DISCLAIMER

BLOG ini adalah karya pribadiku. Semua cerita di blog ini benar-benar terjadi dan merupakan pengalaman pribadiku. Referensi dan informasi umum aku ambil dari internet (misalnya wikipedia, google map, dan lain-lain).

SEMUA FOTO dan VIDEO yang ada di blog ini adalah karya pribadiku, suamiku, atau putriku, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone. Jika ada yang bukan karya pribadi, akan disebutkan sumbernya.

Karena itu mohon untuk TIDAK menggunakan/mengcopy/mengedit isi cerita dan foto-foto yang ada di blog ini dan memanfaatkannya untuk keperluan komersial/umum tanpa ijin tertulis dariku.
Jika ingin mengcopy-paste isi maupun foto yang ada di blog ini untuk keperluan pribadi, diharapkan menyebutkan sumber dan link asal.

"JANGAN ASAL COPY-PASTE karena BLOG JUGA ADALAH HASIL KARYA CIPTA. Biasakan untuk meminta ijin kepada pemilik karya atau paling tidak menyebutkan sumber asal."

Thursday, March 21, 2019

VIETNAM & LAOS BACKPACKING 2018 (36) - A DAY IN DIEN BIEN PHU


25 April 2018



Entah mengapa pagi ini aku terbangun jam 3.30 dini hari, dan setelah itu jadi susah tidur lagi. Akhirnya aku sekalian bangun saja dan minum kopi sembari menulis di HP. Suami baru bangun jam 5.30 pagi.
Hari ini kami tidak ada acara khusus sehingga sebenarnya tidak terlalu terburu-buru. Baru sekitar jam 6.30 pagi kami mandi, dan setelah itu kami berjalan kaki menuju ke pasar tradisional yang pernah kami datangi sebelumnya.



Sesampai di depan pasar, tampak beberapa orang perempuan petugas kebersihan yang sedang "menyapu" air di halaman parkir. Suasana masih belum terlalu ramai pengunjung, dan kami masuk ke dalam pasar. Kalau pagi begini, banyak yang menjual segala macam sayur-mayur dan berbagai macam kebutuhan sehari-hari.
Karena sudah lama tidak makan tahu, aku membeli tahu putih seharga VND 5K, dan ternyata cukup besar juga yang didapat. Setelah itu aku membeli 1 kg kubis (VND 5K), 1 kg tomat (VND 10K), 1 kg timun (VND 5K), 1 ons cabe rawit merah (VND 4K), dan pada saat akan keluar dari pasar, kami melihat ada penjual nanas utuh yang sudah dikupas. Awalnya kami tidak berencana membeli, namun si ibu penjualnya menawarkan nanasnya, dan saat kutanya harganya, ternyata hanya VND 20K untuk 4 buah nanas yang cukup besar. Wah, murah sekali, sehingga kami memutuskan untuk membelinya hehehehe...
Semua harga di atas tersebut lebih murah daripada harga di Banyuwangi pada saat sebelum kami berangkat ke Vietnam lho!



Dari pasar, kami berjalan ke arah pulang, dan mampir di supermarket tempat kami membeli kopi semalam. Di sini memang barang-barangnya relatif murah, jadi kami belanja semua yang sekiranya kami butuhkan di sini. Mulai dari snack yang namanya banh turoi (pada akhirnya aku tidak pernah makan snack ini karena kemudian diberikan kepada anak-anak kecil di daerah Ha Giang), pho instan, mie instan, bubur instan, kecap asin, susu kental manis, kopi bubuk beserta alatnya (dripping coffee), susu UHT, cake dan croissant dalam kemasan, hingga shampoo dan centong nasi (kalau yang terakhir ini untuk dibawa pulang karena bahannya bagus dan harganya murah hehehehe...). Total belanjaan kami sekitar VND 325K.

Dalam perjalanan pulang, ada seorang penjual donat dan onde-onde yang sudah tua. Karena harganya yang cukup murah, hanya VND 10K untuk 3 buah, kami juga membelinya. Wah, banyak sekali belanjaan dan makanan yang kami beli pagi ini hahahaha... Menurutku, Dien Bien Phu ini kota termurah di Vietnam sejauh hampir sebulan kami menjelajah negeri ini ^_^



Jam 9 pagi kami sudah sampai kembali di penginapan, dan aku segera membereskan belanjaan yang baru saja kami beli, sembari menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak untuk makan malam, karena kami harus check-out dari penginapan jam 2 siang, sementara bus baru akan berangkat menjelang malam. Supaya mudah, aku hanya masak mie instan dengan sayur-mayur saja sih....

Sementara itu Freyja mengajakku chatting di Facebook Messenger, menanyakan jam berapa bus kami akan berangkat hari ini. Katanya dia akan pergi ke terminal bus untuk memesan tiket ke Sa Pa, jadi aku memberikan informasi jam-jam keberangkatan bus yang ada. Dia juga mengajak kami makan siang bersama, dan katanya akan datang menjemput kami di depan penginapan jam 12 siang.

Jam 10 pagi, aku mulai masak mie instan dengan sayuran untuk bekal makan malam nanti, dan memasukkannya ke dalam kotak makan. Setelah itu kami berdua berbenah dan membereskan semua barang yang sudah tidak terpakai lagi.
Setelah beres semuanya, kami istirahat sebentar, dan jam 11.45 siang kami turun ke bawah untuk menunggu Freyja. Tidak kuduga, ternyata Freyja sudah datang, sepertinya baru saja sampai. Lalu kami bertiga jalan kaki untuk makan siang bersama. Suami menyarankan makan di tempat kami makan semalam, dan Freyja setuju.

Aku mulai mengamati bahwa pada umumnya makanan yang disajikan dengan nasi putih, nasinya diberi dalam jumlah banyak, dan seringkali boleh minta tambah. Suami memutuskan memesan com ga, nasi dengan ayam, dan ternyata benar bahwa porsi nasinya cukup banyak, cukup untuk makan kami berdua hehehehe... Freyja memesan makanannya sendiri.
Sementara makan, Freyja menceritakan lebih dalam tentang dirinya. Katanya dulu sewaktu masih kecil dia pernah kena tumor otak, dan karenanya rambutnya jadi tipis sekali sekarang akibat semua pengobatan yang dia jalani dulu. Selain itu dia juga jadi sangat pelupa, kadang dia bisa menceritakan hal yang sama berkali-kali karena lupa. Hmmm kasihan juga ya...

Selesai makan, kami bertiga kembali ke penginapan. Aku membuatkan teh yang disediakan di kamar untuk Freyja. Kami banyak mengobrol sementara aku dan suami juga bergantian mandi sebelum jam check-out tiba. Tepat jam 2 siang, kami keluar dari kamar, lalu check-out dan menitipkan dua backpack besar kami kepada penjaga penginapan.

Karena udara masih sangat panas di luar, kami mengajak Freyja ke supermarket, siapa tahu dia membutuhkan barang-barang atau makanan (mumpung harganya murah), sementara kami bisa sekalian numpang ngadem hahahaha...
Di dalam supermarket, Freyja beberapa kali ingin membeli snack, namun mengeluhkan kemasan plastik yang dirasa tidak perlu. Contohnya ada snack cokelat yang masing-masing dibungkus kecil-kecil secara satuan, kemudian dibungkus lagi dengan plastik yang lebih besar. Aku sendiri berpikir hal yang sama dengannya, namun aku menjelaskan bahwa kebanyakan di Asia Tenggara ya seperti itu... Perusahaan-perusahaan menggunakan plastik karena biayanya yang murah, walaupun dampak ke depannya sebetulnya tidak baik.



Sementara aku lebih banyak menemani Freyja belanja dan melihat-lihat sambil menjelaskan barang-barang yang ada (waduh padahal bukan karyawan supermarketnya yah), suami juga melihat-lihat, dan yang difotonya justru pakaian dalam perempuan! Katanya fotonya dikirimkan ke sahabatnya di Yogyakarta, hanya sekedar untuk bercanda saja hahahaha... Freyja juga sempat mencoba mengenakan topi ala gadis Vietnam yang bisa menutupi bagian muka hingga tampak matanya saja ^_^



Pada akhirnya Freyja membeli beberapa macam snack dan minuman, termasuk snack kacang seperti rempeyek yang diberi gula dan wijen atas saranku, sementara aku dan suami sudah tidak membeli apa-apa lagi karena bawaan kami sudah cukup banyak kali ini.

Keluar dari supermarket, kami berjalan kaki lagi menuju ke pasar tradisional, karena Freyja juga belum pernah ke sana. Kami hanya berkeliling pasar, lalu ke bagian depan gedung yang kali ini buka. Karena belum pernah masuk, kami pun mencoba masuk untuk melihat apa sebenarnya yang dijual di dalam gedung ini. Kalau dilihat-lihat modelnya seperti pasar bersih, dan rata-rata pedagang yang berada di dalam bangunan ini menjual pakaian dan segala macam aksesorisnya. Freyja sempat melihat-lihat sepatu, dan bahkan hendak membeli sepasang kaos kaki, namun sayang ukurannya tidak ada yang sesuai, dan sales personnya justru seperti enggan melayani, hingga akhirnya Freyja memutuskan tidak jadi membeli apa pun.

Keluar dari gedung, matahari masih bersinar dengan sangat terik, dan kami tidak tahu hendak ke mana lagi, jadi akhirnya kami mencari tempat untuk duduk di deretan anak tangga masuk, yang tidak menghalangi lalu-lalangnya orang yang melintas.
Di sinilah kami mengobrol mengenai berbagai macam hal, mengenai keluarga, travelling, perbedaan budaya, politik, dan berbagai macam topik lainnya. Terkadang kami juga memperhatikan orang yang lalu-lalang di sekitar kami, karena kadangkala ada saja yang aneh-aneh atau lucu-lucu. Seperti ada seorang perempuan yang rambutnya seperti disanggul tinggi sekali, sehingga lucu sekali waktu mengenakan helm. Kemudian ada petugas parkir yang sepertinya melihat kami kepanasan dan mengarahkan kipas angin kecil yang dipakainya ke arah kami. Tapi tidak lama kemudian petugas satunya sepertinya jengkel dan menyuruh kipas anginnya dikembalikan ke arah semula. Ada-ada saja ya hehehehe...

Tidak terasa waktu berlalu. Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, dan kami harus berjalan kaki kembali ke penginapan untuk bersiap-siap sebelum ke terminal. Kami pun berpamitan dengan Freyja, dan kami sudah berjanji akan bertemu lagi di Sa Pa.
Kami berjalan kembali ke penginapan di bawah matahari yang masih memancarkan sinarnya dengan garang, dan sesampai di penginapan kami memutuskan untuk makan malam lebih awal karena sudah agak lapar. Lagipula biasanya suami tidak bernafsu makan kalau sudah di dalam bus. Usai makan, aku membereskan lagi barang-barang yang sekiranya akan dibutuhkan di dalam bus malam ini, karena biasanya backpack yang besar akan dimasukkan ke dalam bagasi di sisi samping bus. Kami juga numpang ke toilet dulu untuk cuci muka dan sikat gigi agar segar. Setelah beres semua, kami mengucapkan terima kasih kepada penjaganya, dan berpamitan.

Sesampai di terminal bus yang jaraknya hanya 1 menit dari penginapan, kami disambut oleh para calo yang menawarkan tiket dan menanyakan tujuan kami. Karenanya kami menyebutkan Sa Pa, sembari menunjukkan tiket yang sudah kami beli. Kemudian salah seorang di antara mereka menunjukkan bus yang akan kami naiki malam ini. Busnya bernama Chau Hanh dan merupakan bus besar, seperti sleeper bus pada umumnya. Tampak ada seorang laki-laki yang menjaga pintu masuknya, dan di dekat bus tersebut ada beberapa orang perempuan yang sedang duduk-duduk sambil mengobrol.
Oleh petugasnya, kedua backpack kami dimasukkan ke dalam bagasi. Kami menunggu dengan sabar di luar bus sambil mengobrol dan mengamati orang-orang di sekitar kami, dan aku masih sempat ke toilet sekali lagi, hingga akhirnya tiba waktunya kami diperbolehkan masuk ke dalam bus. Freyja juga sempat mengirim pesan kepadaku, katanya snack kacang yang dibelinya tadi siang rasanya enak sekali ^_^



Seperti biasa, alas kaki wajib dilepas, dan semua penumpang diberi tas plastik untuk menyimpan alas kaki masing-masing. Dan seperti biasa, kami yang turis asing disuruh duduk agak di belakang, dan bahkan kali ini di lantai atas. Suami duduk tepat di belakangku. Kali ini di tiap tempat duduk disediakan "tempat sendok" yang digantungkan di kursi depannya, untuk meletakkan botol minum atau barang-barang kecil lainnya. Selimut dan bantal juga sudah tersedia di tiap tempat duduk (atau tempat tidur ya?).



Sebelum bus berangkat, kami sempat berkenalan dengan 3 orang turis dari Perancis, dua orang pemuda dan seorang gadis, yang sedang travelling bersama. Walaupun dari Perancis, yang sepasang berwajah Asia, sementara yang duduk di sebelah suamiku, berwajah bule, dan ternyata dia bisu tuli. Kami hanya sempat mengobrol sebentar saja, dan setelah itu berusaha untuk istirahat.

Bus baru berangkat jam 6.40 petang, terlambat 10 menit dari waktu seharusnya. Aku dan suami berusaha untuk tidur, karena keadaan di luar juga sudah gelap dan tidak banyak yang bisa dilihat. Sepertinya dalam perjalanan masih ada beberapa penumpang yang naik, hingga menjelang jam 9 malam aku melihat sudah banyak orang yang tidur di lantai bus. Bisa dibilang aku agak susah tidur, jadi lebih banyak tidur - bangun - tidur - bangun.



Sekitar jam 9.15 malam, bus berhenti di suatu tempat seperti rumah makan, namun tampak agak kumuh. Semua penumpang wajib turun, namun kali ini tidak disediakan sandal jepit seperti biasanya, jadi aku sampai bolak-balik mengambil sepatu dari tempat duduk. Seperti biasa, aku mencari toilet. Kali ini toiletnya terasa agak menyeramkan karena agak gelap. Ruangannya besar, agak bau pesing, dan hanya ada satu WC jongkok di salah satu sudutnya, dengan flush melalui pipa air. Yah, yang penting ruangannya tertutup dan masih bisa digunakan deh...



Sembari menunggu para penumpang lokal yang pada umumnya makan, para penumpang asing menyebar dan ada pula yang bergerombol di luar rumah makan. Kami berdua tidak mengajak mengobrol orang-orang tersebut, karena sepertinya dari cara mereka bicara, orang-orangnya tampak kurang ramah, angkuh dan kurang menyenangkan. Mungkin karena kami berwajah Asia, jadi seperti biasa dipandang agak rendah hehehehe...

Sekitar jam 10 malam akhirnya bus melanjutkan perjalanannya, dan aku kembali mencoba untuk tidur sebisa mungkin... Zzzzzzzzz....


To be continued.......

No comments:

Post a Comment