28 Maret 2018
Setelah tidur yang nyenyak akibat lelah seharian kemarin, pagi ini aku terbangun jam 6.20 pagi. Itu pun rasanya masih malas bangun karena dingin. Suhu pagi hari di Da Lat beberapa hari terakhir ini berkisar antara 12-14 derajat Celcius.
Sepagian kuhabiskan waktu dengan memberesi barang-barang kami, memampatkannya lagi ke dalam backpack. Setelah suami bangun jam 7.30 pagi, aku membuatkannya mie instan untuk sarapan. Kemudian masak lagi 4 buah mie instan untuk persiapan makan siang dan makan malam kami berdua di bus nanti.
Tentunya setiap kali selesai menggunakan electric kettle untuk masak mie, aku mencucinya sampai bersih agar tidak ada sisa bau, apalagi minyak yang menempel di dalam kettle.
Usai menyiapkan perbekalan makanan, aku masih menyaring air dengan water purifier untuk bekal minum seharian ini. Melakukan kegiatan menyaring air ini butuh kesabaran dan sedikit tenaga ekstra, karena air yang keluar sedikit. Namun sejauh ini alat ini amat sangat berguna. Setidaknya kami merasa lebih aman untuk minum walaupun airnya tidak dimasak sampai mendidih. Biasanya perut suami yang sensi dengan hal-hal seperti ini, dan sejauh ini tidak ada keluhan darinya minum air dari hasil menyaring sendiri hehehehe...
Setelah semuanya siap, kami pun bergantian mandi dan membereskan semua bawaan. Jam 11.55 siang kami keluar dari kamar 103 yang kami tempati selama 3 malam terakhir dan hendak check-out, namun Wang tidak ada.
Yang ada di meja resepsionis seorang perempuan tua, yang kami pikir adalah ibunya. Jadi dengan campuran Google Translate dan bahasa kalbu, sepertinya beliau mengerti bahwa kami mau check-out tapi hendak menitipkan backpack dulu sampai jam 3 sore.
Dari Katie Guesthouse, kami berjalan menuju ke pasar. Yah, paling menyenangkan menghabiskan waktu memang di pasar hehehehe... Sempat juga mampir untuk melihat-lihat roti di sebuah bakery, baru setelah itu menuju ke pasar.
Suami ingin membeli sebuah caping untuk pelindung kepala di saat panas, karenanya aku memperhatikan kalau orang lokal yang beli berapa harganya. Kami mencoba bertanya di sebuah kios, dan ternyata diberi harga yang sama. Maka suami memilih sebuah caping dengan talinya seharga VND 40K.
Suami ingin membeli sebuah caping untuk pelindung kepala di saat panas, karenanya aku memperhatikan kalau orang lokal yang beli berapa harganya. Kami mencoba bertanya di sebuah kios, dan ternyata diberi harga yang sama. Maka suami memilih sebuah caping dengan talinya seharga VND 40K.
Masuk ke dalam pasar, ternyata ada lantai duanya, maka kami mencoba naik untuk melihat apa yang dijual di sana. Hampir seluruh lantai ini penuh dengan warung makan dengan berbagai macam menu.
Berkeliling pasar, luar dalam, baru kelihatan banyak juga ternyata penjual ikan dan kodok yang masih hidup. Lele hidup yang dijual ukurannya juga jumbo-jumbo sekali. Selain itu tentunya banyak penjual daging ayam, bebek, babi, dan sapi. Banyak pula pedagang buah-buahan dan sayur mayur, serta bunga segar.
Salah satu hal yang aku sangat suka di Da Lat adalah sangat banyak bunga-bunga indah yang dijual. Dari mulai bunga mawar, bunga matahari, bunga pancawarna, dan masih banyak lagi yang lain. Semuanya tampak segar dan cantik-cantik sekali.
Kami juga sempat membeli banh mi isi abon ayam seharga VND 10K. Murah sekali ya? Rasanya pun tidak mengecewakan.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 1.30 siang saat kami keluar dari pasar Da Lat ini. Setelah itu kami berjalan ke tepi danau Ho Xuan Hurong yang sangat dekat dengan pasar. Duduk-duduk, bersantai dan beristirahat sembari memperhatikan orang-orang yang lalu lalang.
Berkeliling pasar, luar dalam, baru kelihatan banyak juga ternyata penjual ikan dan kodok yang masih hidup. Lele hidup yang dijual ukurannya juga jumbo-jumbo sekali. Selain itu tentunya banyak penjual daging ayam, bebek, babi, dan sapi. Banyak pula pedagang buah-buahan dan sayur mayur, serta bunga segar.
Salah satu hal yang aku sangat suka di Da Lat adalah sangat banyak bunga-bunga indah yang dijual. Dari mulai bunga mawar, bunga matahari, bunga pancawarna, dan masih banyak lagi yang lain. Semuanya tampak segar dan cantik-cantik sekali.
Kami juga sempat membeli banh mi isi abon ayam seharga VND 10K. Murah sekali ya? Rasanya pun tidak mengecewakan.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 1.30 siang saat kami keluar dari pasar Da Lat ini. Setelah itu kami berjalan ke tepi danau Ho Xuan Hurong yang sangat dekat dengan pasar. Duduk-duduk, bersantai dan beristirahat sembari memperhatikan orang-orang yang lalu lalang.
Dari danau, kami beranjak ke Light Park, taman di seberang jalan. Sayang cuaca sangat panas jadi kami kurang menikmati suasana di sini. Tamannya sendiri juga tampak tidak terlalu terawat fasilitas-fasilitasnya. Yang pasti, di mana-mana bau pesing!
Memang sepanjang kami berada di Vietnam, seringkali kami lewat di jalan yang agak sepi atau agak gelap di malam hari, dan pada umumnya tercium bau pesing. Sepertinya orang-orang di sini gemar buang air kecil sembarangan. Menyedihkan sekali :(
Saat hendak berjalan keluar dari taman, ada seorang perempuan petugas taman (mengenakan seragam) yang sedang naik motor menyeret selang air, dan kami melihatnya terjatuh hingga spion kanannya pecah. Kami berdua berusaha menolongnya. Ternyata selang yang diseretnya menyangkut di salah satu sudut jalan. Saat aku mencoba mengangkat selang tersebut, ternyata selangnya berat sekali. Setelah kami lepaskan selang yang menyangkut tersebut, perempuan ini menjalankan kembali sepeda motornya, dan selangnya menyangkut lagi di paving yang lain. Aku pun berteriak menyuruhnya tetap jalan sembari kami berdua melepaskan selang-selang yang menyangkut tadi. Barulah setelah itu perjalanannya tampak lancar.
Keluar dari taman, waktu sudah menunjukkan jam 2 siang dan kami berjalan ke Lien Hoa bakery untuk membeli roti tawar sebagai bekal di bus nanti dan sekaligus untuk sarapan suami. Satu buah roti tawar dengan ukuran standar harganya VND 15K. Aku juga melihat ada roti untuk banh mi yang dijual seharga VND 2K saja. Murah sekali ya?
Setelah lengkap perbekalan makanan untuk hari ini, kami berjalan kembali ke Katie Guest House. Tampak Wang sedang berada di meja resepsionis seperti biasanya. Kami mengobrol dengannya tentang berbagai hal. Wang sendiri usianya sudah 29 tahun, dan walaupun sudah punya pacar, dia masih belum mau menikah. Katanya mau mengumpulkan uang yang banyak dulu sebelum menikah. Mungkin 5 tahun lagi baru menikah katanya hahahaha....
Menurutnya, harga bahan makanan di Vietnam tergantung pada hasil bumi di sekitarnya. Kalau daerah yang dekat dengan laut, harga seafood akan lebih murah, demikian pula untuk daerah penghasil sayur mayur, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya.
Jam 3.05 sore, sebuah mobil minivan berhenti di depan penginapan. Inilah mobil yang menjemput kami. Setelah kami berpamitan dan berterima kasih kepada Wang, kami pun masuk ke dalamnya. Mobil jemputan ini masih mampir di dua tempat lagi, tapi yang satu tidak ada orangnya. Kami sampai di kantor Futa Bus jam 3.30 sore.
Karena ini pertama kalinya kami naik sleeper bus selama di Vietnam, kami tidak tahu harus bagaimana. Waktu bertanya kepada bagian informasi, katanya disuruh duduk saja dan menunggu. Setelah menunggu beberapa waktu, kami memutuskan untuk keluar dan mencari bus yang akan kami naiki nanti. Setelah bertanya kepada beberapa orang, akhirnya kami temukan juga busnya. Kami masih disuruh menunggu lagi. Suasana tampak cukup ramai dengan calon penumpang.
Jam 3.50 sore, semua penumpang disuruh memasukkan barangnya ke dalam bagasi samping. Tadinya aku bersikeras hendak membawa backpackku ke dalam bus, tapi kata petugasnya nanti sempit malah tidak nyaman. Akhirnya aku mengeluarkan beberapa barang yang penting-penting saja, dan memasukkannya ke dalam ransel kecilku.
Usai memasukkan backpack yang besar ke dalam bagasi, kami masuk ke dalam bus. Aku baru tahu bahwa kalau naik sleeper bus sepatu atau alas kaki harus dilepas. Disediakan kantong plastik untuk menyimpan alas kaki kita. Ternyata lantai busnya memang beralaskan kulit, sama seperti tempat duduknya.
Kami duduk paling belakang, dan kebetulan dari satu deret berisi 5 seat ini, dua di antaranya kosong, jadi malah lebih lega hehehehe... Aku pernah membaca bahwa seat paling belakang biasanya disukai turis bule, karena posisi kaki bisa bebas bergerak. Tidak enaknya adalah satu deret berisi 5 seat tanpa sekat, jadi kalau dapat "tetangga" yang berbadan besar atau tidurnya tidak beraturan tentunya tidak nyaman.
Sang kernet membagikan botol air minum dan tissue basah kepada masing-masing penumpang, dan setelah semua penumpang masuk dan menempati tempat duduknya masing-masing, jam 4.05 sore Futa Bus menuju ke Da Nang pun berangkat ^_^
Tampaknya hanya kami berdua turis di dalam bus ini, sisanya adalah orang lokal. Sebetulnya agak aneh juga rasanya dengan posisi tiduran di dalam bus, maklum baru pertama kali hehehehe...
Perjalanan naik bus ini sangat bumpy, entah karena jalannya yang tidak rata atau memang shock breakernya yang kurang enak. Awalnya aku masih menulis-nulis di smartphoneku, namun lama-kelamaan ngantuk juga hingga aku ketiduran. Selama beberapa waktu aku hanya tidur-tidur ayam saja, karena penumpang-penumpang lain yang duduk di depan cenderung berisik, entah mengobrol keras-keras, telepon dengan suara keras, atau menyetel musik atau video di HP-nya. Suami juga tampaknya berusaha tidur dengan mendengarkan musik melalui earphone-nya.
Saat waktu menunjukkan jam 5.30 sore dan aku baru saja terjaga dari tidur, tampak jalanan di luar dipenuhi kabut tebal. Sementara itu terasa sekali bus melintasi jalan yang terus dan terus naik dan berkelak-kelok tajam. Mesin bus terdengar menderu melintasinya. Aku mulai memperhatikan keadaaan di luar karena susah tidur lagi.
Waktu baru menunjukkan jam 5.40 petang ketika kabut di luar bus tampak sangat tebal dan yang terlihat hanya warna putih pekat. Jalanan yang dilalui tampaknya kecil dan hanya pas untuk 1 bus saja. Agak seram juga sebetulnya, namun aku percaya sang driver pasti sudah berpengalaman, karena aku jarang mendengar adanya kecelakaan bus di Vietnam ini.
Menjelang jam 6 petang, tampak kabut mulai menipis, namun suasana sudah mulai remang-remang. Tampak bahwa kami sedang melewati daerah pegunungan dengan bebatuan raksasa di satu sisinya.
Entah apa yang terjadi, jam 18.10 bus berhenti. Tampak banyak bus di depan bus kami, dan kemudian di belakang pun lama-kelamaan terjadi antrian juga, semuanya berhenti. Aku pikir tadinya toilet break, karena di awal dikatakan kalau naik sleeper bus bakal berhenti tiap 2-3 jam untuk toilet break. Tapi aku melihat penumpang lain masih tetap tidur atau berada di tempatnya masing-masing.
Sampai agak lama kemudian, beberapa orang tampak turun, termasuk juga ibu-ibu. Di luar pun, tampak banyak bule dari bus lain yang kelihatan berjalan melewati bus kami. Hmmm... aku benar-benar jadi penasaran ada apa gerangan, sementara aku sendiri sudah ingin buang air kecil.
Tidak lama kemudian, tampak dua orang ibu paruh baya yang keluar dari bus kami, lalu menyeberang jalan ke arah semak-semak dan.... menurunkan celananya dan kencing di semak-semak! Semuanya tampak jelas sekali terlihat dari dalam bus. Aku dan suami sampai terkaget-kaget karenanya hahahaha... Cuek sekali mereka, tidak peduli dengan keadaan sekitar di mana deretan bus berhenti di sisi kanan jalan.
Rasanya waktu berjalan dengan lambat sekali saat berhenti ini, dan akhirnya sekitar jam 7 malam aku mengajak suamiku turun dari bus untuk merokok di luar bus, karena entah kapan bus akan jalan lagi. Aku sempat bertanya kepada sang kernet, ada apa gerangan hingga bus harus berhenti lama, dan katanya ada masalah dengan cuaca. Dugaanku, mungkin kabut terlalu tebal sehingga bisa membahayakan apabila bus tetap jalan. Saat aku hendak turun inilah ada dua perempuan lain yang ikut turun. Sepertinya orang lokal, tapi masih muda-muda, baru 20-an usianya.
Saat turun dari bus, kernetnya malah mengatakan bahwa bus akan segera berangkat, jadi kami agak terburu-buru merokok. Sementara kedua gadis tadi bertanya kepadaku, toilet? Aku mengangguk karena kalau bisa aku memang ingin buang air kecil. Lalu dia menunjuk-nunjuk pashmina yang aku kenakan dan mengajakku ke semak-semak yang agak tertutup di seberang jalan. Tadinya aku masih belum paham maksudnya akan diapakan pashminaku. Ternyata dia berdiri dan membentangkan pashminaku, sehingga kalau jongkok tidak akan terlihat orang lain. Good idea! Tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Akhirnya bisa buang air kecil juga, lega sekali rasanya hahahaha...
Setelah itu aku gantian menutupinya saat dia buang air kecil, dan sesudahnya kami berlarian kembali ke bus yang sudah mulai jalan pelan-pelan. Wah, pengalaman yang seru sekali hehehehe...
Bus akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya, dan baru saja aku hendak tertidur, bus berhenti lagi. Kali ini bus berhenti di sebuah tempat makan, dan tentunya ada toilet!
Aku dan suami sudah bawa-bawa kantong plastik berisi sepatu kami, ternyata sampai di pintu bus disediakan sandal jepit bagi yang mau memakainya, jadi kami meletakkan kembali alas kaki kami di tempat duduk, dan keluar memakai sandal jepit.
Waktu sudah menunjukkan jam 19.40 saat itu, maka kami pun makan bekal mie instan yang kami bawa. Tampaknya semua orang memesan makan malam mereka di rumah makan ini, kecuali dua orang gadis yang tadi turun bersamaku. Mereka hanya makan bekal buah-buahan yang mereka bawa sendiri. Di tempat ini ada sebuah meja yang di atasnya ada es teh dan gelas-gelas, maka kami pun ikut minum es teh tersebut. Segar sekali rasanya bisa minum air dingin. Saat itulah kedua gadis tadi pun datang untuk mengambil minum, dan kemudian kami sedikit bertegur sapa. Ternyata mereka berdua adalah backpackers dari RRC. Pantas saja tidak memesan makanan, mungkin pengiritan juga seperti kami hahahaha.... Katanya dia tidak terlalu lancar berbahasa Inggris, jadi kami tidak terlalu banyak mengobrol.
Usai makan, kami meregangkan tubuh dengan melihat-lihat dan jalan-jalan di halaman rumah makan ini. Saat itu ada beberapa sleeper bus yang sedang berhenti di sini, karenanya suasana tampak ramai. Ternyata ada 4 ekor anak babi yang sedang berkeliaran di halaman, lucu-lucu sekali. Ada yang memberi mereka makan, tapi kebanyakan memotret anak-anak babi ini.
Sekitar jam 8 malam, setelah ke toilet lagi, kami masuk lagi ke dalam bus. Oya, menurutku tingkat keamanan Futa Bus ini bagus, karena saat berhenti seperti ini, penumpang tidak diijinkan untuk tetap berada di dalam bus. Semua harus keluar, dan bus dikunci. Apabila sudah selesai semua barulah pintu dibuka dan semua boleh masuk. Tentunya ini untuk mengurangi resiko ada penumpang yang "nakal" dan mungkin saja mencuri barang penumpang lainnya.
Baru saja kami duduk di tempat duduk kami, gadis dari RRC tadi mendatangi kami dan memberi kami masing-masing sebuah jambu air. Wah, baik sekali ya dia ^_^
Tepat jam 20.05, bus berangkat lagi melanjutkan perjalanan. Aku masih belum bisa tidur, jadi kumanfaatkan untuk membuat catatan-catatan di HP-ku. Semenjak memasuki area pegunungan tadi, sinyal HP benar-benar tidak ada. Baru sekitar jam 20.40 malam saat bus memasuki Dien Kanh, ada sinyal yang cukup bagus sehingga bis menggunakan internet.
Sekitar jam 9 malam, suami tampak mulai tidur sambil mendengarkan musik dengan earphonenya. Mungkin dia sudah cukup lelah, karena tidak terasa hari ini kami berjalan kaki hampir 10 KM. Aku sendiri masih belum bisa tidur. Entah di mana, sekitar jam 22.10, tampak bus memasuki jalan tol, dan tidak lama kemudian berhenti. Aku sempat bertanya-tanya ada apa gerangan, Ternyata ada beberapa penumpang, laki-laki dan perempuan, turun dan kencing di pinggir jalan di samping bus. Alamak!
Ternyata begini inikah yang dimaksud dengan toilet break? Kalau kebelet kencing tinggal minta berhenti di mana saja dan bisa kencing di pinggir jalan. Benar-benar pengalaman yang luar biasa sekaligus aneh bagiku hahahaha....
Tidak lama setelah itu, sekitar jam 22.30 malam aku pun berusaha tidur supaya saat bus sampai di Da Nang besok pagi badan sudah segar......
To be continued.......
Setelah lengkap perbekalan makanan untuk hari ini, kami berjalan kembali ke Katie Guest House. Tampak Wang sedang berada di meja resepsionis seperti biasanya. Kami mengobrol dengannya tentang berbagai hal. Wang sendiri usianya sudah 29 tahun, dan walaupun sudah punya pacar, dia masih belum mau menikah. Katanya mau mengumpulkan uang yang banyak dulu sebelum menikah. Mungkin 5 tahun lagi baru menikah katanya hahahaha....
Menurutnya, harga bahan makanan di Vietnam tergantung pada hasil bumi di sekitarnya. Kalau daerah yang dekat dengan laut, harga seafood akan lebih murah, demikian pula untuk daerah penghasil sayur mayur, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya.
Jam 3.05 sore, sebuah mobil minivan berhenti di depan penginapan. Inilah mobil yang menjemput kami. Setelah kami berpamitan dan berterima kasih kepada Wang, kami pun masuk ke dalamnya. Mobil jemputan ini masih mampir di dua tempat lagi, tapi yang satu tidak ada orangnya. Kami sampai di kantor Futa Bus jam 3.30 sore.
Karena ini pertama kalinya kami naik sleeper bus selama di Vietnam, kami tidak tahu harus bagaimana. Waktu bertanya kepada bagian informasi, katanya disuruh duduk saja dan menunggu. Setelah menunggu beberapa waktu, kami memutuskan untuk keluar dan mencari bus yang akan kami naiki nanti. Setelah bertanya kepada beberapa orang, akhirnya kami temukan juga busnya. Kami masih disuruh menunggu lagi. Suasana tampak cukup ramai dengan calon penumpang.
Jam 3.50 sore, semua penumpang disuruh memasukkan barangnya ke dalam bagasi samping. Tadinya aku bersikeras hendak membawa backpackku ke dalam bus, tapi kata petugasnya nanti sempit malah tidak nyaman. Akhirnya aku mengeluarkan beberapa barang yang penting-penting saja, dan memasukkannya ke dalam ransel kecilku.
Usai memasukkan backpack yang besar ke dalam bagasi, kami masuk ke dalam bus. Aku baru tahu bahwa kalau naik sleeper bus sepatu atau alas kaki harus dilepas. Disediakan kantong plastik untuk menyimpan alas kaki kita. Ternyata lantai busnya memang beralaskan kulit, sama seperti tempat duduknya.
Kami duduk paling belakang, dan kebetulan dari satu deret berisi 5 seat ini, dua di antaranya kosong, jadi malah lebih lega hehehehe... Aku pernah membaca bahwa seat paling belakang biasanya disukai turis bule, karena posisi kaki bisa bebas bergerak. Tidak enaknya adalah satu deret berisi 5 seat tanpa sekat, jadi kalau dapat "tetangga" yang berbadan besar atau tidurnya tidak beraturan tentunya tidak nyaman.
Sang kernet membagikan botol air minum dan tissue basah kepada masing-masing penumpang, dan setelah semua penumpang masuk dan menempati tempat duduknya masing-masing, jam 4.05 sore Futa Bus menuju ke Da Nang pun berangkat ^_^
Tampaknya hanya kami berdua turis di dalam bus ini, sisanya adalah orang lokal. Sebetulnya agak aneh juga rasanya dengan posisi tiduran di dalam bus, maklum baru pertama kali hehehehe...
Perjalanan naik bus ini sangat bumpy, entah karena jalannya yang tidak rata atau memang shock breakernya yang kurang enak. Awalnya aku masih menulis-nulis di smartphoneku, namun lama-kelamaan ngantuk juga hingga aku ketiduran. Selama beberapa waktu aku hanya tidur-tidur ayam saja, karena penumpang-penumpang lain yang duduk di depan cenderung berisik, entah mengobrol keras-keras, telepon dengan suara keras, atau menyetel musik atau video di HP-nya. Suami juga tampaknya berusaha tidur dengan mendengarkan musik melalui earphone-nya.
Saat waktu menunjukkan jam 5.30 sore dan aku baru saja terjaga dari tidur, tampak jalanan di luar dipenuhi kabut tebal. Sementara itu terasa sekali bus melintasi jalan yang terus dan terus naik dan berkelak-kelok tajam. Mesin bus terdengar menderu melintasinya. Aku mulai memperhatikan keadaaan di luar karena susah tidur lagi.
Waktu baru menunjukkan jam 5.40 petang ketika kabut di luar bus tampak sangat tebal dan yang terlihat hanya warna putih pekat. Jalanan yang dilalui tampaknya kecil dan hanya pas untuk 1 bus saja. Agak seram juga sebetulnya, namun aku percaya sang driver pasti sudah berpengalaman, karena aku jarang mendengar adanya kecelakaan bus di Vietnam ini.
Menjelang jam 6 petang, tampak kabut mulai menipis, namun suasana sudah mulai remang-remang. Tampak bahwa kami sedang melewati daerah pegunungan dengan bebatuan raksasa di satu sisinya.
Entah apa yang terjadi, jam 18.10 bus berhenti. Tampak banyak bus di depan bus kami, dan kemudian di belakang pun lama-kelamaan terjadi antrian juga, semuanya berhenti. Aku pikir tadinya toilet break, karena di awal dikatakan kalau naik sleeper bus bakal berhenti tiap 2-3 jam untuk toilet break. Tapi aku melihat penumpang lain masih tetap tidur atau berada di tempatnya masing-masing.
Sampai agak lama kemudian, beberapa orang tampak turun, termasuk juga ibu-ibu. Di luar pun, tampak banyak bule dari bus lain yang kelihatan berjalan melewati bus kami. Hmmm... aku benar-benar jadi penasaran ada apa gerangan, sementara aku sendiri sudah ingin buang air kecil.
Tidak lama kemudian, tampak dua orang ibu paruh baya yang keluar dari bus kami, lalu menyeberang jalan ke arah semak-semak dan.... menurunkan celananya dan kencing di semak-semak! Semuanya tampak jelas sekali terlihat dari dalam bus. Aku dan suami sampai terkaget-kaget karenanya hahahaha... Cuek sekali mereka, tidak peduli dengan keadaan sekitar di mana deretan bus berhenti di sisi kanan jalan.
Rasanya waktu berjalan dengan lambat sekali saat berhenti ini, dan akhirnya sekitar jam 7 malam aku mengajak suamiku turun dari bus untuk merokok di luar bus, karena entah kapan bus akan jalan lagi. Aku sempat bertanya kepada sang kernet, ada apa gerangan hingga bus harus berhenti lama, dan katanya ada masalah dengan cuaca. Dugaanku, mungkin kabut terlalu tebal sehingga bisa membahayakan apabila bus tetap jalan. Saat aku hendak turun inilah ada dua perempuan lain yang ikut turun. Sepertinya orang lokal, tapi masih muda-muda, baru 20-an usianya.
Saat turun dari bus, kernetnya malah mengatakan bahwa bus akan segera berangkat, jadi kami agak terburu-buru merokok. Sementara kedua gadis tadi bertanya kepadaku, toilet? Aku mengangguk karena kalau bisa aku memang ingin buang air kecil. Lalu dia menunjuk-nunjuk pashmina yang aku kenakan dan mengajakku ke semak-semak yang agak tertutup di seberang jalan. Tadinya aku masih belum paham maksudnya akan diapakan pashminaku. Ternyata dia berdiri dan membentangkan pashminaku, sehingga kalau jongkok tidak akan terlihat orang lain. Good idea! Tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Akhirnya bisa buang air kecil juga, lega sekali rasanya hahahaha...
Setelah itu aku gantian menutupinya saat dia buang air kecil, dan sesudahnya kami berlarian kembali ke bus yang sudah mulai jalan pelan-pelan. Wah, pengalaman yang seru sekali hehehehe...
Bus akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya, dan baru saja aku hendak tertidur, bus berhenti lagi. Kali ini bus berhenti di sebuah tempat makan, dan tentunya ada toilet!
Aku dan suami sudah bawa-bawa kantong plastik berisi sepatu kami, ternyata sampai di pintu bus disediakan sandal jepit bagi yang mau memakainya, jadi kami meletakkan kembali alas kaki kami di tempat duduk, dan keluar memakai sandal jepit.
Waktu sudah menunjukkan jam 19.40 saat itu, maka kami pun makan bekal mie instan yang kami bawa. Tampaknya semua orang memesan makan malam mereka di rumah makan ini, kecuali dua orang gadis yang tadi turun bersamaku. Mereka hanya makan bekal buah-buahan yang mereka bawa sendiri. Di tempat ini ada sebuah meja yang di atasnya ada es teh dan gelas-gelas, maka kami pun ikut minum es teh tersebut. Segar sekali rasanya bisa minum air dingin. Saat itulah kedua gadis tadi pun datang untuk mengambil minum, dan kemudian kami sedikit bertegur sapa. Ternyata mereka berdua adalah backpackers dari RRC. Pantas saja tidak memesan makanan, mungkin pengiritan juga seperti kami hahahaha.... Katanya dia tidak terlalu lancar berbahasa Inggris, jadi kami tidak terlalu banyak mengobrol.
Usai makan, kami meregangkan tubuh dengan melihat-lihat dan jalan-jalan di halaman rumah makan ini. Saat itu ada beberapa sleeper bus yang sedang berhenti di sini, karenanya suasana tampak ramai. Ternyata ada 4 ekor anak babi yang sedang berkeliaran di halaman, lucu-lucu sekali. Ada yang memberi mereka makan, tapi kebanyakan memotret anak-anak babi ini.
Sekitar jam 8 malam, setelah ke toilet lagi, kami masuk lagi ke dalam bus. Oya, menurutku tingkat keamanan Futa Bus ini bagus, karena saat berhenti seperti ini, penumpang tidak diijinkan untuk tetap berada di dalam bus. Semua harus keluar, dan bus dikunci. Apabila sudah selesai semua barulah pintu dibuka dan semua boleh masuk. Tentunya ini untuk mengurangi resiko ada penumpang yang "nakal" dan mungkin saja mencuri barang penumpang lainnya.
Baru saja kami duduk di tempat duduk kami, gadis dari RRC tadi mendatangi kami dan memberi kami masing-masing sebuah jambu air. Wah, baik sekali ya dia ^_^
Tepat jam 20.05, bus berangkat lagi melanjutkan perjalanan. Aku masih belum bisa tidur, jadi kumanfaatkan untuk membuat catatan-catatan di HP-ku. Semenjak memasuki area pegunungan tadi, sinyal HP benar-benar tidak ada. Baru sekitar jam 20.40 malam saat bus memasuki Dien Kanh, ada sinyal yang cukup bagus sehingga bis menggunakan internet.
Sekitar jam 9 malam, suami tampak mulai tidur sambil mendengarkan musik dengan earphonenya. Mungkin dia sudah cukup lelah, karena tidak terasa hari ini kami berjalan kaki hampir 10 KM. Aku sendiri masih belum bisa tidur. Entah di mana, sekitar jam 22.10, tampak bus memasuki jalan tol, dan tidak lama kemudian berhenti. Aku sempat bertanya-tanya ada apa gerangan, Ternyata ada beberapa penumpang, laki-laki dan perempuan, turun dan kencing di pinggir jalan di samping bus. Alamak!
Ternyata begini inikah yang dimaksud dengan toilet break? Kalau kebelet kencing tinggal minta berhenti di mana saja dan bisa kencing di pinggir jalan. Benar-benar pengalaman yang luar biasa sekaligus aneh bagiku hahahaha....
Tidak lama setelah itu, sekitar jam 22.30 malam aku pun berusaha tidur supaya saat bus sampai di Da Nang besok pagi badan sudah segar......
To be continued.......
No comments:
Post a Comment