23 April 2018
Pagi ini aku terbangun jam 5.30 dan melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Hari ini, 23 April, adalah hari terakhir kami berdua bersama Flo & Jasmin. Kami tidak memiliki rencana apa pun untuk hari ini selain pergi membeli tiket dan masak untuk makan siang dan makan malam bersama mereka. Mumpung ada waktu senggang dan suami masih tertidur, aku menyempatkan diri untuk menyelesaikan pembukuan toko agar tidak terbengkalai. Usai mengerjakan pembukuan, waktu baru menunjukkan jam 7 pagi, dan aku menyempatkan diri untuk berjalan kaki ke pasar untuk membeli beberapa bahan untuk dimasak hari ini.
Pada saat hendak keluar penginapan, aku berjumpa dengan sepasang turis asing, yang sepertinya hendak check-in di tempat ini. Aku berusaha menjelaskan kepada mereka betapa nyamannya tempat ini, kemudian mencarikan orang yang bisa membantu mereka untuk check-in, dan setelah itu baru kutinggal.
Suasana pagi ini cukup ramai di jalan. Sudah cukup banyak kendaraan bermotor yang lalu-lalang. Seperti biasa, melewati jembatan menuju ke pasar selalu menjadi momen yang agak menyeramkan bagiku hehehehe...
Sesampai di pasar, aku membeli 1 kg tomat (LAK 8K), 6 butir telur (@LAK 1K), cabe rawit (LAK 1K), dan 2 kerupuk rambak (@LAK 5K). Usai berbelanja aku langsung berjalan kaki pulang ke penginapan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak malam ini.
Sekitar jam 9 pagi saat suami, Flo & Jasmine sudah bangun semua, kami ngopi bareng di balkon sambil sarapan roti dan mengobrol. Sepertinya sistem paket data di sini lebih baik, karena ternyata paket dataku masih bisa dipakai. Jadi mungkin baru habis pada jam kami mengaktifkannya pertama kali. Karenanya daripada tidak terpakai aku menyempatkan video call dengan kedua orang tuaku, dan memperkenalkan Flo & Jasmine kepada mereka.
Sekitar jam 10.30 siang barulah kami mandi untuk menyegarkan badan. Setelah itu, kami berdua pergi keluar untuk membeli tiket bus. Flo & Jasmine katanya juga akan jalan-jalan ke kota. Kami pergi ke agen perjalanan yang lokasinya sangat dekat dengan penginapan. Karena uang tunai kami tidak cukup, aku mengambil uang dulu di ATM di seberang jalan. Untuk tiket bus dari Luang Prabang ke Dien Bien Phu, biayanya LAK 230K/orang, dan ini sebetulnya sangat mahal bagi kami. Namun setidaknya sudah termasuk penjemputan di penginapan dan diantar hingga ke terminal selatan yang cukup jauh. Setelah diberi kepastian bahwa tuktuk akan menjemput jam 5.45 pagi, kami pun berpamitan dan segera berjalan pulang kembali ke penginapan.
Walaupun hanya berjalan beberapa menit saja, rasanya keringat membanjiri seluruh tubuh. Panasnya luar biasa! Saking panasnya kami segera masuk kamar dan ngadem dengan AC yang ada hehehehe... Oya, pasangan turis yang tadi pagi ternyata masuk ke kamar di sebelah kami. Namanya MacKayla (dari Argentina) dan Navid (dari Australia).
Baru sekitar jam 10.30 siang aku masak nasi, dan untuk lauknya aku membuatkan tortilla de patata, yaitu telur dadar yang tebal dengan isian utama kentang. Usai masak, sekitar jam 1 siang kami hendak makan siang, dan karena makanan siang ini cukup banyak, aku mengundang MacKayla dan Navid untuk makan siang bersama dengan kami.
Usai makan kami berempat masih ngopi dan mengobrol dengan MacKayla dan Navid, sampai menjelang jam 3 sore. Di sinilah aku merasa bahwa mereka bukan orang-orang yang buruk, namun aku pribadi merasa tidak cocok dengan mereka berdua. Aku tidak tahu apakah hanya aku saja yang merasa demikian. Tapi setelah keduanya pergi dan aku mengungkapkan hal tersebut, ternyata kami berempat memiliki perasaan yang sama. Sepertinya kami tidak bisa "konek" dengan mereka berdua. Entahlah... sepertinya mereka berdua kurang menghargai makanan sederhana yang terhidang (walaupun gratis), dan sepertinya keduanya tipe traveller yang agak sombong, omong besar, dan agak kurang peduli dengan orang-orang di sekitar mereka.
Setelah itu kami masih berada di balkon, dan Jasmine melihat bahwa pohon mangga di halaman depan penginapan sudah mulai berbuah walaupun masih belum matang. Dia ingin mencicipi rasa mangga muda. Akhirnya kami berempat turun dan bertanya kepada sang gadis resepsionis, apakah boleh memetik mangga muda yang ada di pohon. Ternyata bukan hanya diperbolehkan, dia malah membuatkan bumbu untuk makan mangga muda tersebut. Bumbunya hanya bawang putih, cabe rawit, dan timun yang diiris tipis-tipis, kemudian ditambahkan kecap asin dan air.
Sementara Flo & Jasmine yang pertama kali mencoba mengambil mangganya. Flo menggendong Jasmine di pundaknya, sementara Jasmine mencoba mengambil mangga dengan batang bambu panjang yang diberi kawat di ujungnya (kalau bahasa Jawa Tengahnya "sengget"). Bahkan pak tua yang menyapaku di dapur di pagi pertamku di sini, turut mencoba mengambilkan mangga muda yang tergantung dari pohon, dan membetulkan posisi kawat di ujung bambunya. Mereka ini benar-benar orang-orang yang tulus ya....
Suami juga sempat mencoba mengambil beberapa buah mangga yang tidak terlalu tinggi, dan akhirnya kami mendapatkan beberapa buah mangga muda yang bisa dimakan bersama-sama. Suasananya benar-benar terasa sangat kekeluargaan, tidak seperti di penginapan pada umumnya.
Sekitar jam 4 sore, aku dan suami berpamitan untuk mandi karena hendak ke pasar. Kami berdua berjalan kaki lagi ke pasar untuk menghabiskan sisa uang Laos Kip yang ada, karena besok sudah tidak akan terpakai lagi.
Kali ini saat melewati penjual ayam goreng crispy, suami langsung membeli satu buah karena takut kehabisan seperti kemarin hehehehe... Sepotong ayam paha atas harganya LAK 10K, cukup mahal juga ya...
Sesampai di pasar, kami membeli sawi putih (LAK 4K), timun (LAK 1K), ikan bakar (LAK 8K), laolao (LAK 10K), dan sebungkus rokok lokal (LAK 4K). Kami benar-benar tidak menyisakan sepeser pun uang kip karena tiket bus sudah dibayar lunas, dan untuk ke terminal pun akan dijemput oleh tuktuk.
Sesampai kembali di penginapan, suami mengobrol dengan Flo & Jasmine di balkon sementara aku mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak di dapur, dan kemudian masak makan malam. Aku masak nasi, telur dadar, dan cah sawi putih dengan telur.
Usai masak, sekitar jam 6 petang, kami berempat makan malam bersama di balkon. Malam ini hidangannya sedikit agak mewah karena selain semua yang kumasak tadi masih ada ikan bakar dan ayam goreng (namun Flo & Jasmine tidak makan ayamnya). Aku sendiri lebih banyak makan sayuran saja. Kami semua makan sampai kekenyangan sekali ^_^
Usai makan malam, aku berpamitan sebentar hendak memasak sisa beras yang ada malam ini, untuk bekal makan kami di perjalanan besok. Setelah nasi matang barulah aku kembali bergabung dengan suami, Flo & Jasmine di balkon.
Kami mengobrol dengan seru, dan sepertinya tiada habisnya bahan pembicaraan kami. Flo & Jasmine juga banyak memberi kami dukungan dan semangat agar tetap bisa travelling lagi ke depannya.
Tidak kusangka, Flo mengeluarkan sebotol wine dari kamarnya, katanya untuk merayakan malam terakhir bersama kami. Awwwww.... aku terharu sekali lho.... Wine yang dibelikannya buatan Bulgaria dengan merk Labyrinth. Entah berapa harganya, yang pasti tidak murah bagi kami hehehehe...
Kami juga diberi roti dan choco chips cookies untuk bekal besok, dan.... mereka membuatkan gelang untuk kami! Katanya, melihat koleksi gelang tali di tanganku (aku memberi tahu mereka aku mulai mengoleksi gelang dari tiap negara yang aku kunjungi sejak Nepal), mereka jadi terinspirasi membuat gelang untuk kenang-kenangan. Aduh, aku jadi tambah terharu dan rasanya sayang sekali meninggalkan mereka. Makan malam terakhir bersama Flo & Jasmine sungguh sangat berkesan buatku. They're so sweet and thoughtful ^_^
Kami masih banyak mengobrol sana-sini sembari menghabiskan sebotol wine yang ada, dan baru sekitar jam 10 malam kami berpamitan untuk istirahat. Kami berpelukan, dan Flo & Jasmine mengucapkan terima kasih dan selamat jalan kepada kami berdua. Wah, rasanya seperti ingin menangis saja nih hehehehe...
Masuk ke dalam kamar, aku masih memindahkan nasi yang baru matang tadi ke dalam kotak-kotak makan kami, packing sebisa mungkin, mandi, dan akhirnya tidur!
Hari ini jarak yang kutempuh hanya 7 KM saja, hanya separuh kemarin, namun udara panas dan kegiatan masak hari ini cukup membuatku lelah hingga tertidur dengan lelap...
To be continued.......
Pada saat hendak keluar penginapan, aku berjumpa dengan sepasang turis asing, yang sepertinya hendak check-in di tempat ini. Aku berusaha menjelaskan kepada mereka betapa nyamannya tempat ini, kemudian mencarikan orang yang bisa membantu mereka untuk check-in, dan setelah itu baru kutinggal.
Suasana pagi ini cukup ramai di jalan. Sudah cukup banyak kendaraan bermotor yang lalu-lalang. Seperti biasa, melewati jembatan menuju ke pasar selalu menjadi momen yang agak menyeramkan bagiku hehehehe...
Sesampai di pasar, aku membeli 1 kg tomat (LAK 8K), 6 butir telur (@LAK 1K), cabe rawit (LAK 1K), dan 2 kerupuk rambak (@LAK 5K). Usai berbelanja aku langsung berjalan kaki pulang ke penginapan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak malam ini.
Sekitar jam 9 pagi saat suami, Flo & Jasmine sudah bangun semua, kami ngopi bareng di balkon sambil sarapan roti dan mengobrol. Sepertinya sistem paket data di sini lebih baik, karena ternyata paket dataku masih bisa dipakai. Jadi mungkin baru habis pada jam kami mengaktifkannya pertama kali. Karenanya daripada tidak terpakai aku menyempatkan video call dengan kedua orang tuaku, dan memperkenalkan Flo & Jasmine kepada mereka.
Sekitar jam 10.30 siang barulah kami mandi untuk menyegarkan badan. Setelah itu, kami berdua pergi keluar untuk membeli tiket bus. Flo & Jasmine katanya juga akan jalan-jalan ke kota. Kami pergi ke agen perjalanan yang lokasinya sangat dekat dengan penginapan. Karena uang tunai kami tidak cukup, aku mengambil uang dulu di ATM di seberang jalan. Untuk tiket bus dari Luang Prabang ke Dien Bien Phu, biayanya LAK 230K/orang, dan ini sebetulnya sangat mahal bagi kami. Namun setidaknya sudah termasuk penjemputan di penginapan dan diantar hingga ke terminal selatan yang cukup jauh. Setelah diberi kepastian bahwa tuktuk akan menjemput jam 5.45 pagi, kami pun berpamitan dan segera berjalan pulang kembali ke penginapan.
Walaupun hanya berjalan beberapa menit saja, rasanya keringat membanjiri seluruh tubuh. Panasnya luar biasa! Saking panasnya kami segera masuk kamar dan ngadem dengan AC yang ada hehehehe... Oya, pasangan turis yang tadi pagi ternyata masuk ke kamar di sebelah kami. Namanya MacKayla (dari Argentina) dan Navid (dari Australia).
Baru sekitar jam 10.30 siang aku masak nasi, dan untuk lauknya aku membuatkan tortilla de patata, yaitu telur dadar yang tebal dengan isian utama kentang. Usai masak, sekitar jam 1 siang kami hendak makan siang, dan karena makanan siang ini cukup banyak, aku mengundang MacKayla dan Navid untuk makan siang bersama dengan kami.
Usai makan kami berempat masih ngopi dan mengobrol dengan MacKayla dan Navid, sampai menjelang jam 3 sore. Di sinilah aku merasa bahwa mereka bukan orang-orang yang buruk, namun aku pribadi merasa tidak cocok dengan mereka berdua. Aku tidak tahu apakah hanya aku saja yang merasa demikian. Tapi setelah keduanya pergi dan aku mengungkapkan hal tersebut, ternyata kami berempat memiliki perasaan yang sama. Sepertinya kami tidak bisa "konek" dengan mereka berdua. Entahlah... sepertinya mereka berdua kurang menghargai makanan sederhana yang terhidang (walaupun gratis), dan sepertinya keduanya tipe traveller yang agak sombong, omong besar, dan agak kurang peduli dengan orang-orang di sekitar mereka.
Setelah itu kami masih berada di balkon, dan Jasmine melihat bahwa pohon mangga di halaman depan penginapan sudah mulai berbuah walaupun masih belum matang. Dia ingin mencicipi rasa mangga muda. Akhirnya kami berempat turun dan bertanya kepada sang gadis resepsionis, apakah boleh memetik mangga muda yang ada di pohon. Ternyata bukan hanya diperbolehkan, dia malah membuatkan bumbu untuk makan mangga muda tersebut. Bumbunya hanya bawang putih, cabe rawit, dan timun yang diiris tipis-tipis, kemudian ditambahkan kecap asin dan air.
Sementara Flo & Jasmine yang pertama kali mencoba mengambil mangganya. Flo menggendong Jasmine di pundaknya, sementara Jasmine mencoba mengambil mangga dengan batang bambu panjang yang diberi kawat di ujungnya (kalau bahasa Jawa Tengahnya "sengget"). Bahkan pak tua yang menyapaku di dapur di pagi pertamku di sini, turut mencoba mengambilkan mangga muda yang tergantung dari pohon, dan membetulkan posisi kawat di ujung bambunya. Mereka ini benar-benar orang-orang yang tulus ya....
Suami juga sempat mencoba mengambil beberapa buah mangga yang tidak terlalu tinggi, dan akhirnya kami mendapatkan beberapa buah mangga muda yang bisa dimakan bersama-sama. Suasananya benar-benar terasa sangat kekeluargaan, tidak seperti di penginapan pada umumnya.
Sekitar jam 4 sore, aku dan suami berpamitan untuk mandi karena hendak ke pasar. Kami berdua berjalan kaki lagi ke pasar untuk menghabiskan sisa uang Laos Kip yang ada, karena besok sudah tidak akan terpakai lagi.
Kali ini saat melewati penjual ayam goreng crispy, suami langsung membeli satu buah karena takut kehabisan seperti kemarin hehehehe... Sepotong ayam paha atas harganya LAK 10K, cukup mahal juga ya...
Sesampai di pasar, kami membeli sawi putih (LAK 4K), timun (LAK 1K), ikan bakar (LAK 8K), laolao (LAK 10K), dan sebungkus rokok lokal (LAK 4K). Kami benar-benar tidak menyisakan sepeser pun uang kip karena tiket bus sudah dibayar lunas, dan untuk ke terminal pun akan dijemput oleh tuktuk.
Sesampai kembali di penginapan, suami mengobrol dengan Flo & Jasmine di balkon sementara aku mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak di dapur, dan kemudian masak makan malam. Aku masak nasi, telur dadar, dan cah sawi putih dengan telur.
Usai masak, sekitar jam 6 petang, kami berempat makan malam bersama di balkon. Malam ini hidangannya sedikit agak mewah karena selain semua yang kumasak tadi masih ada ikan bakar dan ayam goreng (namun Flo & Jasmine tidak makan ayamnya). Aku sendiri lebih banyak makan sayuran saja. Kami semua makan sampai kekenyangan sekali ^_^
Usai makan malam, aku berpamitan sebentar hendak memasak sisa beras yang ada malam ini, untuk bekal makan kami di perjalanan besok. Setelah nasi matang barulah aku kembali bergabung dengan suami, Flo & Jasmine di balkon.
Kami mengobrol dengan seru, dan sepertinya tiada habisnya bahan pembicaraan kami. Flo & Jasmine juga banyak memberi kami dukungan dan semangat agar tetap bisa travelling lagi ke depannya.
Tidak kusangka, Flo mengeluarkan sebotol wine dari kamarnya, katanya untuk merayakan malam terakhir bersama kami. Awwwww.... aku terharu sekali lho.... Wine yang dibelikannya buatan Bulgaria dengan merk Labyrinth. Entah berapa harganya, yang pasti tidak murah bagi kami hehehehe...
Kami juga diberi roti dan choco chips cookies untuk bekal besok, dan.... mereka membuatkan gelang untuk kami! Katanya, melihat koleksi gelang tali di tanganku (aku memberi tahu mereka aku mulai mengoleksi gelang dari tiap negara yang aku kunjungi sejak Nepal), mereka jadi terinspirasi membuat gelang untuk kenang-kenangan. Aduh, aku jadi tambah terharu dan rasanya sayang sekali meninggalkan mereka. Makan malam terakhir bersama Flo & Jasmine sungguh sangat berkesan buatku. They're so sweet and thoughtful ^_^
Kami masih banyak mengobrol sana-sini sembari menghabiskan sebotol wine yang ada, dan baru sekitar jam 10 malam kami berpamitan untuk istirahat. Kami berpelukan, dan Flo & Jasmine mengucapkan terima kasih dan selamat jalan kepada kami berdua. Wah, rasanya seperti ingin menangis saja nih hehehehe...
Masuk ke dalam kamar, aku masih memindahkan nasi yang baru matang tadi ke dalam kotak-kotak makan kami, packing sebisa mungkin, mandi, dan akhirnya tidur!
Hari ini jarak yang kutempuh hanya 7 KM saja, hanya separuh kemarin, namun udara panas dan kegiatan masak hari ini cukup membuatku lelah hingga tertidur dengan lelap...
To be continued.......
No comments:
Post a Comment