DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Tuesday, April 30, 2019

VIETNAM & LAOS BACKPACKING 2018 (43) - LAST DAY IN SA PA


2 Mei 2018



Semalaman aku tertidur pulas dan tidak terbangun sama sekali. Pagi hari aku baru terbangun jam 6 pagi dengan keadaan segar, dan kemudian menyelesaikan aktivitas pagi seperti biasanya. Udara cukup dingin pagi ini. Suami bangun agak siang, dan sembari menikmati kopi paginya, dia menceritakan kejadian yang terjadi semalam.

Jadi ceritanya aku tertidur pulas, sementara suami masih belum bisa tidur. Sekitar jam 11.20 malam, suami mendengar suara dua orang laki-laki dan seorang perempuan, yang merupakan bule penghuni kamar sebelah. Sejak awal, sikap mereka ini memang terkesan tidak menyenangkan, yang pasti tidak ramah, dan urakan. Nah, ketiganya ini terdengar tertawa-tawa dan bersuara keras-keras, kemungkinan mabuk, dan menuju ke kamar mereka. Masih belum bisa tidur dan dalam kondisi dongkol namun berusaha bersabar, suami mendengar suara kembang api dari pusat kota. Kami tidak tahu ada perayaan apa, namun suara kembang api berlangsung selama sekitar 5 menit tanpa henti, dan ketiga bule dari kamar sebelah keluar dari kamar mereka dan sepertinya menonton kembang api tersebut sambil mengobrol tepat di depan kamar kami. Hingga suara kembang api usai, ketiganya masih berada di depan kamar kami, dan kemudian si perempuan bercermin di jendela kamar kami (karena memang bisa untuk bercermin). Salah satu dari dua laki-laki bule tersebut turut melihat ke kaca jendela kami, dan kemudian berkata, hey aku bisa melihat semuanya dari sini!.
Korden jendela kamar kami memang ada beberapa bagian yang berlubang-lubang kecil seperti strimin (mirip motif taplak meja jaman dulu). Kemudian mereka mengintip-intip ke dalam kamar melalui celah-celah lubang-lubang di korden tersebut, dan habislah kesabaran suami.

Suami keluar dari dalam kamar, dan ketiga bule itu kaget melihatnya. Suami menanyakan apa yang sedang mereka lakukan dan jam berapa saat itu. Kemudian katanya, "Kalian ini sedang berada di Asia dan kalian harus sopan dalam bertingkah laku. Aku membawa pisau dan aku bisa merobek mulut kalian! Kalian punya dua pilihan. Pertama, teruskan mengobrol dan aku akan merobek mulut kalian, atau pihan kedua kembali ke kamar kalian dan tutup mulut kalian!"
Kata suami, ketiganya buru-buru kembali ke kamar mereka dengan wajah ketakutan. Pfffttt aku benar-benar tidak mengerti akan sikap dan tingkah laku orang bule yang seringkali (tidak semuanya) tidak mengahrgai orang-orang dan negara-negara di Asia Tenggara (atau negara-negara lain yang mereka anggap negara berkembang). Setengahnya aku kasihan kepada suami, setengahnya lagi aku bangga juga karena dia berani bertindak seperti yang diucapkannya hehehehe....
Tidak heran, pagi ini saat kami sedang asyik mengobrol di balkon di depan kamar, aku melihat salah seorang bule tersebut hendak membuka kamar, namun begitu melihat kami langsung masuk dan menutup kembali pintu kamarnya hahahaha...

Usai sarapan, mandi dan packing, sekitar jam 9.45 pagi kami sudah siap check-out dan turun ke lantai dasar untuk membayar tagihan. Kebetulan kami masih menunggu sejenak karena belum ada orang di bagian resepsionis, dan kebetulan pula ketiga bule dari kejadian semalam juga akan check-out. Suami dengan sengaja meletakkan kunci kamar kami di meja resepsionis dengan kasar, dan sepertinya ketiganya masih agak terkejut dan merasa takut.

Usai membayar VND 725K dan berterima kasih kepada pemilik Fantasy Sapa Hotel yang ramah ini, kami berpamitan dan meninggalkan tempat ini. Kami sempat kuatir andai ketiga bule tersebut nantinya akan satu penginapan lagi dengan kami, tapi mudah-mudahan tidak deh...
Berjalan kaki menggendong backpack seberat 15 kg, kami menuju ke Long Anh Hotel (di Google Map namanya sekarang Hometravel Sapa) yang jaraknya hanya sekitar 1 KM saja, dan segera check-in. Resepsionisnya seorang pemuda yang baik dan ramah, dan kami segera ditunjukkan kamar kami di lantai tiga.

Dibandingkan dengan Fantasy Sapa Hotel, Long Anh Hotel ini lebih murah, tarif per malamnya hanya US$ 9. Yang pasti lokasinya hanya beberapa puluh meter saja dari terminal bus, jadi besok kami tidak perlu berjalan jauh-jauh dengan membawa beban backpack yang berat. Kamarnya bersih walaupun agak kuno, dan cukup luas walaupun sederna. Ada dua buah ranjang berukuran besar dengan selimut yang putih bersih dan handuk bersih di atasnya. Kasurnya cukup empuk dan nyaman, walaupun tidak seempuk di Fantasy Sapa Hotel. Ada sebuah meja dan dua buah kursi kayu, beserta kipas angin besar di sebelahnya, dan LED TV di atasnya. Sebuah lemari pakaian besar ada di lorong depan kamar mandi. Kamar mandinya sendiri bersih, cukup luas, dan tampaknya sudah modern dan nyaman. Disediakan juga air mineral botol dan cangkir-cangkir di atas meja. Yang mengejutkanku, ternyata selimut yang disediakan adalah electric blanket! Wah, bisa dipastikan malam ini kami akan tidur dengan nyaman karena hangat hehehehe... Oya, sarapan juga sudah termasuk di dalam tarif yang disebutkan di atas.



Aku membongkar backpack dan menyiapkan barang-barang yang akan dipakai, dan kemudian membuat secangkir kopi untuk suami. Tidak lama setelahnya, Freyja datang seorang diri. Clemente sudah berangkat pagi tadi naik bus ke Hanoi.
Ternyata hotel ini adalah tempat Freyja dan Clemente menginap di malam pertama mereka tiba di Sa Pa. Karena kami hendak makan siang, kami menawari apabila Freyja mau makan pho instan juga, dan katanya mau. Jadi aku membuatkan makan siang pho instan dengan sayuran dan daging untuk suami dan Freyja, sementara aku sendiri makan bubur instan dengan sayuran. Kami juga membicarakan mengenai rencana perjalanan kami ke depannya, dan sepertinya  Freyja mau ikut bersama kami karena dia sendiri tidak ada rencana yang pasti.

Usai makan siang dan mengobrol, waktu sudah menunjukkan jam 12.40 siang, dan kami bertiga sepakat untuk ke terminal bus untuk membeli tiket ke Ha Giang. Hanya berjalan kaki 1-2 menit saja, kami sudah sampai di terminal dan mencari loket tiketnya. Harga tiket ke Ha Giang adalah VND 200K/orang dengan minibus yang akan berangkat jam 8 pagi. Kami membeli 3 buah tiket untuk esok pagi dan kata petugasnya kami diharapkan datang jam 7.30 pagi.

Usai membeli tiket, hujan mulai turun dan kami bertiga berjalan-jalan dulu di pasar. Dasar perempuan, beberapa kali masuk ke pasar Sa Pa ini, aku sudah ingin membeli sebuah pashmina ala Vietnam. Akhirnya aku membeli satu buah pashmina seharga VND 80K (dari harga penawaran semula VND 150K). Modelnya seperti tenunan dan bahannya tebal dan sepertinya hangat jika dipakai. Suami juga sempat usil mencoba topi perempuan dan minta difoto saat mengenakannya ^_^
Setelah itu kami menemukan pedagang yang menjual jas hujan. Untuk kualitas yang cukup tebal dan bagus, aku berhasil menawar harganya hingga VND 40K. Freyja dan suami membeli masing-masing sebuah. Setidaknya mungkin nanti akan berguna di Ha Giang saat kami berkeliling naik sepeda motor.



Karena di luar gedung pasar hujan masih turun agak deras, Freyja langsung mengenakan jas hujan yang baru saja dibelinya. Aku membeli lagi dadar jagung yang seperti kemarin, kali ini harganya VND 5K saja per buahnya. Setelah itu kami berpisah dengan Freyja karena dia masih mau jalan-jalan, sementara kami pulang ke penginapan dan beristirahat.



Karena sudah lapar, aku membuat lagi bubur instan dan makan lebih dulu. Usai mandi, sekitar jam 5 sore kami keluar untuk ke ATM Military Bank dan menarik VND 3 juta.
Catatan: transaksi 3 juta dong ini oleh BCA nilainya menjadi Rp 1.839.400, ditambah ongkos 25 ribu rupiah.



Dari ATM kami ke Supermarket Xuan Truong untuk membeli Vodka Hanoi (VND 72K), alat pembuat kopi (VND 15K), Nescafe Cafe Viet kalengan (VND 11K), Xylitol (VND 5K), dan sebuah korek api (VND 1.5K). Setelahnya kami berjalan mencari makan malam untuk suami. Suasana kota tampak gloomy karena mendung semenjak hujan reda tadi.
Kali ini kami mencoba masuk ke sebuah restoran sederhana yang ada menu nasinya bernama Trung Hop, dan suami memesan seporsi nasi dengan masakan sam can dimasak kecap seharga VND 40K. Selain itu disediakan juga semangkuk kuah bening sebagai pelengkap. Harga sekian termasuk agak murah untuk ukuran Sa Pa, karena di lain tempat kebanyakan lebih mahal.
Restorannya sederhana dan yang makan sepertinya hanya orang-orang lokal saja. Porsi makanannya cukup besar dan dagingnya banyak. Aku hanya mencicipi 1-2 sendok saja karena ingin tahu rasanya. Ternyata lumayan enak juga ^_^



Selesai suami makan, waktu sudah menunjukkan jam 6 petang dan kami hendak kembali ke penginapan, saat melihat seekor anak anjing yang dirantai di pinggir jalan. Kasihan sekali melihatnya, apalagi tatapan matanya terlihat sayu dan sedih, padahal anjingnya lucu sekali :(



Sesampai kembali di kamar, aku berbenah dulu, baru kemudian mengerjakan pembukuan yang terbengkalai selama beberapa hari terakhir ini. Akibat netbook yang lambat, aku sempat salah pencet sehingga banyak data yang hilang di salah satu file. Untung saja aku sudah sempat membuat backup di Google Drive, sehingga tinggal didownload dan aku hanya tinggal memperbaiki beberapa data yang hilang atau kurang.

Baru sekitar jam 10 malam kami tidur di balik hangatnya electric blanket, menyiapkan diri untuk perjalan ke Ha Giang esok pagi. Semoga segala sesuatunya berjalan dengan lancar sesuai harapan ^_^


To be continued.......

VIETNAM & LAOS BACKPACKING 2018 (42) - HAM RONG MOUNTAIN


1 Mei 2018



Tidak terasa hari ini sudah memasuki bulan Mei. Sudah lebih dari 1 bulan kami berpetualang. Tidur di kasur yang nyaman dalam kondisi badan yang lelah, membuatku agak malas bangun subuh seperti biasanya. Hari ini aku baru bangun jam 6 pagi, melakukan rutinitas pagi, ngopi sembari menikmati pemandangan kota di depan kamar, dan kemudian mengepak ulang barang-barang yang berantakan karena sebelumnya dibagi menjadi 2 bagian sebelum trekking. Hari ini sepertinya juga akan cerah, karena matahari sudah bersinar dengan terik walaupun masih pagi dan suasana di kota masih tampak sepi. Sa Pa yang suhu udaranya selalu cukup dingin, tidak membuatku kedinginan pagi ini. Suami pun baru bangun di atas jam 8.30 pagi.



Pagi ini aku melihat tarif penginapan kami turun menjadi US$ 13 untuk malam berikutnya, dan karena kami masih ingin menjelajah Sa Pa lebih lama, aku memutuskan untuk memperpanjang satu malam lagi di Fantasy Sapa Hotel ini. Sempat ada kejadian di mana pintu kamar kami tiba-tiba seperti hendak dibuka dari luar. Suami segera membuka pintu, dan ternyata ada salah satu staff hotel yang hendak membersihkan kamar, karena dia mengira kamarnya sudah kosong. Kami mengatakan akan memperpanjang menginap di sini, jadi minta dibersihkan siang hari saja pada saat kami keluar. Setelah itu sempat juga lampu neon di kamar mati, sehingga suami harus memanggil salah satu staff hotel, yang kemudian datang dan berusaha memperbaiki lampunya.

Sekitar jam 10 pagi, kami berdua pergi untuk berjalan-jalan. Sedari kami masih di balkon, kami mendengar ada beberapa bule yang bersuara keras di bawah. Hingga kami keluar dari hotel, beberapa orang bule tersebut masih saja berisik, sepertinya tidak bisa menyalakan sepeda motor yang mereka sewa. Kami sempat mengamati dari jauh kelakuan mereka yang agak urakan tersebut. Kemudian kami menuju ke danau dan melihat-lihat sejenak, lalu masuk ke Supermarket X6 di dekatnya. Kami belanja beberapa macam barang, kebanyakan makanan dan snack. Mulai dari kopi bubuk Highland (VND 67K), beer Hanoi (VND 10K), kopi Highland kalengan (VND 11K), hingga sumpit (VND 15K), sendok dan gelas plastik (VND 9K) dan berbagai macam snack, bubur instan, serta roti croissant (VND 41K).



Dari supermarket, kami menuju ke pasar tradisional. Kami berjalan mengelilingi pasar sambil melihat-lihat apa yang bisa dibeli, dan aku membeli 1 kg tomat (VND 15K), cabe (VND 5K), dan daging babi asap (VND 40K) untuk makan nanti. Selain itu kami juga membeli kue dadar jagung dan onde-onde untuk dimakan (total VND 20K).



Hari ini kami juga berencana untuk mencari penginapan lain yang jaraknya lebih dekat ke terminal bus, karena besok lusa rencananya kami akan naik bus dari Sa Pa ke Ha Giang. Inginnya pindah penginapan agar membawa backpacknya tidak terlalu berat menuju ke terminal. Sebelumnya aku sudah mencari informasi dari booking.com, dan ada sebuah penginapan yang sepertinya lumayan, jadi sepulang dari pasar kami mendatangi tempat tersebut. Ternyata harga kamarnya justru lebih mahal, dan dari segi lokasi relatif dekat dengan Fantasy Sapa Hotel, jadi kami tangguhkan dulu dan akan mencari lagi di booking.com.



Kami pulang ke penginapan, dan karena sudah jam 12 siang aku masak mie instan dan pho instan untuk makan siang, ditambah dengan tomat dan daging babi asap yang baru saja dibeli. Usai makan, aku mencari-cari penginapan untuk esok sambil beristirahat sejenak, dan akhirnya memesan sebuah kamar di Long Anh Hotel yang lokasinya sangat dekat dengan terminal bus. Setelahnya kami memutuskan untuk ke Ham Rong Mountain, yang kami temukan dari Google Map.



Ham Rong (artinya Dragon Jaw atau Rahang Naga) Mountain merupakan perpaduan yang serasi antara landscape alami dengan buatan manusia. Dengan bentuknya yang seperti rahang naga, tempat ini menjadi salah satu tujuan utama turis di kota Sa Pa. Lokasinya hanya berjalan beberapa menit saja ke arah tenggara dari Notre Dame Cathedral.

Tempat ini menjadi rumah dari berbagai jenis bunga dan kebun buah-buahan. Jalan setapak dari bebatuan mengarah ke hutan buah persik liar, lalu kebun-kebun anggrek dengan lebih dari 6.000 pohon anggrek dari 194 jenis. Selain itu masih banyak bunga-bunga yang eksotis seperti Lily of the Nile, hydrangea, geraniums, ox-eyed daisy dan bunga sakura (cherry blossom). Buah-buahan pegunungan seperti persik, plum, dan buah pear juga ada di sini. Pemandangan tersembunyi di balik kabut dan suara gema dari seruling bambu anak-anak suku Hmong menjadikan tempat ini seperti surga.

Apabila kuat mendaki, ada San May (Cloud yard), yakni puncak Gunung Ham Rong di ketinggian 1.800 mdpl, di mana pengunjung bisa menikmati panorama kota Sa Pa yang mengesankan. Pada saat cuaca cerah, pengunjung dapat melihat puncak Gunung Fansipan. Ada pula Cong Troi (Heaven's Gate) 1 dan 2 di sepanjang perjalanan menuju ke San May. Di tempat-tempat tersebut, pengunjung bisa melihat villa-villa bergaya Perancis dan sawah-sawah terasering di bawah.

Mengikuti arahan Google Map, kami berjalan kaki sampai ke gerbang masuk Ham Rong Mountain. Setelah membeli tiket masuk seharga VND 70K/orang di ticket box, kami mulai berjalan mendaki anak-anak tangga yang tampak di depan mata. Beberapa kali orang-orang (turis lokal) memperhatikan aku karena memakai trekking poles. Mungkin hal yang aneh bagi mereka, tapi aku tidak ambil pusing daripada nantinya kelelahan atau kakiku sakit.



Mungkin karena masih hari libur di Vietnam, suasananya ramai dengan turis lokal. Banyak sekali orang yang berfoto atau selfie di sana-sini. Di beberapa titik juga ada beberapa penjual makanan kaki lima.
Kami berusaha menjelajahi semua tempat yang ada di sini. Bagi kami berdua, kebun-kebun bunga maupun buahnya memang cukup indah walaupun tidak sampai wow. Kami lebih kagum melihat struktur bebatuan yang besar-besar yang banyak terdapat di tempat ini. Beberapa di antaranya bahkan sampai membentuk lorong-lorong sempit. Ada juga semacam tempat yang agak tertutup dengan suasana yang agak angker, dengan banyak sesajen yang diletakkan di atas bebatuan. Sepertinya tempat ini memang keramat.



Menyusuri anak-anak tangga yang diapit batu-batu raksasa di kanan kirinya, kami terus berjalan mengitari area yang ada. Semakin tinggi tempatnya dan semakin sulit jalannya, suasananya juga semakin sepi. Sepertinya tidak banyak orang yang mau bersusah payah mendaki ratusan anak tangga hanya untuk melihat batu-batuan atau hutan.
Setelah naik terus mengikuti anak tangga, sampailah kami di San May, puncak Gunung Ham Rong. Di spot ini kami bisa melihat pemandangan seluruh kota Sa Pa beserta danaunya, indah sekali! Kami bahkan bisa melihat gedung penginapan kami dengan jelas, karena letaknya memang agak tinggi.



Suasana di San May saat itu agak ramai dengan pengunjung, namun kebetulan kami bisa mendapatkan spot untuk memotret dengan leluasa. Setelah puas memotret dan berselfie, kami turun sedikit, dan menemukan sebuah viewpoint lagi, dengan pemandangan serupa. Setelah memotret sejenak, kami melanjutkan rute yang ada. Melewati lagi jalan setapak di antara bebatuan raksasa yang menyerupai lorong sempit, menuruni anak-anak tangga, hingga kemudian sampai di tempat yang tampak seperti hutan dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang. Walaupun tidak terlalu lelah, kami duduk-duduk sebentar di tempat ini sambil istirahat dan minum kopi kalengan yang kami bawa.



Setelah beberapa saat, kami melanjutkan menjelajah area yang belum didatangi, dan setelah itu kembali turun dan keluar dari area Ham Rong Mountain. Kami sedang melewati jalan setapak di tepi danau saat berpapasan dengan Freyja. Kami janjian akan bertemu jam 5 sore di dekat danau. Freyja akan datang bersama Clemente, dan kami akan makan malam bersama untuk terakhir kali, karena Clemente sudah harus kembali ke Hanoi besok paginya, untuk kemudian pulang ke Swiss beberapa hari setelahnya. Jadi makan malam ini akan menjadi semacam perpisahan dengan Clemente.

Kami langsung pulang ke penginapan, bergantian mandi, dan kemudian pergi lagi untuk menemui Freyja dan Clemente. Sebelumnya kami sempatkan untuk membeli vodka di Supermarket Xuan Truong. Setelah bertemu dengan Freyja dan Clemente, kami berempat sepakat untuk makan di warung tempat kami pernah makan banh mi sebelumnya, karena selain penjual banh mi juga masih ada penjual makanan lain di sana.
Sesampai di tempat yang dituju dan melihat-lihat menu yang ada, kami memesan sebuah banh mi telur (VND 20K) dan satu buah tahu barbeque (VND 10K), sementara Freyja dan Clemente memilih beberapa macam makanan barbeque. Sebetulnya bagi kami harga makanan barbeque ini terbilang mahal, karenanya kami hanya memesan satu saja.



Sembari makan, kami mengobrol dan bertukar cerita mengenai banyak hal. Clemente banyak menceritakan keluarganya dan kondisi di mana dia dan istrinya sudah bercerai. Karena udara terasa semakin dingin, akhirnya vodka yang kami beli sebelumnya dibuka dan diminum bersama kecuali Freyja, karena dia tidak minum alkohol sama sekali. Clemente juga membeli beer dan membaginya untuk kami bertiga. Suasananya terasa menyenangkan sekali, sekaligus agak sedih karena akan berpisah dengan salah satu travelmate kami. Walaupun hanya bersama selama beberapa hari, kami merasa cocok dengan Clemente. Katanya, kalau suatu saat dia ke Indonesia, dia pasti akan mampir ke rumah kami ^_^



Tanpa terasa, sudah lebih dari 2 jam kami nongkrong di warung ini, dan sekitar jam 7.30 malam akhirnya kami berpamitan dan berpisah dengan Clemente. Mereka berdua sepertinya langsung kembali ke penginapan mereka, dan kami masih hendak membeli rokok sembari jalan-jalan di pusat kota. Bahkan harga sebungkus rokok di Sa Pa pun jauh lebih mahal daripada di kota-kota lain. Rokok impor semacam Marlboro yang biasanya dihargai VND 34-35K di Hanoi, di Sa Pa harganya mencapai VND 45-50K per bungkusnya. Memang benar-benar kota turis...

Kami melewati alun-alun, yang masih tetap ramai suasananya karena banyak orang yang main sepak takraw. Para perempuan penjual souvenir juga masih banyak yang berjualan walaupun tampak sepi pembeli. Kasihan melihat kehidupan para etnis minoritas ini.
Setelah itu dalam perjalanan pulang kami melewati semacam area terbuka di mana ada beberapa ibu-ibu berusia 40 tahun ke atas yang sedang berlatih dansa. Lucu juga melihat mereka, karena berdansa tanpa pasangan dan tanpa ekspresi ^_^




Kami sampai di penginapan sekitar jam 8 malam, dan segera masuk ke kamar. Aku masih mempersiapkan segala keperluan untuk esok pagi, baru kemudian menggosok gigi dan cuci muka. Karena lelah dan banyak minum, aku jadi cepat mengantuk dan akhirnya aku tertidur pulas jam 9 malam.



Hari ini kami berjalan sekitar 12 KM dan tidak sempat tidur siang, karenanya terasa agak lelah, ditambah lagi matahari yang bersinar terik seharian. Bahkan malam ini pun kota Sa Pa tidak berkabut tebal seperti biasanya.
Karena tidurku yang sangat nyenyak, aku sampai tidak tahu ada peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi malam itu, dan baru tahu keesokan paginya. Peristiwa apa ya???


To be continued.......