5 Mei 2018
Ha Giang Loop Day 1
Ha Giang - Dong Van Plateau
Distance: 135 km
Hujan turun dengan deras sejak dini hari sebelum aku terbangun. Walaupun semalam tidur agak larut, pagi ini aku bangun jam 6 pagi agar tidak terburu-buru mempersiapkan segala yang akan kami butuhkan untuk perjalanan selama beberapa hari ke depan. Kupastikan semua yang kami perlukan ada di dalam backpack yang akan kubawa. Aku juga menyiapkan bekal untuk makan siang kami bertiga: mie instan dan bubur instan beserta sayuran.
Setelah suami bangun, kami melakukan rutinitas pagi hari, mandi, dan kemudian bersiap-siap untuk perjalanan hari ini. Pagi ini suami sarapan roti dengan Nutella, dan aku memberi beberapa lembar roti juga untuk sarapan Freyja. Biasanya setiap pagi dan malam aku menawarkan mengisi air minum di botolnya agar dia tidak perlu membeli air setiap kali habis.
Sekitar jam 9 pagi Freyja juga sudah siap, dan kami sudah turun ke lantai bawah, namun hujan masih turun dengan cukup deras. Untuk menyimpan backpack, ternyata sudah disediakan loker-loker di garasi. Kami tinggal memilih dan mengunci lokernya, serta membawa sendiri kunci loker yang kami pakai.
Sebetulnya aku sendiri tidak kuatir dan mau-mau saja memulai perjalanan di bawah hujan, namun suami dan Freyja masih hendak menunggu hingga hujan agak mereda. Sembari menunggu kami mengobrol dengan Hong Giang. Ternyata di lantai bawah masih ada kamar-kamar dorm yang lain, dan sudah diisi oleh beberapa orang Westerner. Katanya mereka juga akan memulai loop besok, dengan jumlah orang yang lebih banyak. Kadang-kadang ada orang yang tidak menginap di sini, namun bisa menyewa motor dan melakukan loop bersama dengan tamu-tamu yang menginap di sini.
Sekitar jam 9.45 pagi, hujan mereda, jadi kami bersiap-siap untuk berangkat. Freyja mengenakan jas hujan lengkap, suami mengenakan jaket tebal, dan aku mengenakan jaket tipis windproofku. Hong Giang membantu Freyja untuk mengikat backpacknya di belakang. Aku sendiri memilih memanggul backpackku yang seberat 13 kg daripada mengikatnya ke sambungan besi yang disediakan di bagian belakang setiap motor. Setidaknya besi tersebut bisa turut menopang backpackku di belakang. Yang pasti jas hujan untuk backpack juga sudah kupasang agar isi di dalamnya tidak basah. Setelah semua benar-benar siap, kami menyempatkan diri berfoto bersama Hong Giang, dan tepat jam 10 pagi kami memulai perjalanan panjang kami di bawah mendung dan rintik kecil hujan yang turun.
Kami berdua mengisi bensin dulu di pombensin seharga VND 30K, dan kami pun siap memulai. Baru saja keluar dari pusat kota Ha Giang, sudah mulai tampak pemandangan-pemandangan indah sepanjang jalan. Jalanan relatif sepi. Kamera dan HP-ku serasa tidak berhenti mengambil gambar dan video sepanjang jalan. Baru sekitar 10 menit berkendara, kami melihat banyak air terjun kecil di sepanjang tebing di sisi kiri jalan, indah sekali! Lima menit setelahnya, kami melewati semacam pulau karst di tengah Sungai Lo.
Pada umumnya kami berkendara tidak terlalu cepat, dan karena Freyja berada di belakang kami, setiap kali aku pasti akan menoleh ke belakang atau suami melihat melalui kaca spion, memastikan Freyja ada di belakang kami. Sepanjang perjalanan ini kami juga melihat beberapa backpacker yang juga sedang melakukan loop ini, namun kebanyakan mereka mengendarai satu motor untuk satu orang.
Kami berdua dan Freyja juga membuat kode "3 kali klakson pendek" apabila hendak berhenti atau terjadi sesuatu, karena kami bertiga harus saling menjaga keselamatan satu sama lain. Sementara itu, sebetulnya kemarin aku memiliki ide yang agak gila. Gara-gara Freyja jatuh dari motornya, aku jadi punya pikiran mungkin lebih baik apabila aku dan suami yang membawa motor dan Freyja bisa membonceng salah satu dari kami, karena setidaknya aku memiliki pengalaman belasan tahun mengendarai sepeda motor sebelumnya. Ketika aku mengungkapkan hal ini, Freyja mengatakan akan mencoba sendiri dulu. Katanya, dia cenderung grogi kalau di kota-kota dan jalanan agak ramai, tapi kalau lalu lintasnya sepi dia merasa lebih percaya diri.
Semakin jauh meninggalkan kota, pemandangan tampak semakin indah walaupun cuaca mendung. Jalanan mulai berkelak-kelok dan lebih banyak menanjak di awal. Hijaunya perbukitan dan sawah mulai terlihat. Kami sempat berhenti untuk memotret landscape yang cukup indah, dan melanjutkan perjalanan. Lima belas menit kemudian, kami berhenti untuk memotret landscape yang lebih indah, dengan sawah terasering yang membentang dan kabut tebal yang bergulung-gulung tampak di lembah dari bawah kami. Kadang kami melihat beberapa anak kecil yang sedang berjalan kaki, entah hendak ke mana.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, dan semua di sekeliling kami dipenuhi oleh kabut tebal. Kami sampai berhenti lagi karena merasa harus mengabadikan momen ini.
Sekitar jam 11.40 siang, kami sampai di sebuah pasar di Quyet Tien. Aktivitas di pasar ini tampak cukup sibuk dan banyak orang (terutama perempuan) yang berpakaian tradisional. Kami berhenti, karena suami ingin mencari warung untuk minum kopi. Ternyata tidak ada satu pun yang menyediakan kopi (ya ampun hahahaha), jadi akhirnya kami melanjutkan lagi perjalanan.
Sekitar jam 11.50 siang, karena sudah lapar dan tidak tampak adanya tempat yang cukup nyaman untuk istirahat, kami memutuskan untuk berhenti di tepi jalan di mana ada sebuah gubuk dari bambu dengan atap terpal yang kosong. Di tempat inilah kami beristirahat sambil menikmati makan siang kami: mie instan/bubur dan sayuran 😁
Usai makan siang, kami kembali melanjutkan perjalanan. Jalanan benar-benar dipenuhi oleh kabut, jarak pandang mungkin hanya sekitar 5-10 meter saja, sementara medannya semakin menanjak dengan tikungan-tikungan yang super tajam. Tapi selama suami mengendalikan motor dengan percaya diri, aku tidak terlalu kuatir. Hanya saja, kalau medan menanjak beban backpack jadi terasa lebih berat hehehehe... Beruntung kedua motor yang kami sewa masih baik kondisinya, sehingga Freyja juga merasa nyaman berkendara sendirian. Sekitar jam 12.30 siang, kami tiba di Quan Ba Heaven's Gate, dan di seberangnya ada sebuah cafe, jadi kami berhenti di tempat ini untuk istirahat.
Cafenya tampak sepi pengunjung, dan dari cafe tidak tampak view apa pun selain kabut putih yang tebal. Penjaganya hanya seorang gadis yang ramah. Kami sekalian menumpang buang air di tempat ini. Suami memesan kopi susu panas, sementara Freyja memesan minuman cokelat panas. Kopinya disajikan di dalam cangkir dari tanah liat, dan diletakkan di atas semacam "tungku" mini dengan lilin di dalamnya, agar kopinya tetap hangat. Kami bersantai, mengobrol sambil menyeruput minuman hangat di depan kami. Udara cukup dingin karena tempat ini terletak di dataran yang agak tinggi.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 25 menit di tempat ini, kami beranjak pergi untuk melanjutkan perjalanan. Suasana masih sangat berkabut dan jalanan masih meliuk-liuk. Baru beberapa menit berkendara, kami tiba di sebuah viewpoint di mana kita bisa melihat ke lembah yang banyak sekali gunung-gunung kecilnya (moles) mengelilingi sebuah kota kecil. Pemandangan yang sangat unik dan indah. Dua kali kami berhenti untuk memotret pemandangan ini dari dua sudut yang berbeda.
Melanjutkan perjalanan, kami melewati sebuah kota kecil, kemudian berkendara di sepanjang dasar lembah, dengan gunung-gunung di sekitar, air-air terjun kecil yang mengalir dari bebatuan di tepi jalan, sungai Lo di tepi jalan, sawah-sawah terasering, dan desa-desa kecil. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat sejenak atau memotret.
Menjelang jam 3 siang, karena hujan yang turun cukup deras, kami berteduh di sebuah warung sembari minum beer. Pemiliknya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi tidak banyak mengobrol. Masih untung beliau mengerti saat kami hendak menumpang ke toiletnya hehehehe... Sementara itu karena terkena hujan, kabut dan udara dingin, lensa kamera HP-ku jadi berembun dan tidak bisa dipakai memotret dengan baik, untungnya masih ada kamera digital yang kubawa.
Melanjutkan perjalanan di dalam kabut dan hujan, naik turun gunung, kami sempat melihat seorang pengendara motor yang memasang "antihujan" di sepeda motornya. Lucu dan kreatif sekali deh...
Memasuki kota Yen Minh sekitar jam 4.30 sore, Freyja mengajak kami berhenti di sebuah supermarket yang agak besar. Tas plastik yang dipakai Freyja untuk membungkus backpacknya sobek, dan dia butuh tas plastik besar yang baru agar backpacknya tidak basah. Kami sekalian belanja snack dan roti seharga VND 25K. Setelah itu Freyja masih mengisi bensin, kemudian perjalanan dilanjutkan kembali.
Walaupun hari sudah mulai sore, namun matahari justru muncul. Dari dasar lembah, jalanan naik terus, hingga sekitar jam 5.20 sore kami tiba di sebuah viewpoint di mana kita bisa melihat jalanan yang mengular di bawah kita. Mengagumkan sekali!
Sekitar jam 5.35 petang, kami tiba di sebuah "viewpoint" lain, dengan sedikit tempat datar untuk parkir. Memang sih, kami memasuki semacam pagar kawat pendek di bagian yang terbuka. Areanya dipenuhi tanaman bunga berwarna putih yang indah. View dari tempat ini ke dasar lembah pun sangat indah. Yang tidak disangka, setelah kami mulai mengambil beberapa foto, ada seorang ibu yang mendatangi kami dan meminta kami membayar (dengan bahasa Inggris ala kadarnya) VND 10K/orang. Aku tahu bahwa ini sebetulnya scam, bahwa kami tidak seharusnya membayar, dan kemungkinan besar area yang dipagari ini pun bukan miliknya. Namun dengan pertimbangan tidak mau ribut-ribut dengan orang lokal, aku memberinya VND 30K.
Setelah puas memotret, kami melanjutkan perjalanan, melewati sebuah desa dengan jalan raya yang sangat lebar di dasar lebah, naik lagi, hingga ke dataran tinggi Dong Van jam 6.15 petang. Suasana sudah mulai gelap, dan kami sudah lelah dan kedinginan, jadi kami memasuki penginapan pertama yang kami temui di tempat ini: Nha Nghi Hoa Da (Stone Flower Hostel) . Bisa dibilang tempatnya cukup mewah dan modern.
Setelah lama mencari penjaganya, kami bertanya harga kamarnya. Kami ditunjukkan sebuah kamar yang sangat besar dengan 3 kasur besar, dan katanya harganya VND 500K/malam. Aku bertanya apakah kami akan dapat sarapan dengan tarif tersebut, dan setelah sang gadis penjaganya pergi untuk menanyakan, dia berkata bahwa kami akan dapat sarapan. Sebetulnya tarifnya cukup mahal untuk kami bertiga, namun karena sudah terlalu lelah dan kedinginan, belum lagi aku tidak melihat ada penginapan lain di Google Map, akhirnya kami menyanggupi. Kami harus meninggalkan paspor kami bertiga.
Setidaknya kami bisa istirahat dan bernafas dengan lega, karena sudah memiliki tempat untuk tidur malam ini. Suhu di sini terasa sangat dingin, sepertinya di bawah 10 derajat Celcius. Aku sempat jalan-jalan di belakang penginapan, dan melihat ada 3 ekor anjing yang dikurung di halamannya yang sempit, mengenaskan sekali cara mereka memperlakukan hewan peliharaan 😢
Kamarnya sendiri luas, dengan 3 buah kasur besar, lengkap dengan selimut. Kamar mandinya juga luas dan modern. Semuanya dalam kondisi sangat bersih. Ada sebuah lemari kayu besar, meja, dan dua buah kursi di dalam kamar. Di luar kamar-kamar ada semacam ruang komunal dengan meja dan sofa-sofa. Di sinilah kami bertemu dan mengobrol dengan couple dari Spanyol, Jordein dan Maria. Selain itu belakangan datang seorang gadis dari Canada, yang aku tidak suka karena gayanya yang sok.
Setelah mandi, aku menemani suami makan malam di restoran hotel. Menunya standar dengan harga yang agak terlalu mahal menurutku. Kami hanya memesan seporsi nasi goreng seharga VND 40K dan makan sepiring berdua.
Usai makan malam, kami masih mengobrol sebentar, dan tidak lama kemudian kami bertiga memutuskan untuk tidur karena sudah kelelahan...
Hari ini kami menempuh sekitar 135 KM di atas sepeda motor dari kota Ha Giang hingga ke Dong Van Plateau ini. Sepertinya memang tidak terlalu jauh, namun mengingat medan dan cuaca yang kami tempuh, bagus juga kami sudah bisa sampai di tempat ini. Mudah-mudahan esok hari kami bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar... ^_^
To be continued.......
Ha Giang - Dong Van Plateau
Distance: 135 km
Hujan turun dengan deras sejak dini hari sebelum aku terbangun. Walaupun semalam tidur agak larut, pagi ini aku bangun jam 6 pagi agar tidak terburu-buru mempersiapkan segala yang akan kami butuhkan untuk perjalanan selama beberapa hari ke depan. Kupastikan semua yang kami perlukan ada di dalam backpack yang akan kubawa. Aku juga menyiapkan bekal untuk makan siang kami bertiga: mie instan dan bubur instan beserta sayuran.
Setelah suami bangun, kami melakukan rutinitas pagi hari, mandi, dan kemudian bersiap-siap untuk perjalanan hari ini. Pagi ini suami sarapan roti dengan Nutella, dan aku memberi beberapa lembar roti juga untuk sarapan Freyja. Biasanya setiap pagi dan malam aku menawarkan mengisi air minum di botolnya agar dia tidak perlu membeli air setiap kali habis.
Sekitar jam 9 pagi Freyja juga sudah siap, dan kami sudah turun ke lantai bawah, namun hujan masih turun dengan cukup deras. Untuk menyimpan backpack, ternyata sudah disediakan loker-loker di garasi. Kami tinggal memilih dan mengunci lokernya, serta membawa sendiri kunci loker yang kami pakai.
Sebetulnya aku sendiri tidak kuatir dan mau-mau saja memulai perjalanan di bawah hujan, namun suami dan Freyja masih hendak menunggu hingga hujan agak mereda. Sembari menunggu kami mengobrol dengan Hong Giang. Ternyata di lantai bawah masih ada kamar-kamar dorm yang lain, dan sudah diisi oleh beberapa orang Westerner. Katanya mereka juga akan memulai loop besok, dengan jumlah orang yang lebih banyak. Kadang-kadang ada orang yang tidak menginap di sini, namun bisa menyewa motor dan melakukan loop bersama dengan tamu-tamu yang menginap di sini.
Sekitar jam 9.45 pagi, hujan mereda, jadi kami bersiap-siap untuk berangkat. Freyja mengenakan jas hujan lengkap, suami mengenakan jaket tebal, dan aku mengenakan jaket tipis windproofku. Hong Giang membantu Freyja untuk mengikat backpacknya di belakang. Aku sendiri memilih memanggul backpackku yang seberat 13 kg daripada mengikatnya ke sambungan besi yang disediakan di bagian belakang setiap motor. Setidaknya besi tersebut bisa turut menopang backpackku di belakang. Yang pasti jas hujan untuk backpack juga sudah kupasang agar isi di dalamnya tidak basah. Setelah semua benar-benar siap, kami menyempatkan diri berfoto bersama Hong Giang, dan tepat jam 10 pagi kami memulai perjalanan panjang kami di bawah mendung dan rintik kecil hujan yang turun.
Kami berdua mengisi bensin dulu di pombensin seharga VND 30K, dan kami pun siap memulai. Baru saja keluar dari pusat kota Ha Giang, sudah mulai tampak pemandangan-pemandangan indah sepanjang jalan. Jalanan relatif sepi. Kamera dan HP-ku serasa tidak berhenti mengambil gambar dan video sepanjang jalan. Baru sekitar 10 menit berkendara, kami melihat banyak air terjun kecil di sepanjang tebing di sisi kiri jalan, indah sekali! Lima menit setelahnya, kami melewati semacam pulau karst di tengah Sungai Lo.
Pada umumnya kami berkendara tidak terlalu cepat, dan karena Freyja berada di belakang kami, setiap kali aku pasti akan menoleh ke belakang atau suami melihat melalui kaca spion, memastikan Freyja ada di belakang kami. Sepanjang perjalanan ini kami juga melihat beberapa backpacker yang juga sedang melakukan loop ini, namun kebanyakan mereka mengendarai satu motor untuk satu orang.
Kami berdua dan Freyja juga membuat kode "3 kali klakson pendek" apabila hendak berhenti atau terjadi sesuatu, karena kami bertiga harus saling menjaga keselamatan satu sama lain. Sementara itu, sebetulnya kemarin aku memiliki ide yang agak gila. Gara-gara Freyja jatuh dari motornya, aku jadi punya pikiran mungkin lebih baik apabila aku dan suami yang membawa motor dan Freyja bisa membonceng salah satu dari kami, karena setidaknya aku memiliki pengalaman belasan tahun mengendarai sepeda motor sebelumnya. Ketika aku mengungkapkan hal ini, Freyja mengatakan akan mencoba sendiri dulu. Katanya, dia cenderung grogi kalau di kota-kota dan jalanan agak ramai, tapi kalau lalu lintasnya sepi dia merasa lebih percaya diri.
Semakin jauh meninggalkan kota, pemandangan tampak semakin indah walaupun cuaca mendung. Jalanan mulai berkelak-kelok dan lebih banyak menanjak di awal. Hijaunya perbukitan dan sawah mulai terlihat. Kami sempat berhenti untuk memotret landscape yang cukup indah, dan melanjutkan perjalanan. Lima belas menit kemudian, kami berhenti untuk memotret landscape yang lebih indah, dengan sawah terasering yang membentang dan kabut tebal yang bergulung-gulung tampak di lembah dari bawah kami. Kadang kami melihat beberapa anak kecil yang sedang berjalan kaki, entah hendak ke mana.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, dan semua di sekeliling kami dipenuhi oleh kabut tebal. Kami sampai berhenti lagi karena merasa harus mengabadikan momen ini.
Sekitar jam 11.40 siang, kami sampai di sebuah pasar di Quyet Tien. Aktivitas di pasar ini tampak cukup sibuk dan banyak orang (terutama perempuan) yang berpakaian tradisional. Kami berhenti, karena suami ingin mencari warung untuk minum kopi. Ternyata tidak ada satu pun yang menyediakan kopi (ya ampun hahahaha), jadi akhirnya kami melanjutkan lagi perjalanan.
Sekitar jam 11.50 siang, karena sudah lapar dan tidak tampak adanya tempat yang cukup nyaman untuk istirahat, kami memutuskan untuk berhenti di tepi jalan di mana ada sebuah gubuk dari bambu dengan atap terpal yang kosong. Di tempat inilah kami beristirahat sambil menikmati makan siang kami: mie instan/bubur dan sayuran 😁
Usai makan siang, kami kembali melanjutkan perjalanan. Jalanan benar-benar dipenuhi oleh kabut, jarak pandang mungkin hanya sekitar 5-10 meter saja, sementara medannya semakin menanjak dengan tikungan-tikungan yang super tajam. Tapi selama suami mengendalikan motor dengan percaya diri, aku tidak terlalu kuatir. Hanya saja, kalau medan menanjak beban backpack jadi terasa lebih berat hehehehe... Beruntung kedua motor yang kami sewa masih baik kondisinya, sehingga Freyja juga merasa nyaman berkendara sendirian. Sekitar jam 12.30 siang, kami tiba di Quan Ba Heaven's Gate, dan di seberangnya ada sebuah cafe, jadi kami berhenti di tempat ini untuk istirahat.
Cafenya tampak sepi pengunjung, dan dari cafe tidak tampak view apa pun selain kabut putih yang tebal. Penjaganya hanya seorang gadis yang ramah. Kami sekalian menumpang buang air di tempat ini. Suami memesan kopi susu panas, sementara Freyja memesan minuman cokelat panas. Kopinya disajikan di dalam cangkir dari tanah liat, dan diletakkan di atas semacam "tungku" mini dengan lilin di dalamnya, agar kopinya tetap hangat. Kami bersantai, mengobrol sambil menyeruput minuman hangat di depan kami. Udara cukup dingin karena tempat ini terletak di dataran yang agak tinggi.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 25 menit di tempat ini, kami beranjak pergi untuk melanjutkan perjalanan. Suasana masih sangat berkabut dan jalanan masih meliuk-liuk. Baru beberapa menit berkendara, kami tiba di sebuah viewpoint di mana kita bisa melihat ke lembah yang banyak sekali gunung-gunung kecilnya (moles) mengelilingi sebuah kota kecil. Pemandangan yang sangat unik dan indah. Dua kali kami berhenti untuk memotret pemandangan ini dari dua sudut yang berbeda.
Melanjutkan perjalanan, kami melewati sebuah kota kecil, kemudian berkendara di sepanjang dasar lembah, dengan gunung-gunung di sekitar, air-air terjun kecil yang mengalir dari bebatuan di tepi jalan, sungai Lo di tepi jalan, sawah-sawah terasering, dan desa-desa kecil. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat sejenak atau memotret.
Menjelang jam 3 siang, karena hujan yang turun cukup deras, kami berteduh di sebuah warung sembari minum beer. Pemiliknya tidak bisa berbahasa Inggris, jadi tidak banyak mengobrol. Masih untung beliau mengerti saat kami hendak menumpang ke toiletnya hehehehe... Sementara itu karena terkena hujan, kabut dan udara dingin, lensa kamera HP-ku jadi berembun dan tidak bisa dipakai memotret dengan baik, untungnya masih ada kamera digital yang kubawa.
Melanjutkan perjalanan di dalam kabut dan hujan, naik turun gunung, kami sempat melihat seorang pengendara motor yang memasang "antihujan" di sepeda motornya. Lucu dan kreatif sekali deh...
Memasuki kota Yen Minh sekitar jam 4.30 sore, Freyja mengajak kami berhenti di sebuah supermarket yang agak besar. Tas plastik yang dipakai Freyja untuk membungkus backpacknya sobek, dan dia butuh tas plastik besar yang baru agar backpacknya tidak basah. Kami sekalian belanja snack dan roti seharga VND 25K. Setelah itu Freyja masih mengisi bensin, kemudian perjalanan dilanjutkan kembali.
Walaupun hari sudah mulai sore, namun matahari justru muncul. Dari dasar lembah, jalanan naik terus, hingga sekitar jam 5.20 sore kami tiba di sebuah viewpoint di mana kita bisa melihat jalanan yang mengular di bawah kita. Mengagumkan sekali!
Sekitar jam 5.35 petang, kami tiba di sebuah "viewpoint" lain, dengan sedikit tempat datar untuk parkir. Memang sih, kami memasuki semacam pagar kawat pendek di bagian yang terbuka. Areanya dipenuhi tanaman bunga berwarna putih yang indah. View dari tempat ini ke dasar lembah pun sangat indah. Yang tidak disangka, setelah kami mulai mengambil beberapa foto, ada seorang ibu yang mendatangi kami dan meminta kami membayar (dengan bahasa Inggris ala kadarnya) VND 10K/orang. Aku tahu bahwa ini sebetulnya scam, bahwa kami tidak seharusnya membayar, dan kemungkinan besar area yang dipagari ini pun bukan miliknya. Namun dengan pertimbangan tidak mau ribut-ribut dengan orang lokal, aku memberinya VND 30K.
Setelah puas memotret, kami melanjutkan perjalanan, melewati sebuah desa dengan jalan raya yang sangat lebar di dasar lebah, naik lagi, hingga ke dataran tinggi Dong Van jam 6.15 petang. Suasana sudah mulai gelap, dan kami sudah lelah dan kedinginan, jadi kami memasuki penginapan pertama yang kami temui di tempat ini: Nha Nghi Hoa Da (Stone Flower Hostel) . Bisa dibilang tempatnya cukup mewah dan modern.
Setelah lama mencari penjaganya, kami bertanya harga kamarnya. Kami ditunjukkan sebuah kamar yang sangat besar dengan 3 kasur besar, dan katanya harganya VND 500K/malam. Aku bertanya apakah kami akan dapat sarapan dengan tarif tersebut, dan setelah sang gadis penjaganya pergi untuk menanyakan, dia berkata bahwa kami akan dapat sarapan. Sebetulnya tarifnya cukup mahal untuk kami bertiga, namun karena sudah terlalu lelah dan kedinginan, belum lagi aku tidak melihat ada penginapan lain di Google Map, akhirnya kami menyanggupi. Kami harus meninggalkan paspor kami bertiga.
Setidaknya kami bisa istirahat dan bernafas dengan lega, karena sudah memiliki tempat untuk tidur malam ini. Suhu di sini terasa sangat dingin, sepertinya di bawah 10 derajat Celcius. Aku sempat jalan-jalan di belakang penginapan, dan melihat ada 3 ekor anjing yang dikurung di halamannya yang sempit, mengenaskan sekali cara mereka memperlakukan hewan peliharaan 😢
Kamarnya sendiri luas, dengan 3 buah kasur besar, lengkap dengan selimut. Kamar mandinya juga luas dan modern. Semuanya dalam kondisi sangat bersih. Ada sebuah lemari kayu besar, meja, dan dua buah kursi di dalam kamar. Di luar kamar-kamar ada semacam ruang komunal dengan meja dan sofa-sofa. Di sinilah kami bertemu dan mengobrol dengan couple dari Spanyol, Jordein dan Maria. Selain itu belakangan datang seorang gadis dari Canada, yang aku tidak suka karena gayanya yang sok.
Setelah mandi, aku menemani suami makan malam di restoran hotel. Menunya standar dengan harga yang agak terlalu mahal menurutku. Kami hanya memesan seporsi nasi goreng seharga VND 40K dan makan sepiring berdua.
Usai makan malam, kami masih mengobrol sebentar, dan tidak lama kemudian kami bertiga memutuskan untuk tidur karena sudah kelelahan...
Hari ini kami menempuh sekitar 135 KM di atas sepeda motor dari kota Ha Giang hingga ke Dong Van Plateau ini. Sepertinya memang tidak terlalu jauh, namun mengingat medan dan cuaca yang kami tempuh, bagus juga kami sudah bisa sampai di tempat ini. Mudah-mudahan esok hari kami bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar... ^_^
To be continued.......