DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Wednesday, July 4, 2018

VIETNAM & LAOS BACKPACKING 2018 (15) - PHONG NHA KE BANG: THE PARADISE CAVE & BOTANIC GARDEN


4 April 2018



Setelah tidur yang cukup nyenyak semalaman, pagi ini aku bangun jam 4 pagi. Kalau sesuai dengan rencana, seharusnya jadwal kami hari ini cukup padat, karenanya kami berniat untuk berangkat agak awal. Aku menjalankan rutinitas pagi dan sekaligus masak nasi untuk makan seharian ini. Untuk lauknya, masih cukup sisa daging dan sayuran yang bisa dimasak. Udara pagi ini cukup dingin, dan kabut terlihat cukup tebal saat aku keluar untuk memotret.



Suami baru bangun jam 5.15 pagi. Oya kemarin malam Joe bercerita bahwa setiap pagi biasanya akan terdengar musik dari luar, sepertinya dari sekolah yang ada di sebelah Mini Mansion, yang memutar lagu anak-anak yang diputar terus-menerus, hingga Joe sampai hapal dengan iramanya hahahaha.... Dan benar saja, mulai sekitar jam 6.30 pagi, musik yang dimaksud mulai terdengar dari luar jendela. Lagu yang sama diputar berulang kali hehehehe... Sebetulnya kemarin pagi saat kami baru sampai pun sudah terdengar musik ini, hanya saja kami tidak terlalu memperhatikan.

Setelah mandi dan bersiap-siap, jam 7.30 pagi kami sudah turun ke lobby. Joe sedang duduk dengan wajahnya yang tampak baru bangun tidur. Joe menawarkan siapa tahu kami mau sarapan dulu, jadi kami balik bertanya apakah harga yang kami bayar termasuk sarapan atau tidak. Setelah ditanyakan, ternyata memang termasuk sarapan. Jadi kami mengiyakan dan menunggu. Setelah menunggu beberapa waktu, kami mendapatkan kopi dengan susu kental manis. Namun setelah lebih lama menunggu, sarapan tidak kunjung datang juga. Saat menunggu inilah aku sempat masuk ke belakang hingga ke dapurnya untuk melihat-lihat. Di belakang dapur juga ada tempat terbuka yang bisa dipakai untuk menjemur pakaian. Terlihat ada beberapa hammock yang terpasang di sini, seharusnya bisa untuk bersantai. Setelah ditanyakan oleh Joe, ternyata bahan untuk membuat sarapannya habis, jadi tidak ada sarapan pagi ini. Ugh, kalau tahu begini kami tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menunggu.




Waktu sudah menunjukkan jam 8.30 pagi saat akhirnya kami memutuskan untuk segera berangkat karena takut kesiangan. Kunci sepeda motor diserahkan oleh Joe beserta dua buah helm batok seperti biasanya, dan kami pun segera melaju di jalan untuk memulai loop. Karena kami mengejar sampai lebih dulu di Paradise Cave, kami menjalani loop berlawanan arah jarum jam. Setelah mencari informasi lokasi pombensin terdekat dengan Google Map, kami membeli bensin dulu sebanyak VND 50K, baru kemudian melanjutkan perjalanan.



Jalanan masih tampak sepi, hanya tampak satu dua kendaraan yang melintas. Melewati jembatan yang melintasi sungai Song Con di jalan raya QL16, kami berhenti sejenak untuk memotret karena viewnya yang indah.
Melanjutkan perjalanan, area Phong Nha Ke Bang National Park ini memang indah sekali. Puncak-puncak pegunungan tampak menjulang di mana-mana. Kami sempat berhenti beberapa kali untuk memotret di tempat-tempat yang tampak indah. Kami juga melalui jalan masuk menuju ke Dark Cave dan Mooc Spring, dua tempat wisata lain yang cukup terkenal di area taman nasional ini, namun belum ingin kami kunjungi. Pada umumnya jalan yang dilalui agak kecil, naik turun, dan berliku-liku.



Setelah sekitar 1 jam berkendara, tibalah kami di jalan masuk menuju ke Paradise Cave. Melalui jalan kecil yang juga naik turun dan agak berliku-liku, sampailah kami di tempat parkir kendaraan Paradise Cave. Tarif parkir untuk sepeda motor adalah VND 5K.
Walaupun belum sampai padat, sudah tampak mulai banyak kendaraan yang terparkir di sini, terutama tour bus dan minivan. Orang-orang pun tampak berseliweran di sekitar area parkir. Di sekitar lapangan parkir ini tampak banyak pedagang makanan, minuman, souvenir dan pakaian beserta asesorisnya, terutama topi.



Setelah memarkirkan kendaraan, kami berjalan mengikuti jalan setapak yang ada, lalu ke toilet dulu sebelum membeli tiket masuk. Toiletnya sendiri sudah modern dan seharusnya bersih, namun sepertinya penggunanya yang agak jorok, banyak tissue berserakan di lantai walau sudah disediakan tempat sampah persis di sebelah toilet. Dari yang kami lihat, kebanyakan pengunjungnya adalah turis domestik.



Dari toilet, kami berjalan ke loket tempat membeli tiket. Harga tiket masuk per orang adalah VND 250K. Cukup mahal, tapi mudah-mudahan sepadan dengan apa yang akan kami lihat nanti, karena Paradise Cave merupakan salah satu gua terindah di dunia.



Ternyata untuk menuju pintu masuk ke guanya sendiri butuh perjuangan, di mana pengunjung harus berjalan sekitar 2 KM dari gerbang masuk. Bagi yang malas atau tidak kuat berjalan kaki, bisa membeli tiket untuk naik buggy. Harga tiket buggy sudah aku fotokan di atas ya... ^_^
Setelah melalui gerbang pengecekan tiket, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang diperuntukkan khusus untuk pejalan kaki. Cuaca panas dan matahari bersinar sangat terik, untungnya masih banyak pepohonan di sepanjang jalan setapak ini, sehingga agak terlindungi. Di beberapa titik juga ada tempat-tempat yang disediakan untuk beristirahat.



Kami sampai di sebuah tempat di mana para pengunjung yang memilih naik buggy diturunkan. Dari tempat ini pengunjung masih harus berjalan kaki lagi, dan kali ini rutenya cenderung menanjak. Nah, jarak 2 KM yang aku sebutkan tadi sudah termasuk jalan setapak ini ya, jadi kalau naik buggy katanya hanya diantar kurang dari 1 KM dari titik awal. Di jalan yang agak menanjak ini kami banyak melewati pengunjung lain yang cenderung berjalan agak lambat dan kadang berhenti untuk istirahat. Menjelang akhir jalan setapak ada sebuah toilet, dan sebelum sampai di toilet ini ada papan yang bertuliskan "tolong ke toilet dulu sebelum masuk ke gua" hahahaha... Tapi, mengapa sampai ada papan seperti ini?
Aku membaca ternyata kadang ada orang (terutama laki-laki tentunya, entah juga kalau perempuan juga sama) yang buang air kecil di dalam area gua. Keterlaluan sekali ya???



Kami sampai di pintu masuk Paradise Cave tepat jam 10 pagi. Di luar pintu masuk disediakan tempat untuk duduk-duduk seperti aula terbuka yang luas dengan banyak tempat duduk dan meja, dan ada yang menjual makanan dan minuman juga di sini. Cukup ramai orang yang tampak sedang beristirahat di tempat ini. Karena tidak ingin suasana semakin ramai, kami langsung masuk ke dalam gua.



Paradise Cave (Thiên Đường Cave) di Phong Nha-Kẻ Bàng National Park berada di ketinggian 200 mdpl. Berlokasi di Son Trach Commune, Bố Trạch District, Provinsi Quảng Bình, gua ini ditemukan oleh seorang penduduk lokal pada tahun 2005, dan 5 KM pertama dari gua ini dijelajahi dan diumumkan secara publik oleh para penjelajah gua dari British Cave Research Association setelah melalui proses selama 4 tahun. Panjang gua ini mencapai 31,4 KM, jauh lebih panjang daripada Phong Nha Cave yang sebelumnya dianggap terpanjang di area ini, dan karenanya menjadi gua kering yang terpanjang di seluruh benua Asia. Di ruangan yang terbesar, tingginya mencapai 100 meter dan lebar ruangannya mencapai 150 meter. Formasi batu kapur (gamping) yang ada di gua ini juga lebih spektakuler dibandingkan yang ada di Phong Nha Cave, karena itulah dinamai Paradise Cave. Tempat ini baru dibuka untuk umum semenjak 3 September 2010, dan hanya 1 KM pertama yang dibuka untuk para pengunjung.

Memasuki gua ini, aku langsung terkesan oleh luasnya ruangan yang terlihat. Kami menuruni infrastruktur tangga dari kayu yang dibangun untuk kenyamanan turis. Semakin ke dalam, pemandangannya semakin menakjubkan. Karena sudah ada beberapa tour guide di dalam, kami sempat mendengarkan mereka menjelaskan tentang gua ini, dan kami menyaksikan titik di mana tinggi guanya mencapai 100 meter dan lebar ruangannya mencapai 150 meter. Benar-benar luar biasa! Sayang sekali hasil fotonya tidak seindah apa yang tampak di depan mata kami.





Kami berjalan perlahan-lahan menyusuri jalan setapak dan tangga yang disediakan sembari menikmati dan mengagumi (serta banyak memotret tentunya) keindahan gua ini. Pada umumnya sebetulnya suasananya cukup gelap, hanya disediakan lampu-lampu yang menerangi stalaktit dan stalakmit yang ada. Udara pun bisa dibilang cukup dingin, yang pasti suhunya di bawah 20 derajat Celcius di dalam gua ini. Tidak terasa kami sudah menempuh 1 KM hingga ke ujung jalan setapak di mana pengunjung boleh masuk.
Di penghujung jalan setapak inilah kami memperhatikan nun di kejauhan sana, di mana tampak tampak sebuah "lubang gua". Tempat inilah yang kuperkirakan, merupakan jalan masuk apabila kita ingin menjelajah lebih jauh ke dalam Paradise Cave.

Untuk menjelajah lebih lanjut di Paradise Cave ini, para petualang bisa masuk lebih jauh dan lebih dalam sejauh 7 KM apabila booking trekking tour dengan Phong Nha Discovery’s 7 KM Paradise Cave Underground Trek. Pengunjung akan dibekali dengan headlamp dan bersama guide akan menjelajah hingga 3,5 KM (karenanya disebut 7 KM karena bolak-balik) ke dalam gua ini. Makan siang akan berlangsung di dalam gua. Biayanya mencapai VND 1,85 - 2,65 juta. Tidak murah ya... hehehehe...

Nah, saat kami sedang berada di ujung jalan setapak dan membicarakan betapa creepy-nya penampakan gua di depan kami, guess what, tiba-tiba kami disapa oleh Helen dan Justina!
Jadi begini ceritanya, saat kami mengobrol di perjalanan sepanjang Tien Son Cave kemarin, Helen dan Justina sempat menanyakan apa saja yang bisa dijelahjahi di Phong Nha, dan karena kami sudah mempunyai rencana, kami menjelaskan kepada mereka apa yang akan kami lakukan hari ini, Phong Nha Loop dengan Paradise Cave dan Botanical Garden sebagai tempat yang layak untuk dikunjungi. Mereka berdua benar-benar tidak mau sewa sepeda motor, bahkan menggunakan jasa easy rider (orang yang mengendarai sepeda motor dan kita tinggal membonceng saja di belakang) pun tidak mau, karena Helen sebagai pengacara seringkali menerima kasus pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan. Karenanya aku sempat menyarankan untuk mengendarai taxi/grab atau ikut tour apabila ingin ke Paradise Cave. Ternyata mereka berdua benar-benar sewa driver taxi selama satu hari untuk mengantar ke mana pun mereka ingin pergi. Kemarin mereka sempat menggoda, hati-hati saja siapa tahu di jalan kami akan disalip oleh mereka hahahaha... Dan siang ini kami kembali bertemu dengan mereka berdua. Sungguh kejutan yang sangat menyenangkan! Kami sempat mengobrol sejenak dengan Helen dan Justina sampai akhirnya mereka berpamitan karena masih akan berkeliling seharian ini.

Setelah puas berada di dalam gua ini, kami mulai berjalan keluar sambil tetap memotret di sana-sini. This was literally the most beautiful cave I have ever seen! Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 11.30 siang saat kami keluar dari gua, dan perut sudah mulai berkerucuk minta diisi. Di area yang banyak tempat duduknya tampak penuh dengan pengunjung, sehingga kami berjalan lagi sedikit ke atas untuk mencari tempat sepi. Kami menemukan sebuah tempat di mana tidak ada orang, dan memutuskan untuk makan siang di sini, tapi baru saja makan satu dua suap, ada petugas yang mendatangi kami dan menyuruh kami pergi. Sepertinya tempat ini memang untuk berdoa (padahal kami makan agak jauh di atasnya), sehingga kami pun berjalan turun sampai menemukan sebuah tempat dengan atap dan tempat duduk untuk beristirahat, dan menghabiskan makan siang kami di tempat tersebut.



Setelah perut kenyang, kami mulai berjalan turun. Rute untuk turun ternyata berbeda dengan waktu naiknya, lebih curam dengan banyak anak tangga, namun jarak yang ditempuh lebih singkat. Kami sampai di area parkir buggy dan sempat duduk sebentar di sini untuk istirahat. Tampak banyak turis bule yang sepertinya berjalan kaki pada saat berangkat, namun memilih untuk naik buggy pada saat perjalanan kembali, mungkin karena cuaca yang sangat panas atau sudah terlalu lelah menjelajahi Paradise Cave hehehehe....
Dasarnya pengiritan, kami tetap berjalan kaki menyusuri jalan setapak hingga sampai di parkiran. Sejujurnya cukup melelahkan, tapi apa boleh buat dana kami amat sangat terbatas, bahkan untuk naik buggy saja kami harus berpikir ratusan kali hahahahaha....

Sampai di tempat memarkirkan sepeda motor, rasanya lega sekali karena tidak perlu berjalan kaki lagi. Waktu sudah menunjukkan jam 12.30 siang saat kami cabut dari tempat ini, dan melanjutkan rute Phong Nha Loop. Pemandangan masih sangat indah sepanjang jalan, dengan gunung-gunung karst yang tampak di depan mata. Jalannya sendiri masih tetap naik turun dan berliku-liku, sementara cuaca benar-benar sangat panas dan teriknya matahari menyengat di kulit.



Pada saat melewati jalanan yang agak naik, aku merasakan sepeda motor yang kami naiki terasa sangat lambat, dan waktu kutanyakan kepada suami, katanya sepeda motor ini seperti tidak bertenaga, biarpun sudah digas maksimal jalannya amat sangat lambat. Kami pun berhenti di tepi jalan, dan aku turun dari sepeda motor. Suami mencoba sepeda motornya, dan katanya tidak bisa "lari", seperti ada sesuatu yang menahan sepeda motornya. Hmmmm.... ternyata rem depannya nyangkut, jadi setiap saat serasa rem ditekan. Wah, kami berdua cukup panik saat itu (sampai aku tidak terpikir untuk memotret situasi hahahaha...). Aku sempat mengirimkan WhatsApp chat ke papiku yang notabene adalah montir sepeda motor yang handal, namun sayang tidak ada sinyal, jadi statusnya pending :(
Kami tidak tahu harus berbuat apa di tepi jalan yang sangat sepi ini. Tidak ada seorang pun yang lewat semenjak kami berhenti. Suami mencoba rem depan berkali-kali, tapi tetap saja tidak berfungsi sebagaimana mestinya, masih tetap nyangkut. Hingga ada sepeda motor yang lewat dan kemudian pengemudinya berhenti dan menanyakan apakah kami baik-baik saja, dan tentu kujawab tidak. Mereka adalah couple dari USA, dan walaupun yang laki-laki adalah mekanik mobil, dia berkata tidak bisa banyak membantu karena tidak mengerti mesin sepeda motor.
Nah, pada saat mereka berdua sedang berusaha membantu kami inilah, tiba-tiba rem depan sepeda motor kami yang tadinya nyangkut bisa berfungsi dengan normal kembali. I guess it's some kind of miracle!

Couple dari USA ini pun kemudian melanjutkan perjalanannya yang kebetulan sama dengan kami, yakni menuju ke Botanic Garden, dan mereka mengatakan berharap bertemu kami di Botanical Garden. Awww.... they're so nice!
Setelah mereka berdua pergi meninggalkan kami, suami mencoba kembali sepeda motor kami, dan ternyata memang sudah normal kembali. Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang tertunda menuju ke Botanic Garden. Phew.... benar-benar pengalaman yang membuatku kuatir, karena aku sempat membayangkan kalau harus menuntun sepeda motor kembali sampai ke kota Phong Nha hehehehe...
Kalau dipikir-pikir, sepertinya rem depan sepeda motor kami mungkin terlalu panas, karena kondisi jalan banyak naik turun sehingga suami seringkali menggunakan rem di saat turunan untuk mengendalikan kecepatan motor. Sama seperti yang terjadi beberapa bulan lalu saat kami ke Ijen naik mobil. Karena saat pulang jalannya terus turun dan turun, aku hampir selalu menginjak rem, dan ternyata hal ini mengakibatkan remnya terlalu panas dan malah blong. Setelah beberapa waktu dibiarkan dan tidak terlalu sering diinjak, remnya kembali normal. Untung semuanya baik-baik saja, baik saat itu maupun kini ^_^

Sekitar jam 1.10 siang akhirnya kami sampai di Botanic Garden. Sudah banyak sepeda motor yang terparkir di sini. Setelah memarkirkan kendaraan, aku mampir ke toilet dulu, dan ternyata kutemui lagi "toilet berjamaaah" di tempat ini walaupun yang terpasang adalah toilet duduk hahahaha.... Ada dua orang turis bule yang sedang berganti baju di dalam bilik toiletnya, dan mereka cukup berisik :v
Setelah itu kami ke loket tempat membeli tiket. Harga tiketnya adalah VND 40K/orang, dan biaya parkir sepeda motor VND 4K. Pengunjung akan mendapatkan selembar peta sekaligus dijelaskan rute-rute yang ada untuk trekking di dalam Botanical Garden yang luas ini. Ada 3 rute utama, dari yang terpendek hingga yang terjauh, dan semua rute tersebut pada akhirnya akan menuju ke air terjun Thac Gio.



Berbekal selembar peta inilah, kami berjalan masuk ke dalam dan menyeberangi dua buah jembatan kecil yang terbuat dari bambu. Kemudian kami menuju ke kandang monyet, dan menelusuri jalur track kedua, yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang. Kalau boleh jujur, walaupun namanya Botanic Garden, tidak ada satu pun tumbuhan yang tampak eksotis atau luar biasa bagi kami. Setelah berjalan dan terus berjalan di jalan setapak yang semakin sulit, ternyata kami sampai di tempat yang seperti buntu. Ada sebuah danau (atau empang?, dengan peringatan bahwa airnya dalam pula!) dan tidak tampak lagi jalan selanjutnya. Setelah suami mencoba melihat, katanya ada jalan setapak tapi sepertinya cukup berbahaya, jadi kami memutuskan untuk putar balik, dan kemudian mengambil jalur yang sebetulnya sudah tidak boleh lagi dilalui. Jalan setapak ini berupa anak tangga yang sepertinya ratusan jumlahnya (walaupun relatif datar). Banyak pepohonan dan semak belukar yang hampir menutupi jalan setapak ini. Akhirnya kami sampai di ujung jalan setapak ini, dan kembali berada di rute sesuai peta, namun sudah di trek yang berbeda. Di sinilah kami kemudian bertemu kembali dengan couple dari USA yang sebelumnya berhenti dan berusaha membantu kami saat rem sepeda motor kami nyangkut. Kami sempat mengobrol sebentar di sini, dan mereka ikut senang karena kami bisa berhasil sampai di tempat ini hehehehe...




Melanjutkan berjalan kaki, kami  menjumpai beberapa petunjuk arah menuju ke Thac Gio Waterfall, namun semakin lama berjalan rutenya semakin sulit. Medannya hanya berupa tanah liat, seringkali tanpa pengaman apa pun, cukup licin, dan yang pasti curam. Banyak sekali batu-batuan besar yang harus kami lewati. Rute ini menjadi salah satu rute trekking terberat yang pernah kulalui. Jaraknya memang tidak jauh, namun faktor keamanannya sangat kurang. Dan peringatan bagi yang belum pernah trekking di Vietnam: seringkali petunjuk yang diberikan sangat menyesatkan! Misalnya saja, tertulis untuk ke air terjun jaraknya hanya 250 meter, faktanya bisa 1 KM atau lebih! Aku sudah terbiasa berjalan kaki dan tahu rasanya jarak 250 meter seperti apa, baik datar maupun menanjak. Beberapa kali kami melihat petunjuk yang sepertinya memberikan harapan bahwa kita sudah akan sampai, tapi ternyata belum. Hahahaha...

Setelah turun dan turun dan turun di jalan setapak yang curam dan berbahaya ini, akhirnya kami sampai di sebuah air terjun mini yang sama sekali tidak indah! Banyak turis (bule) yang sedang berendam di dalam air sungai ini. Setelah kami melihat-lihat ke sekitar barulah kami menyadari, ini bukan air terjun utama yang kami tuju. Tampak ada tangga dari kayu di depan mata kami, dan kemudian dilanjutkan dengan mendaki bebatuan yang sangat besar-besar. Wow!



Aku sudah cukup ketakutan bahkan sebelum mulai melewatinya. Hanya dengan bimbingan dari suamilah aku berhasil sampai di batu besar di mana kami bisa melihat dengan jelas air terjun Thac Gio.



Thac Gio Waterfalls, tempat yang cukup indah dan cukup "instagrammable", namun kurasa perjuangannya kurang sebanding hahahaha... Tampak beberapa anak muda lokal yang dengan santainya naik turun ke dalam area air terjun ini. Mungkin mereka sudah terbiasa sehingga tidak berpikir bahwa area ini sebetulnya sangat berbahaya.
Saat kami sedang menikmati pemandangan air terjun inilah, aku pun memikirkan rute untuk kembali ke puncak dan pulang, dan sepertinya dari yang kulihat di depan mata, medannya akan amat sangat berbahaya. Yang tampak hanyalah batu-batuan yang sangat besar-besar dan sangat curam. Suami sempat bertanya kepada turis asing lain, dan mereka mengatakan bahwa jalan ini memang benar lebih dekat ke pintu keluar Botanical Garden.

Setelah puas memotret air terjun, kami berjalan dengan hati-hati dan perlahan-lahan menapaki bebatuan besar yang ada di depan mata. Suami tampak lebih pede, jadi tidak ada masalah. Dasarnya aku merasa agak takut bahkan sebelum naik (karena medannya benar-benar bahaya dan kurang pengaman), sepatuku sempat nyangkut di bebatuan. Setelah dibantu suami akhirnya bisa terlepas dari sela-sela batu, dan setelah itu kepalaku masih sempat terbentur di sebuah batu pula. Duh, sakit sekali rasanya!
Dalam kondisi yang seperti ini, tidak terpikir di benakku untuk mengambil foto, karenanya tidak ada bukti bahwa rutenya memang cukup mengerikan hehehehe... Bagiku pribadi, rute yang hanya beberapa puluh meter ini relatif berbahaya, dan sepertinya lebih sulit daripada medan tersulit waktu trekking di Nepal. Batu-batu besar, sudutnya bisa mencapai 50-60 derajat, dengan hanya tali sebagai pegangan, sementara pinggirannya air terjun atau langsung jurang, bukan sesuatu yang dengan mudah bisa dilalui. Untung suami sigap membantu, hingga akhirnya kami berdua sampai di puncak dan kembali ke "jalan yang benar". Wah, lega sekali rasanya bisa berjalan kembali di jalan setapak yang normal hahahaha..

Setelah itu kami langsung berjalan kembali ke tempat parkir, dan kemudian meninggalkan Botanic Garden. Setelah berkendara hingga kurang lebih 20 menit (masih sempat berhenti di tempat-tempat bagus untuk memotret), akhirnya kami kembali ke jalan besar di tepi sungai Song Con, di mana pemandangannya tampak sangat indah, dan akhirnya kami sampai juga di penginapan jam 4 sore. Wah, siang tadi benar-benar merupakan pengalaman yang menegangkan buatku hehehehe....



Suami mandi terlebih dulu, dan lagi-lagi aku ketiban sial, karena pada saat aku mau mandi, airnya tidak keluar. Setelah komplain ke pihak penginapan, tidak lama kemudian barulah airnya kembali mengalir, dan jadi deras sekali, lebih deras daripada sebelumnya.
Setelah badan terasa segar, kami berdua makan malam dengan nasi dan daging yang masih ada. Hmmm... kenyang deh ^_^

Karena waktu masih menunjukkan jam 5.30 sore, kami memutuskan untuk naik motor ke tepi sungai Song Con dan melihat sunset di sana. Kebetulan langitnya tampak indah sekali petang ini. Duduk di tepi sungai dan menyaksikan sunset yang sangat indah, wah bahagia sekali rasanya...



Setelah matahari tenggelam, kami masih berputar-putar lagi sedikit di luar kota, hingga sekitar jam 6.10 petang kembali menuju ke arah kota untuk mencari secangkir kopi, dan suami memutuskan untuk berhenti di sebuah tempat di pinggir jembatan. Hanya sebuah warung kaki lima sederhana dengan beberapa meja dan dingklik yang ditata di trotoar. Setelah menanyakan harganya terlebih dahulu, suami memesan segelas kopi, dan ternyata yang disuguhkan adalah kopi khas Vietnam beserta alatnya, yakni dripping coffee.



Karena cukup lama menunggu kopinya benar-benar menetes hingga habis, aku melihat-lihat ke bawah jembatan, di mana tampak ada seekor induk sapi beserta anaknya yang sedang bermain-main.di dekat sebuah sungai kecil. Saat sedang memotret dan mengamati inilah, seorang anak laki-laki melempari sapi-sapi tersebut dengan batu. Dengan senyuman kularang dia untuk melempari batu lagi, dan si anak laki-laki ini tampak tersipu-sipu malu.



Setelah itu tanpa kusangka, aku malah dikerubuti beberapa anak kecil, dua di antara mereka (termasuk anak laki-laki tadi) ternyata anak-anak pemilik warkop ini. Dari beberapa anak ini, ada satu anak perempuan yang tampak menonjol. Dia terlihat sangat berusaha untuk berkomunikasi denganku. Beberapa kali HP-ku dipinjamnya untuk mengetik atau berbicara di Google Translate, dan si anak perempuan ini memang terlihat sangat cerdas, karena hanya dengan sekali melihat, dia bisa langsung menemukan aplikasi Google Translate yang masuk ke sebuah folder di HP-ku. Ada-ada saja yang ditanyakannya, dari asalku hingga harga kamera, HP, pashimina, dan arlojiku hahahaha... Menyenangkan sekali bisa berinteraksi dengan mereka ^_^
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, dan kami harus berpamitan kepada mereka semua. Segelas kopi susu yang dibeli suami dibayar seharga VND 15K, tidak terlalu mahal karena memang enak dan kental sekali.

Kota Phong Nha sudah terlihat sepi, dan maunya, setelah ngopi ini kami ingin berkendara menjelajah pinggiran Phong Nha sekalian menghabiskan sisa bensin yang tinggal sedikit. Namun ternyata udara mulai terasa dingin. Baru sampai di jembatan yang tadi pagi kami lalui, suami sudah kedinginan karena tidak mengenakan jaket, jadi akhirnya kami kembali ke penginapan lagi.

Sesampai di penginapan, tampak keluarga May beserta Joe dan Sonya sedang berada di lobby, sedang makan malam bersama. Kami sempat ditawari juga untuk mencicipi hidangan yang ada, tapi karena masih cukup kenyang, hanya aku yang sedikit mencicipi supnya. Setelah itu mereka duduk-duduk di luar sembari jaga counter yang menjual tiket tour dan bus. Ada seorang gadis yang membeli tiket bus juga di sini. May juga sempat minta foto berdua khusus denganku, katanya lagi-lagi, aku tidak percaya umurmu sudah 41 hahahaha...



Karena kami makan malam tadi masih relatif sore, ditambah udara yang cukup dingin malam ini, aku menawarkan kepada suami untuk mencari makanan di sekitar penginapan. Ujung-ujungnya ternyata kami mampir di rumah makan persis di sebelah penginapan. Namanya Paradise Pizza. Pemiliknya sepertinya orang Italia asli yang sudah cukup tua, yang menikah dengan orang lokal. Rumah makannya sendiri cukup unik karena temboknya dipenuhi tulisan-tulisan tangan orang-orang yang pernah berkunjung ke sini. Andai kami tidak harus super ngirit, ingin sekali pesan fish n' chips, namun tipisnya kondisi kantong membuat kami hanya memesan seporsi kentang goreng seharga VND 29K hehehehe...
Setelah kenyang makan kentang goreng, kami pulang kembali ke penginapan, dan langsung naik ke kamar kami di lantai dua. Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, dan setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku pun tertidur karena kelelahan....



Tidak terasa, hari ini kami berjalan kaki sejauh 11-12 KM, dan kebanyakan berupa trekking di alam, padahal rasanya sebagian besar kami naik sepeda motor untuk mencapai suatu tujuan. Tidak heran malam hari baru terasa lelahnya. Rencananya besok kami hanya akan bersantai saja hingga malam hari, saat sleeper bus menuju ke Tam Coc menjemput kami. Oh what an amazing day! Semakin hari rasanya ada saja tempat yang lebih indah atau pengalaman yang lebih menyenangkan. Semua rasa lelah rasanya terbayarkan dengan semua hal baru yang kudapatkan tiap harinya ^_^
Zzzzzzzzzzzz...............


To be continued.......

No comments:

Post a Comment