2 Mei 2018
Semalaman aku tertidur pulas dan tidak terbangun sama sekali. Pagi hari aku baru terbangun jam 6 pagi dengan keadaan segar, dan kemudian menyelesaikan aktivitas pagi seperti biasanya. Udara cukup dingin pagi ini. Suami bangun agak siang, dan sembari menikmati kopi paginya, dia menceritakan kejadian yang terjadi semalam.
Jadi ceritanya aku tertidur pulas, sementara suami masih belum bisa tidur. Sekitar jam 11.20 malam, suami mendengar suara dua orang laki-laki dan seorang perempuan, yang merupakan bule penghuni kamar sebelah. Sejak awal, sikap mereka ini memang terkesan tidak menyenangkan, yang pasti tidak ramah, dan urakan. Nah, ketiganya ini terdengar tertawa-tawa dan bersuara keras-keras, kemungkinan mabuk, dan menuju ke kamar mereka. Masih belum bisa tidur dan dalam kondisi dongkol namun berusaha bersabar, suami mendengar suara kembang api dari pusat kota. Kami tidak tahu ada perayaan apa, namun suara kembang api berlangsung selama sekitar 5 menit tanpa henti, dan ketiga bule dari kamar sebelah keluar dari kamar mereka dan sepertinya menonton kembang api tersebut sambil mengobrol tepat di depan kamar kami. Hingga suara kembang api usai, ketiganya masih berada di depan kamar kami, dan kemudian si perempuan bercermin di jendela kamar kami (karena memang bisa untuk bercermin). Salah satu dari dua laki-laki bule tersebut turut melihat ke kaca jendela kami, dan kemudian berkata, hey aku bisa melihat semuanya dari sini!.
Korden jendela kamar kami memang ada beberapa bagian yang berlubang-lubang kecil seperti strimin (mirip motif taplak meja jaman dulu). Kemudian mereka mengintip-intip ke dalam kamar melalui celah-celah lubang-lubang di korden tersebut, dan habislah kesabaran suami.
Suami keluar dari dalam kamar, dan ketiga bule itu kaget melihatnya. Suami menanyakan apa yang sedang mereka lakukan dan jam berapa saat itu. Kemudian katanya, "Kalian ini sedang berada di Asia dan kalian harus sopan dalam bertingkah laku. Aku membawa pisau dan aku bisa merobek mulut kalian! Kalian punya dua pilihan. Pertama, teruskan mengobrol dan aku akan merobek mulut kalian, atau pihan kedua kembali ke kamar kalian dan tutup mulut kalian!"
Kata suami, ketiganya buru-buru kembali ke kamar mereka dengan wajah ketakutan. Pfffttt aku benar-benar tidak mengerti akan sikap dan tingkah laku orang bule yang seringkali (tidak semuanya) tidak mengahrgai orang-orang dan negara-negara di Asia Tenggara (atau negara-negara lain yang mereka anggap negara berkembang). Setengahnya aku kasihan kepada suami, setengahnya lagi aku bangga juga karena dia berani bertindak seperti yang diucapkannya hehehehe....
Tidak heran, pagi ini saat kami sedang asyik mengobrol di balkon di depan kamar, aku melihat salah seorang bule tersebut hendak membuka kamar, namun begitu melihat kami langsung masuk dan menutup kembali pintu kamarnya hahahaha...
Usai sarapan, mandi dan packing, sekitar jam 9.45 pagi kami sudah siap check-out dan turun ke lantai dasar untuk membayar tagihan. Kebetulan kami masih menunggu sejenak karena belum ada orang di bagian resepsionis, dan kebetulan pula ketiga bule dari kejadian semalam juga akan check-out. Suami dengan sengaja meletakkan kunci kamar kami di meja resepsionis dengan kasar, dan sepertinya ketiganya masih agak terkejut dan merasa takut.
Usai membayar VND 725K dan berterima kasih kepada pemilik Fantasy Sapa Hotel yang ramah ini, kami berpamitan dan meninggalkan tempat ini. Kami sempat kuatir andai ketiga bule tersebut nantinya akan satu penginapan lagi dengan kami, tapi mudah-mudahan tidak deh...
Berjalan kaki menggendong backpack seberat 15 kg, kami menuju ke Long Anh Hotel (di Google Map namanya sekarang Hometravel Sapa) yang jaraknya hanya sekitar 1 KM saja, dan segera check-in. Resepsionisnya seorang pemuda yang baik dan ramah, dan kami segera ditunjukkan kamar kami di lantai tiga.
Dibandingkan dengan Fantasy Sapa Hotel, Long Anh Hotel ini lebih murah, tarif per malamnya hanya US$ 9. Yang pasti lokasinya hanya beberapa puluh meter saja dari terminal bus, jadi besok kami tidak perlu berjalan jauh-jauh dengan membawa beban backpack yang berat. Kamarnya bersih walaupun agak kuno, dan cukup luas walaupun sederna. Ada dua buah ranjang berukuran besar dengan selimut yang putih bersih dan handuk bersih di atasnya. Kasurnya cukup empuk dan nyaman, walaupun tidak seempuk di Fantasy Sapa Hotel. Ada sebuah meja dan dua buah kursi kayu, beserta kipas angin besar di sebelahnya, dan LED TV di atasnya. Sebuah lemari pakaian besar ada di lorong depan kamar mandi. Kamar mandinya sendiri bersih, cukup luas, dan tampaknya sudah modern dan nyaman. Disediakan juga air mineral botol dan cangkir-cangkir di atas meja. Yang mengejutkanku, ternyata selimut yang disediakan adalah electric blanket! Wah, bisa dipastikan malam ini kami akan tidur dengan nyaman karena hangat hehehehe... Oya, sarapan juga sudah termasuk di dalam tarif yang disebutkan di atas.
Aku membongkar backpack dan menyiapkan barang-barang yang akan dipakai, dan kemudian membuat secangkir kopi untuk suami. Tidak lama setelahnya, Freyja datang seorang diri. Clemente sudah berangkat pagi tadi naik bus ke Hanoi.
Ternyata hotel ini adalah tempat Freyja dan Clemente menginap di malam pertama mereka tiba di Sa Pa. Karena kami hendak makan siang, kami menawari apabila Freyja mau makan pho instan juga, dan katanya mau. Jadi aku membuatkan makan siang pho instan dengan sayuran dan daging untuk suami dan Freyja, sementara aku sendiri makan bubur instan dengan sayuran. Kami juga membicarakan mengenai rencana perjalanan kami ke depannya, dan sepertinya Freyja mau ikut bersama kami karena dia sendiri tidak ada rencana yang pasti.
Usai makan siang dan mengobrol, waktu sudah menunjukkan jam 12.40 siang, dan kami bertiga sepakat untuk ke terminal bus untuk membeli tiket ke Ha Giang. Hanya berjalan kaki 1-2 menit saja, kami sudah sampai di terminal dan mencari loket tiketnya. Harga tiket ke Ha Giang adalah VND 200K/orang dengan minibus yang akan berangkat jam 8 pagi. Kami membeli 3 buah tiket untuk esok pagi dan kata petugasnya kami diharapkan datang jam 7.30 pagi.
Usai membeli tiket, hujan mulai turun dan kami bertiga berjalan-jalan dulu di pasar. Dasar perempuan, beberapa kali masuk ke pasar Sa Pa ini, aku sudah ingin membeli sebuah pashmina ala Vietnam. Akhirnya aku membeli satu buah pashmina seharga VND 80K (dari harga penawaran semula VND 150K). Modelnya seperti tenunan dan bahannya tebal dan sepertinya hangat jika dipakai. Suami juga sempat usil mencoba topi perempuan dan minta difoto saat mengenakannya ^_^
Setelah itu kami menemukan pedagang yang menjual jas hujan. Untuk kualitas yang cukup tebal dan bagus, aku berhasil menawar harganya hingga VND 40K. Freyja dan suami membeli masing-masing sebuah. Setidaknya mungkin nanti akan berguna di Ha Giang saat kami berkeliling naik sepeda motor.
Karena di luar gedung pasar hujan masih turun agak deras, Freyja langsung mengenakan jas hujan yang baru saja dibelinya. Aku membeli lagi dadar jagung yang seperti kemarin, kali ini harganya VND 5K saja per buahnya. Setelah itu kami berpisah dengan Freyja karena dia masih mau jalan-jalan, sementara kami pulang ke penginapan dan beristirahat.
Karena sudah lapar, aku membuat lagi bubur instan dan makan lebih dulu. Usai mandi, sekitar jam 5 sore kami keluar untuk ke ATM Military Bank dan menarik VND 3 juta.
Catatan: transaksi 3 juta dong ini oleh BCA nilainya menjadi Rp 1.839.400, ditambah ongkos 25 ribu rupiah.
Dari ATM kami ke Supermarket Xuan Truong untuk membeli Vodka Hanoi (VND 72K), alat pembuat kopi (VND 15K), Nescafe Cafe Viet kalengan (VND 11K), Xylitol (VND 5K), dan sebuah korek api (VND 1.5K). Setelahnya kami berjalan mencari makan malam untuk suami. Suasana kota tampak gloomy karena mendung semenjak hujan reda tadi.
Kali ini kami mencoba masuk ke sebuah restoran sederhana yang ada menu nasinya bernama Trung Hop, dan suami memesan seporsi nasi dengan masakan sam can dimasak kecap seharga VND 40K. Selain itu disediakan juga semangkuk kuah bening sebagai pelengkap. Harga sekian termasuk agak murah untuk ukuran Sa Pa, karena di lain tempat kebanyakan lebih mahal.
Restorannya sederhana dan yang makan sepertinya hanya orang-orang lokal saja. Porsi makanannya cukup besar dan dagingnya banyak. Aku hanya mencicipi 1-2 sendok saja karena ingin tahu rasanya. Ternyata lumayan enak juga ^_^
Selesai suami makan, waktu sudah menunjukkan jam 6 petang dan kami hendak kembali ke penginapan, saat melihat seekor anak anjing yang dirantai di pinggir jalan. Kasihan sekali melihatnya, apalagi tatapan matanya terlihat sayu dan sedih, padahal anjingnya lucu sekali :(
Sesampai kembali di kamar, aku berbenah dulu, baru kemudian mengerjakan pembukuan yang terbengkalai selama beberapa hari terakhir ini. Akibat netbook yang lambat, aku sempat salah pencet sehingga banyak data yang hilang di salah satu file. Untung saja aku sudah sempat membuat backup di Google Drive, sehingga tinggal didownload dan aku hanya tinggal memperbaiki beberapa data yang hilang atau kurang.
Baru sekitar jam 10 malam kami tidur di balik hangatnya electric blanket, menyiapkan diri untuk perjalan ke Ha Giang esok pagi. Semoga segala sesuatunya berjalan dengan lancar sesuai harapan ^_^
To be continued.......
Jadi ceritanya aku tertidur pulas, sementara suami masih belum bisa tidur. Sekitar jam 11.20 malam, suami mendengar suara dua orang laki-laki dan seorang perempuan, yang merupakan bule penghuni kamar sebelah. Sejak awal, sikap mereka ini memang terkesan tidak menyenangkan, yang pasti tidak ramah, dan urakan. Nah, ketiganya ini terdengar tertawa-tawa dan bersuara keras-keras, kemungkinan mabuk, dan menuju ke kamar mereka. Masih belum bisa tidur dan dalam kondisi dongkol namun berusaha bersabar, suami mendengar suara kembang api dari pusat kota. Kami tidak tahu ada perayaan apa, namun suara kembang api berlangsung selama sekitar 5 menit tanpa henti, dan ketiga bule dari kamar sebelah keluar dari kamar mereka dan sepertinya menonton kembang api tersebut sambil mengobrol tepat di depan kamar kami. Hingga suara kembang api usai, ketiganya masih berada di depan kamar kami, dan kemudian si perempuan bercermin di jendela kamar kami (karena memang bisa untuk bercermin). Salah satu dari dua laki-laki bule tersebut turut melihat ke kaca jendela kami, dan kemudian berkata, hey aku bisa melihat semuanya dari sini!.
Korden jendela kamar kami memang ada beberapa bagian yang berlubang-lubang kecil seperti strimin (mirip motif taplak meja jaman dulu). Kemudian mereka mengintip-intip ke dalam kamar melalui celah-celah lubang-lubang di korden tersebut, dan habislah kesabaran suami.
Suami keluar dari dalam kamar, dan ketiga bule itu kaget melihatnya. Suami menanyakan apa yang sedang mereka lakukan dan jam berapa saat itu. Kemudian katanya, "Kalian ini sedang berada di Asia dan kalian harus sopan dalam bertingkah laku. Aku membawa pisau dan aku bisa merobek mulut kalian! Kalian punya dua pilihan. Pertama, teruskan mengobrol dan aku akan merobek mulut kalian, atau pihan kedua kembali ke kamar kalian dan tutup mulut kalian!"
Kata suami, ketiganya buru-buru kembali ke kamar mereka dengan wajah ketakutan. Pfffttt aku benar-benar tidak mengerti akan sikap dan tingkah laku orang bule yang seringkali (tidak semuanya) tidak mengahrgai orang-orang dan negara-negara di Asia Tenggara (atau negara-negara lain yang mereka anggap negara berkembang). Setengahnya aku kasihan kepada suami, setengahnya lagi aku bangga juga karena dia berani bertindak seperti yang diucapkannya hehehehe....
Tidak heran, pagi ini saat kami sedang asyik mengobrol di balkon di depan kamar, aku melihat salah seorang bule tersebut hendak membuka kamar, namun begitu melihat kami langsung masuk dan menutup kembali pintu kamarnya hahahaha...
Usai sarapan, mandi dan packing, sekitar jam 9.45 pagi kami sudah siap check-out dan turun ke lantai dasar untuk membayar tagihan. Kebetulan kami masih menunggu sejenak karena belum ada orang di bagian resepsionis, dan kebetulan pula ketiga bule dari kejadian semalam juga akan check-out. Suami dengan sengaja meletakkan kunci kamar kami di meja resepsionis dengan kasar, dan sepertinya ketiganya masih agak terkejut dan merasa takut.
Usai membayar VND 725K dan berterima kasih kepada pemilik Fantasy Sapa Hotel yang ramah ini, kami berpamitan dan meninggalkan tempat ini. Kami sempat kuatir andai ketiga bule tersebut nantinya akan satu penginapan lagi dengan kami, tapi mudah-mudahan tidak deh...
Berjalan kaki menggendong backpack seberat 15 kg, kami menuju ke Long Anh Hotel (di Google Map namanya sekarang Hometravel Sapa) yang jaraknya hanya sekitar 1 KM saja, dan segera check-in. Resepsionisnya seorang pemuda yang baik dan ramah, dan kami segera ditunjukkan kamar kami di lantai tiga.
Dibandingkan dengan Fantasy Sapa Hotel, Long Anh Hotel ini lebih murah, tarif per malamnya hanya US$ 9. Yang pasti lokasinya hanya beberapa puluh meter saja dari terminal bus, jadi besok kami tidak perlu berjalan jauh-jauh dengan membawa beban backpack yang berat. Kamarnya bersih walaupun agak kuno, dan cukup luas walaupun sederna. Ada dua buah ranjang berukuran besar dengan selimut yang putih bersih dan handuk bersih di atasnya. Kasurnya cukup empuk dan nyaman, walaupun tidak seempuk di Fantasy Sapa Hotel. Ada sebuah meja dan dua buah kursi kayu, beserta kipas angin besar di sebelahnya, dan LED TV di atasnya. Sebuah lemari pakaian besar ada di lorong depan kamar mandi. Kamar mandinya sendiri bersih, cukup luas, dan tampaknya sudah modern dan nyaman. Disediakan juga air mineral botol dan cangkir-cangkir di atas meja. Yang mengejutkanku, ternyata selimut yang disediakan adalah electric blanket! Wah, bisa dipastikan malam ini kami akan tidur dengan nyaman karena hangat hehehehe... Oya, sarapan juga sudah termasuk di dalam tarif yang disebutkan di atas.
Aku membongkar backpack dan menyiapkan barang-barang yang akan dipakai, dan kemudian membuat secangkir kopi untuk suami. Tidak lama setelahnya, Freyja datang seorang diri. Clemente sudah berangkat pagi tadi naik bus ke Hanoi.
Ternyata hotel ini adalah tempat Freyja dan Clemente menginap di malam pertama mereka tiba di Sa Pa. Karena kami hendak makan siang, kami menawari apabila Freyja mau makan pho instan juga, dan katanya mau. Jadi aku membuatkan makan siang pho instan dengan sayuran dan daging untuk suami dan Freyja, sementara aku sendiri makan bubur instan dengan sayuran. Kami juga membicarakan mengenai rencana perjalanan kami ke depannya, dan sepertinya Freyja mau ikut bersama kami karena dia sendiri tidak ada rencana yang pasti.
Usai makan siang dan mengobrol, waktu sudah menunjukkan jam 12.40 siang, dan kami bertiga sepakat untuk ke terminal bus untuk membeli tiket ke Ha Giang. Hanya berjalan kaki 1-2 menit saja, kami sudah sampai di terminal dan mencari loket tiketnya. Harga tiket ke Ha Giang adalah VND 200K/orang dengan minibus yang akan berangkat jam 8 pagi. Kami membeli 3 buah tiket untuk esok pagi dan kata petugasnya kami diharapkan datang jam 7.30 pagi.
Usai membeli tiket, hujan mulai turun dan kami bertiga berjalan-jalan dulu di pasar. Dasar perempuan, beberapa kali masuk ke pasar Sa Pa ini, aku sudah ingin membeli sebuah pashmina ala Vietnam. Akhirnya aku membeli satu buah pashmina seharga VND 80K (dari harga penawaran semula VND 150K). Modelnya seperti tenunan dan bahannya tebal dan sepertinya hangat jika dipakai. Suami juga sempat usil mencoba topi perempuan dan minta difoto saat mengenakannya ^_^
Setelah itu kami menemukan pedagang yang menjual jas hujan. Untuk kualitas yang cukup tebal dan bagus, aku berhasil menawar harganya hingga VND 40K. Freyja dan suami membeli masing-masing sebuah. Setidaknya mungkin nanti akan berguna di Ha Giang saat kami berkeliling naik sepeda motor.
Karena di luar gedung pasar hujan masih turun agak deras, Freyja langsung mengenakan jas hujan yang baru saja dibelinya. Aku membeli lagi dadar jagung yang seperti kemarin, kali ini harganya VND 5K saja per buahnya. Setelah itu kami berpisah dengan Freyja karena dia masih mau jalan-jalan, sementara kami pulang ke penginapan dan beristirahat.
Karena sudah lapar, aku membuat lagi bubur instan dan makan lebih dulu. Usai mandi, sekitar jam 5 sore kami keluar untuk ke ATM Military Bank dan menarik VND 3 juta.
Catatan: transaksi 3 juta dong ini oleh BCA nilainya menjadi Rp 1.839.400, ditambah ongkos 25 ribu rupiah.
Dari ATM kami ke Supermarket Xuan Truong untuk membeli Vodka Hanoi (VND 72K), alat pembuat kopi (VND 15K), Nescafe Cafe Viet kalengan (VND 11K), Xylitol (VND 5K), dan sebuah korek api (VND 1.5K). Setelahnya kami berjalan mencari makan malam untuk suami. Suasana kota tampak gloomy karena mendung semenjak hujan reda tadi.
Kali ini kami mencoba masuk ke sebuah restoran sederhana yang ada menu nasinya bernama Trung Hop, dan suami memesan seporsi nasi dengan masakan sam can dimasak kecap seharga VND 40K. Selain itu disediakan juga semangkuk kuah bening sebagai pelengkap. Harga sekian termasuk agak murah untuk ukuran Sa Pa, karena di lain tempat kebanyakan lebih mahal.
Restorannya sederhana dan yang makan sepertinya hanya orang-orang lokal saja. Porsi makanannya cukup besar dan dagingnya banyak. Aku hanya mencicipi 1-2 sendok saja karena ingin tahu rasanya. Ternyata lumayan enak juga ^_^
Selesai suami makan, waktu sudah menunjukkan jam 6 petang dan kami hendak kembali ke penginapan, saat melihat seekor anak anjing yang dirantai di pinggir jalan. Kasihan sekali melihatnya, apalagi tatapan matanya terlihat sayu dan sedih, padahal anjingnya lucu sekali :(
Sesampai kembali di kamar, aku berbenah dulu, baru kemudian mengerjakan pembukuan yang terbengkalai selama beberapa hari terakhir ini. Akibat netbook yang lambat, aku sempat salah pencet sehingga banyak data yang hilang di salah satu file. Untung saja aku sudah sempat membuat backup di Google Drive, sehingga tinggal didownload dan aku hanya tinggal memperbaiki beberapa data yang hilang atau kurang.
Baru sekitar jam 10 malam kami tidur di balik hangatnya electric blanket, menyiapkan diri untuk perjalan ke Ha Giang esok pagi. Semoga segala sesuatunya berjalan dengan lancar sesuai harapan ^_^
To be continued.......
No comments:
Post a Comment