6 Mei 2018
6 Mei
Ha Giang Loop Day 2
Dong Van Plateau - Lung Cu Flag - Dong Van - Ma Pi Leng Pass - Meo Vac
Distance: 75 KM
Semalaman aku tertidur pulas di atas kasur dan selimut yang nyaman, dan pagi ini aku terbangun jam 5.30 pagi. Aku melakukan aktivitas pagi dan kemudian berkemas dan merapikan barang-barang. Aku sempat meleihat-lihat ruangan-ruangan lain di sekitar kamar, dan malah menemukan sebuah toilet jongkok yang bersih. Jarang sekali melihat toilet jongkok selama di penginapan-penginapan. Saat sedang duduk di ruangan di luar kamar, aku menyaksikan si gadis dari Canada hendak check-out, tampak sibuk dan kebingungan membangunkan penjaga penginapan untuk mengambilkan paspornya. Si gadis merasa jengkel, sementara petugas laki-laki yang mengambilkan paspornya juga sepertinya merasa kesal karena tidurnya terganggu. Yah, setidaknya aku tidak akan melihat gadis yang menyebalkan itu lagi... :V
Pemandangan dari teras belakang penginapan sungguh sangat indah pagi ini. Di bawah sinar matahari, tampak gunung-gunung hijau menjulang dengan indahnya.
Aku menyempatkan diri masak mie dan bubur instan (lagi) untuk bekal makan siang hari ini. Untungnya Freyja mau makan apa saja dan tidak cerewet, jadi walaupun hanya makan mie instan dengan sayuran, dia sudah senang dan mau makan dengan lahap hehehehe...
Setelah suami dan Freyja bangun, kami bertiga turun ke restoran untuk sarapan. Karena mendapat jatah makan, mau tidak mau aku harus sarapan. Sayangnya tidak ada pilihan lain kecuali mie rebus. Setelah sekitar 15 menit menunggu, mie rebus disajikan dan seperti sudah kuduga, dimasak dari mie instan dan diberi sayur kubis di atasnya. Ini pun kalau kita beli haraganya VND 40K. Mahal sekali ya?
Usai sarapan aku jadi merasa kekenyangan sekali karena tidak terbiasa makan di pagi hari. Usai mandi, berkemas dan bersiap-siap, jam 9 pagi kami check-out dan membayar penginapan, mengambil paspor kami, dan siap untuk berkendara lagi. Cuaca hari ini sangat cerah, bahkan bisa dibilang panas. Kebetulan persis di depan penginapan ada pertamini (pombensin kecil swalayan), jadi kami mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Kami mengisi bensin sebanyak VND 50K. Tentunya harga bensin di tempat seperti ini lebih mahal, tidak sama harganya dengan di pombensin.
Kemarin sore sebelum sampai di penginapan, kami melewati view point dan area yang sangat indah, Rocky Observation Point, namun karena sudah agak gelap, kami melewatkannya begitu saja. Karenanya pagi ini aku mengusulkan agar kami detour sedikit untuk mengunjungi tempat tersebut. Hanya dengan sekitar 5 menit berkendara, kami sudah sampai.
Wah, indah sekali pemandangan di sini. Gunung-gunung batu kecil ditutupi semak-semak hijau terhampar di hadapan mata, segala arah mata memandang. Andai punya lebih banyak waktu, tidak panas dan tidak ada target, mungkin aku ingin menjelajahi area ini lebih lama. Sepertinya area ini juga dijadikan tempat wisata untuk turis lokal, karena ada jalan yang melebar di mana terdapat banyak penjual makanan. Sementara itu ada beberapa orang lokal yang tampak sedang bekerja di area ini, mungkin sedang menambang bebatuan.
Kami meninggalkan tempat ini dan berkendara menuju ke titik berikutnya: Lung Cu Flag Tower. Dikatakan, Lung Cu Flag Tower adalah titik paling utara di Vietnam yang berbatasan dengan negeri RRC, walaupun perbatasan aslinya masih berada 3,3 KM lagi di utaranya. Berada di ketinggian lebih dari 1.400 mdpl, menara setinggi 30 meter berdiri di puncak Lung Cu, dan di sini berkibar bendera Vietnam yang sangat besar.
Menyusuri jalanan yang kembali berlika-liku dan naik turun, pemandangan ratusan gunung-gunung kecil yang indah menghiasi di kanan kiri jalan. Keluar dari jalan raya utama, jalan yang kami lalui mengecil dan bisa dibilang rusak parah. Banyak area berkerikil atau berpasir. Di beberapa tempat ada beberapa orang pekerja yang sepertinya sedang memperbaiki jalan. Saat jalannya dirasa kurang aman atau penuh batu-batuan, biasanya aku turun dari sepeda motor supaya suami lebih mudah mengendalikan sepeda motornya. Sekali, pada saat aku turun dan jalan kaki mengikuti suami yang naik motor, aku lengah dan kurang memperhatikan jalanan di depanku, hingga akhirnya terpeleset dan terjatuh. Sepertinya mata kaki kananku keseleo, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku terus berjalan. Belakangan baru kusadari ternyata memang keseleo, persis seperti waktu trekking di Nepal, hanya saja kali ini kaki kanan.
Melanjutkan perjalanan di atas motor, melewati pemandangan pegunungan dan banyak perkebunan sayur-mayur, sekitar jam 11.45 siang kami sampai di area Lung Cu Tower. Sebelum menuju ke menaranya, kami sempat mampir di sebuah warung untuk istirahat sebelum mulai mendaki tangga. Suami ngopi di sini sementara Freyja membeli snack untuk dimakan bersama. Toko kecil tempat kami singgah ini juga menjual sayur-mayur dan buah-buahan yang tampak segar.
Sekitar 15-20 menit kemudian, kami melanjutkan menuju ke tempat parkir Lung Cu Tower. Bisa dibilang tidak ada pengunjung lain selain kami bertiga. Ticket box pun tidak ada penjaganya. Kami memarkirkan sepeda motor. Backpack yang besar semua diikat di sepeda motor, demikian pula jaket dan semua barang yang tidak akan kami perlukan ditinggal di sepeda motor, dengan harapan semoga tidak dicuri orang selama kami tinggal hehehehe... Sempat juga ke toilet umum yang kondisinya seperti di foto bawah ini :v
Kami mulai menaiki anak-anak tangga yang menjulang di hadapan kami, sementara matahari berada tepat di atas kepala kami. Setelah mendaki beberapa ratus anak tangga, kami tiba di sebuah lapangan yang cukup luas, yang ternyata merupakan tempat parkir utama. Ada sebuah mobil dan beberapa buah sepeda motor yang tampak terparkir di tempat ini. Andai kami tahu jalannya, mungkin tadi kami langsung ke sini saja :v
Melewati lapangan parkir, ratusan anak tangga kembali tampak di depan mata. Walaupun kami berjalan mendaki santai dan perlahan-lahan, tapi sepertinya cukup cepat juga waktu yang kami tempuh untuk melalui semua anak tangga ini. Kami tiba di dasar tower sekitar jam 12.25 siang, dan kalau tidak salah hitung, kami sudah mendaki lebih dari 350 anak tangga. Kami meluangkan waktu untuk berfoto dan melihat-lihat di tempat ini. Kami jadi merasa kecil sekali apabila dibandingkan dengan tower setinggi 30 meter ini. Pemandangan dari tempat ini pun sangat indah.
Ternyata ada pintu masuk ke dalam tower, dan karena suami tidak mau lagi naik tangga, aku dan Freyja masuk ke dalam tower untuk menuju ke puncaknya. Kalau tidak salah hitung, kami mendaki sekitar 135 anak tangga lagi. Sesampai di puncak, kami melihat tiga orang pemuda berseragam hijau, seperti polisi. Awalnya aku dan Freyja tidak berani menyapa mereka, hanya mengucapkan salam saja, dan kemudian memotret dan mengambil video pemandangan nun jauh di bawah kami. View di sini lebih indah lagi apabila dibandingkan dengan di dasar tower tadi. Anginnya pun terasa kencang menerpa wajah. Herannya ketiga pemuda tersebut berani naik-naik ke pagar tower, padahal melihatnya saja aku merinding hehehehe...
Salah satu dari ketiga pemuda tersebut kemudian mengajak kami bicara, menanyakan asal kami berdua. Sepertinya bahasa Inggris mereka sangat terbatas dan agak amburadul, namun nyatanya kami berempat bisa foto bersama, dan mereka bertiga berkali-kali dan bergantian foto denganku dan Freyja hahahaha...
Setelah itu aku dan Freyja berpamitan kepada mereka, dan turun kembali ke dasar tower. Suami juga masih tampak memotret view dari berbagai sudut. Karena sudah siang dan mulai lapar, kami memutuskan untuk turun, dan sekitar jam 1 siang kami sudah sampai di tempat parkir motor. Kami bertiga makan siang bekal yang dibawa di teras sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah tidak dipakai dan tidak terawat. Usai makan kami segera melanjutkan perjalanan, karena jarak yang harus ditempuh masih cukup jauh.
Kembali melewati jalanan yang rusak parah dan ditambah lagi cuaca yang sangat panas, kami jadi mudah lelah. Memasuki jalan utama, kondisi jalannya sudah jauh lebih baik. Kami sempat berhenti untuk istirahat sembari memotret di tepi jalan saat awan menutupi matahari. Di kejauhan tampak sebuah tempat yang tampak seperti taman bernama Hoa Men Say, dan tampak indah difoto. Sepertinya taman ini merupakan taman hiburan penduduk setempat, namun sayangnya saat itu kami tidak tahu, jadi tidak mencari jalan untuk menuju ke tempat tersebut.
Melanjutkan perjalanan yang berliku-liku, naik dan turun pegunungan, kami memasuki kota Dong Van sekitar jam 2.45 siang. Karena panas, kami berhenti di sebuah warung kaki lima di tepi jalan yang menjual minuman dingin sembari beristirahat. Tidak disangka, ternyata di warung kecil ini kami bertemu dan berkenalan dengan sepasang pemuda-pemudi dari Hanoi yang sedang berwisata. Mereka mengajak kami mengobrol panjang lebar, menanyakan tempat-tempat yang sudah kami kunjungi selama di Vietnam. Kami juga sempat diantar ke toilet yang terletak di bangunan di belakang warung tersebut, karena sang pemuda bekerja di bangunan kantor tersebut. Tidak terasa hampir satu jam waktu berlalu, dan kami berpamitan setelah sempat foto bersama.
Keluar dari kota Dong Van, pemandangan tidak kalah indah. Kami berhenti beberapa kali untuk memotret di spot-spot yang bagus. Gunung-gunung batu menjulang di kanan kiri jalan, benar-benar luar biasa indahnya! Bahkan melihat langsung pun rasanya seperti melihat lukisan raksasa di depan mata. Kami benar-benar terpesona dengan keindahan alam di sekeliling kami ini.
Sekitar jam 4.15 sore, sampailah kami di salah satu viewpoint yang kami incar, Ma Pi Leng Pass viewpoint. Ma Pi Leng Pass sebetulnya merupakan terusan atau jalan tembus yang panjangnya sekitar 22 KM di Jalan Raya 4C, yang menghubungkan kota Dong Van dan Meo Vac. Dari sepanjang jalan tersebut, 10 KM di antaranya bisa dibilang pemandangannya sangat mengesankan. Berada di ketinggian 1.500 mdpl, jalan ini dibangun pertama kali oleh suku-suku minoritas Yao, Hmong, dan Lolo pada tahun 1960. Hingga saat ini, Ma Pi Leng Pass merupakan salah satu tempat dengan pemandangan terindah di Asia Tenggara.
Kami berhenti untuk memotret di tempat ini. Suasananya tampak agak ramai dengan adanya beberapa turis lokal yang juga sedang memotret di sini. Jalan-jalan yang mengular mengitari melintasi gunung-gunung, dengan sungai yang airnya berwarna kehijauan di dasar lembah, serta gunung-gunung yang menjulang di segala arah, memang membuat tempat ini tampak luar biasa indah.
Setelah puas memotret dan melihat-lihat, kami kembali melanjutkan perjalanan di bawah matahari yang masih bersinar terik. Kami masih berhenti beberapa kali untuk memotret pemandangan, karena kami tidak akan melewati tempat ini lagi dalam perjalanan pulang nantinya. Jalanan mulai turun dan turun hingga sampai di dasar lembah, dan setelah itu cenderung agak datar, hingga akhirnya memasuki kota Meo Vac.
Karena sebelumnya aku sudah merencanakan akan menginap di kota kecil ini, aku sudah mencari penginapan murah di booking.com untuk kami bertiga, dan pilihan jatuh di Kiki's House yang lokasinya kebetulan di tepi jalan raya dan mudah ditemukan.
Kami tiba di Kiki's House sekitar jam 5 sore, dan kemudian kami menanyakan harga kamar serta melihat-lihat kamarnya terlebih dahulu sebelum memutuskan. Di sini tidak ada private room, hanya ada dorm saja, namun katanya kami bisa memakai satu dorm untuk bertiga saja. Tarifnya VND 100K/orang/malam. Ternyata bisa dibilang bangunannya masih baru dan terkesan modern, bahkan termasuk mewah dibandingkan dengan harganya. Kamar-kamar dan perlengkapannya semua tampak bersih dan menyenangkan, ada ruangan untuk nongkrong, ditambah lagi harga tersebut sudah termasuk sarapan, jadi akhirnya kami sepakat untuk bermalam di sini.
Kami diberi kamar berisi 6 single bed (3 bed masing-masing tingkat), dengan sebuah kamar mandi dalam. Ruangan kamarnya sendiri cukup luas, dengan sebuah teras di luarnya dengan pemandangan pegunungan di kejauhan. Ada sebuah lemari kayu besar yang bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang. Kamar mandinya luas dan modern sekali, bahkan tampak mewah. Dengan harga tersebut di atas, fasilitas yang kami peroleh benar-benar sangat sepadan, bahkan bisa dibilang melebihi ekspektasi ^_^
Setelah menata barang-barang, kami istirahat untuk meluruskan punggung. Lega sekali rasanya setelah hampir seharian berada di atas sadel sepeda motor. Aku berusaha melakukan beberapa gerakan yoga untuk meredakan sakit di mata kakiku yang ternyata sudah tampak bengkak, namun masih tetap sakit sekali. Beruntung kami tidak perlu trekking jauh-jauh lagi.
Kami bergantian mandi, lalu sepakat untuk cari makan malam di pusat kota. Sekitar jam 6.30 petang, kami bertiga berjalan kaki menyusuri jalan raya yang sudah tampak sepi dan remang-remang. Ada beberapa anak kecil yang lucu sedang bermain-main di tepi jalan, dan sempat kuajak foto bersama karena mereka menyapa kami hehehehe...
Pusat kota hanya berjarak beberapa ratus meter saja, karenanya beberapa menit kemudian kami sudah tiba di perempatan besar yang ada alun-alunnya. Lampu-lampu berwarna-warni menghiasi jalan-jalan utama, menerangi kota kecil yang mulai gelap. Hanya tampak satu dua kendaraan bermotor yang melintas. Kami berjalan melewati alun-alun, mencari warung kaki lima yang menjual makanan. Aku dan Freyja berencana membeli banh mi untuk makan malam, sementara suami masih belum tahu akan makan apa.
Setelah beberapa saat berjalan kaki, ada sepasang suami istri yang menjual banh mi sekaligus daging babi barbeque, jadi kami singgah ke warung tersebut. Aku dan Freyja memesan banh mi isi telur seharga @VND 15K, sementara suami memesan dua babi barbeque @VND 5K, dengan asumsi nanti akan mencari nasi putih di tempat lain.
Kemudian aku melihat ada magic com di meja di dalam warung kecil ini, jadi aku bertanya siapa tahu mereka menjual nasi putih, dan dijawab tidak ada. Saat kutunjuk magic com-nya, sang suami tetap bersikeras tidak ada, dan kemudian sepertinya mengatakan nasi putihnya untuk mereka makan sendiri. Aku pun mengalah dan kupikir nanti kami akan cari nasi di lain tempat saja. Sembari kami menunggu banh mi dan sate, sepertinya sepasang suami istri ini tampak bertengkar atau setidaknya saling berargumen. Tidak lama kemudian sang istri menghampiriku dan berkata ada nasi putih, jadi aku memesan 1 porsi untuk suami.
Karena makanannya sudah ada semua, akhirnya kami duduk dan makan di sini saja. Banh mi yang kupesan rasanya enak (karena lapar) dengan isian telur dadar, sementara suami juga makan nasi dan satenya dengan lahap. Sementara itu sang suami pemilik warung tadi sepertinya jadi marah dan banyak mengomel kepada istrinya gara-gara menjual nasi putih jatahnya kepada suamiku hahahaha... Padahal sebetulnya harganya juga tidak murah, sepiring nasi putih dengan porsi yang sedikit dihargai VND 10K.
Usai makan dan membayar, kami berjalan kembali ke arah Kiki's House. Sempat masuk ke dalam sebuah supermarket di perempatan jalan hanya untuk sekedar melihat-lihat saja, dan kemudian kami berjalan pulang.
Baru sampai di penginapan, tampak tiga pemuda Western yang sedang mengobrol, jadi kami menyapa mereka, dan setelah itu malah kami diajak mengobrol. Suami yang sudah lelah pamit lebih dulu untuk naik ke kamar, sementara aku dan Freyja masih mengobrol selama beberapa menit. Sebetulnya yang dibicarakan hanya hal-hal ringan saja. Mereka berasal dari Inggris, dan kami lebih banyak bertukar pengalaman mengenai perjalanan di Vietnam ini. Tidak lama kemudian aku juga pamit untuk istirahat, sementara Freyja masih mengobrol dengan mereka.
Setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku mempersiapkan barang-barang untuk kebutuhan esok hari, dan kemudian naik ke kasur. Aku tidur di sisi paling kiri, dekat dengan pintu ke balkon. Suami tidur di ranjang sebelah atasku, sementara Freyja memilih ranjang yang paling kanan sebelah bawah. Sekitar jam 9.30 malam aku sudah tidur agar besok pagi bisa segar kembali melanjutkan perjalanan.
Walaupun lebih banyak berada di atas sepeda motor, ternyata kami berjalan kaki cukup jauh juga, sekitar 10 KM totalnya. Yang pasti pergelangan kaki kananku terasa cukup sakit apabila dipakai berjalan atau jongkok. Suami juga sepertinya kelelahan karena perjalanan hari ini, katanya badannya jadi agak meriang. Mungkin kemarin kehujanan hampir seharian dan hari ini kepanasan, sementara medan yang ditempuh tidak mudah. Mudah-mudahan kondisi kami berdua besok membaik dan tidak sampai mengganggu sisa perjalanan kami ^_^
To be continued.......
Ha Giang Loop Day 2
Dong Van Plateau - Lung Cu Flag - Dong Van - Ma Pi Leng Pass - Meo Vac
Distance: 75 KM
Semalaman aku tertidur pulas di atas kasur dan selimut yang nyaman, dan pagi ini aku terbangun jam 5.30 pagi. Aku melakukan aktivitas pagi dan kemudian berkemas dan merapikan barang-barang. Aku sempat meleihat-lihat ruangan-ruangan lain di sekitar kamar, dan malah menemukan sebuah toilet jongkok yang bersih. Jarang sekali melihat toilet jongkok selama di penginapan-penginapan. Saat sedang duduk di ruangan di luar kamar, aku menyaksikan si gadis dari Canada hendak check-out, tampak sibuk dan kebingungan membangunkan penjaga penginapan untuk mengambilkan paspornya. Si gadis merasa jengkel, sementara petugas laki-laki yang mengambilkan paspornya juga sepertinya merasa kesal karena tidurnya terganggu. Yah, setidaknya aku tidak akan melihat gadis yang menyebalkan itu lagi... :V
Pemandangan dari teras belakang penginapan sungguh sangat indah pagi ini. Di bawah sinar matahari, tampak gunung-gunung hijau menjulang dengan indahnya.
Aku menyempatkan diri masak mie dan bubur instan (lagi) untuk bekal makan siang hari ini. Untungnya Freyja mau makan apa saja dan tidak cerewet, jadi walaupun hanya makan mie instan dengan sayuran, dia sudah senang dan mau makan dengan lahap hehehehe...
Setelah suami dan Freyja bangun, kami bertiga turun ke restoran untuk sarapan. Karena mendapat jatah makan, mau tidak mau aku harus sarapan. Sayangnya tidak ada pilihan lain kecuali mie rebus. Setelah sekitar 15 menit menunggu, mie rebus disajikan dan seperti sudah kuduga, dimasak dari mie instan dan diberi sayur kubis di atasnya. Ini pun kalau kita beli haraganya VND 40K. Mahal sekali ya?
Usai sarapan aku jadi merasa kekenyangan sekali karena tidak terbiasa makan di pagi hari. Usai mandi, berkemas dan bersiap-siap, jam 9 pagi kami check-out dan membayar penginapan, mengambil paspor kami, dan siap untuk berkendara lagi. Cuaca hari ini sangat cerah, bahkan bisa dibilang panas. Kebetulan persis di depan penginapan ada pertamini (pombensin kecil swalayan), jadi kami mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Kami mengisi bensin sebanyak VND 50K. Tentunya harga bensin di tempat seperti ini lebih mahal, tidak sama harganya dengan di pombensin.
Kemarin sore sebelum sampai di penginapan, kami melewati view point dan area yang sangat indah, Rocky Observation Point, namun karena sudah agak gelap, kami melewatkannya begitu saja. Karenanya pagi ini aku mengusulkan agar kami detour sedikit untuk mengunjungi tempat tersebut. Hanya dengan sekitar 5 menit berkendara, kami sudah sampai.
Wah, indah sekali pemandangan di sini. Gunung-gunung batu kecil ditutupi semak-semak hijau terhampar di hadapan mata, segala arah mata memandang. Andai punya lebih banyak waktu, tidak panas dan tidak ada target, mungkin aku ingin menjelajahi area ini lebih lama. Sepertinya area ini juga dijadikan tempat wisata untuk turis lokal, karena ada jalan yang melebar di mana terdapat banyak penjual makanan. Sementara itu ada beberapa orang lokal yang tampak sedang bekerja di area ini, mungkin sedang menambang bebatuan.
Kami meninggalkan tempat ini dan berkendara menuju ke titik berikutnya: Lung Cu Flag Tower. Dikatakan, Lung Cu Flag Tower adalah titik paling utara di Vietnam yang berbatasan dengan negeri RRC, walaupun perbatasan aslinya masih berada 3,3 KM lagi di utaranya. Berada di ketinggian lebih dari 1.400 mdpl, menara setinggi 30 meter berdiri di puncak Lung Cu, dan di sini berkibar bendera Vietnam yang sangat besar.
Menyusuri jalanan yang kembali berlika-liku dan naik turun, pemandangan ratusan gunung-gunung kecil yang indah menghiasi di kanan kiri jalan. Keluar dari jalan raya utama, jalan yang kami lalui mengecil dan bisa dibilang rusak parah. Banyak area berkerikil atau berpasir. Di beberapa tempat ada beberapa orang pekerja yang sepertinya sedang memperbaiki jalan. Saat jalannya dirasa kurang aman atau penuh batu-batuan, biasanya aku turun dari sepeda motor supaya suami lebih mudah mengendalikan sepeda motornya. Sekali, pada saat aku turun dan jalan kaki mengikuti suami yang naik motor, aku lengah dan kurang memperhatikan jalanan di depanku, hingga akhirnya terpeleset dan terjatuh. Sepertinya mata kaki kananku keseleo, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku terus berjalan. Belakangan baru kusadari ternyata memang keseleo, persis seperti waktu trekking di Nepal, hanya saja kali ini kaki kanan.
Melanjutkan perjalanan di atas motor, melewati pemandangan pegunungan dan banyak perkebunan sayur-mayur, sekitar jam 11.45 siang kami sampai di area Lung Cu Tower. Sebelum menuju ke menaranya, kami sempat mampir di sebuah warung untuk istirahat sebelum mulai mendaki tangga. Suami ngopi di sini sementara Freyja membeli snack untuk dimakan bersama. Toko kecil tempat kami singgah ini juga menjual sayur-mayur dan buah-buahan yang tampak segar.
Sekitar 15-20 menit kemudian, kami melanjutkan menuju ke tempat parkir Lung Cu Tower. Bisa dibilang tidak ada pengunjung lain selain kami bertiga. Ticket box pun tidak ada penjaganya. Kami memarkirkan sepeda motor. Backpack yang besar semua diikat di sepeda motor, demikian pula jaket dan semua barang yang tidak akan kami perlukan ditinggal di sepeda motor, dengan harapan semoga tidak dicuri orang selama kami tinggal hehehehe... Sempat juga ke toilet umum yang kondisinya seperti di foto bawah ini :v
Kami mulai menaiki anak-anak tangga yang menjulang di hadapan kami, sementara matahari berada tepat di atas kepala kami. Setelah mendaki beberapa ratus anak tangga, kami tiba di sebuah lapangan yang cukup luas, yang ternyata merupakan tempat parkir utama. Ada sebuah mobil dan beberapa buah sepeda motor yang tampak terparkir di tempat ini. Andai kami tahu jalannya, mungkin tadi kami langsung ke sini saja :v
Melewati lapangan parkir, ratusan anak tangga kembali tampak di depan mata. Walaupun kami berjalan mendaki santai dan perlahan-lahan, tapi sepertinya cukup cepat juga waktu yang kami tempuh untuk melalui semua anak tangga ini. Kami tiba di dasar tower sekitar jam 12.25 siang, dan kalau tidak salah hitung, kami sudah mendaki lebih dari 350 anak tangga. Kami meluangkan waktu untuk berfoto dan melihat-lihat di tempat ini. Kami jadi merasa kecil sekali apabila dibandingkan dengan tower setinggi 30 meter ini. Pemandangan dari tempat ini pun sangat indah.
Ternyata ada pintu masuk ke dalam tower, dan karena suami tidak mau lagi naik tangga, aku dan Freyja masuk ke dalam tower untuk menuju ke puncaknya. Kalau tidak salah hitung, kami mendaki sekitar 135 anak tangga lagi. Sesampai di puncak, kami melihat tiga orang pemuda berseragam hijau, seperti polisi. Awalnya aku dan Freyja tidak berani menyapa mereka, hanya mengucapkan salam saja, dan kemudian memotret dan mengambil video pemandangan nun jauh di bawah kami. View di sini lebih indah lagi apabila dibandingkan dengan di dasar tower tadi. Anginnya pun terasa kencang menerpa wajah. Herannya ketiga pemuda tersebut berani naik-naik ke pagar tower, padahal melihatnya saja aku merinding hehehehe...
Salah satu dari ketiga pemuda tersebut kemudian mengajak kami bicara, menanyakan asal kami berdua. Sepertinya bahasa Inggris mereka sangat terbatas dan agak amburadul, namun nyatanya kami berempat bisa foto bersama, dan mereka bertiga berkali-kali dan bergantian foto denganku dan Freyja hahahaha...
Setelah itu aku dan Freyja berpamitan kepada mereka, dan turun kembali ke dasar tower. Suami juga masih tampak memotret view dari berbagai sudut. Karena sudah siang dan mulai lapar, kami memutuskan untuk turun, dan sekitar jam 1 siang kami sudah sampai di tempat parkir motor. Kami bertiga makan siang bekal yang dibawa di teras sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah tidak dipakai dan tidak terawat. Usai makan kami segera melanjutkan perjalanan, karena jarak yang harus ditempuh masih cukup jauh.
Kembali melewati jalanan yang rusak parah dan ditambah lagi cuaca yang sangat panas, kami jadi mudah lelah. Memasuki jalan utama, kondisi jalannya sudah jauh lebih baik. Kami sempat berhenti untuk istirahat sembari memotret di tepi jalan saat awan menutupi matahari. Di kejauhan tampak sebuah tempat yang tampak seperti taman bernama Hoa Men Say, dan tampak indah difoto. Sepertinya taman ini merupakan taman hiburan penduduk setempat, namun sayangnya saat itu kami tidak tahu, jadi tidak mencari jalan untuk menuju ke tempat tersebut.
Melanjutkan perjalanan yang berliku-liku, naik dan turun pegunungan, kami memasuki kota Dong Van sekitar jam 2.45 siang. Karena panas, kami berhenti di sebuah warung kaki lima di tepi jalan yang menjual minuman dingin sembari beristirahat. Tidak disangka, ternyata di warung kecil ini kami bertemu dan berkenalan dengan sepasang pemuda-pemudi dari Hanoi yang sedang berwisata. Mereka mengajak kami mengobrol panjang lebar, menanyakan tempat-tempat yang sudah kami kunjungi selama di Vietnam. Kami juga sempat diantar ke toilet yang terletak di bangunan di belakang warung tersebut, karena sang pemuda bekerja di bangunan kantor tersebut. Tidak terasa hampir satu jam waktu berlalu, dan kami berpamitan setelah sempat foto bersama.
Keluar dari kota Dong Van, pemandangan tidak kalah indah. Kami berhenti beberapa kali untuk memotret di spot-spot yang bagus. Gunung-gunung batu menjulang di kanan kiri jalan, benar-benar luar biasa indahnya! Bahkan melihat langsung pun rasanya seperti melihat lukisan raksasa di depan mata. Kami benar-benar terpesona dengan keindahan alam di sekeliling kami ini.
Sekitar jam 4.15 sore, sampailah kami di salah satu viewpoint yang kami incar, Ma Pi Leng Pass viewpoint. Ma Pi Leng Pass sebetulnya merupakan terusan atau jalan tembus yang panjangnya sekitar 22 KM di Jalan Raya 4C, yang menghubungkan kota Dong Van dan Meo Vac. Dari sepanjang jalan tersebut, 10 KM di antaranya bisa dibilang pemandangannya sangat mengesankan. Berada di ketinggian 1.500 mdpl, jalan ini dibangun pertama kali oleh suku-suku minoritas Yao, Hmong, dan Lolo pada tahun 1960. Hingga saat ini, Ma Pi Leng Pass merupakan salah satu tempat dengan pemandangan terindah di Asia Tenggara.
Kami berhenti untuk memotret di tempat ini. Suasananya tampak agak ramai dengan adanya beberapa turis lokal yang juga sedang memotret di sini. Jalan-jalan yang mengular mengitari melintasi gunung-gunung, dengan sungai yang airnya berwarna kehijauan di dasar lembah, serta gunung-gunung yang menjulang di segala arah, memang membuat tempat ini tampak luar biasa indah.
Setelah puas memotret dan melihat-lihat, kami kembali melanjutkan perjalanan di bawah matahari yang masih bersinar terik. Kami masih berhenti beberapa kali untuk memotret pemandangan, karena kami tidak akan melewati tempat ini lagi dalam perjalanan pulang nantinya. Jalanan mulai turun dan turun hingga sampai di dasar lembah, dan setelah itu cenderung agak datar, hingga akhirnya memasuki kota Meo Vac.
Karena sebelumnya aku sudah merencanakan akan menginap di kota kecil ini, aku sudah mencari penginapan murah di booking.com untuk kami bertiga, dan pilihan jatuh di Kiki's House yang lokasinya kebetulan di tepi jalan raya dan mudah ditemukan.
Kami tiba di Kiki's House sekitar jam 5 sore, dan kemudian kami menanyakan harga kamar serta melihat-lihat kamarnya terlebih dahulu sebelum memutuskan. Di sini tidak ada private room, hanya ada dorm saja, namun katanya kami bisa memakai satu dorm untuk bertiga saja. Tarifnya VND 100K/orang/malam. Ternyata bisa dibilang bangunannya masih baru dan terkesan modern, bahkan termasuk mewah dibandingkan dengan harganya. Kamar-kamar dan perlengkapannya semua tampak bersih dan menyenangkan, ada ruangan untuk nongkrong, ditambah lagi harga tersebut sudah termasuk sarapan, jadi akhirnya kami sepakat untuk bermalam di sini.
Kami diberi kamar berisi 6 single bed (3 bed masing-masing tingkat), dengan sebuah kamar mandi dalam. Ruangan kamarnya sendiri cukup luas, dengan sebuah teras di luarnya dengan pemandangan pegunungan di kejauhan. Ada sebuah lemari kayu besar yang bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang. Kamar mandinya luas dan modern sekali, bahkan tampak mewah. Dengan harga tersebut di atas, fasilitas yang kami peroleh benar-benar sangat sepadan, bahkan bisa dibilang melebihi ekspektasi ^_^
Setelah menata barang-barang, kami istirahat untuk meluruskan punggung. Lega sekali rasanya setelah hampir seharian berada di atas sadel sepeda motor. Aku berusaha melakukan beberapa gerakan yoga untuk meredakan sakit di mata kakiku yang ternyata sudah tampak bengkak, namun masih tetap sakit sekali. Beruntung kami tidak perlu trekking jauh-jauh lagi.
Kami bergantian mandi, lalu sepakat untuk cari makan malam di pusat kota. Sekitar jam 6.30 petang, kami bertiga berjalan kaki menyusuri jalan raya yang sudah tampak sepi dan remang-remang. Ada beberapa anak kecil yang lucu sedang bermain-main di tepi jalan, dan sempat kuajak foto bersama karena mereka menyapa kami hehehehe...
Pusat kota hanya berjarak beberapa ratus meter saja, karenanya beberapa menit kemudian kami sudah tiba di perempatan besar yang ada alun-alunnya. Lampu-lampu berwarna-warni menghiasi jalan-jalan utama, menerangi kota kecil yang mulai gelap. Hanya tampak satu dua kendaraan bermotor yang melintas. Kami berjalan melewati alun-alun, mencari warung kaki lima yang menjual makanan. Aku dan Freyja berencana membeli banh mi untuk makan malam, sementara suami masih belum tahu akan makan apa.
Setelah beberapa saat berjalan kaki, ada sepasang suami istri yang menjual banh mi sekaligus daging babi barbeque, jadi kami singgah ke warung tersebut. Aku dan Freyja memesan banh mi isi telur seharga @VND 15K, sementara suami memesan dua babi barbeque @VND 5K, dengan asumsi nanti akan mencari nasi putih di tempat lain.
Kemudian aku melihat ada magic com di meja di dalam warung kecil ini, jadi aku bertanya siapa tahu mereka menjual nasi putih, dan dijawab tidak ada. Saat kutunjuk magic com-nya, sang suami tetap bersikeras tidak ada, dan kemudian sepertinya mengatakan nasi putihnya untuk mereka makan sendiri. Aku pun mengalah dan kupikir nanti kami akan cari nasi di lain tempat saja. Sembari kami menunggu banh mi dan sate, sepertinya sepasang suami istri ini tampak bertengkar atau setidaknya saling berargumen. Tidak lama kemudian sang istri menghampiriku dan berkata ada nasi putih, jadi aku memesan 1 porsi untuk suami.
Karena makanannya sudah ada semua, akhirnya kami duduk dan makan di sini saja. Banh mi yang kupesan rasanya enak (karena lapar) dengan isian telur dadar, sementara suami juga makan nasi dan satenya dengan lahap. Sementara itu sang suami pemilik warung tadi sepertinya jadi marah dan banyak mengomel kepada istrinya gara-gara menjual nasi putih jatahnya kepada suamiku hahahaha... Padahal sebetulnya harganya juga tidak murah, sepiring nasi putih dengan porsi yang sedikit dihargai VND 10K.
Usai makan dan membayar, kami berjalan kembali ke arah Kiki's House. Sempat masuk ke dalam sebuah supermarket di perempatan jalan hanya untuk sekedar melihat-lihat saja, dan kemudian kami berjalan pulang.
Baru sampai di penginapan, tampak tiga pemuda Western yang sedang mengobrol, jadi kami menyapa mereka, dan setelah itu malah kami diajak mengobrol. Suami yang sudah lelah pamit lebih dulu untuk naik ke kamar, sementara aku dan Freyja masih mengobrol selama beberapa menit. Sebetulnya yang dibicarakan hanya hal-hal ringan saja. Mereka berasal dari Inggris, dan kami lebih banyak bertukar pengalaman mengenai perjalanan di Vietnam ini. Tidak lama kemudian aku juga pamit untuk istirahat, sementara Freyja masih mengobrol dengan mereka.
Setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku mempersiapkan barang-barang untuk kebutuhan esok hari, dan kemudian naik ke kasur. Aku tidur di sisi paling kiri, dekat dengan pintu ke balkon. Suami tidur di ranjang sebelah atasku, sementara Freyja memilih ranjang yang paling kanan sebelah bawah. Sekitar jam 9.30 malam aku sudah tidur agar besok pagi bisa segar kembali melanjutkan perjalanan.
Walaupun lebih banyak berada di atas sepeda motor, ternyata kami berjalan kaki cukup jauh juga, sekitar 10 KM totalnya. Yang pasti pergelangan kaki kananku terasa cukup sakit apabila dipakai berjalan atau jongkok. Suami juga sepertinya kelelahan karena perjalanan hari ini, katanya badannya jadi agak meriang. Mungkin kemarin kehujanan hampir seharian dan hari ini kepanasan, sementara medan yang ditempuh tidak mudah. Mudah-mudahan kondisi kami berdua besok membaik dan tidak sampai mengganggu sisa perjalanan kami ^_^
To be continued.......
No comments:
Post a Comment