1 Mei 2018
Tidak terasa hari ini sudah memasuki bulan Mei. Sudah lebih dari 1 bulan kami berpetualang. Tidur di kasur yang nyaman dalam kondisi badan yang lelah, membuatku agak malas bangun subuh seperti biasanya. Hari ini aku baru bangun jam 6 pagi, melakukan rutinitas pagi, ngopi sembari menikmati pemandangan kota di depan kamar, dan kemudian mengepak ulang barang-barang yang berantakan karena sebelumnya dibagi menjadi 2 bagian sebelum trekking. Hari ini sepertinya juga akan cerah, karena matahari sudah bersinar dengan terik walaupun masih pagi dan suasana di kota masih tampak sepi. Sa Pa yang suhu udaranya selalu cukup dingin, tidak membuatku kedinginan pagi ini. Suami pun baru bangun di atas jam 8.30 pagi.
Pagi ini aku melihat tarif penginapan kami turun menjadi US$ 13 untuk malam berikutnya, dan karena kami masih ingin menjelajah Sa Pa lebih lama, aku memutuskan untuk memperpanjang satu malam lagi di Fantasy Sapa Hotel ini. Sempat ada kejadian di mana pintu kamar kami tiba-tiba seperti hendak dibuka dari luar. Suami segera membuka pintu, dan ternyata ada salah satu staff hotel yang hendak membersihkan kamar, karena dia mengira kamarnya sudah kosong. Kami mengatakan akan memperpanjang menginap di sini, jadi minta dibersihkan siang hari saja pada saat kami keluar. Setelah itu sempat juga lampu neon di kamar mati, sehingga suami harus memanggil salah satu staff hotel, yang kemudian datang dan berusaha memperbaiki lampunya.
Sekitar jam 10 pagi, kami berdua pergi untuk berjalan-jalan. Sedari kami masih di balkon, kami mendengar ada beberapa bule yang bersuara keras di bawah. Hingga kami keluar dari hotel, beberapa orang bule tersebut masih saja berisik, sepertinya tidak bisa menyalakan sepeda motor yang mereka sewa. Kami sempat mengamati dari jauh kelakuan mereka yang agak urakan tersebut. Kemudian kami menuju ke danau dan melihat-lihat sejenak, lalu masuk ke Supermarket X6 di dekatnya. Kami belanja beberapa macam barang, kebanyakan makanan dan snack. Mulai dari kopi bubuk Highland (VND 67K), beer Hanoi (VND 10K), kopi Highland kalengan (VND 11K), hingga sumpit (VND 15K), sendok dan gelas plastik (VND 9K) dan berbagai macam snack, bubur instan, serta roti croissant (VND 41K).
Dari supermarket, kami menuju ke pasar tradisional. Kami berjalan mengelilingi pasar sambil melihat-lihat apa yang bisa dibeli, dan aku membeli 1 kg tomat (VND 15K), cabe (VND 5K), dan daging babi asap (VND 40K) untuk makan nanti. Selain itu kami juga membeli kue dadar jagung dan onde-onde untuk dimakan (total VND 20K).
Hari ini kami juga berencana untuk mencari penginapan lain yang jaraknya lebih dekat ke terminal bus, karena besok lusa rencananya kami akan naik bus dari Sa Pa ke Ha Giang. Inginnya pindah penginapan agar membawa backpacknya tidak terlalu berat menuju ke terminal. Sebelumnya aku sudah mencari informasi dari booking.com, dan ada sebuah penginapan yang sepertinya lumayan, jadi sepulang dari pasar kami mendatangi tempat tersebut. Ternyata harga kamarnya justru lebih mahal, dan dari segi lokasi relatif dekat dengan Fantasy Sapa Hotel, jadi kami tangguhkan dulu dan akan mencari lagi di booking.com.
Kami pulang ke penginapan, dan karena sudah jam 12 siang aku masak mie instan dan pho instan untuk makan siang, ditambah dengan tomat dan daging babi asap yang baru saja dibeli. Usai makan, aku mencari-cari penginapan untuk esok sambil beristirahat sejenak, dan akhirnya memesan sebuah kamar di Long Anh Hotel yang lokasinya sangat dekat dengan terminal bus. Setelahnya kami memutuskan untuk ke Ham Rong Mountain, yang kami temukan dari Google Map.
Ham Rong (artinya Dragon Jaw atau Rahang Naga) Mountain merupakan perpaduan yang serasi antara landscape alami dengan buatan manusia. Dengan bentuknya yang seperti rahang naga, tempat ini menjadi salah satu tujuan utama turis di kota Sa Pa. Lokasinya hanya berjalan beberapa menit saja ke arah tenggara dari Notre Dame Cathedral.
Tempat ini menjadi rumah dari berbagai jenis bunga dan kebun buah-buahan. Jalan setapak dari bebatuan mengarah ke hutan buah persik liar, lalu kebun-kebun anggrek dengan lebih dari 6.000 pohon anggrek dari 194 jenis. Selain itu masih banyak bunga-bunga yang eksotis seperti Lily of the Nile, hydrangea, geraniums, ox-eyed daisy dan bunga sakura (cherry blossom). Buah-buahan pegunungan seperti persik, plum, dan buah pear juga ada di sini. Pemandangan tersembunyi di balik kabut dan suara gema dari seruling bambu anak-anak suku Hmong menjadikan tempat ini seperti surga.
Apabila kuat mendaki, ada San May (Cloud yard), yakni puncak Gunung Ham Rong di ketinggian 1.800 mdpl, di mana pengunjung bisa menikmati panorama kota Sa Pa yang mengesankan. Pada saat cuaca cerah, pengunjung dapat melihat puncak Gunung Fansipan. Ada pula Cong Troi (Heaven's Gate) 1 dan 2 di sepanjang perjalanan menuju ke San May. Di tempat-tempat tersebut, pengunjung bisa melihat villa-villa bergaya Perancis dan sawah-sawah terasering di bawah.
Mengikuti arahan Google Map, kami berjalan kaki sampai ke gerbang masuk Ham Rong Mountain. Setelah membeli tiket masuk seharga VND 70K/orang di ticket box, kami mulai berjalan mendaki anak-anak tangga yang tampak di depan mata. Beberapa kali orang-orang (turis lokal) memperhatikan aku karena memakai trekking poles. Mungkin hal yang aneh bagi mereka, tapi aku tidak ambil pusing daripada nantinya kelelahan atau kakiku sakit.
Mungkin karena masih hari libur di Vietnam, suasananya ramai dengan turis lokal. Banyak sekali orang yang berfoto atau selfie di sana-sini. Di beberapa titik juga ada beberapa penjual makanan kaki lima.
Kami berusaha menjelajahi semua tempat yang ada di sini. Bagi kami berdua, kebun-kebun bunga maupun buahnya memang cukup indah walaupun tidak sampai wow. Kami lebih kagum melihat struktur bebatuan yang besar-besar yang banyak terdapat di tempat ini. Beberapa di antaranya bahkan sampai membentuk lorong-lorong sempit. Ada juga semacam tempat yang agak tertutup dengan suasana yang agak angker, dengan banyak sesajen yang diletakkan di atas bebatuan. Sepertinya tempat ini memang keramat.
Menyusuri anak-anak tangga yang diapit batu-batu raksasa di kanan kirinya, kami terus berjalan mengitari area yang ada. Semakin tinggi tempatnya dan semakin sulit jalannya, suasananya juga semakin sepi. Sepertinya tidak banyak orang yang mau bersusah payah mendaki ratusan anak tangga hanya untuk melihat batu-batuan atau hutan.
Setelah naik terus mengikuti anak tangga, sampailah kami di San May, puncak Gunung Ham Rong. Di spot ini kami bisa melihat pemandangan seluruh kota Sa Pa beserta danaunya, indah sekali! Kami bahkan bisa melihat gedung penginapan kami dengan jelas, karena letaknya memang agak tinggi.
Suasana di San May saat itu agak ramai dengan pengunjung, namun kebetulan kami bisa mendapatkan spot untuk memotret dengan leluasa. Setelah puas memotret dan berselfie, kami turun sedikit, dan menemukan sebuah viewpoint lagi, dengan pemandangan serupa. Setelah memotret sejenak, kami melanjutkan rute yang ada. Melewati lagi jalan setapak di antara bebatuan raksasa yang menyerupai lorong sempit, menuruni anak-anak tangga, hingga kemudian sampai di tempat yang tampak seperti hutan dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang. Walaupun tidak terlalu lelah, kami duduk-duduk sebentar di tempat ini sambil istirahat dan minum kopi kalengan yang kami bawa.
Setelah beberapa saat, kami melanjutkan menjelajah area yang belum didatangi, dan setelah itu kembali turun dan keluar dari area Ham Rong Mountain. Kami sedang melewati jalan setapak di tepi danau saat berpapasan dengan Freyja. Kami janjian akan bertemu jam 5 sore di dekat danau. Freyja akan datang bersama Clemente, dan kami akan makan malam bersama untuk terakhir kali, karena Clemente sudah harus kembali ke Hanoi besok paginya, untuk kemudian pulang ke Swiss beberapa hari setelahnya. Jadi makan malam ini akan menjadi semacam perpisahan dengan Clemente.
Kami langsung pulang ke penginapan, bergantian mandi, dan kemudian pergi lagi untuk menemui Freyja dan Clemente. Sebelumnya kami sempatkan untuk membeli vodka di Supermarket Xuan Truong. Setelah bertemu dengan Freyja dan Clemente, kami berempat sepakat untuk makan di warung tempat kami pernah makan banh mi sebelumnya, karena selain penjual banh mi juga masih ada penjual makanan lain di sana.
Sesampai di tempat yang dituju dan melihat-lihat menu yang ada, kami memesan sebuah banh mi telur (VND 20K) dan satu buah tahu barbeque (VND 10K), sementara Freyja dan Clemente memilih beberapa macam makanan barbeque. Sebetulnya bagi kami harga makanan barbeque ini terbilang mahal, karenanya kami hanya memesan satu saja.
Sembari makan, kami mengobrol dan bertukar cerita mengenai banyak hal. Clemente banyak menceritakan keluarganya dan kondisi di mana dia dan istrinya sudah bercerai. Karena udara terasa semakin dingin, akhirnya vodka yang kami beli sebelumnya dibuka dan diminum bersama kecuali Freyja, karena dia tidak minum alkohol sama sekali. Clemente juga membeli beer dan membaginya untuk kami bertiga. Suasananya terasa menyenangkan sekali, sekaligus agak sedih karena akan berpisah dengan salah satu travelmate kami. Walaupun hanya bersama selama beberapa hari, kami merasa cocok dengan Clemente. Katanya, kalau suatu saat dia ke Indonesia, dia pasti akan mampir ke rumah kami ^_^
Tanpa terasa, sudah lebih dari 2 jam kami nongkrong di warung ini, dan sekitar jam 7.30 malam akhirnya kami berpamitan dan berpisah dengan Clemente. Mereka berdua sepertinya langsung kembali ke penginapan mereka, dan kami masih hendak membeli rokok sembari jalan-jalan di pusat kota. Bahkan harga sebungkus rokok di Sa Pa pun jauh lebih mahal daripada di kota-kota lain. Rokok impor semacam Marlboro yang biasanya dihargai VND 34-35K di Hanoi, di Sa Pa harganya mencapai VND 45-50K per bungkusnya. Memang benar-benar kota turis...
Kami melewati alun-alun, yang masih tetap ramai suasananya karena banyak orang yang main sepak takraw. Para perempuan penjual souvenir juga masih banyak yang berjualan walaupun tampak sepi pembeli. Kasihan melihat kehidupan para etnis minoritas ini.
Setelah itu dalam perjalanan pulang kami melewati semacam area terbuka di mana ada beberapa ibu-ibu berusia 40 tahun ke atas yang sedang berlatih dansa. Lucu juga melihat mereka, karena berdansa tanpa pasangan dan tanpa ekspresi ^_^
Kami sampai di penginapan sekitar jam 8 malam, dan segera masuk ke kamar. Aku masih mempersiapkan segala keperluan untuk esok pagi, baru kemudian menggosok gigi dan cuci muka. Karena lelah dan banyak minum, aku jadi cepat mengantuk dan akhirnya aku tertidur pulas jam 9 malam.
Hari ini kami berjalan sekitar 12 KM dan tidak sempat tidur siang, karenanya terasa agak lelah, ditambah lagi matahari yang bersinar terik seharian. Bahkan malam ini pun kota Sa Pa tidak berkabut tebal seperti biasanya.
Karena tidurku yang sangat nyenyak, aku sampai tidak tahu ada peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi malam itu, dan baru tahu keesokan paginya. Peristiwa apa ya???
To be continued.......
Pagi ini aku melihat tarif penginapan kami turun menjadi US$ 13 untuk malam berikutnya, dan karena kami masih ingin menjelajah Sa Pa lebih lama, aku memutuskan untuk memperpanjang satu malam lagi di Fantasy Sapa Hotel ini. Sempat ada kejadian di mana pintu kamar kami tiba-tiba seperti hendak dibuka dari luar. Suami segera membuka pintu, dan ternyata ada salah satu staff hotel yang hendak membersihkan kamar, karena dia mengira kamarnya sudah kosong. Kami mengatakan akan memperpanjang menginap di sini, jadi minta dibersihkan siang hari saja pada saat kami keluar. Setelah itu sempat juga lampu neon di kamar mati, sehingga suami harus memanggil salah satu staff hotel, yang kemudian datang dan berusaha memperbaiki lampunya.
Sekitar jam 10 pagi, kami berdua pergi untuk berjalan-jalan. Sedari kami masih di balkon, kami mendengar ada beberapa bule yang bersuara keras di bawah. Hingga kami keluar dari hotel, beberapa orang bule tersebut masih saja berisik, sepertinya tidak bisa menyalakan sepeda motor yang mereka sewa. Kami sempat mengamati dari jauh kelakuan mereka yang agak urakan tersebut. Kemudian kami menuju ke danau dan melihat-lihat sejenak, lalu masuk ke Supermarket X6 di dekatnya. Kami belanja beberapa macam barang, kebanyakan makanan dan snack. Mulai dari kopi bubuk Highland (VND 67K), beer Hanoi (VND 10K), kopi Highland kalengan (VND 11K), hingga sumpit (VND 15K), sendok dan gelas plastik (VND 9K) dan berbagai macam snack, bubur instan, serta roti croissant (VND 41K).
Dari supermarket, kami menuju ke pasar tradisional. Kami berjalan mengelilingi pasar sambil melihat-lihat apa yang bisa dibeli, dan aku membeli 1 kg tomat (VND 15K), cabe (VND 5K), dan daging babi asap (VND 40K) untuk makan nanti. Selain itu kami juga membeli kue dadar jagung dan onde-onde untuk dimakan (total VND 20K).
Hari ini kami juga berencana untuk mencari penginapan lain yang jaraknya lebih dekat ke terminal bus, karena besok lusa rencananya kami akan naik bus dari Sa Pa ke Ha Giang. Inginnya pindah penginapan agar membawa backpacknya tidak terlalu berat menuju ke terminal. Sebelumnya aku sudah mencari informasi dari booking.com, dan ada sebuah penginapan yang sepertinya lumayan, jadi sepulang dari pasar kami mendatangi tempat tersebut. Ternyata harga kamarnya justru lebih mahal, dan dari segi lokasi relatif dekat dengan Fantasy Sapa Hotel, jadi kami tangguhkan dulu dan akan mencari lagi di booking.com.
Kami pulang ke penginapan, dan karena sudah jam 12 siang aku masak mie instan dan pho instan untuk makan siang, ditambah dengan tomat dan daging babi asap yang baru saja dibeli. Usai makan, aku mencari-cari penginapan untuk esok sambil beristirahat sejenak, dan akhirnya memesan sebuah kamar di Long Anh Hotel yang lokasinya sangat dekat dengan terminal bus. Setelahnya kami memutuskan untuk ke Ham Rong Mountain, yang kami temukan dari Google Map.
Ham Rong (artinya Dragon Jaw atau Rahang Naga) Mountain merupakan perpaduan yang serasi antara landscape alami dengan buatan manusia. Dengan bentuknya yang seperti rahang naga, tempat ini menjadi salah satu tujuan utama turis di kota Sa Pa. Lokasinya hanya berjalan beberapa menit saja ke arah tenggara dari Notre Dame Cathedral.
Tempat ini menjadi rumah dari berbagai jenis bunga dan kebun buah-buahan. Jalan setapak dari bebatuan mengarah ke hutan buah persik liar, lalu kebun-kebun anggrek dengan lebih dari 6.000 pohon anggrek dari 194 jenis. Selain itu masih banyak bunga-bunga yang eksotis seperti Lily of the Nile, hydrangea, geraniums, ox-eyed daisy dan bunga sakura (cherry blossom). Buah-buahan pegunungan seperti persik, plum, dan buah pear juga ada di sini. Pemandangan tersembunyi di balik kabut dan suara gema dari seruling bambu anak-anak suku Hmong menjadikan tempat ini seperti surga.
Apabila kuat mendaki, ada San May (Cloud yard), yakni puncak Gunung Ham Rong di ketinggian 1.800 mdpl, di mana pengunjung bisa menikmati panorama kota Sa Pa yang mengesankan. Pada saat cuaca cerah, pengunjung dapat melihat puncak Gunung Fansipan. Ada pula Cong Troi (Heaven's Gate) 1 dan 2 di sepanjang perjalanan menuju ke San May. Di tempat-tempat tersebut, pengunjung bisa melihat villa-villa bergaya Perancis dan sawah-sawah terasering di bawah.
Mengikuti arahan Google Map, kami berjalan kaki sampai ke gerbang masuk Ham Rong Mountain. Setelah membeli tiket masuk seharga VND 70K/orang di ticket box, kami mulai berjalan mendaki anak-anak tangga yang tampak di depan mata. Beberapa kali orang-orang (turis lokal) memperhatikan aku karena memakai trekking poles. Mungkin hal yang aneh bagi mereka, tapi aku tidak ambil pusing daripada nantinya kelelahan atau kakiku sakit.
Mungkin karena masih hari libur di Vietnam, suasananya ramai dengan turis lokal. Banyak sekali orang yang berfoto atau selfie di sana-sini. Di beberapa titik juga ada beberapa penjual makanan kaki lima.
Kami berusaha menjelajahi semua tempat yang ada di sini. Bagi kami berdua, kebun-kebun bunga maupun buahnya memang cukup indah walaupun tidak sampai wow. Kami lebih kagum melihat struktur bebatuan yang besar-besar yang banyak terdapat di tempat ini. Beberapa di antaranya bahkan sampai membentuk lorong-lorong sempit. Ada juga semacam tempat yang agak tertutup dengan suasana yang agak angker, dengan banyak sesajen yang diletakkan di atas bebatuan. Sepertinya tempat ini memang keramat.
Menyusuri anak-anak tangga yang diapit batu-batu raksasa di kanan kirinya, kami terus berjalan mengitari area yang ada. Semakin tinggi tempatnya dan semakin sulit jalannya, suasananya juga semakin sepi. Sepertinya tidak banyak orang yang mau bersusah payah mendaki ratusan anak tangga hanya untuk melihat batu-batuan atau hutan.
Setelah naik terus mengikuti anak tangga, sampailah kami di San May, puncak Gunung Ham Rong. Di spot ini kami bisa melihat pemandangan seluruh kota Sa Pa beserta danaunya, indah sekali! Kami bahkan bisa melihat gedung penginapan kami dengan jelas, karena letaknya memang agak tinggi.
Suasana di San May saat itu agak ramai dengan pengunjung, namun kebetulan kami bisa mendapatkan spot untuk memotret dengan leluasa. Setelah puas memotret dan berselfie, kami turun sedikit, dan menemukan sebuah viewpoint lagi, dengan pemandangan serupa. Setelah memotret sejenak, kami melanjutkan rute yang ada. Melewati lagi jalan setapak di antara bebatuan raksasa yang menyerupai lorong sempit, menuruni anak-anak tangga, hingga kemudian sampai di tempat yang tampak seperti hutan dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang. Walaupun tidak terlalu lelah, kami duduk-duduk sebentar di tempat ini sambil istirahat dan minum kopi kalengan yang kami bawa.
Setelah beberapa saat, kami melanjutkan menjelajah area yang belum didatangi, dan setelah itu kembali turun dan keluar dari area Ham Rong Mountain. Kami sedang melewati jalan setapak di tepi danau saat berpapasan dengan Freyja. Kami janjian akan bertemu jam 5 sore di dekat danau. Freyja akan datang bersama Clemente, dan kami akan makan malam bersama untuk terakhir kali, karena Clemente sudah harus kembali ke Hanoi besok paginya, untuk kemudian pulang ke Swiss beberapa hari setelahnya. Jadi makan malam ini akan menjadi semacam perpisahan dengan Clemente.
Kami langsung pulang ke penginapan, bergantian mandi, dan kemudian pergi lagi untuk menemui Freyja dan Clemente. Sebelumnya kami sempatkan untuk membeli vodka di Supermarket Xuan Truong. Setelah bertemu dengan Freyja dan Clemente, kami berempat sepakat untuk makan di warung tempat kami pernah makan banh mi sebelumnya, karena selain penjual banh mi juga masih ada penjual makanan lain di sana.
Sesampai di tempat yang dituju dan melihat-lihat menu yang ada, kami memesan sebuah banh mi telur (VND 20K) dan satu buah tahu barbeque (VND 10K), sementara Freyja dan Clemente memilih beberapa macam makanan barbeque. Sebetulnya bagi kami harga makanan barbeque ini terbilang mahal, karenanya kami hanya memesan satu saja.
Sembari makan, kami mengobrol dan bertukar cerita mengenai banyak hal. Clemente banyak menceritakan keluarganya dan kondisi di mana dia dan istrinya sudah bercerai. Karena udara terasa semakin dingin, akhirnya vodka yang kami beli sebelumnya dibuka dan diminum bersama kecuali Freyja, karena dia tidak minum alkohol sama sekali. Clemente juga membeli beer dan membaginya untuk kami bertiga. Suasananya terasa menyenangkan sekali, sekaligus agak sedih karena akan berpisah dengan salah satu travelmate kami. Walaupun hanya bersama selama beberapa hari, kami merasa cocok dengan Clemente. Katanya, kalau suatu saat dia ke Indonesia, dia pasti akan mampir ke rumah kami ^_^
Tanpa terasa, sudah lebih dari 2 jam kami nongkrong di warung ini, dan sekitar jam 7.30 malam akhirnya kami berpamitan dan berpisah dengan Clemente. Mereka berdua sepertinya langsung kembali ke penginapan mereka, dan kami masih hendak membeli rokok sembari jalan-jalan di pusat kota. Bahkan harga sebungkus rokok di Sa Pa pun jauh lebih mahal daripada di kota-kota lain. Rokok impor semacam Marlboro yang biasanya dihargai VND 34-35K di Hanoi, di Sa Pa harganya mencapai VND 45-50K per bungkusnya. Memang benar-benar kota turis...
Kami melewati alun-alun, yang masih tetap ramai suasananya karena banyak orang yang main sepak takraw. Para perempuan penjual souvenir juga masih banyak yang berjualan walaupun tampak sepi pembeli. Kasihan melihat kehidupan para etnis minoritas ini.
Setelah itu dalam perjalanan pulang kami melewati semacam area terbuka di mana ada beberapa ibu-ibu berusia 40 tahun ke atas yang sedang berlatih dansa. Lucu juga melihat mereka, karena berdansa tanpa pasangan dan tanpa ekspresi ^_^
Kami sampai di penginapan sekitar jam 8 malam, dan segera masuk ke kamar. Aku masih mempersiapkan segala keperluan untuk esok pagi, baru kemudian menggosok gigi dan cuci muka. Karena lelah dan banyak minum, aku jadi cepat mengantuk dan akhirnya aku tertidur pulas jam 9 malam.
Hari ini kami berjalan sekitar 12 KM dan tidak sempat tidur siang, karenanya terasa agak lelah, ditambah lagi matahari yang bersinar terik seharian. Bahkan malam ini pun kota Sa Pa tidak berkabut tebal seperti biasanya.
Karena tidurku yang sangat nyenyak, aku sampai tidak tahu ada peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi malam itu, dan baru tahu keesokan paginya. Peristiwa apa ya???
To be continued.......
No comments:
Post a Comment