8 April 2018
Setelah semalam tidur awal, hari ini aku terbangun jam 3.45 pagi dan segera beranjak turun dari ranjang karena banyak hal yang harus kupersiapkan. Menyeruput segelas kopi panas membuat badan jadi agak hangat dan mata jadi lebih melek.
Pagi ini seperti hari-hari kemarin, suhu udara masih agak dingin. Aku mencoba untuk masak nasi menggunakan electric kettle yang baru kami beli kemarin. Ternyata susah sekali. Jadi di electric kettle ini ada otomatisnya, di mana mencapai suhu tertentu akan mati sendiri powernya, dan sebelum suhunya turun tidak akan mau menyala lagi. Nah, untuk masak nasi hal ini jadi masalah besar, karena setelah ditunggu sekian lama powernya tidak mau menyala lagi, sementara kondisi beras sudah mengental dengan air, namun masih setengah matang. Sebetulnya gas untuk kompor portable yang kami bawa masih ada, namun ternyata cepat sekali habisnya. Satu buah gas pertama habis dalam waktu sekitar 9 harian, padahal perjalanan kami masih lebih dari 6 minggu lagi, karenanya sisa gas yang ada benar-benar kuirit, hanya digunakan apabila mendesak agar masih bisa dipakai sampai hari-hari terakhir sebelum pulang.
Nasi yang sudah setengah matang ini, aku coba masukkan ke dalam sebuah kantong plastik yang kuberi beberapa lubang dan kemudian kuletakkan di atas electric kettle yang berkali-kali kudidihkan airnya, jadi prinsipnya seperti dikukus. Bisa dibilang sepanjang subuh hingga pagi hari kuhabiskan untuk mengusahakan ada nasi yang matang setidaknya untuk siang nanti. Setengah nasi yang pertama untuk makan siang sepertinya berhasil jadi matang, sedangkan untuk separuh sisanya sudah tidak ada waktu lagi :(
Untuk lauknya, aku masak daging dan sisa sayur kangkung kemarin.
Suami bangun menjelang jam 7 pagi hari ini, karena kami tidak ingin terburu-buru saat bus yang menjemput kami datang nanti. Jam 7 pagi kami sudah turun untuk menanti sarapan. Saat menunggu sarapan disiapkan inilah aku memperhatikan ada sebuah rumah makan di seberang penginapan yang memasang plang dengan beberapa kata yang salah cetak. Contohnya cappuccino menjadi camphucino, dan steak menjadi steal, yang tentu saja artinya jadi lucu hahahaha...
Kadang selama di Vietnam kami memang menjumpai istilah-istilah yang aneh, salah tulis, atau salah kaprah. Beberapa yang aneh buat orang Indonesia misalnya kopi yang bahasa Vietnamnya adalah caphe. Lalu apabila ada yeang memperhatikan foto dari 2 hari lalu saat kami berteduh dari hujan di tepi danau, ada ember seperti ember bekas cat yang bertuliskan My Kolor hahahaha.... ada-ada saja ya...
Oya ada istilah ATM di Tam Coc ini, yang sebetulnya adalah menggesekkan kartu (mungkin kartu kredit) di mesin yang tersedia, lalu customer bisa mendapatkan uang cash walaupun mungkin akan dikenai sedikit biaya. Memang seperti ATM sih prinsipnya hehehehe...
Suasana di Tam Coc pagi hari ini juga masih tampak sepi seperti kemarin pagi. Kurang dari 10 menit menunggu, sarapan sudah siap, dengan menu yang sama seperti kemarin. Sebongkah besar roti hangat yang empuk, telur orak-arik yang sudah diisikan ke dalam roti, irisan tomat dan timun, serta segelas kopi panas. Seperti kemarin pula, aku menyimpan rotinya untuk bekal di jalan nanti, dan suami menyimpan telurnya untuk tambahan lauk makan karena sudah kekenyangan makan rotinya.
Usai sarapan, kami bergantian mandi, kemudian berkemas dan bersiap-siap. Jam 8.30 pagi kami sudah turun untuk check-out dan menyelesaikan semua pembayaran terlebih dahulu. Total yang kami bayar selama menginap dua malam di Ha Trang Hotel ini adalah VND 535K (kamar dua malam @VND 227.5K dan sewa sepeda motor VND 90K). Setelah membayar, kami duduk-duduk sembari mengobrol dengan beberapa turis asing yang sedang sarapan di sini.
Bus menuju ke Hanoi yang dijanjikan datang jam 9 pagi, baru datang jam 9.15 pagi. Kami berpamitan dan berterima kasih kepada pemilik penginapan yang sudah berbaik hati mengakomodasi semua kebutuhan kami selama di Tam Coc, dan segera naik ke dalam bus. Karena busnya termasuk bus besar, backpack bisa ditaruh di dalam bagasi bus, dan kami hanya membawa ransel kecil yang berisi kebutuhan untuk di perjalanan saja.
Saat kami masuk, kondisi bus masih relatif kosong, hanya berisi 10-12 orang penumpang saja, dan hampir semuanya bule kecuali kami berdua dan seorang laki-laki lokal. Bus pun berangkat membawa semua penumpangnya ini menuju ke Cat Ba.
Aku menghabiskan banyak waktu untuk tidur selama di perjalanan karena mengantuk akibat bangun kepagian. Sebetulnya tidak benar-benar tidur juga karena masih sadar, tapi seperti biasa, saat benar-benar mulai terlelap, busnya malah berhenti.
Sekitar jam 11.20 siang, kami berhenti di pinggiran kota Hai Phong untuk istirahat makan siang dan toilet. Saat aku ke toiletnya, lagi-lagi aku menjumpai "toilet berjamaah" yang tanpa sekat. Ada juga yang tiap 2-3 toiletnya diberi sekat, tapi tanpa pintu. Sama juga boong hahahaha....
Aku memilih masuk ke dalam bilik toilet yang walaupun merupakan toilet jongkok namun sudah ada flushnya.
Keluar dari toilet, aku melihat ada beberapa turis yang sepertinya lapar karena memang sudah menjelang jam makan siang. Beberapa di antara mereka memesan pho, dan dari yang kudengar sepertinya mahal sekali, harganya sekitar VND 50K. Sementara itu ada satu dua orang penumpang lain yang mencoba membeli buah-buahan di toko di sebelah rumah makan (hanya ada satu toko dan satu rumah makan di tempat ini), dan sepertinya dia marah-marah karena merasa harganya terlalu mahal, sehingga tidak jadi membeli apa pun. Dari yang kudengar, dua buah mangga dihargai VND 80K, sementara waktu di Ho Chi Minh aku melihat pedagang mangga menjajakan barang dagangannya seharga VND 15K/kg. Tadinya aku sempat tergiur untuk membeli jajanan lokal, karena banyak sekali aneka makanan lokal yang dijual di sini, tapi akhirnya urung juga hehehehe... Beruntung kami membawa bekal makanan sendiri, sehingga suami bisa makan roti sisa sarapan tadi. Aku sendiri memang belum merasa lapar.
Sekitar jam 11.50 siang, sang driver sudah masuk kembali ke dalam bus (penumpangnya sudah masuk lebih dulu), dan bus pun melanjutkan perjalanannya. Karena sudah tidak bisa tidur, aku memperhatikan bahwa jalanan di pinggiran Hai Phong ini termasuk ramai, di mana banyak kendaraan berat lalu lalang di sini. Kami sempat melewati jalan tol, dan satu-satunya laki-laki lokal yang menjadi penumpang di dalam bus turun di tengah jalan tol, sepertinya dia akan menunggu di situ hingga keluarganya menjemput.
Menyeberangi jembatan yang cukup panjang, ternyata bus menyeberang dari mainland menuju ke Cat Hai Island. Dari ujung barat hingga ke ujung timur Cat Hai Island yang hanya sekitar 8 KM, bus yang kami naiki hanya makan waktu sekitar 15 menit saja. Setelah itu kami semua disuruh turun dan menunggu. Waktu menunjukkan jam 12.50 siang saat kami tiba di Ben Pha Got ferry crossing ini.
Karena cuaca yang sangat panas, rata-rata penumpang menunggu di sebuah tempat makan dan duduk-duduk di tempat ini, termasuk kami, karena kami sangka memang disuruh menunggu di sini. Katanya kami harus menunggu sekitar 45 menit untuk naik ferry.
Karena sudah lapar, kami berdua makan bekal nasi dan lauk yang kami bawa, sementara kami melihat penumpang lain yang satu bus dengan kami juga hampir tidak ada yang membeli makanan atau minuman di sini, entah karena mahal atau hal lain.
Nah, hal ini sepertinya membuat si ibu pemilik tempat menjadi berang. Saat ada tamu lain yang datang, dia dengan kasarnya mengusir kami semua dari tempat duduk kami. Akhirnya kami semua berdiri sambil berteduh di depan rumah makannya sambil menunggu ferry. Aku sempat berujar kepada suami bahwa si ibu pemilik tempat makan ini benar-benar money-oriented dan tidak mau membantu orang lain. Mungkin karena itu dia tampak tidak bahagia hehehehe...
Setelah bertanya lagi kepada orang yang memberi tahu kami untuk menunggu, katanya ferry akan datang sebentar lagi, dan kami disuruh bersiap-siap. Dengan menggembol backpack yang cukup berat di pundak, jam 1.45 siang kami dibagikan tiket ferry dan kemudian bersama-sama menunggu di tepi dock.
Kami sempat berbesar hati ketika melihat ada ferry yang datang, namun ternyata bukan untuk kami. Hanya penduduk lokal saja yang naik ke dalamnya. Baru sekitar jam 1.55 siang ada sebuah ferry kecil yang merapat ke ferry kecil lainnya, dan kami disuruh masuk ke dalamnya dengan cara menyeberang melalui ferry yang pertama ini.
Jadi, perusahaan tempat kami memesan tiket bus ini sepertinya bernama Hadeco, dan ternyata tiap agen memiliki ferry masing-masing. Kebetulan jadwal ferry kami adalah jam 2 siang. Dari yang aku baca, katanya kami akan naik slow boat menuju ke Cat Ba. Ferry yang kami naiki ini relatif kecil, jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan ferry dari Ketapang ke Gilimanuk. Setelah semua penumpang masuk, kondisi ferry menjadi cukup penuh. Kami duduk di belakang yang cukup terbuka sehingga tidak panas, dan jam 2.05 siang ferry yang kami naiki mulai melaju menuju ke Cat Ba Island.
Aku menyangka bahwa perjalanan naik ferry yang cukup berdesakan ini akan makan waktu minimal 45 menit, dan ternyata hanya 5 menitan sudah sampai! Saat aku melihat di Google Map, ternyata kami mendarat di bagian utara Cat Ba Island, sementara kota yang dijadikan tujuan wisata adalah di ujung selatan pulau.
Sesampai di Cat Ba Island, kami diarahkan untuk masuk lagi ke dalam sebuah bus. Seperti kuceritakan tadi, tiap perusahaan memiliki busnya sendiri, jadi kami masuk ke dalam bus yang sudah ditentukan milik Hadeco. Kami juga melihat bus lain milik perusahaan Good Morning Cat Ba yang katanya bagus, tapi lebih mahal harganya. Kalau dilihat-lihat, perbedaannya hanya bus yang digunakan lebih bagus. Para backpackers seperti kami pada umumnya memilih transportasi dengan tarif termurah hahahaha...
Setelah semua penumpang masuk, bus berangkat jam 2.15 siang menuju ke kota Cat Ba. Jalannya banyak yang berkelak-kelok dan naik turun. Rutenya lebih banyak melewati daerah pesisir pantai. Kebanyakan pemandangan di luar juga menunjukkan perbukitan atau gunung-gunung limestone yang masih tampak alami. Sepertinya infrastruktur di sini juga masih termasuk baru.
Dengan mengamati Google Map, aku tahu persis lokasi kami setiap saat, dan aku sempat terpikir hendak berhenti di sebuah titik yang lokasinya paling dekat dengan penginapan yang sudah kami booking sebelumnya, namun tidak lama kemudian bus berhenti di pusat kota di jalan tepi pantai Mot Thang Tu. Di sini semua penumpang diberitahu bahwa inilah perhentian terakhir, dan kami semua diberi sebuah lembaran brosur yang berisi tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di Cat Ba.
Begitu turun dari bus, karena aku sudah tahu di mana kami akan menginap, kami berdua langsung berjalan kaki menuju ke penginapan yang jaraknya hanya sekitar 1 KM dari tempat kami berada. Aku sudah memesan kamar di Victor Charlie Hostel melalui booking.com. Dan seperti biasanya, ini adalah kamar termurah dengan kamar mandi dalam yang bisa kutemukan di Cat Ba hahahaha... Harganya hanya VND 123K per malam, plus sarapan pula!
Setelah berjalan kaki selama kurang dari 10 menit, sekitar jam 2.50 siang kami sudah sampai di Victor Charlie Hostel, dan ternyata kami masih harus menunggu kamarnya disiapkan terlebih dahulu. Untuk masuk ke dalam bangunannya, pengunjung wajib melepaskan alas kaki, sama seperti waktu di Phong Nha. Yang menyambut kami adalah Vi, putri pemilik sekaligus pengelola hostel ini. Bahasa Inggrisnya cukup bagus dan lancar sehingga kami tidak kesulitan berkomunikasi dengannya. Tadinya sih kami berpikir bahwa pemiliknya mungkin agak perhitungan sehingga tamu baru boleh check-in agak telat, namun belakangan aku menyadari bahwa tempat ini ternyata selalu full-booked, bahkan sampai tamu-tamunya harus menginap di bangunan lain.
Vi juga sempat menawarkan one day boat tour menuju ke Halong Bay/Lanha Bay, dengan harga VND 250K/orang (bonus 1 kaleng beer). Katanya kami akan diantar ke Monkey Island untuk climbing di sana, lalu ada acara berenang di Lanha Bay, dan diakhiri dengan kayaking di area Lanha Bay juga. Kami belum berani mengiyakan karena aku belum sempat membaca referensi tour di di hostel ini.
Hanya menunggu sekitar 10 menit, ternyata kamar kami sudah siap, dan kami diberi sebuah kunci. Lagi-lagi kami mendapatkan kamar di lantai 4, dan tidak ada cara lain menuju ke kamar selain menaiki puluhan anak tangga hehehehe...
Sejujurnya aku sangat terkesan waktu memasuki kamar kami, karena keadaan kamarnya melebihi ekspektasiku. Memang aku sudah sempat melihat foto-foto kamar beserta reviewnya yang bagus-bagus, namun kenyataannya bahkan lebih baik daripada reviewnya.
Kamarnya luas, dengan sebuah kasur berukuran double bed yang keras (hahahaha), dan selimut yang tampak lembut dan nyaman terlipat rapi di atasnya. Handuk dan tissue juga diletakkan di atas selimut. Di sampingnya ada sebuah lemari kecil, kemudian lemari pakaian yang besar. Di sisi lain kamar masih ada lemari kecil dan sebuah kursi. Ada AC, LED TV, dan kipas angin yang semuanya berfungsi dengan baik (namun tidak ada yang kami nyalakan selama menginap di sini karena suhu udara yang cukup dingin). Kamar mandinya cukup luas dan tampak bersih. Ada shower, wastafel, dan toilet duduk. Tidak tampak ada pemanas air, namun air panas keluar dengan lancar dari kran. Sepertinya tempat ini menggunakan water heater dengan bahan bakar gas. Masih dilengkapi dengan exhaust fan di dalam kamar dan di dalam kamar mandi. Kesan pertama kami terhadap tempat ini: the best accomodation so far in Vietnam! Tentunya dengan mempertimbangkan harga dan apa yang didapat dengan harga tersebut.
Setelah mengeluarkan barang-barang kami dari dalam backpack dan mengaturnya di dalam lemari dan di atas meja, suami mandi sementara aku berusaha mematangkan sisa nasi yang ada. Baru sekitar jam 4 sore aku mandi dan mencuci pakaian.
Di luar kamar yang terletak di lantai 4 ini, ada balkon yang pemandangannya indah dengan pagar tembok yang bisa digunakan untuk menjemur pakaian, jadi kami bisa mencuci semua pakaian kotor termasuk yang bahannya tebal, karena tempat menjemurnya berada di udara terbuka dan setidaknya kami akan berada di sini selama minimal 2 malam.
Setelah beristirahat dan ngopi di kamar, sekitar jam 4.30 sore kami turun dan keluar untuk jalan-jalan di seputaran kota Cat Ba untuk melihat pantai-pantainya. Walaupun kami bukan penggemar pantai, namun karena Cat Ba identik dengan pantai dan keindahan alam yang berhubungan dengan laut, tidak ada salahnya mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Keluar ke jalan raya, matahari masih bersinar dengan teriknya, sementara suasana lalu lintas tampak sepi dari kendaraan. Kami sempat melewati semacam pasar yang menjual berbagai macam souvenir dan pakaian. Lalu kami menuju ke Asia Outdoors, sebuah agen perjalanan yang menyediakan berbagai macam layanan tour. Kami ke sini untuk menanyakan harga tour 1 hari naik boat menuju ke Halong Bay. Aku membaca bahwa Asia Outdoors merupakan salah satu agen yang cukup beken dan disukai turis-turis bule. Namun ternyata harganya juga cukup mahal. Alasannya, boat yang digunakan hanya akan diisi maksimal sekitar 12 orang, sementara agen lain yang lebih murah jumlah orangnya lebih banyak di dalam satu boat.
Setelah itu dengan berbekal Google Map, menjelang jam 5 sore kami menyusuri jalan menuju ke pantai Cat Co 3 yang katanya indah dan bersih. Kami berjalan di atas trotoar sepanjang tepi laut. Tampak banyak rumah-rumah makan yang berada di tengah laut, dan banyak pula perahu-perahu kecil yang berlabuh di tepian. Memandang ke arah lautan, akan tampak gunung-gunung kecil yang menjulang mengelilingi kota ini. Indah sekali.
Di ujung jalan setapak, kami menuruni beberapa buah anak tangga, dan akhirnya sampai di pantai Cat Co 3. Kalau dari hostel, jaraknya ke sini tidak sampai 2 KM, jadi relatif dekat.
Sejujurnya pantai ini tampak biasa saja kok. Pasirnya memang putih dengan kondisi pantai yang bersih, namun tampak touristy juga, dengan cukup banyaknya pengunjung di sini. Kami hanya berjongkok di tepian yang teduh sambil memandangi orang-orang dan memotret di sekitar. Sempat makan snack yang diberi oleh Jearvin sewaktu di Hang Mua kemarin ^_^
Setelah cukup puas di sini, jam 5.30 sore kami melanjutkan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang membentang di sekeliling pantai. Jalannya cenderung agak naik, dengan beberapa anak tangga juga. Pemandangan di sepanjang walkway ini benar-benar indah sekali lho... kami sampai berkali-kali berhenti untuk memotret. Di sisi kanan kami terbentang lautan luas berwarna biru kehijauan dengan banyak sekali "pulau-pulau" kecil, sementara di kiri kami berupa gunung batu yang kokoh dan megah. Wah, pokoknya luar biasa deh!
Tanpa terasa, tiba-tiba kami sudah tiba di penghujung jalan setapak dan sampai di pantai Cat Co 1. Yang jelas pantai ini tampak lebih touristy, di mana terlihat adanya beberapa resort yang sudah dan tampaknya sedang dibangun di tempat ini. Pantainya sendiri tampak biasa saja, tidak sedikit pun lebih indah daripada Cat Co 3. Kami naik sampai ke anak tangga tertinggi untuk memotret view di sini, dan kemudian turun lagi dan melanjutkan berjalan kembali ke arah kota.
Kami sampai kembali di jalan besar sekitar jam 5.55 petang saat matahari sedang terbenam. Langit tampak dipenuhi warna jingga yang indah. Menyusuri jalan, tampak banyak sekali restoran yang menjual seafood segar di sini. Pastinya mahal menurut ukuran kantong kami, karenanya kami tidak ingin makan di sana, apalagi suami juga tidak suka seafood. Sempat juga bertemu dengan seekor anjing lucu dan bermain-main sejenak dengannya.
Di beberapa tempat ada pedagang kaki lima yang menjual banh kep thai. Kami tidak tahu makanan jenis apa yang dijual, namun ada beberapa macam buah-buahan yang digantung atau dipajang di gerobaknya. Harganya VND 20K per buah. Karena belum ada gambaran sama sekali makanan seperti apa yang dijual, kami juga tidak berani mencobanya.
Kami langsung berjalan pulang ke penginapan. Dalam perjalanan sempat juga melihat tukang cukur rambut pinggir jalan seperti di Indonesia. Saat sampai di penginapan, kami disambut oleh Vi yang menanyakan apakah kami akan ikut boat tour besok. Akhirnya kami menjawab iya walaupun sebenarnya masih ragu-ragu. Karena sudah lapar, sesampai di kamar kami langsung makan malam nasi dengan sayuran dan daging yang tersisa. Untung saja nasinya cukup matang sehingga masih bisa dimakan walaupun agak lembek, jadi tidak ada yang terbuang hehehehe...
Setelah makan malam kami keluar untuk jalan-jalan lagi melihat suasana malam di kota. Sempat masuk ke CT Supermarket yang kami lewati untuk melihat apa saja yang dijual di sini. Harga-harga pada umumnya masih cukup normal, tidak terlalu mahal, namun kami belum membeli apa-apa.
Berjalan kaki menyusuri jalan raya, suasana malam di Cat Ba ternyata terang benderang dengan banyaknya lampu yang menghiasi jalanan dan toko-toko, rumah-rumah makan dan cafe. Banyak sekali hotel-hotel mewah yang berjejer di pusat kota ini. Di pertigaan jalan Cau Tung Vung dan Mot Thang Tur ada hiasan lampu warna-warni di tengahnya. Dari sini kami berjalan menuju ke arah pasar yang tampak di Google Map. Ternyata di malam hari hanya banyak pedagang buah-buahan dan tempat-tempat makan saja. Karenanya kami berbalik arah dan kembali ke arah penginapan.
Saat berjalan pulang ini, kami melihat seorang pedagang banh kep thai yang sedang melayani turis dari Perancis. Melihat wajah penjualnya yang tampak melankolis, kami pun memutuskan untuk membeli sebuah untuk kami berdua. Ternyata banh kep thai adalah semacam crepes kalau di Indonesia. Isinya bisa berupa buah-buahan, cokelat, atau sosis. Harganya sama semua, VND 20K/buah.
Setelah menunggu 3 pesanan sebelum kami, akhirnya pesanan kami dibuatkan. Kami memesan isi pisang dengan cokelat. Setelah membayar, kami berdua menyantap crepes ini sembari berjalan. Ternyata enak juga rasanya ^_^
Kami mampir lagi ke CT Supermarket yang sebelumnya kami masuki dan membeli sebuah ramen untuk suami, sebuah snack lokal (namanya hai chau), dan sekaleng beer Ha Noi, dengan total senilai VND 53K (yang mahal justru ramennya). Setelah itu baru kami pulang ke penginapan, mandi, cuci baju dan beristirahat setelah seharian yang cukup melelahkan ini.
Total jalan kakinya hanya sekitar 4-5 KM, karena hanya berkeliling kota Cat Ba saja, sisanya lebih banyak berada di dalam bus. Secara keseluruhan, hari ini sangat menyenangkan walaupun lelah. Kami mendapatkan kamar yang sangat murah dan sangat nyaman (di luar kasurnya yang keras), dan kami bisa menikmati suasana di sebuah kota kecil yang tidak banyak diketahui turis (apalagi turis Indonesia).
Oh what a day!
To be continued.......
Pagi ini seperti hari-hari kemarin, suhu udara masih agak dingin. Aku mencoba untuk masak nasi menggunakan electric kettle yang baru kami beli kemarin. Ternyata susah sekali. Jadi di electric kettle ini ada otomatisnya, di mana mencapai suhu tertentu akan mati sendiri powernya, dan sebelum suhunya turun tidak akan mau menyala lagi. Nah, untuk masak nasi hal ini jadi masalah besar, karena setelah ditunggu sekian lama powernya tidak mau menyala lagi, sementara kondisi beras sudah mengental dengan air, namun masih setengah matang. Sebetulnya gas untuk kompor portable yang kami bawa masih ada, namun ternyata cepat sekali habisnya. Satu buah gas pertama habis dalam waktu sekitar 9 harian, padahal perjalanan kami masih lebih dari 6 minggu lagi, karenanya sisa gas yang ada benar-benar kuirit, hanya digunakan apabila mendesak agar masih bisa dipakai sampai hari-hari terakhir sebelum pulang.
Nasi yang sudah setengah matang ini, aku coba masukkan ke dalam sebuah kantong plastik yang kuberi beberapa lubang dan kemudian kuletakkan di atas electric kettle yang berkali-kali kudidihkan airnya, jadi prinsipnya seperti dikukus. Bisa dibilang sepanjang subuh hingga pagi hari kuhabiskan untuk mengusahakan ada nasi yang matang setidaknya untuk siang nanti. Setengah nasi yang pertama untuk makan siang sepertinya berhasil jadi matang, sedangkan untuk separuh sisanya sudah tidak ada waktu lagi :(
Untuk lauknya, aku masak daging dan sisa sayur kangkung kemarin.
Suami bangun menjelang jam 7 pagi hari ini, karena kami tidak ingin terburu-buru saat bus yang menjemput kami datang nanti. Jam 7 pagi kami sudah turun untuk menanti sarapan. Saat menunggu sarapan disiapkan inilah aku memperhatikan ada sebuah rumah makan di seberang penginapan yang memasang plang dengan beberapa kata yang salah cetak. Contohnya cappuccino menjadi camphucino, dan steak menjadi steal, yang tentu saja artinya jadi lucu hahahaha...
Kadang selama di Vietnam kami memang menjumpai istilah-istilah yang aneh, salah tulis, atau salah kaprah. Beberapa yang aneh buat orang Indonesia misalnya kopi yang bahasa Vietnamnya adalah caphe. Lalu apabila ada yeang memperhatikan foto dari 2 hari lalu saat kami berteduh dari hujan di tepi danau, ada ember seperti ember bekas cat yang bertuliskan My Kolor hahahaha.... ada-ada saja ya...
Oya ada istilah ATM di Tam Coc ini, yang sebetulnya adalah menggesekkan kartu (mungkin kartu kredit) di mesin yang tersedia, lalu customer bisa mendapatkan uang cash walaupun mungkin akan dikenai sedikit biaya. Memang seperti ATM sih prinsipnya hehehehe...
Suasana di Tam Coc pagi hari ini juga masih tampak sepi seperti kemarin pagi. Kurang dari 10 menit menunggu, sarapan sudah siap, dengan menu yang sama seperti kemarin. Sebongkah besar roti hangat yang empuk, telur orak-arik yang sudah diisikan ke dalam roti, irisan tomat dan timun, serta segelas kopi panas. Seperti kemarin pula, aku menyimpan rotinya untuk bekal di jalan nanti, dan suami menyimpan telurnya untuk tambahan lauk makan karena sudah kekenyangan makan rotinya.
Usai sarapan, kami bergantian mandi, kemudian berkemas dan bersiap-siap. Jam 8.30 pagi kami sudah turun untuk check-out dan menyelesaikan semua pembayaran terlebih dahulu. Total yang kami bayar selama menginap dua malam di Ha Trang Hotel ini adalah VND 535K (kamar dua malam @VND 227.5K dan sewa sepeda motor VND 90K). Setelah membayar, kami duduk-duduk sembari mengobrol dengan beberapa turis asing yang sedang sarapan di sini.
Bus menuju ke Hanoi yang dijanjikan datang jam 9 pagi, baru datang jam 9.15 pagi. Kami berpamitan dan berterima kasih kepada pemilik penginapan yang sudah berbaik hati mengakomodasi semua kebutuhan kami selama di Tam Coc, dan segera naik ke dalam bus. Karena busnya termasuk bus besar, backpack bisa ditaruh di dalam bagasi bus, dan kami hanya membawa ransel kecil yang berisi kebutuhan untuk di perjalanan saja.
Saat kami masuk, kondisi bus masih relatif kosong, hanya berisi 10-12 orang penumpang saja, dan hampir semuanya bule kecuali kami berdua dan seorang laki-laki lokal. Bus pun berangkat membawa semua penumpangnya ini menuju ke Cat Ba.
Aku menghabiskan banyak waktu untuk tidur selama di perjalanan karena mengantuk akibat bangun kepagian. Sebetulnya tidak benar-benar tidur juga karena masih sadar, tapi seperti biasa, saat benar-benar mulai terlelap, busnya malah berhenti.
Sekitar jam 11.20 siang, kami berhenti di pinggiran kota Hai Phong untuk istirahat makan siang dan toilet. Saat aku ke toiletnya, lagi-lagi aku menjumpai "toilet berjamaah" yang tanpa sekat. Ada juga yang tiap 2-3 toiletnya diberi sekat, tapi tanpa pintu. Sama juga boong hahahaha....
Aku memilih masuk ke dalam bilik toilet yang walaupun merupakan toilet jongkok namun sudah ada flushnya.
Keluar dari toilet, aku melihat ada beberapa turis yang sepertinya lapar karena memang sudah menjelang jam makan siang. Beberapa di antara mereka memesan pho, dan dari yang kudengar sepertinya mahal sekali, harganya sekitar VND 50K. Sementara itu ada satu dua orang penumpang lain yang mencoba membeli buah-buahan di toko di sebelah rumah makan (hanya ada satu toko dan satu rumah makan di tempat ini), dan sepertinya dia marah-marah karena merasa harganya terlalu mahal, sehingga tidak jadi membeli apa pun. Dari yang kudengar, dua buah mangga dihargai VND 80K, sementara waktu di Ho Chi Minh aku melihat pedagang mangga menjajakan barang dagangannya seharga VND 15K/kg. Tadinya aku sempat tergiur untuk membeli jajanan lokal, karena banyak sekali aneka makanan lokal yang dijual di sini, tapi akhirnya urung juga hehehehe... Beruntung kami membawa bekal makanan sendiri, sehingga suami bisa makan roti sisa sarapan tadi. Aku sendiri memang belum merasa lapar.
Sekitar jam 11.50 siang, sang driver sudah masuk kembali ke dalam bus (penumpangnya sudah masuk lebih dulu), dan bus pun melanjutkan perjalanannya. Karena sudah tidak bisa tidur, aku memperhatikan bahwa jalanan di pinggiran Hai Phong ini termasuk ramai, di mana banyak kendaraan berat lalu lalang di sini. Kami sempat melewati jalan tol, dan satu-satunya laki-laki lokal yang menjadi penumpang di dalam bus turun di tengah jalan tol, sepertinya dia akan menunggu di situ hingga keluarganya menjemput.
Menyeberangi jembatan yang cukup panjang, ternyata bus menyeberang dari mainland menuju ke Cat Hai Island. Dari ujung barat hingga ke ujung timur Cat Hai Island yang hanya sekitar 8 KM, bus yang kami naiki hanya makan waktu sekitar 15 menit saja. Setelah itu kami semua disuruh turun dan menunggu. Waktu menunjukkan jam 12.50 siang saat kami tiba di Ben Pha Got ferry crossing ini.
Karena cuaca yang sangat panas, rata-rata penumpang menunggu di sebuah tempat makan dan duduk-duduk di tempat ini, termasuk kami, karena kami sangka memang disuruh menunggu di sini. Katanya kami harus menunggu sekitar 45 menit untuk naik ferry.
Karena sudah lapar, kami berdua makan bekal nasi dan lauk yang kami bawa, sementara kami melihat penumpang lain yang satu bus dengan kami juga hampir tidak ada yang membeli makanan atau minuman di sini, entah karena mahal atau hal lain.
Nah, hal ini sepertinya membuat si ibu pemilik tempat menjadi berang. Saat ada tamu lain yang datang, dia dengan kasarnya mengusir kami semua dari tempat duduk kami. Akhirnya kami semua berdiri sambil berteduh di depan rumah makannya sambil menunggu ferry. Aku sempat berujar kepada suami bahwa si ibu pemilik tempat makan ini benar-benar money-oriented dan tidak mau membantu orang lain. Mungkin karena itu dia tampak tidak bahagia hehehehe...
Setelah bertanya lagi kepada orang yang memberi tahu kami untuk menunggu, katanya ferry akan datang sebentar lagi, dan kami disuruh bersiap-siap. Dengan menggembol backpack yang cukup berat di pundak, jam 1.45 siang kami dibagikan tiket ferry dan kemudian bersama-sama menunggu di tepi dock.
Kami sempat berbesar hati ketika melihat ada ferry yang datang, namun ternyata bukan untuk kami. Hanya penduduk lokal saja yang naik ke dalamnya. Baru sekitar jam 1.55 siang ada sebuah ferry kecil yang merapat ke ferry kecil lainnya, dan kami disuruh masuk ke dalamnya dengan cara menyeberang melalui ferry yang pertama ini.
Jadi, perusahaan tempat kami memesan tiket bus ini sepertinya bernama Hadeco, dan ternyata tiap agen memiliki ferry masing-masing. Kebetulan jadwal ferry kami adalah jam 2 siang. Dari yang aku baca, katanya kami akan naik slow boat menuju ke Cat Ba. Ferry yang kami naiki ini relatif kecil, jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan ferry dari Ketapang ke Gilimanuk. Setelah semua penumpang masuk, kondisi ferry menjadi cukup penuh. Kami duduk di belakang yang cukup terbuka sehingga tidak panas, dan jam 2.05 siang ferry yang kami naiki mulai melaju menuju ke Cat Ba Island.
Aku menyangka bahwa perjalanan naik ferry yang cukup berdesakan ini akan makan waktu minimal 45 menit, dan ternyata hanya 5 menitan sudah sampai! Saat aku melihat di Google Map, ternyata kami mendarat di bagian utara Cat Ba Island, sementara kota yang dijadikan tujuan wisata adalah di ujung selatan pulau.
Sesampai di Cat Ba Island, kami diarahkan untuk masuk lagi ke dalam sebuah bus. Seperti kuceritakan tadi, tiap perusahaan memiliki busnya sendiri, jadi kami masuk ke dalam bus yang sudah ditentukan milik Hadeco. Kami juga melihat bus lain milik perusahaan Good Morning Cat Ba yang katanya bagus, tapi lebih mahal harganya. Kalau dilihat-lihat, perbedaannya hanya bus yang digunakan lebih bagus. Para backpackers seperti kami pada umumnya memilih transportasi dengan tarif termurah hahahaha...
Setelah semua penumpang masuk, bus berangkat jam 2.15 siang menuju ke kota Cat Ba. Jalannya banyak yang berkelak-kelok dan naik turun. Rutenya lebih banyak melewati daerah pesisir pantai. Kebanyakan pemandangan di luar juga menunjukkan perbukitan atau gunung-gunung limestone yang masih tampak alami. Sepertinya infrastruktur di sini juga masih termasuk baru.
Dengan mengamati Google Map, aku tahu persis lokasi kami setiap saat, dan aku sempat terpikir hendak berhenti di sebuah titik yang lokasinya paling dekat dengan penginapan yang sudah kami booking sebelumnya, namun tidak lama kemudian bus berhenti di pusat kota di jalan tepi pantai Mot Thang Tu. Di sini semua penumpang diberitahu bahwa inilah perhentian terakhir, dan kami semua diberi sebuah lembaran brosur yang berisi tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di Cat Ba.
Begitu turun dari bus, karena aku sudah tahu di mana kami akan menginap, kami berdua langsung berjalan kaki menuju ke penginapan yang jaraknya hanya sekitar 1 KM dari tempat kami berada. Aku sudah memesan kamar di Victor Charlie Hostel melalui booking.com. Dan seperti biasanya, ini adalah kamar termurah dengan kamar mandi dalam yang bisa kutemukan di Cat Ba hahahaha... Harganya hanya VND 123K per malam, plus sarapan pula!
Setelah berjalan kaki selama kurang dari 10 menit, sekitar jam 2.50 siang kami sudah sampai di Victor Charlie Hostel, dan ternyata kami masih harus menunggu kamarnya disiapkan terlebih dahulu. Untuk masuk ke dalam bangunannya, pengunjung wajib melepaskan alas kaki, sama seperti waktu di Phong Nha. Yang menyambut kami adalah Vi, putri pemilik sekaligus pengelola hostel ini. Bahasa Inggrisnya cukup bagus dan lancar sehingga kami tidak kesulitan berkomunikasi dengannya. Tadinya sih kami berpikir bahwa pemiliknya mungkin agak perhitungan sehingga tamu baru boleh check-in agak telat, namun belakangan aku menyadari bahwa tempat ini ternyata selalu full-booked, bahkan sampai tamu-tamunya harus menginap di bangunan lain.
Vi juga sempat menawarkan one day boat tour menuju ke Halong Bay/Lanha Bay, dengan harga VND 250K/orang (bonus 1 kaleng beer). Katanya kami akan diantar ke Monkey Island untuk climbing di sana, lalu ada acara berenang di Lanha Bay, dan diakhiri dengan kayaking di area Lanha Bay juga. Kami belum berani mengiyakan karena aku belum sempat membaca referensi tour di di hostel ini.
Hanya menunggu sekitar 10 menit, ternyata kamar kami sudah siap, dan kami diberi sebuah kunci. Lagi-lagi kami mendapatkan kamar di lantai 4, dan tidak ada cara lain menuju ke kamar selain menaiki puluhan anak tangga hehehehe...
Sejujurnya aku sangat terkesan waktu memasuki kamar kami, karena keadaan kamarnya melebihi ekspektasiku. Memang aku sudah sempat melihat foto-foto kamar beserta reviewnya yang bagus-bagus, namun kenyataannya bahkan lebih baik daripada reviewnya.
Kamarnya luas, dengan sebuah kasur berukuran double bed yang keras (hahahaha), dan selimut yang tampak lembut dan nyaman terlipat rapi di atasnya. Handuk dan tissue juga diletakkan di atas selimut. Di sampingnya ada sebuah lemari kecil, kemudian lemari pakaian yang besar. Di sisi lain kamar masih ada lemari kecil dan sebuah kursi. Ada AC, LED TV, dan kipas angin yang semuanya berfungsi dengan baik (namun tidak ada yang kami nyalakan selama menginap di sini karena suhu udara yang cukup dingin). Kamar mandinya cukup luas dan tampak bersih. Ada shower, wastafel, dan toilet duduk. Tidak tampak ada pemanas air, namun air panas keluar dengan lancar dari kran. Sepertinya tempat ini menggunakan water heater dengan bahan bakar gas. Masih dilengkapi dengan exhaust fan di dalam kamar dan di dalam kamar mandi. Kesan pertama kami terhadap tempat ini: the best accomodation so far in Vietnam! Tentunya dengan mempertimbangkan harga dan apa yang didapat dengan harga tersebut.
Setelah mengeluarkan barang-barang kami dari dalam backpack dan mengaturnya di dalam lemari dan di atas meja, suami mandi sementara aku berusaha mematangkan sisa nasi yang ada. Baru sekitar jam 4 sore aku mandi dan mencuci pakaian.
Di luar kamar yang terletak di lantai 4 ini, ada balkon yang pemandangannya indah dengan pagar tembok yang bisa digunakan untuk menjemur pakaian, jadi kami bisa mencuci semua pakaian kotor termasuk yang bahannya tebal, karena tempat menjemurnya berada di udara terbuka dan setidaknya kami akan berada di sini selama minimal 2 malam.
Setelah beristirahat dan ngopi di kamar, sekitar jam 4.30 sore kami turun dan keluar untuk jalan-jalan di seputaran kota Cat Ba untuk melihat pantai-pantainya. Walaupun kami bukan penggemar pantai, namun karena Cat Ba identik dengan pantai dan keindahan alam yang berhubungan dengan laut, tidak ada salahnya mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Keluar ke jalan raya, matahari masih bersinar dengan teriknya, sementara suasana lalu lintas tampak sepi dari kendaraan. Kami sempat melewati semacam pasar yang menjual berbagai macam souvenir dan pakaian. Lalu kami menuju ke Asia Outdoors, sebuah agen perjalanan yang menyediakan berbagai macam layanan tour. Kami ke sini untuk menanyakan harga tour 1 hari naik boat menuju ke Halong Bay. Aku membaca bahwa Asia Outdoors merupakan salah satu agen yang cukup beken dan disukai turis-turis bule. Namun ternyata harganya juga cukup mahal. Alasannya, boat yang digunakan hanya akan diisi maksimal sekitar 12 orang, sementara agen lain yang lebih murah jumlah orangnya lebih banyak di dalam satu boat.
Setelah itu dengan berbekal Google Map, menjelang jam 5 sore kami menyusuri jalan menuju ke pantai Cat Co 3 yang katanya indah dan bersih. Kami berjalan di atas trotoar sepanjang tepi laut. Tampak banyak rumah-rumah makan yang berada di tengah laut, dan banyak pula perahu-perahu kecil yang berlabuh di tepian. Memandang ke arah lautan, akan tampak gunung-gunung kecil yang menjulang mengelilingi kota ini. Indah sekali.
Di ujung jalan setapak, kami menuruni beberapa buah anak tangga, dan akhirnya sampai di pantai Cat Co 3. Kalau dari hostel, jaraknya ke sini tidak sampai 2 KM, jadi relatif dekat.
Sejujurnya pantai ini tampak biasa saja kok. Pasirnya memang putih dengan kondisi pantai yang bersih, namun tampak touristy juga, dengan cukup banyaknya pengunjung di sini. Kami hanya berjongkok di tepian yang teduh sambil memandangi orang-orang dan memotret di sekitar. Sempat makan snack yang diberi oleh Jearvin sewaktu di Hang Mua kemarin ^_^
Setelah cukup puas di sini, jam 5.30 sore kami melanjutkan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang membentang di sekeliling pantai. Jalannya cenderung agak naik, dengan beberapa anak tangga juga. Pemandangan di sepanjang walkway ini benar-benar indah sekali lho... kami sampai berkali-kali berhenti untuk memotret. Di sisi kanan kami terbentang lautan luas berwarna biru kehijauan dengan banyak sekali "pulau-pulau" kecil, sementara di kiri kami berupa gunung batu yang kokoh dan megah. Wah, pokoknya luar biasa deh!
Tanpa terasa, tiba-tiba kami sudah tiba di penghujung jalan setapak dan sampai di pantai Cat Co 1. Yang jelas pantai ini tampak lebih touristy, di mana terlihat adanya beberapa resort yang sudah dan tampaknya sedang dibangun di tempat ini. Pantainya sendiri tampak biasa saja, tidak sedikit pun lebih indah daripada Cat Co 3. Kami naik sampai ke anak tangga tertinggi untuk memotret view di sini, dan kemudian turun lagi dan melanjutkan berjalan kembali ke arah kota.
Kami sampai kembali di jalan besar sekitar jam 5.55 petang saat matahari sedang terbenam. Langit tampak dipenuhi warna jingga yang indah. Menyusuri jalan, tampak banyak sekali restoran yang menjual seafood segar di sini. Pastinya mahal menurut ukuran kantong kami, karenanya kami tidak ingin makan di sana, apalagi suami juga tidak suka seafood. Sempat juga bertemu dengan seekor anjing lucu dan bermain-main sejenak dengannya.
Di beberapa tempat ada pedagang kaki lima yang menjual banh kep thai. Kami tidak tahu makanan jenis apa yang dijual, namun ada beberapa macam buah-buahan yang digantung atau dipajang di gerobaknya. Harganya VND 20K per buah. Karena belum ada gambaran sama sekali makanan seperti apa yang dijual, kami juga tidak berani mencobanya.
Kami langsung berjalan pulang ke penginapan. Dalam perjalanan sempat juga melihat tukang cukur rambut pinggir jalan seperti di Indonesia. Saat sampai di penginapan, kami disambut oleh Vi yang menanyakan apakah kami akan ikut boat tour besok. Akhirnya kami menjawab iya walaupun sebenarnya masih ragu-ragu. Karena sudah lapar, sesampai di kamar kami langsung makan malam nasi dengan sayuran dan daging yang tersisa. Untung saja nasinya cukup matang sehingga masih bisa dimakan walaupun agak lembek, jadi tidak ada yang terbuang hehehehe...
Setelah makan malam kami keluar untuk jalan-jalan lagi melihat suasana malam di kota. Sempat masuk ke CT Supermarket yang kami lewati untuk melihat apa saja yang dijual di sini. Harga-harga pada umumnya masih cukup normal, tidak terlalu mahal, namun kami belum membeli apa-apa.
Berjalan kaki menyusuri jalan raya, suasana malam di Cat Ba ternyata terang benderang dengan banyaknya lampu yang menghiasi jalanan dan toko-toko, rumah-rumah makan dan cafe. Banyak sekali hotel-hotel mewah yang berjejer di pusat kota ini. Di pertigaan jalan Cau Tung Vung dan Mot Thang Tur ada hiasan lampu warna-warni di tengahnya. Dari sini kami berjalan menuju ke arah pasar yang tampak di Google Map. Ternyata di malam hari hanya banyak pedagang buah-buahan dan tempat-tempat makan saja. Karenanya kami berbalik arah dan kembali ke arah penginapan.
Saat berjalan pulang ini, kami melihat seorang pedagang banh kep thai yang sedang melayani turis dari Perancis. Melihat wajah penjualnya yang tampak melankolis, kami pun memutuskan untuk membeli sebuah untuk kami berdua. Ternyata banh kep thai adalah semacam crepes kalau di Indonesia. Isinya bisa berupa buah-buahan, cokelat, atau sosis. Harganya sama semua, VND 20K/buah.
Setelah menunggu 3 pesanan sebelum kami, akhirnya pesanan kami dibuatkan. Kami memesan isi pisang dengan cokelat. Setelah membayar, kami berdua menyantap crepes ini sembari berjalan. Ternyata enak juga rasanya ^_^
Kami mampir lagi ke CT Supermarket yang sebelumnya kami masuki dan membeli sebuah ramen untuk suami, sebuah snack lokal (namanya hai chau), dan sekaleng beer Ha Noi, dengan total senilai VND 53K (yang mahal justru ramennya). Setelah itu baru kami pulang ke penginapan, mandi, cuci baju dan beristirahat setelah seharian yang cukup melelahkan ini.
Total jalan kakinya hanya sekitar 4-5 KM, karena hanya berkeliling kota Cat Ba saja, sisanya lebih banyak berada di dalam bus. Secara keseluruhan, hari ini sangat menyenangkan walaupun lelah. Kami mendapatkan kamar yang sangat murah dan sangat nyaman (di luar kasurnya yang keras), dan kami bisa menikmati suasana di sebuah kota kecil yang tidak banyak diketahui turis (apalagi turis Indonesia).
Oh what a day!
To be continued.......
No comments:
Post a Comment