panas lagi, bahkan lama-lama agak terasa dingin. Kmi melewati lagi jajaran perbukitan hijau yang indah. Liukan sungai-sungai yang airnya indah kehijauan juga sering tampak di kiri atau kanan jalan. Tebing karang yang megah pun banyak mewarnai perjalanan kali ini.
Pertama kami berhenti di Hope Saddle Lookout, sebuah scenic spot dengan view pegunungan hijau dan jalan raya yang tampak membelah gunung. Di tempat ini juga ada tempat untuk duduk-duduk dan toilet.
Selanjutnya kami juga berhenti di Kilkenny Lookout dengan view Buller River.
Dari situ kami langsung menuju ke Carters Beach Top 10 Holiday Park untuk mencari akomodasi malam ini. Kami baru tiba sekitar jam 5.35 sore dan disambut dengan baik oleh resepsionisnya. Kami menyewa sebuah cabin seharga NZ$ 77 untuk 2 orang (tanpa beddings). Kami juga menanyakan tempat-tempat yang bisa didatangi di area ini, dan sang resepsionis menjelaskan dengan ramah dan terperinci.
Kamar yang kami peroleh luas, beralaskan karpet berwarna gelap, dan sebetulnya bisa menampung hingga 7 orang apabila dilihat dari jumlah kasur yang tersedia. Kami memilih untuk menggunakan kasur yang paling depan saja, sementara kasur-kasur lain di ruangan yang terpisah kami biarkan saja apa adanya. Ada sebuah meja dengan dua buah kursi, lalu sebuah sink dan toaster. Semuanya dalam kondisi yang bersih dan menyenangkan.
Kebetulan juga letak kamar kami dekat dengan toilet. Melihat ke dalam dapur dan toilet, desainnya juga minimalis seperti di kamar dengan kondisi yang sangat bersih. Holiday parknya sendiri luas dan asri, dan berlokasi di dekat pantai (Carters Beach di Buller Bay), hanya butuh berjalan kaki beberapa menit saja untuk ke pantainya.
Setelah kami menurunkan barang-barang dari dalam mobil, aku menatanya di kamar dan memasang alas tidur terlebih dahulu, lalu bersantai sejenak, cuci muka, kemudian jam 6 petang pergi lagi untuk menjelajah area sekitar selagi suasana masih terang.
Kami mulai menjelajah dari yang paling jauh terlebih dahulu, yaitu ke Tauranga Bay sejauh 12 KM untuk melihat koloni anjing laut di sana. Di tempat parkir mobilnya ada beberapa ekor burung weka yang tampaknya tidak terlalu takut kepada manusia.
Pantai di Tauranga Bay ini tampak biasa saja dengan pasir hitamnya, namun sering digunakan untuk surfing. Kami hanya melihat-lihat sejenak, lalu berjalan menyusuri Cape Foulwind Walkway, jalan setapak yang disediakan, hingga ke Seal Colony Viewing. Jaraknya hanya sekitar 15 menit saja berjalan kaki. Karena berada di tepi pantai, anginnya terasa kencang di sini.
Walaupun dari kejauhan, namun kami bisa melihat banyak anjing laut yang tampak di bebatuan di tepi laut. Katanya, bulan-bulan ini adalah masa di mana anak-anak anjing laut bertumbuh dan sering terlihat berkeliaran.
Dari situ kami kembali ke tempat parkir, dan naik mobil ke Cape Foulwind Lighthouse Parking. Sebenarnya antara Tauranga Bay Seal Colony Viewing dengan Cape Foulwind Lighthouse terhubung dengan jalan setapak tadi, namun kami takut kemalaman, karenanya lebih baik naik mobil saja supaya cepat dan bisa menjelajah lebih banyak tempat.
Sesampai di tempat parkir, kami berjalan kaki sekitar 15 menit hingga sampai ke mercu suarnya. Pemandangan sepanjang jalan setapaknya indah sekali lho, dan karena areanya lebih tinggi daripada sekitarnya, dan di sini kita bisa melihat view pantai yang indah. ๐๐๐
Cape Foulwind Lighthouse pertama kali dioperasikan pada tahun 1876. Dulunya pada saat penambangan emas sedang marak, area ini tidak memiliki mercu suar, sehingga menjadi daerah yang terisolasi. Beberapa kapal juga sempat karam di tanjung ini karena garis pantai dan anginnya yang berbahaya. Mercu suar ini pertama kali dibangun dari kayu, dan setelah beroperasi selama 50 tahun barulah digantikan oleh bangunan yang sekarang ada.
Sekitar jam 7.30 malam kami sudah kembali berkendara menuju ke Westport. Kami tertarik ke kota ini karena melihat bentuk muara Buller River yang unik menuju ke laut. Bentuknya seperti dua buah tonjolan panjang yang saling berhadapan di tepi laut. Tujuan utama kami ke tempat ini sebenarnya untuk melihat sunset, namun sepertinya tidak akan ada sunset karena cuaca mendung dan banyak awan kelabu menutupi matahari. Kami menuju ke ujung jalan Coates Street, sisi timur muara Buller River. Di ujung jalan tidak boleh digunakan untuk parkir, hanya boleh untuk putar balik saja, karenanya kami parkir beberapa puluh meter jauhnya dari tiang penanda ujung jalan.
Dari tempat ini sisi barat muara Buller River juga tampak karena jaraknya yang dekat. Suasana terlihat sepi dan sudah mulai meremang, sehingga agak sulit mengambil foto dengan jelas. Pantai yang berada di bawah jalan tampak biasa-biasa saja. Karena angin yang kencang, dingin, ditambah hari sudah mulai gelap, kami berkendara kembali ke holiday park.
Sesampai di Carters Beach Top 10 Holiday Park, kami berbenah dan kemudian mandi untuk menghangatkan badan, dan baru sekitar jam 8.30 malam aku ke dapur umum untuk masak makan malam. Suasana dapur juga relatif sepi, jadi aku merasa lebih leluasa bekerja. Malam ini suami makan kentang rebus dengan tumis sayuran dan telur, sementara aku masih belum bosan makan telur dan tomat. ๐๐๐
Usai makan dan membersihkan semua perabotan, kami kembali ke kamar. Sepertinya malam ini holiday parknya agak ramai karena sudah ada beberapa buah mobil dan sebuah sepeda motor yang juga terparkir di depan kamar-kamar lain yang sederet dengan kamar kami. Aku menyempatkan diri untuk mengerjakan pembukuan, dan setelahnya kami pergi tidur karena kelelahan. Zzzzzzz........
To be continued.......
No comments:
Post a Comment