Selasa-Rabu, 13-14 September 2016
Persiapan untuk pergi kali ini lebih matang dibanding tahun lalu karena sudah ada sedikit pengalaman di tahun sebelumnya. Seperti sudah aku sebutkan di posting sebelumnya, tiket pesawat sudah dipesan sejak 9 bulan sebelum keberangkatan. Seperti biasa, kami menggunakan maskapai Jetstar dengan harga tiket per orang sekitar IDR 3,500,000, sudah termasuk total bagasi 65 kg untuk 3 orang ditambah inflight voucher senilai AU$ 10 per orang (untuk beli makanan selama penerbangan) dan asuransi.
Campervan pun sudah aku booking sejak bulan April 2016, demikian juga untuk penginapan, kami booking dengan Air BnB.
Untuk campervannya, kali ini cari yang termurah karena dananya mepets banget hehehehe.... dapatnya Wendekreisen, dengan total biaya sebesar NZ$ 1,288.7 (sekitar 12,5 juta saat itu), dengan uang muka sebesar NZ$ 300, dan sisanya dibayarkan maksimal 1 bulan sebelum keberangkatan.
Nah, karena adanya banyak perubahan rencana, yang tadinya mau kuliah di Auckland pindah ke Invercargill, maka ada bookingan tiket pesawat yang harus dicancel (karena berubah airport saat pulang), demikian pula penginapan (kena potong tapi tidak terlalu banyak). Selain itu, harus book lagi beberapa tempat menginap baru, tiket pesawat dari Invercargill, serta mobil untuk dipakai selama di South Island. Detailnya menyusul ya...
Seperti biasa, karena kami tinggal di kota Banyuwangi, maka keberangkatan terdekat dan termurah adalah dari Denpasar, Bali. Menurut jadwal, pesawat kami akan berangkat dari Ngurah Rai International Airport pada hari Selasa, 13 Sept 2016 pk 14.45 WITA.
Dari beberapa bulan sebelum keberangkatan, kami bertiga sudah mempersiapkan sebaik-baiknya segala keperluan yang akan dibutuhkan. New Zealand di bulan September sudah masuk spring atau musim semi, namun tentu saja udaranya akan tetap jauh lebih dingin dibandingkan dengan Banyuwangi, yang temperaturnya rata-rata berkisar antara 30 hingga 40 derajat Celcius. Jadi kami tetap mempersiapkan jaket, coat, sweater, kaos kaki tebal, syal, longjohn, dan sarung tangan. Norak ya... tapi daripada kedinginan di sana lebih baik berjaga-jaga deh...
Untuk bahan makanan, aku mempersiapkan mie instan secukupnya saja, lalu bumbu masak berupa saus sambal, kecap manis, sedikit garam, lada, dan gula merah. Kami juga membawa pisau, panci dan wajan kecil, karena dari pengalaman tahun lalu, pisau yang disediakan tumpul, panci dan wajan yang disediakan rata-rata terbuat dari stainless steel, sehingga mudah lengket apabila dipakai memasak.
Kami berangkat ke Bali pada tanggal 12 September 2016, dan setelah menginap semalam di dekat bandara, keesokan harinya kami bersiap menuju bandara. Kami berangkat pukul 11.45 siang, dan saat tiba di counter check-in, ternyata sudah panjang antriannya. 98% penumpangnya berasal dari Australia, terdengar dari logat khas mereka saat bercakap-cakap. Hanya ada 1 keluarga lain yang berasal dari Indonesia (tapi ternyata sudah jadi warna negara US), dan dua pasangan Asia.
Aku sudah melakukan web check-in 2 hari sebelum keberangkatan, oleh karenanya, proses check-in jadi lebih cepat. Kami juga ditanya tiket pulang kembali ke Indonesia.
Selesai check-in, kami melewati dua kali security check dan pengecekan di imigrasi. Kadang memang wajah para petugas di bandara tampak jutek atau tidak ramah, tapi aku berusaha sopan dan seramah mungkin pada mereka, dan nyatanya tidak ada satu pun kok, petugas yang bersikap galak atau sok berkuasa pada kami.
Pukul 13 WITA, kami sudah selesai dan berjalan menuju ke arah gate yang ditentukan sambil melihat-lihat sekitar. Sempat juga membeli alkohol di duty free. Buat bekal kalau dingin di sana hahahaha.... Menurutku, harga spirits di bandara Ngurah Rai ini lebih murah dibandingkan dengan bandara di Melbourne atau di NZ.
Sekitar pukul 14 WITA, ruang tunggu menuju boarding sudah dibuka. Semua minuman harus dihabiskan di sini. Pukul 14.30 para penumpang mulai boarding dan memasuki pesawat. Pesawat yang digunakan adalah jenis boeing 787 yang disebut dreamliner. Ada layar touchscreen di belakang setiap kursi penumpang. Bagi yang membayar entertainment, bisa menikmati tayangan rekaman TV dan film-film. Tahun lalu aku memesankan in-flight entertainment ini buat suami dan putriku, tetapi karena tidak terlalu terpakai, tahun ini nggak perlu deh.... Bagi yang tidak membayar, ada beberapa tayangan dokumenter, atau bisa memantau sejauh mana penerbangan ini.
Tepat pukul 15 WITA, pesawat mulai bergerak, makin cepat hingga tinggal landas dengan mulus. Begitu pesawat berada di udara, perasaanku bergelora di dalam hati, rasa senang, excited, sekaligus haru penuh syukur, karena akan kembali berpetualang ke negeri dongeng impianku ^_^
Dalam waktu 12 menit saja, sudah tercapai ketinggian lebih dari 8.000 meter di atas permukaan laut. Jarak yang akan ditempuh menuju Melbourne adalah 4.475 KM dengan perkiraan waktu tempuh 4 jam 45 menit.
Mendekati tujuan, tampak kota Melbourne semakin mendekat. Lampu-lampu kota tampak indah sekali dari kejauhan. Pesawat tiba di Melbourne International Airport jam 21.55 waktu setempat. Selisih waktunya 3 jam lebih cepat dibandingkan WIB. Keluar dari pesawat, kami berjalan menyusuri lorong menuju international connecting flight. Kami tidak perlu mengambil bagasi, karena penerbangan yang dipesan sudah connecting flight dalam satu booking code.
Ransel dan bawaan kami kembali diperiksa di security check-in. Di sini pemeriksaannya lebih ketat dibandingkan di Bali, namun petugasnya baik kok. Sayang ada wine yang harus dibuang karena botolnya melebihi kapasitas 100ml, padahal wine tersebut sedianya untuk bekal tidur di penerbangan selanjutnya hehehehe... Tapi selain itu tidak ada masalah.
Kami menuju gate 16A tempat boarding selanjutnya. Suasana masih cukup sepi. Masih ada waktu sekitar 1,5 jam, jadi kami bersantai sambil meregangkan tubuh. Kusempatkan mengobrol sejenak dengan sesama orang Indonesia yang satu pesawat dengan kami sebelumnya. Beliau asli dari Pekalongan, namun sudah 17 tahun tinggal di US. Saat ini beliau menetap di Texas dan sudah jadi warga negara di sana. Beliau akan ke Auckland untuk jalan-jalan selama seminggu di New Zealand.
Tidak lama kemudian, panggilan boarding terdengar, dan kami mulai masuk ke dalam pesawat Jetstar Airbus 320 yang sudah siap. Penumpangnya juga nyaris penuh seperti sebelumnya. Setelah agak lama menunggu, akhirnya pesawat berangkat juga. Kali ini di dalam pesawat terasa sangat dingin. Setelah minum wine, aku tertidur dan baru terbangun saat diumumkan akan segera mendarat.
Tiba di Auckland International Airport sekitar pukul 5.30 pagi waktu setempat, kami turun dari pesawat dan melalui bagian imigrasi. Pemeriksaan paspor dan visa, lalu pemeriksaan barang-barang. Kami declare barang-barang yang kami bawa sesuai apa adanya. Koper yang berisi bahan makanan sempat diperiksa, termasuk satu kantong plastik isi bumbu masak titipan temanku di Taupo, tapi semua lolos ^_^
Saat selesai diperiksa, aku mengeluarkan tongsis dari koper. Saat itu ada seorang petugas laki-laki paruh baya yang memperhatikan aku, lalu beliau bertanya, apa itu? Tongsisnya sendiri terbungkus kantong kain dan ujungnya menonjol. Aku jawab, ini selfie stick, Pak... lalu beliau berkata, bukan pisau kan? Kalian suka selfie ya? Ah beliau mengajak bercanda rupanya hehehehe...
Keluar dari bagian pemeriksaan barang, kami menuju ke arah pintu keluar. Kusempatkan membeli sebuah SIM card agar bisa mengaktifkan internet. Aku membeli 2 buah SIM card Vodafone seharga masing-masing NZ$ 46 (satu buatku dan satu buat putriku), dengan isi paket data 3GB, telepon internasional 200 menit, dan entah berapa SMS (lupa).
Setelah diaktifkan oleh petugasnya, kami mencari kedai kopi, lalu membeli kopi dulu supaya semangat dan tidak mengantuk lagi. Secangkir flat white wajib mengawali hari kami di NZ hehehehe.... Setelah itu baru kami keluar dari bandara dan menunggu bus. Setelah bus yang ditunggu datang, kami naik dan mengatakan tujuan kami. Entah bagaimana menghitungnya, tapi ongkos naik bus bertiga sebesar NZ$ 15.5.
Tujuan kami adalah Upwood Place di daerah Mangere. Kami turun di seberang PaknSave di Mangere, lalu berjalan kaki berbekal Google Map. Berat sekali menyeret koper seberat 19-27 kg di trotoar, apalagi dengan beban 7-9 kg di punggung. Sempat tertatih-tatih saking beratnya, namun semangat mengalahkan semuanya ^_^
Sekitar pukul 7.30 kami sampai di rumah yang kami tuju. Pemiliknya bernama Pui dan Apinan, pasangan muda dari Thailand yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 21 bulan yang lucu banget. Mereka sudah 6 tahun tinggal di NZ.
Aku mendapatkan homestay ini dari AirBnB. Bangunannya terpisah dari rumah induk. Istilahnya sleepout. Tarifnya US$ 75 per malam untuk 3 orang. Tapi tempatnya bisa menampung sampai maksimal 4 orang kok, karena ada 2 kamar. Yang satu dengan double bed, yang satu lagi dengan 2 single bed. Kamar mandinya berada di luar sleepout, tapi bukan di rumah induk juga kok. Yang kurang hanya tidak ada dapur. Kalau mau masak boleh numpang di dapur rumah induk, tapi hanya untuk masak yang ringan-ringan saja. Sebelum kedatangan kami, komunikasi dengan pemiliknya pun sudah terjalin dengan baik, karenanya aku sudah menanyakan, kalau datang di pagi hari, apakah boleh menitipkan barang bawaan kami terlebih dahulu.
Jadi kami pun menitipkan dulu koper dan ransel kami, karena kami menyadari memang masih terlalu pagi untuk check-in. Baru pukul 8 pagi, dan penghuni sebelumnya masih belum check-out. Setelah membawa barang-barang yang perlu saja, kami bertiga berjalan kaki menuju Mangere town centre. Jaraknya mungkin sekitar 1 KM.
Sampai di dalam bangunan "pasar"nya, masih banyak toko yang tutup karena masih terlalu pagi. Hanya ada beberapa toko sayur dan buah serta kedai takeaway yang buka. Sambil duduk-duduk, kami makan fish n' chips yang kami beli di dekat situ. Pemiliknya sepasang suami istri keturunan India yang ramah dan lucu logat bicaranya. Seporsi isi 2 fish + 1 chips seharga NZ$ 6, kami habiskan bertiga, dan ternyata kenyang juga.
Selesai makan, kami kembali berjalan di sekitar town centre, sambil survey harga bahan makanan yang mungkin akan kami beli. Lalu kami memutuskan ke PaknSave. Di sana ternyata belanjaan kami cukup banyak juga, mulai dari snack, potato chips, roti, golden kiwi, romaine lettuce, bawang bombay, jahe, keju, hazelnut spread, butter, sampai yoghurt, kopi dan wine. Total semuanya sekitar NZ$ 100. Setelah itu kami berjalan pulang karena sudah cukup lelah dan sudah jam 11.30 siang.
Sesampai di homestay, aku membenahi barang dan beres-beres. Sempat berbincang-bincang juga dengan pemiliknya. Putranya yang berusia 21 bulan lucu sekali, pendiam, tapi suka memperhatikan gerak-gerik kami bertiga. Selain itu suka ngiler juga hahahaha...
Selesai berbenah, kami bergantian mandi.
Sleepout ini terdiri atas 2 kamar tidur dan 1 ruang di depannya yang bisa berfungsi sebagai ruang keluarga, ruang makan, dan ruang tamu. Di ruangan yang cukup besar ini juga disediakan kopi, teh, gula, lengkap dengan pemanas air. Selain itu juga ada lemari es kecil dan toaster. Di dalam lemari es ada dua macam susu yang boleh kami konsumsi sesukanya. Kami juga diberi masing-masing 2 helai roti tawar untuk sarapan, lengkap beserta selai kacang dan selai buah.
Suami dan putriku tertidur karena kelelahan setelah mandi. Aku sendiri masih berbenah dan hanya rebahan saja meluruskan punggung. Sekitar pukul 15.30, terdengar suara-suara di luar, dan waktu aku keluar ada 3 cewek ABG yang menyapaku. Setelah itu aku datangi mereka dan mengobrol bersama mereka.
Tidak lama setelah itu, suami dan putriku bangun, lalu kami berjalan kaki lagi kembali ke town centre. Kami membeli seporsi chicken thigh and chips, yang kami santap beramai-ramai. Selesai makan, kami belanja sayur mayur untuk perbekalan esoknya. Dua kantong kentang total 4kg seharga NZ$ 5, buah lemon, wortel, sayur kol yang besar sekali, lalu daging domba, dan hati babi. Masih kembali ke PaknSave lagi untuk membeli minyak goreng, wine, dan saus barbeque.
Kembali ke homestay sudah jam 6 petang, dan matahari sudah meredup. Kami berbincang, mengobrol dan merencanakan perjalanan untuk esok pagi. Lalu sekitar jam 7 malam, suami dan putriku keluar cari makan. Aku sendiri sudah kelelahan karena belum sempat istirahat sama sekali.
Tidak lama kemudian mereka pulang, membawakan fish n' chips, yang dibeli di tempat yang sama dengan pagi harinya.... hahahaha... katanya sudah cocok rasanya. Ya sudah, 2 porsi fish n' chips kami sikat beramai-ramai ditambah satu sachet saus sambal yang kami bawa. Wah, rasanya kami bertiga sampai kekenyangan betul...
Setelah makan malam, kami bergiliran mandi. Di dalam kamar mandi yang besar ini, terdapat wastafel, toilet, dan ruang shower. Di sebelahnya ada satu lagi ruangan yang hanya berisi wastafel dan toilet saja. Seluruh sleepout, termasuk kamar mandinya, semuanya dalam kondisi terawat dan bersih sekali. Di tiap kamar disediakan oil heater, dan di tiap kasurnya dipasang electronic blanket, jadi biarpun cuaca dingin dijamin bisa tidur dengan nyaman deh...
Pengalaman hari pertama yang menyenangkan sekali, walaupun melelahkan.... ^_^
To be continued.......
No comments:
Post a Comment