Rabu, 28 September 2016
Hari ini, 28 September, adalah hari di mana kami harus mengembalikan campervan kami paling lambat jam 4 sore. Tidak terasa, sudah 2 minggu kami berada di North Island, New Zealand. Walaupun menyewa campervan, tapi faktanya sebagian besar kami tidur di rumah teman-teman yang tinggal di sini hehehehe...
Thames (kalau orang Kiwi bacanya "tims" ya, lidahnya berbeda dengan cara baca ala Amerika), sebuah kota kecil di bagian ujung barat daya Coromandel Peninsula, berjarak 115 KM dari ibukota Auckland (sekitar 1,5 jam berkendara), dulunya merupakan kota terbesar kedua di New Zealand setelah Auckland. Orang bahkan mengira bahwa Thames akan melampaui Auckland sebagai kota terbesar, karena pada masanya dahulu, banyak ditemukan tambang emas di daerah ini. Namun seiring menipisnya persediaan emas, orang-orang pun mulai meninggalkan kota ini. Walaupun kota ini tidak benar-benar ditinggalkan, namun perkembangannya juga tidak terlalu banyak sejak itu.
Thames merupakan kota terbesar di area Coromandel. Kota ini dibangun sejak tahun 1870, dan merupakan gabungan 2 kota yang lebih kecil, yakni Shortland dan Grahamstown, dengan tujuan untuk mengembangkan bisnis penambangan emas.
Menurut sensus penduduk tahun 2006, penduduknya 6.756 jiwa, sangat berbeda dibandingkan dengan akhir abad ke-19, di mana jumlah penduduknya justru mencapai 18.000 jiwa.
Karena lokasinya yang berada di pintu masuk Coromandel, Thames merupakan gerbang menuju petualangan outdoor di area ini.
Thames merupakan kota yang menghasilkan banyak kerajinan. Berlatar belakang alam yang liar, banyak tokodi kota ini yang menjual produk kerajinan dan kesenian lokal, dengan keramahan ala penduduknya.
Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan atau tempat yang bisa dikunjungi di Thames, antara lain:
- Canyonz (tour keliling)
- Rapaura Watergardens (taman air)
- Hauraki Rail Trail Thames (jalur bersepeda)
- Miranda Hot Springs (sumber air panas dan geyser)
- The Butterfly and Orchid Garden (area taman dengan koleksi tanaman eksotis dan 400 jenis kupu-kupu, dengan sebuah toko yang menjual es krim dan cendera mata )
- Goldmine Experience (area tambang)
- Kauaeranga Visitor Centre
- Burke Street Wharf (tempat bersejarah)
- Thames School of Mines and Mineralogical Museum (museum)
- Watercolor Studio Gallery (toko cendera mata)
- JollyBikes (tempat sewa sepeda dan perlengkapannya)
16 reviews
- Thames Historical Museum
- Thames i-SITE Visitor Information Centre
- Thames Coastal Walkway (berjalan kaki dengan pemandangan pantai)
- Thames Market
- The Treasury (museum)
- Thames Society of Arts (galeri seni)
- Kauaeranga Kauri Trail (Pinnacles Walk) (tempat trekking)
- Waiomu Kauri Grove Walk (tempat trekking)
Banyak juga yah... padahal kotanya relatif kecil lho...
Terbangun di pagi buta di rumah Ting-Ting, aku pun melakukan aktivitas pagi seperti hari-hari sebelumnya (sudah minta ijin sama yang punya rumah mau pakai dapurnya lho...). Ken, suami Ting-Ting, berangkat bekerja pagi-pagi sekali, sebelum jam 6 pagi. Karena cafe yang mereka kelola berdua menyediakan sarapan bagi pengunjung, jam 6 pagi cafenya sudah buka. Yang bertugas membuat roti, pie, dan makanan lain bahkan datang lebih pagi lagi. Di cafe ini, Ken dan TIng-Ting mempunyai tugas yang berbeda, karenanya mereka masuk kerja di jam yang berbeda pula.
Tidak lama setelah Ken berangkat, Ting-Ting pun bangun dari tidurnya. Kami masih sempat mengobrol berdua. Lewat jam 7 pagi barulah suami dan putriku terbangun, sementara menjelang jam 8 pagi Ting-Ting sudah harus berangkat ke cafenya. Aku dan suamiku sempat menyaksikan Sean latihan biola di ruang keluarga. Wah, pandai sekali lho dia bermain. Awalnya malu-malu bermain di depan kami, tapi lama-lama dia terbiasa, bahkan tampaknya senang ^_^
Setelah kami bergantian mandi dan bersiap-siap, sekitar jam 9 pagi kami berpamitan pada Ken, yang saat itu sudah kembali berada di rumah, Sean, dan Kiera. Kami langsung menuju ke cafe milik Ting-TIng, Food For Thought, di 574 Pollen Street, Thames. Ting-Ting mengundang kami untuk sarapan di cafenya ini.
Food For Thought merupakan salah satu cafe terbaik yang ada di Thames (ini beneran lho, bukan karena punya teman sendiri jadi dipuji-puji). Mereka menjadi salah satu finalis cafe terbaik tahun 2016. Semua makanan yang ada, disajikan fresh dan menarik. Beberapa pelanggan bahkan menganggap kopi yang disajikan di cafe ini adalah kopi terenak se-Thames.
Hidangan makanan yang disajikan di cafe ini pun sangat bervariasi, mulai dari cake, pie, sandwich, canape, pesto, muffin, burger, dan masih banyak lagi, namun yang menjadi spesialis mereka adalah pie dan sandwich. Berbagai macam rasa dan isian makanan tersaji tiap hari, langsung dari dapur di belakang cafe. Harga makanan dan minuman di sini pun, buatku nih, dibandingkan dengan kualitasnya, relatif murah. Makanya, kalau ada yang lagi main ke Thames, mampirlah ke sini, dijamin tidak akan menyesal!
Pagi itu kami dijamu dengan sangat mewah oleh Ting-Ting. Kami disuguhi beberapa macam cake dan pie sekaligus. Masih ditambah secangkir kopi sesuai selera masing-masing. Kami sampai merasa sangat kekenyangan, tapi memang semua yang disajikan enak sekali, semua habis tak bersisa hahahaha....
Sementara itu, pengunjung lain datang dan pergi, suasana tampak ramai. Kata Ting-Ting, kalau sudah jamnya orang makan, biasanya dia tidak bisa berkutik dan sibuk sekali. Makanya kami beruntung dia masih bisa menemani kami saat itu.
Karena cafe mulai makin ramai pengunjung, sekitar jam 11 siang kami pun berpamitan. Sudah menyuguhkan banyak makanan, Ting-Ting masih memberi kami beberapa bungkusan makanan berisi cake dan pie untuk kami bawa sebagai bekal. Malam sebelumnya pun, Ting-Ting memberi kami 2 botol wine, 1 botol bourbon (sudah tinggal separuh sih isinya) dan madu (sudah tinggal separuh juga), dan beberapa macam biskuit dan kopi sachet, karena kata Ting-Ting di rumahnya ngaak ada yang mengkonsumsi, jadi daripada sayang dibiarkan saja, diberikannya kepada kami. Wah, terima kasih sekali ya Ting... semoga cafenya selalu ramai dan membawa keberuntungan untukmu dan keluargamu ^_^
Dengan agak berat hati (dan berat di perut juga), kami meninggalkan Food For Thought dan langsung menuju ke arah Auckland. Kami sudah booking sebuah sleepout (rumah kecil yang terpisah dari rumah induknya) dengan 2 kamar selama 2 malam di 47 Wordsworth Road, daerah Manurewa, Auckland. Kami booking lewat AirBnB 3 bulan sebelumnya, dengan harga per malamnya US$ 53 (waktu itu dirupiahkan menjadi Rp 710.000,-/malam). Harga ini termasuk yang termurah dengan fasilitas yang ditawarkan, karena rata-rata lainnya di atas 1 juta rupiah per malam (untuk 3 orang). Dari chatting sebelum kami berangkat ke New Zealand, aku tahu bahwa pemiliknya orang India, namanya Ray, tapi dia tidak tinggal di Auckland. Yang tinggal di rumah utama adalah keluarganya (setelah kami menempati sleepoutnya, aku menduga yang tinggal di rumah utama sepertinya orang tua dan saudara-saudaranya).
Kami sampai di Ray's sleepout di Manurewa sekitar jam 12.15 siang, dan kuncinya sudah disiapkan di dalam sebuah pot di teras sleepout. Kami masuk ke dalam dan ternyata tempatnya bersih dan sangat nyaman dan menyenangkan. Paling depan adalah ruang tamu/ruang keluarga, dengan sebuah sofa, LCD TV dan oil heater. Di ujung ruangan ini terdapat dapur dengan peralatan makan dan peralatan masak yang cukup lengkap, microwave, beserta kulkas yang cukup besar juga. Di dalam kulkas disediakan susu, sedangkan di dalam kabinet di dapur disediakan ada kopi, teh, gula, bahkan mie instan, namun kami tidak berani makan mie instannya selama tinggal di sana, takutnya bukan untuk tamu hehehehe... tapi kalau dipikir-pikir lagi, harusnya memang disediakan untuk kami sih, ya sudahlah tidak apa-apa, pastinya tetap lebih enak Indomie hahahaha...
Di sebelah dalam, ada dua kamar yang saling berhubungan, lengkap dengan tempat tidur yang besar, bantal-bantal, dan selimut-selimut tebal. Kamar mandinya ada satu, tampak sangat bersih dan modern. Handuk pun disediakan, diletakkan di atas sofa. Sejauh ini memuaskan sekali fasilitas yang kami jumpai dibandingkan dengan harganya ^_^
Kami bertiga lalu mengeluarkan semua barang kami dari campervan, dan setelah itu mengecek ulang supaya tidak ada yang tertinggal. Setelah semua barang diturunkan, aku berbenah dan menata barang-barang di rumah baru kami. Selesai berbenah, sekitar jam 1.15 siang, kami makan siang pie yang diberi oleh TIng-Ting. Tiga macam pie, dibagi masing-masing untuk 3 orang, supaya bisa tahu rasanya. Ada curry lamb, minced beef, dan satunya lagi mushroom. Semuanya enak deh, sungguh.... padahal tadinya kupikir aku tidak akan sanggup makan siang setelah jamuan pagi yang super mewah, tapi ternyata tidak kuat iman melihat pie-pie yang menggoda itu hahahaha...
Menjelang jam 2 siang, aku dan suamiku beranjak pergi untuk mengembalikan campervan, kembali ke kantor Wendekreisen di 6/197 Montgomerie Road, Mangere. Putriku tetap tinggal di sleepout untuk beristirahat.
Dengan aplikasi campermate, aku menemukan tempat untuk membuang limbah toilet dan air kotor, lalu kami ke sana dan mengosongkan semua limbah, mengisi air bersih, lalu mengisi diesel dan merefill tabung LPG di BP Connect di daerah Mangere, dekat kantor Wendekreisen. Kami tiba di kantor Wendekreisen sekitar jam 3 sore, dan tidak ada orang sama sekali di kantornya, jadi kami harus menunggu sekitar 30 menit sampai petugasnya muncul. Ternyata dia baru saja memindahkan mobil ke lokasi lain di luar kantor.
Nah, urusan hitung-hitungan pembayaran pun dimulai. Kondisi campervan dicek total oleh petugasnya, dan aduuuuuh.... ternyata yang waktu itu menabrak pohon saat parkir di Tauranga, bagian atas mobilnya sampai penyok. Dari luar sekilas benar-benar tidak kelihatan, baru ketahuan setelah digunakan cermin untuk melihat bagian atas. Karenanya, kami dicharge sebanyak $250. Sedih juga sih... harus keluar uang lagi tanpa terduga. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, dan itu memang kesalahan kami.
Selain itu, aku menanyakan apakah ada tagihan jalan tol, karena kami sempat melewati jalan tol di Tauranga. Setelah dicekkan, petugasnya bilang ada, sebesar $3.8, tepat seperti yang sudah kami ketahui sebelumnya.
Sebetulnya nih, kalau sekarang ini dipikir-pikir lagi, kalau ada tagihan jalan tol kita tidak harus membayar, dalam arti, karena kita sudah mambayar cukup mahal untuk menyewa campervannya. Di luar tagihannya yang jumlahnya kecil, mobil juga terdaftar atas nama Wendekreisen pastinya, sehingga yang akan ditagih adalah pihak Wendekreisen. Aku sih sekarang ini yakin banget, kalau saat itu kami tidak bertanya, selanjutnya juga tidak akan ditagihkan, karena nominalnya memang sangat kecil dibandingkan biaya sewa, apalagi plus biaya asuransi yang barusan kami bayarkan. Sayangnya kami ini orangnya lugu banget hahahaha.... takut banget salah, terlalu jujur... tapi ya sudah nggak apa-apa juga, jadi orang jujur tidak ada ruginya kok ^_^
Untuk tagihan motel, dengan menunjukkan bukti pembayaranku selama 2 malam di Blake Court Motel, pihak Wendekreisen dengan segera menyanggupi untuk menggantinya. Aku pun mencoba menawar, karena dengan adanya kerusakan spare part campervan, kami jadi kehilangan waktu 2 hari, dan aku minta kalau bisa diganti rugi juga. Petugasnya tadinya bilang tidak bisa, tapi kemudian akhirnya dia menyetujui untuk mengganti 1 hari saja, senilai $69. Yah, lumayanlah daripada tidak ada ganti rugi sama sekali. Dihitung-hitung kami juga sudah sempat merasakan tidur di motel yang nyaman selama 2 malam dengan gratis. Jadi total pihak Wendekreisen mentransfer sejumlah $389 ke kartu kreditku.
Selesai urusan mengembalikan campervan, aku memanggil transportasi online Uber. Ini adalah pertama kalinya aku mencoba aplikasi ini. Saat itu pun sedang hujan, dan kami menunggu di halaman kantor, namun hanya beberapa menit saja, mobil Uber yang kami tunggu sudah datang. Pengemudinya bernama Ghulam, dan beliau mengemudikan mobil Toyota Camry.
Kami pun masuk ke dalam mobil, dan Ghulam segera mengantar kami ke tempat tujuan kami. Ghulam adalah seorang pria paruh baya, berasal dari Pakistan, namun sudah puluhan tahun tinggal di Auckland. Orangnya ramah dan suka bercerita. Dari beliaulah kami pertama kali mendapatkan istilah: di New Zealand, 4 musim bisa terjadi dalam 1 hari. Maksudnya, perubahan cuaca bisa terjadi sangat cepat dan tidak terduga, jadi berasa seperti mengalami perubahan musim hehehehe....
Kami diantarkan sampai ke sleepout, dengan total biaya $30.78, yang langsung ditagihkan ke credit cardku. Jarak yang ditempuh lebih dari 20 KM, jadi ya relatif murah, daripada harus naik bus, mungkin bisa lebih mahal (karena dihitung per orang) dan pastinya lebih lama.
Sore hari kami lewatkan dengan beristirahat, lalu mandi. Malam itu teman suamiku, Richard, sudah berjanji akan menjemput kami dan mengajak kami makan malam. Sekitar jam 7 malam, Richard datang bersama istrinya, Airin, menjemput kami. Kami diajak makan di suatu tempat bernama Doolan Brothers. Aku tidak tahu tepatnya ada di mana, karena tidak tahu jalan, tapi setelah dilihat di map, sepertinya ada di daerah East Tamaki. Menu di tempat ini tidak jauh-jauh dari western menu. Jadi kami masing-masing memesan makanan sesuai dengan selera. Harga makanan di tempat ini, kalau buat kami, mahal pake bingits hihihihi... tapi ditraktir ya bolehlah.... per menu harganya bisa mencapai $20, kalau buat belanja bahan makanan, bisa untuk makan seharian buat kami bertiga ^_^
Sore hari kami lewatkan dengan beristirahat, lalu mandi. Malam itu teman suamiku, Richard, sudah berjanji akan menjemput kami dan mengajak kami makan malam. Sekitar jam 7 malam, Richard datang bersama istrinya, Airin, menjemput kami. Kami diajak makan di suatu tempat bernama Doolan Brothers. Aku tidak tahu tepatnya ada di mana, karena tidak tahu jalan, tapi setelah dilihat di map, sepertinya ada di daerah East Tamaki. Menu di tempat ini tidak jauh-jauh dari western menu. Jadi kami masing-masing memesan makanan sesuai dengan selera. Harga makanan di tempat ini, kalau buat kami, mahal pake bingits hihihihi... tapi ditraktir ya bolehlah.... per menu harganya bisa mencapai $20, kalau buat belanja bahan makanan, bisa untuk makan seharian buat kami bertiga ^_^
Kami makan sambil mengobrol, tapi lebih banyak suamiku dan Richard yang mengobrol sih, lainnya lebih banyak jadi pendengar setia hahahaha... Ada satu hal yang dikatakan Richard, yang membuat kami agak terkejut sebetulnya. Menurut mereka, Manurewa merupakan daerah yang rawan kejahatan. Sering terjadi penembakan, perampokan, dan kasus-kasus kriminal lainnya di daerah tersebut. Karenanya, dia sebetulnya agak kaget waktu tahu kami menginap di daerah itu. Pantas saja, sewaktu menjemput kami di sleepout, dia tidak mau mampir, bahkan terkesan terburu-buru untuk cepat pergi. Richard berkata, pantesan murah banget tempat nginepnya, lha di tempat yang rawan begitu.... hehehehe...
Aaaaah.... selagi menuliskan ini, aku jadi teringat, malam sebelumnya pada saat mengobrol di rumah Ting-Ting, dia juga sempat bertanya padaku, besok di Auckland kalian nginep di mana? Waktu aku jawab daerah Manurewa, Ting-Ting lantas berkata bahwa daerah itu angka kriminalitasnya tinggi. Dulu dia dan Ken juga pernah tinggal di Manurewa selama 2 bulan, dan selama 2 bulan itu, rumahnya dimasuki orang 2 kali. Yang sekali bahkan pada saat Ting-Ting ada di dalam rumah, dalam kondisi sedang hamil pula. Karena itulah, mereka berdua memutuskan untuk cepat-cepat pindah demi faktor keamanan.
Setelah mendengarkan cerita dua orang yang berbeda ini, sebetulnya aku jadi agak was was, kuatir terjadi sesuatu selama kami tinggal di sana. Namun aku yakin benar, pada saat booking, beberapa reviewnya (dari orang bule juga) mengatakan bahwa tempatnya enak, bersih, tidak ramai, dan aman. Jadi aku berpatokan pada beberapa review itu sebelum booking. Tapi di dalam lubuk hatiku, aku percaya kalau kami bertiga tidak berbuat onar atau nyalah kepada orang lain, niscaya Tuhan akan melindungi kami juga.
Usai makan malam, Richard dan Airin mengajak kami berkunjung ke rumah mereka di daerah Howick. Kami mengobrol sembari disuguhi wine dan teh panas. Tak terasa waktu berlalu, dan sekitar jam 10.30 malam kami pun berpamitan, tidak lupa membawa koper yang kami titipkan waktu datang 2 minggu sebelumnya. Airin juga memberi kami sebotol wine. Richard dan Airin mengantar kami kembali ke sleepout kami di Manurewa. Suasana sudah sepi sekali saat itu. Kami langsung masuk dan bersiap-siap untuk tidur. Oil heater sudah dinyalakan sejak siang hari, sehingga ruangan terasa hangat, tidak dingin seperti di luar. Tak lama kemudian kami pun tertidur pulas... zzzzzzz.....
To be continued........
No comments:
Post a Comment