4 Mei 2018
Hà Giang adalah sebuah provinsi di wilayah Timur Laut Vietnam, yakni di ujung utara negara tersebut, dan di sana pula terletak titik paling utara Vietnam yang berbatasan dengan provinsi Yunnan di Cina bagian selatan. Provinsi ini memiliki area seluas 7.945,8 kilometer persegi dan pada tahun 2008 memiliki populasi 705.100 jiwa, yang tinggal di 10 distrik, termasuk kota Ha Giang. Penduduknya rata-rata berasal dari kelompok-kelompok etnis minoritas (Chechens, Tay, Hmong, Dao, Nung, Cao Lan, Hoa, Lo Lo, dsb), yang bisa dibedakan dengan mudah dari pakaian yang mereka kenakan.
Provinsi ini merupakan salah satu provinsi termiskin di Vietnam karena memiliki topografi pegunungan dengan potensi pengembangan pertanian yang paling sedikit.
Provinsi Ha Giang berbatasan dengan RRC sepanjang lebih dari 270 kilometer, dan gerbang perbatasan utamanya adalah Thanh Thủy. Selain itu, ada tiga gerbang yang lebih kecil yaitu, Phó Bảng, Xín Mần dan Săm Pun. Provinsi Ha Giang menjadi daya tarik turis karena adanya dataran-dataran karst yang tinggi, bukit-bukit yang terjal, jalanan yang berlika-liku, dan keragaman etnis.
Beberapa tempat yang sering jadi tujuan turis antara lain:
- Quản Bạ Valley (45 KM dari kota Ha Giang)
- Phương Thiện Cave (sebuah gua berjarak 7 KM dari kota Ha Giang)
- Đồng Văn (sebuah kota pasar berjarak 16 KM dari Sa Phin di ketinggian 1.025 mdpl)
- Đồng Văn Plateau
- Mèo Vạc (sebuah kota dengan Meo Vac Pass yang berada di ketinggian 1.500 mdpl)
- Lung Cu Flag Tower (menara dengan bendera Vietnam berukuran raksasa, dengan 389 anak tangga + 140 anak tangga menuju ke puncak menara, yang sekaligus merupakan titik paling utara di Vietnam)
- Ma Pi Leng Pass (dengan pemandangan yang sangat indah)
- Chợ tình Khâu Vai (disebut juga Love Market, hanya diadakan setahun sekali)
- Doi Thong (Pine Hill Settlement)
- Hà Biang museum (di pusat kota Ha Biang)
- Lang Si Village (berlokasi di lang Si Pass, 116 KM dari Ha Biang)
- Sà Phìn (sebuah kota kecil di Lembah Sa Phin, 2 KM dari perbatasan dengan RRC)
- Hoang Su Phi (dengan pemandangan sawah terasering yang luar biasa indah)
- dan masih banyak lagi tempat-tempat maupun desa-desa lain yang indah dan menarik dikunjungi.
Dengan adanya lebih dari 20 kelompok etnis minoritas yang tinggal di provinsi ini, Ha Giang memiliki bermacam-macam festival budaya. Banyak kelompok minoritas tersebut yang dikenal karena kerajinan artistiknya, terutama hasil tenunan dan kain hasil kerajinan tangan.
Ibukota provinsi, yang namanya juga Hà Giang, berjarak 320 KM dari ibukota Hanoi. Kota ini dikelilingi oleh desa-desa khas Vietnam yang meliputi sawah-sawah terasering, gua-gua alami, air-air terjun bertingkat, dan ladang teh yang subur.
Berlokasi di tepian Sungai Lo, Ha Giang merupakan tempat awal dari perjalanan terkenal yang disebut "loop" yang merupakan jalan yang melewati puncak gunung Ha Giang, di sebelah perbatasan dengan RRC.
---
Hari ini merupakan hari santai sekaligus persiapan untuk memulai motorbike loop besok. Beruntung semalam aku tetap bisa tidur walaupun kasurnya sangat keras hehehehe... Aku bangun pagi, dan setelah melakukan aktivitas pagi, aku mulai menyusun itinerary untuk besok.
Kalau bisa kami harus sudah berangkat selambat-lambatnya jam 9 pagi, dan akan melalui jalan raya QL4C melewati Tan Son hingga ke Quan Ba Heaven's Gate, Yen Minh, Dong Van Plateau, hingga mendekati kota Dong Van. Perjalanan yang cukup panjang, karena melihat petanya saja, jalannya sangat berlika-liku.
Setelah suami dan Freyja siap, sekitar jam 10.30 pagi kami bertiga turun ke bawah. Rencananya kami akan ke pasar bersama-sama, dan karena Freyja belum pernah mengendarai motor manual, Hong Giang mengajarinya di halaman kecil di depan hostel. Freyja memakai sepeda motor yang kemarin sudah kami pilihkan untuknya. Hanya beberapa menit saja dan setelah mencoba beberapa kali memutar, sepertinya Freyja sudah cukup mengerti teknik dasar untuk mengendarai motornya.
Kami bertiga berangkat ke pasar yang kami kunjungi kemarin. Kami berhenti di depan pasar dan memarkirkan motor di depan beberapa toko kecil di luar pasar. Entah karena masih siang hari, ada pemilik toko yang menyuruh kami pindah dan menunjukkan tempat parkir yang seharusnya. Nah, pada saat memutar balik inilah Freyja terjatuh dari motornya. Sepertinya dia masih grogi, dan karena diburu-buru, justru membesarkan gasnya hingga terjatuh. Suami segera menolongnya, dan untungnya motornya tidak apa-apa, sementara Freyja sendiri hanya lecet kecil. Namun sepertinya dia agak shock setelahnya.
Aku berusaha menenangkan dan menghiburnya agar dia tidak sampai jadi trauma naik motor lagi.
Sambil mengobrol, kami menyusuri gang-gang kecil di pasar, sembari melihat apa yang bisa dibeli. Karena tadi pagi sempat hujan, jalanan di pasar jadi basah dan ada beberapa tempat yang sedikit becek.
Kami sampai di sebuah toko yang cukup besar yang menjual berbagai macam sayuran dan kebutuhan masak lainnya. Karena harga-harganya yang cukup murah, akhirnya kami belanja di sini. Aku membeli 1 kg tomat (VND 12K), cabe (VND 3K), dan seikat sayur hijau (entah apa namanya, seperti bayam, VND 3K). Freyja sendiri membeli tomat, wortel dan timun. Setelah itu di sudut luar toko ada yang menjual nanas, dan setelah sedikit menawar harganya, aku membeli dua buah nanas seharga VND 15K dengan ukuran yang besar-besar. Setelah itu aku masih membeli tauge (VND 5K), lalu kami menuju ke tempat parkir motor dan pulang.
Sampai di hostel waktu sudah menunjukkan jam 12. 15 siang. Aku membuat mie instan untuk suami, sementara aku makan sayuran rebus dan cabe. Freyja sendiri hanya akan makan sayur-mayur yang baru dibelinya, dan katanya akan istirahat setelah makan. Kami berdua juga sempat tidur siang dari jam 1 hingga jam 3 siang.
Bangun tidur siang, kami ngopi dan cuci muka, lalu pergi lagi untuk jalan-jalan dan membeli lauk untuk makan malam. Kami juga mencari supermarket yang agak besar untuk membeli perbekalan, dan akhirnya menemukan sebuah supermarket yang cukup lengkap. Di tempat ini kami belanja roti tawar (VND 10K), kopi Highland kalengan (VND 9K), Vodka Hanoi (VND 80K), dan sebungkus kerupuk (VND 6K).
Setelah itu kami menuju ke pasar dan membeli crispy pork (lagi) sebanyak 200 gram (VND 40K). Nah, tinggal mencari nasi putih saja untuk makan malam. Masalahnya, kami berdua tidak ingat jalan di mana kami membeli nasi kemarin malam.
Kami sampai berputar-putar di jalan-jalan yang sepertinya kami lewati kemarin, tapi tidak ketemu juga. Aku mengatakan kepada suami bahwa sepertinya di dekat hostel ada beberapa rumah makan yang ada tulisannya "nasi", jadi kami menuju ke arah hostel. Setelah dicari-cari, masih tidak ketemu juga, jadi kami ke arah terminal bus saja, dengan harapan di dekat terminal biasanya banyak tempat makan.
Kami masuk ke jalan double way, semacam ring road yang mengarah ke barat laut. Memasuki jalan ini, ternyata pemandangannya sangat indah. Pegunungan berbukit-bukit menjulang dengan indahnya nun jauh di depan, sementara di kanan kiri jalan terhampar sawah-sawah hijau, pepohonan, dan bukit-bukit kecil. Oya, lokasi QT Motorbikes juga ada di jalan ini, jadi kami sempatkan untuk mampir dan iseng menanyakan harga sewa motor. Tairf termurah untuk menyewa sepeda motor di sini kalau tidak salah VND 225K/hari, dan bagi kami harga tersebut cukup mahal, apalagi dibandingkan dengan harga yang kami dapat dari Hong Giang.
Melanjutkan naik motor, setelah melewati sebuah jembatan besar, kami hanya sampai ke pertigaan menuju ke jalan QL2, dan memutar balik. Di jalur kembali ini kami juga sempat berhenti dua kali untuk memotret sawah dan rumah-rumah asri yang ada di sekitarnya.
Dalam perjalanan pulang, kami melihat ada sebuah rumah makan yang buka, dan mencoba mampir untuk mencari nasi putih. Ternyata ada nasi putih di sini, jadi kami memesan dua porsi nasi putih total seharga VND 20K.
Sementara menunggu, pemiliknya mengajak kami mengobrol. Begitu tahu kami dari Indonesia, beliau mengajak kami bicara dalam bahasa Melayu, lalu mempersilakan kami duduk dan menuangkan teh untuk kami. Ternyata dulu beliau pernah bekerja di Malaysia selama 3 tahun, dan masih bisa bercakap-cakap dalam bahasa Melayu walaupun sudah banyak yang lupa, katanya. Hingga nasinya selesai dibungkus, kami masih mengobrol. Menyenangkan sekali suasananya, penuh keakaraban walaupun dengan orang yang namanya saja kami tidak tahu hahahaha....
Karena sudah mulai lapar, kami berterima kasih dan berpamitan kepadanya, lalu pulang ke hostel. Sampai di kamar, aku menyiapkan makan malam. Nasi dengan crispy pork, ditambah irisan tomat dan timun, serta tauge rebus dan kerupuk. Nasi putih yang kemarin kami beli porsinya sudah banyak, ternyata kali ini justru lebih banyak lagi hahahaha...
Kami makan sampai benar-benar sangat kekenyangan 😝
Usai makan, kami turun ke bawah bersama Freyja untuk menemui Hong Giang, karena rencananya kami akan membayar dulu penginapan selama dua malam ini serta memberikan uang muka untuk sepeda motor yang akan kami sewa selama beberapa hari ke depan. Aku mengatakan kepada Hong Giang bahwa setidaknya kami akan pergi selama kurang lebih 1 minggu. Hong Giang malah mengatakan, karena kami sudah mengganti ban dalam sepeda motor yang bocor kemarin dengan yang baru, untuk hari pertama ini sewa kami dianggap gratis. Wah baik sekali ya...
Kami berdua membayar kamar selama 2 malam seharga VND 200K dan uang muka sewa sepeda motor VND 500K. Freyja juga membayar kamarnya serta memberi uang muka, dan semuanya dicatat oleh Hong Giang di sebuah buku. Selain itu Hong Giang tadinya meminta salah satu paspor kami, namun ternyata boleh diganti dengan SIM, jadi kami meninggalkan SIM saja.
Hong Giang sempat memberi tahu beberapa tempat yang biasanya dikunjungi turis, dan dia menekankan bahwa kalau bisa kami singgah di desa Du Gia, karena beberapa tamunya yang ke Du Gia mengatakan betah sekali di desa tersebut, yang awalnya berencana menginap 1-2 malam jadi seminggu hehehehe...
Usai mengobrol dengan Hong Giang, kami kembali ke kamar masing-masing. Aku mengepak ulang bawang-barang kami, yang tidak terlalu kami butuhkan kutinggalkan dan kumasukkan ke dalam backpack milik suami, sedangkan barang-barang yang penting kumasukkan ke dalam backpackku. Kami hanya akan membawa satu buah backpack besar agar tidak terlalu banyak barang, sementara sisanya akan dititipkan di tempat ini.
Setelah itu aku berkutat di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan pembukuan, dan kemudian mencari-cari informasi lebih banyak lagi mengenai Ha Giang Loop ini. Sebetulnya aku membaca bahwa turis asing yang hendak melakukan Ha Giang Loop seharusnya membeli semacam permit seharga VND 250K, namun kata Hong Giang kami tidak perlu membelinya.
Mungkin karena tidur siang yang agak terlalu lama atau terlalu excited, aku baru tidur sekitar jam 11.30 malam. Rencananya kami bertiga akan mulai melakukan motorbike loop dari Ha Giang hingga ke perbatasan dengan negara RRC di provinsi Ban Loc. Mungkin akan makan waktu sekitar 7-8 hari. Mudah-mudahan segalanya bisa berjalan lancar dan cuaca mendukung, karena semenjak kemarin seringkali hujan turun dengan derasnya hingga sedikit menetes ke dekat kasur hehehehe...
Seharusnya Ha Giang Loop ini akan menjadi klimaks perjalanan kami berdua, karena katanya amat sangat indah. Tempat dengan pemandangan terindah di Asia Tenggara ada di sini, katanya... ^_^
To be continued.......
Provinsi ini merupakan salah satu provinsi termiskin di Vietnam karena memiliki topografi pegunungan dengan potensi pengembangan pertanian yang paling sedikit.
Provinsi Ha Giang berbatasan dengan RRC sepanjang lebih dari 270 kilometer, dan gerbang perbatasan utamanya adalah Thanh Thủy. Selain itu, ada tiga gerbang yang lebih kecil yaitu, Phó Bảng, Xín Mần dan Săm Pun. Provinsi Ha Giang menjadi daya tarik turis karena adanya dataran-dataran karst yang tinggi, bukit-bukit yang terjal, jalanan yang berlika-liku, dan keragaman etnis.
Beberapa tempat yang sering jadi tujuan turis antara lain:
- Quản Bạ Valley (45 KM dari kota Ha Giang)
- Phương Thiện Cave (sebuah gua berjarak 7 KM dari kota Ha Giang)
- Đồng Văn (sebuah kota pasar berjarak 16 KM dari Sa Phin di ketinggian 1.025 mdpl)
- Đồng Văn Plateau
- Mèo Vạc (sebuah kota dengan Meo Vac Pass yang berada di ketinggian 1.500 mdpl)
- Lung Cu Flag Tower (menara dengan bendera Vietnam berukuran raksasa, dengan 389 anak tangga + 140 anak tangga menuju ke puncak menara, yang sekaligus merupakan titik paling utara di Vietnam)
- Ma Pi Leng Pass (dengan pemandangan yang sangat indah)
- Chợ tình Khâu Vai (disebut juga Love Market, hanya diadakan setahun sekali)
- Doi Thong (Pine Hill Settlement)
- Hà Biang museum (di pusat kota Ha Biang)
- Lang Si Village (berlokasi di lang Si Pass, 116 KM dari Ha Biang)
- Sà Phìn (sebuah kota kecil di Lembah Sa Phin, 2 KM dari perbatasan dengan RRC)
- Hoang Su Phi (dengan pemandangan sawah terasering yang luar biasa indah)
- dan masih banyak lagi tempat-tempat maupun desa-desa lain yang indah dan menarik dikunjungi.
Dengan adanya lebih dari 20 kelompok etnis minoritas yang tinggal di provinsi ini, Ha Giang memiliki bermacam-macam festival budaya. Banyak kelompok minoritas tersebut yang dikenal karena kerajinan artistiknya, terutama hasil tenunan dan kain hasil kerajinan tangan.
Ibukota provinsi, yang namanya juga Hà Giang, berjarak 320 KM dari ibukota Hanoi. Kota ini dikelilingi oleh desa-desa khas Vietnam yang meliputi sawah-sawah terasering, gua-gua alami, air-air terjun bertingkat, dan ladang teh yang subur.
Berlokasi di tepian Sungai Lo, Ha Giang merupakan tempat awal dari perjalanan terkenal yang disebut "loop" yang merupakan jalan yang melewati puncak gunung Ha Giang, di sebelah perbatasan dengan RRC.
---
Hari ini merupakan hari santai sekaligus persiapan untuk memulai motorbike loop besok. Beruntung semalam aku tetap bisa tidur walaupun kasurnya sangat keras hehehehe... Aku bangun pagi, dan setelah melakukan aktivitas pagi, aku mulai menyusun itinerary untuk besok.
Kalau bisa kami harus sudah berangkat selambat-lambatnya jam 9 pagi, dan akan melalui jalan raya QL4C melewati Tan Son hingga ke Quan Ba Heaven's Gate, Yen Minh, Dong Van Plateau, hingga mendekati kota Dong Van. Perjalanan yang cukup panjang, karena melihat petanya saja, jalannya sangat berlika-liku.
Setelah suami dan Freyja siap, sekitar jam 10.30 pagi kami bertiga turun ke bawah. Rencananya kami akan ke pasar bersama-sama, dan karena Freyja belum pernah mengendarai motor manual, Hong Giang mengajarinya di halaman kecil di depan hostel. Freyja memakai sepeda motor yang kemarin sudah kami pilihkan untuknya. Hanya beberapa menit saja dan setelah mencoba beberapa kali memutar, sepertinya Freyja sudah cukup mengerti teknik dasar untuk mengendarai motornya.
Kami bertiga berangkat ke pasar yang kami kunjungi kemarin. Kami berhenti di depan pasar dan memarkirkan motor di depan beberapa toko kecil di luar pasar. Entah karena masih siang hari, ada pemilik toko yang menyuruh kami pindah dan menunjukkan tempat parkir yang seharusnya. Nah, pada saat memutar balik inilah Freyja terjatuh dari motornya. Sepertinya dia masih grogi, dan karena diburu-buru, justru membesarkan gasnya hingga terjatuh. Suami segera menolongnya, dan untungnya motornya tidak apa-apa, sementara Freyja sendiri hanya lecet kecil. Namun sepertinya dia agak shock setelahnya.
Aku berusaha menenangkan dan menghiburnya agar dia tidak sampai jadi trauma naik motor lagi.
Sambil mengobrol, kami menyusuri gang-gang kecil di pasar, sembari melihat apa yang bisa dibeli. Karena tadi pagi sempat hujan, jalanan di pasar jadi basah dan ada beberapa tempat yang sedikit becek.
Kami sampai di sebuah toko yang cukup besar yang menjual berbagai macam sayuran dan kebutuhan masak lainnya. Karena harga-harganya yang cukup murah, akhirnya kami belanja di sini. Aku membeli 1 kg tomat (VND 12K), cabe (VND 3K), dan seikat sayur hijau (entah apa namanya, seperti bayam, VND 3K). Freyja sendiri membeli tomat, wortel dan timun. Setelah itu di sudut luar toko ada yang menjual nanas, dan setelah sedikit menawar harganya, aku membeli dua buah nanas seharga VND 15K dengan ukuran yang besar-besar. Setelah itu aku masih membeli tauge (VND 5K), lalu kami menuju ke tempat parkir motor dan pulang.
Sampai di hostel waktu sudah menunjukkan jam 12. 15 siang. Aku membuat mie instan untuk suami, sementara aku makan sayuran rebus dan cabe. Freyja sendiri hanya akan makan sayur-mayur yang baru dibelinya, dan katanya akan istirahat setelah makan. Kami berdua juga sempat tidur siang dari jam 1 hingga jam 3 siang.
Bangun tidur siang, kami ngopi dan cuci muka, lalu pergi lagi untuk jalan-jalan dan membeli lauk untuk makan malam. Kami juga mencari supermarket yang agak besar untuk membeli perbekalan, dan akhirnya menemukan sebuah supermarket yang cukup lengkap. Di tempat ini kami belanja roti tawar (VND 10K), kopi Highland kalengan (VND 9K), Vodka Hanoi (VND 80K), dan sebungkus kerupuk (VND 6K).
Setelah itu kami menuju ke pasar dan membeli crispy pork (lagi) sebanyak 200 gram (VND 40K). Nah, tinggal mencari nasi putih saja untuk makan malam. Masalahnya, kami berdua tidak ingat jalan di mana kami membeli nasi kemarin malam.
Kami sampai berputar-putar di jalan-jalan yang sepertinya kami lewati kemarin, tapi tidak ketemu juga. Aku mengatakan kepada suami bahwa sepertinya di dekat hostel ada beberapa rumah makan yang ada tulisannya "nasi", jadi kami menuju ke arah hostel. Setelah dicari-cari, masih tidak ketemu juga, jadi kami ke arah terminal bus saja, dengan harapan di dekat terminal biasanya banyak tempat makan.
Kami masuk ke jalan double way, semacam ring road yang mengarah ke barat laut. Memasuki jalan ini, ternyata pemandangannya sangat indah. Pegunungan berbukit-bukit menjulang dengan indahnya nun jauh di depan, sementara di kanan kiri jalan terhampar sawah-sawah hijau, pepohonan, dan bukit-bukit kecil. Oya, lokasi QT Motorbikes juga ada di jalan ini, jadi kami sempatkan untuk mampir dan iseng menanyakan harga sewa motor. Tairf termurah untuk menyewa sepeda motor di sini kalau tidak salah VND 225K/hari, dan bagi kami harga tersebut cukup mahal, apalagi dibandingkan dengan harga yang kami dapat dari Hong Giang.
Melanjutkan naik motor, setelah melewati sebuah jembatan besar, kami hanya sampai ke pertigaan menuju ke jalan QL2, dan memutar balik. Di jalur kembali ini kami juga sempat berhenti dua kali untuk memotret sawah dan rumah-rumah asri yang ada di sekitarnya.
Dalam perjalanan pulang, kami melihat ada sebuah rumah makan yang buka, dan mencoba mampir untuk mencari nasi putih. Ternyata ada nasi putih di sini, jadi kami memesan dua porsi nasi putih total seharga VND 20K.
Sementara menunggu, pemiliknya mengajak kami mengobrol. Begitu tahu kami dari Indonesia, beliau mengajak kami bicara dalam bahasa Melayu, lalu mempersilakan kami duduk dan menuangkan teh untuk kami. Ternyata dulu beliau pernah bekerja di Malaysia selama 3 tahun, dan masih bisa bercakap-cakap dalam bahasa Melayu walaupun sudah banyak yang lupa, katanya. Hingga nasinya selesai dibungkus, kami masih mengobrol. Menyenangkan sekali suasananya, penuh keakaraban walaupun dengan orang yang namanya saja kami tidak tahu hahahaha....
Karena sudah mulai lapar, kami berterima kasih dan berpamitan kepadanya, lalu pulang ke hostel. Sampai di kamar, aku menyiapkan makan malam. Nasi dengan crispy pork, ditambah irisan tomat dan timun, serta tauge rebus dan kerupuk. Nasi putih yang kemarin kami beli porsinya sudah banyak, ternyata kali ini justru lebih banyak lagi hahahaha...
Kami makan sampai benar-benar sangat kekenyangan 😝
Usai makan, kami turun ke bawah bersama Freyja untuk menemui Hong Giang, karena rencananya kami akan membayar dulu penginapan selama dua malam ini serta memberikan uang muka untuk sepeda motor yang akan kami sewa selama beberapa hari ke depan. Aku mengatakan kepada Hong Giang bahwa setidaknya kami akan pergi selama kurang lebih 1 minggu. Hong Giang malah mengatakan, karena kami sudah mengganti ban dalam sepeda motor yang bocor kemarin dengan yang baru, untuk hari pertama ini sewa kami dianggap gratis. Wah baik sekali ya...
Kami berdua membayar kamar selama 2 malam seharga VND 200K dan uang muka sewa sepeda motor VND 500K. Freyja juga membayar kamarnya serta memberi uang muka, dan semuanya dicatat oleh Hong Giang di sebuah buku. Selain itu Hong Giang tadinya meminta salah satu paspor kami, namun ternyata boleh diganti dengan SIM, jadi kami meninggalkan SIM saja.
Hong Giang sempat memberi tahu beberapa tempat yang biasanya dikunjungi turis, dan dia menekankan bahwa kalau bisa kami singgah di desa Du Gia, karena beberapa tamunya yang ke Du Gia mengatakan betah sekali di desa tersebut, yang awalnya berencana menginap 1-2 malam jadi seminggu hehehehe...
Usai mengobrol dengan Hong Giang, kami kembali ke kamar masing-masing. Aku mengepak ulang bawang-barang kami, yang tidak terlalu kami butuhkan kutinggalkan dan kumasukkan ke dalam backpack milik suami, sedangkan barang-barang yang penting kumasukkan ke dalam backpackku. Kami hanya akan membawa satu buah backpack besar agar tidak terlalu banyak barang, sementara sisanya akan dititipkan di tempat ini.
Setelah itu aku berkutat di depan laptop, menyelesaikan pekerjaan pembukuan, dan kemudian mencari-cari informasi lebih banyak lagi mengenai Ha Giang Loop ini. Sebetulnya aku membaca bahwa turis asing yang hendak melakukan Ha Giang Loop seharusnya membeli semacam permit seharga VND 250K, namun kata Hong Giang kami tidak perlu membelinya.
Mungkin karena tidur siang yang agak terlalu lama atau terlalu excited, aku baru tidur sekitar jam 11.30 malam. Rencananya kami bertiga akan mulai melakukan motorbike loop dari Ha Giang hingga ke perbatasan dengan negara RRC di provinsi Ban Loc. Mungkin akan makan waktu sekitar 7-8 hari. Mudah-mudahan segalanya bisa berjalan lancar dan cuaca mendukung, karena semenjak kemarin seringkali hujan turun dengan derasnya hingga sedikit menetes ke dekat kasur hehehehe...
Seharusnya Ha Giang Loop ini akan menjadi klimaks perjalanan kami berdua, karena katanya amat sangat indah. Tempat dengan pemandangan terindah di Asia Tenggara ada di sini, katanya... ^_^
To be continued.......
No comments:
Post a Comment